• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian dan tujuan Kedisiplinan.

1. Pengertian Disiplin

Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itulah harus ditanamkan terus menerus terhadap individu. Dengan penanaman yang terus menerus, maka disiplin akan menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil

22

Pius A Partatnto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 128.

dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang-orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Menurut Sirinam S. Khalsa dalam bukunya pengajaran disiplin dan harga diri mengatakan bahwa kata disiplin mempunyai akar pada kata ”disciple” dan

berarti ”mengajar dan melatih”. Salah satu definisi adalah ”melatih melalui pengajaran atau pelatihan”.23

Menurutnya, kita lebih cenderung sukses membantu siswa mengubah perilaku mereka yang tak terduga ketika kita menggunakan prosedur disiplin yang efektif. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan.

Dari pendapat ini, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pelatihan bagi siswa untuk membentuk siswa yang taat pada peraturan atau tata tertib serta bertanggung jawab melalui pengajaran atau pelatihan dan disiplin tersebut merupakan agian proses pemelajaran siswa.

Secara terminologi, pengertian disiplin dari beberapa ahli berpendapat sebagai berikut:

Menurut Bambang Marhijanto dalam kamus Bahasa Indonesia Masa kini mengartikan istilah disiplin sebagai, tata tertib dan kepatuhan kepada peraturan.24 Selanjutnya menurut Chester Harris disiplin adalah:

”discipline refest fundamentally to the principle that each organisme lerns in

some degree to control it self so as to con form to to the forces around it with

wich it has expriences”25

Definisi tersebut mengandung makna berisi idee. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi tersebut:

a) Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.

23

Sirinam S. Khalsa. Pengajaran Disiplin &Harga Diri, (Indonesia: PT. Indeks 2008) h. XIX.

24

Bambang Mujiharto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya : Terbit Terang, 1999), h. 92.

25

Piet Sahertian. Dimensi-dimensi administrasi Di Sekolah, (surabaya: usaha nasional 1994), h. 123.

b) Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.

c) Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan.

d) Penerimaan autoritas eksternal yang membawa seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.26

Menurut Conny Semiawan disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.27

Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran berpendapat: ”dalam

arti luas disiplin adalah mencakup setiap macam pengaturan yang ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaiannya tuntutan yang ini ditujukan kepada peserta didik terhadap lingkungannya.28

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah atau di kelas di mana mereka berada.29

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pokok dasar dari tiap-tiap organisasi (keluarga, sekolah, lingkungan, dan lain sebagainya) dalam mempelajari tanggung jawab secara terpaksa yang harus dijalankan dengan memberikan pengawasan untuk menyesuaikan diri agar memberikan pengalaman

26

Piet Sahertian. Dimensi-dimensi Administrasi…., h. 123.

27

Conny Semiawan, penerapan pembelajaran pada anak, (PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. Ke-2 h. 27-28.

28

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2, h. 133-134.

29

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1, h. 166

yang mengandung makna berisi moral, pengembangan ego, pertumbuhan kekuatan, dan penerimaan autoritas.

Lembaga pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk mengembangkan sikap kedisiplinan yaitu dengan adanya pemberian hukuman dan hadiah.

Kedisiplinan merupakan dasar pembinaan sikap dan jiwa setiap anak didik. Apabila sekolah mampu membina sikap dan jiwa positif terhadap anak didik (siswa) dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak tersebut menjadi anak yang bertanggung jawab, maka siswa tersebut telah mempunyai bekal dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi baik di dalam maupun di luar sekolah. Dan dapat di katakan bahwa disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan prilaku manusia. Jadi pada dasarnya disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan.

2. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Disekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang di kehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.30 Hal ini oleh Piet Sahertian

dalam bukunya ”dimensi-dimensi administrasi sekolah” bahwa:

Dalam buku Leadership In Elementary School administrasion and supervision, Elsbree menjelaskan bahwa:

30

“he sould accept the philosophy that discipline any action have two

purpose”

Kedua tujuan itu adalah:

1. Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan kearah tidak ketergantungan.

2. Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.31

Dalam kaitan ini Piet Sahertian lebih lanjut mengatakan bahwa:

Disiplin dalam sekolah modern adalah merupakan pertolongan kepada murid-murid supaya dapat berdiri (help for self help).

Menolong dalam mengenal dirinya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik maupun menegakkan disiplin diri yang timbul dari dalam diri anak untuk mencapai cita-cita hidup.32

Bagi siswa, kedisiplinan akan dapat mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan mereka setelah mereka keluar dari jenjang pendidikan dan disiplin tersebut akan tumbuh dan menjadi bekal untuk mereka dimasa yang akan datang. Dengan adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Ahmad Rohani; dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.33 Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan juga bahwa kedisiplinan digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.

31

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1 h. 126-127.

32

Piet Sahertan, Dimensi-Dimensi Administrasi…….., h.127.

33

b. Pengertian Kedisiplinan Dalam Pembelajaran

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah atau di kelas di mana mereka berada.34

pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.35

Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang di atur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh guru maupun anak didik dengan sadar.36 Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah digariskan.penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. Disiplin dalam proses pembelajaran mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan turut menentukan prestasi belajar siswa. Piet Sahertian mengatakan bahwa; Konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada normanya.37

Jadi, dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa melalui konsep kedisiplinan dimaksudkan dapat membawa anak didik ke dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kedisiplinan itu sendiri kedalam proses pembelajaran. Pentingnya disiplin dalam pendidikan dan proses pembelajaran adalah untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut:

34

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1, h. 166

35

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran..., h. 157.

36

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 41

37

a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan. Disiplin akan mengajarkan kepada siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun diluar kelas. Misalnya sebagai siswa harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah. b. Upaya menanamkan kerja sama. Disiplin dalam proses pembelajaran dapat

dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerja sama, baik antar siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya(mileu).

c. Kebutuhan untuk berorganisasi. Disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan organisasi.

d. Rasa hormat terhadap orang lain. Dengan dijunjungnya kedisiplinan yang tinggi dalam proses pembelajaran, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajiban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan. Dalam kehidupan, kita akan selalu menjumpai hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak. Melalui disiplin, siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan di dalam kehidupan pada umumnya serta dalam proses pembelajaran pada khususnya.

f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin.Dengan memberikan contoh perilaku tidak disiplin, siswa diharapkan dapat menghindari mana perilaku disiplin dan yang tidak.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa dalam pembelajaran adalah pembinaan sikap dan perilaku anak didik dalam kegiatan pembelajaran yang di lakukan di sekolah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kedisiplinan dalam pembelajaran terkait dengan perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan pembelajaran yang efektif. menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembang anak didik melalui penanaman kompetensi dasar.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap dan tingkah laku kearah kemajuan. Kegiatan pembelajaran sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. mengklasifikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern).38

Disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan teratur dan akan menghasilkan prsetasi yang baik pula. Demikian sebaliknya faktor – faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari luar diri siswa

Faktor dari luar dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1) Faktor non sosial

Faktor non sosial seperti keadaan uadara, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki tempat belajar yang teratur dan memiliki buku penunjang pelajaran cenderung lebih disiplin dalam belajar. Tidak kalah pentingnya faktor waktu, siswa yang mampu mengatur waktu dengan baik akan belajar secara terarah dan teratur. 2) Faktor soial

Faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. Siswa yang tinggal dalam lingkungan yang tertib tentunya siswa tersebut akan menjalani tata tertib yang ada di lingkungannya. Seorang guru yang mendidik siswa dengan disiplin akan cenderung menghasilkan siswa yang disiplin pula.

2. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

38

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi dua yaitu 1). Faktor fisiologis

Yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin blajar siswa. Siswa yang tidak menderita sakit cenderung lebih disiplin dibandingkan siswa yang menderita sakit dan badannya keletihan.

2). Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar antara lain: (a) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.

(b) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil yang lebih baik.

(c) Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai tujuan.

(d) Konsentrasi

Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran).

Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih diutamakan.

Faktor ekstern dan intern tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses pembelajaran, maka dituntut adanya keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu faktor tersebut ada kekurangan akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.

d. Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam proses pembelajaran. 1. Sebab Pelanggaran Disiplin Dalam Pembelajaran

Pada dasarnya kedisiplinan dibentuk karena adanya kebutuhan dari diri individu. Pengenalan terhadap kebutuhan seorang peserta didik secara baik merupakan andil yang paling besar bagi pengendalian disiplin. Maslow

mengemukakan teori ”Hierarki Kebutuhan Manusia” sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya. 2) Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap

masa depan yang dihadapi.

3) Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya.

4) Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal oleh orang lain, merasa berguna bai orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan sebagainya.

5) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil berbagai kputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif.

6) Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih korektif, toleran, dan spontan.39

39

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Bila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui cara-cara yang ada dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang kurang diterima masyarakat. Sama halnya dengan pelanggaran disiplin di sekolah yang bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya:

1) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik akan mengakibatkan peserta didik jadi submisif, apatis, atau sebaliknya agresif ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan tidak manusiawi yang mereka terima,

2) Kelompok besar anggota dikurangi hak-haknya sebagai peserta didik yang seharusnya menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru, 3) Tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas

atau di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah,

4) Kurang dilibatkan dalam diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah, 5) Latar belakang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan dalam

kehidupan sekolah,

6) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua, dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab.

Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin tersebut sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari sebab-sebab yang tampak.

Walaupun demikian memang ada juga sebab-sebab yang bersifat umum , misalnya:

1. Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Harus diusahakan agar peserta didik tetap sibuk dengan kegiatan bervariasi sesuai dengan tarap perkembangannya,

2. Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja,

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.40 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin pada diri peserta didik, hadir bukan hanya karena peraturan semata. Akan tetapi pelanggaran disiplin ada, karena adanya suatu kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara benar, melainkan kebutuhan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dan tidak dapat diterima oleh lingkungan sekolah.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan konseling memberikan gambaran tentang sebab-sebab melanggar tata tertib adalah sebagai berikut:

1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya;

2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat,

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif),

4) Ciri khusus perkembangan remaja yang agak ”sukar diatur” tetapi ”belum dapat mengatur diri sendiri”

5) Ketidaksukaan mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.41

Kedisiplinan juga dapat dilihat dari tingkah laku siswa itu sendiri. Tingkah laku anak didik amatlah bervariasi. Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebabnya adalah :

1) pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan, atau apatis.

40

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,..., h. 136-137

41

H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 60.

2) karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.

3) kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

4) dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tenang atau cemas. Karena itu perilaku menyimpang seorang atau dua orang bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan. 5) dari organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik

pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Sehingga tenaga mereka dipakai berjalan, harus menyesuaikan diri berkali-kali, tidak ada kstabilan, dan harus menyesuaikan terhadap guru dan metode-metodenya. Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terhambat.42

Berdasarkan beberapa sebab-sebab pelanggaran disiplin yang telah disebutkan di atas dapat terlihat bahwa siswa yang dapat melanggar disiplin bukan karena siswa tersebut ingin melakukan pelanggaran disiplin itu sendiri melainkan siswa yang terpaksa melakukan suatu tata tertib yang tidak didiskusikan kepada siswa terlebih dahulu, sehingga siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Dari pelanggaran disiplin tersebut, dapat memungkinkan berakibat sebagai berikut:

1) Tingkah laku siswa makin tidak terkendali,

2) Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dam murid, 3) Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, 4) Proses belajar-mengajar terganggu,

5) Kegiatan belajar siswa terganggu, 6) Nilai rendah,

7) Tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah.43

Dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa, sudah tentu ada sebab musababnya. Dengan demikian, siswa yang melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dapat

42

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 195-196.

43

menimbulkan akibat yang bukan hanya dirasakan oleh pihak sekolah tetapi dampaknya sangat besar terhadap siswa yang melakukan pelanggaran tersebut.

2. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa

Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini sikap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan pembelajarannya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Kanisius dalam bukunya Pengelolaan Kelas yang Dinamis mengatakan; secara umum, siswa di kelas dari segi kedisiplinan dapat

Dokumen terkait