• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektiovitas kedisiplinan siswa dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektiovitas kedisiplinan siswa dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Strata Satu (S1)

Oleh :

IMANIYAH NIM. 205018200429

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Strata Satu (S1)

Oleh :

IMANIYAH NIM. 205018200429

Di Bawah Bimbingan

Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd. NIP: 1671020 200112 2 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqosah pada 26 November 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, Desember 2010 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Tanggal Tanda Tangan

Rusdy Zakaria, M.Ed., M.Phil. ... ... NIP: 195605 301984 03 1 002

Sekretaris (Sekretaris jurusan/Prodi)

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd. ...

... NIP: 156507 171994 03 1 005

Penguji 1

Drs. Syafril, M. Pd. ...

... NIP: 195710 051987 03 1 003

Penguji 2

Yefnelty Z, M.Pd ...

... NIP: 150209382

Dekan FITK Syarif Hidayatullah

(4)

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Kedisip

linan Siswa Dalam Pembelajaran di SMP Islamiyah

Ciputat” yang disusun oleh “Imaniyah” Nim “205018200429” program

studi “Manajemen Pendidikan” jurusan kependidikan islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji

kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 15 oktober

2010.

Jakarta, 15 oktober 2010

Dosen Pembimbing Skripsi

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Imaniyah

NIM : 205018200429

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,

Imaniyah

(6)

Ciputat”

Sekolah sangat berperan penting dalam mendampingi anak didiknya, terutama salah satunya dalam pemberian tata tertib atau kedisiplinan di sekolah. Kedisiplinan merupakan modal dasar bagi sekolah agar dapat mendidik anak didiknya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Kepedulian sekolah dalam aktifitas yang mereka capai dalam segala bidang, akan menambah efektifitas belajar untuk mendapatkan aktifitas pembelajaran yang lebih tinggi (high achievement).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui bagaimana efektivitas kedisiplinan dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah dan penyebaran angket kepada siswa. Populasi yang ada di sekolah tersebut adalah guru SMP Islamiyah yang terdiri dari 33 orang siswa, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini 33 orang guru.

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat indikator yang terdapat dalam efektivitas kedisiplinan siswa dalam pembelajaran adalah: Patuh dan taat terhadap taat tertib belajar di sekolah, persiapan siswa dalam belajar, menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab, dan perhatian terhadap kegiatan pembelajaran.

(7)

dan bersyukur atas seluruh nikmat yang telah diberikan tanpa batas, sholawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah saw tercinta beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “ Efektivitas Kedisiplinan Siswa dalam Pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat “ ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu pendidikan (S.Pd). Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat motivasi, do’a dan bantuan dari banyak pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta wakil dan stafnya.

2. Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd. pembimbing yang telah memberikan saran, kritikan dan masukkannya dan mengarahkan serta memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Muarif SAM, M.Pd, yang selalu memberikan kritik dan saran.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah memberikan begitu banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

(8)

8. Staf sekolah SMP Islamiyah Ciputat dan dewan guru serta para siswa yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis untuk memberikan informasi sebagai bahan penelitian.

9. Kedua orang tua Ibu Yami yang penulis cintai, yang tidak pernah bosan

memberi perhatian, do’a dan dukungan baik moril maupun materil, serta Alm.

Bapak Ardiyanto yang sangat menginginkan anaknya jadi sarjana. Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk mereka.

10.Haryanto beserta keluarga tercinta, yang selalu mendorong saya untuk menyelesaikan skripsi ini, serta memberikan motivasinya baik moril maupun materil kepada penulis.

11.Pipit, Ijah, Bibah, Yaman, Astri, Lita, Ade, Ajeng, Okti, Fuha, yang selalu menemani dan memberikan dukungan dan hiburan disaat penulis mulai jenuh dengan semuanya.

12.Teman-teman KI- Manajemen Pendidikan Angkatan 2005

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mangharapkan kritik dan sarannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi orang lain. Amin

(9)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori ... 7

1. Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Pembelajaran ... 7

b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 8

2. Efektivitas Kedisiplinan Siswa Dalam Pembelajaran ... 18

1. Pengertian Efektivitas ... 18

2. Kedisiplinan Siswa ... 18

a. Pengertian dan Tujuan Kedisiplinan ... 18

b. Pengertian Kedisiplinan dalam Pembelajaran ... 23

c. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa dalam Pembelajaran ... 24

d. Sebab dan Bentuk Disiplin Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 27

(10)

D. Metode Penelitian ... 38

E. Populasi dan Sampel ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islamiyah Ciputat ... 44

2. Visi dan Misi SMP Islamiyah Ciputat ... 44

3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SMP Islamiyah Ciputat . 45 4. Sarana dan Prasarana ... 48

5. Efektivitas Kedisiplinan Siswa Dalam pembelajaran... 49

B. Deskripsi dan Analisis Data ... 53

C. Bahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan fundamental yang senantiasa menjadi permasalahan yang aktual sepanjang zaman. Dengan pendidikan, manusia mendapat ilmu pengetahuan dan menjadi terdidik, sehingga menjadi manusia yang mempunyai potensi fisik, emosi, sikap, moral, dan keterampilan yang dapat diaplikasikan untuk kehidupan dirinya, keluarga, bangsa, dan negara.

Seperti yang dikemukakan oleh Zahara Idris dalam bukunya ”Dasar-Dasar

Kependidikan” bahwa:

pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik serta tatap muka atau dengan menggunakan mediadalam rangka memberi bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia yang bertanggung jawab.1

Dalam menuju keberhasilan pendidikan, banyak diperlukan motivasi untuk mengembangkan potensi yang ada, dan mengantisipasi hambatan-hambatan yang menjadi ancaman bagi tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Salah satunya diperlukan adanya suatu proses pembelajaran yang nyaman dan tenang.

1

(12)

Proses pembelajaran itu sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Jika proses pembelajaran dilakukan secara optimal dan baik maka output dari proses tersebut akan baik pula. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.

Pertama, siswa. Siswa merupakan komponen utama dalam setiap roses pembelajaran, karena siswa subjek dan bukan objek dari pengajaran. Pengajaran tanpa siswa tidak mungkin akan berjalan.2 Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pengajar dalam proses pembelajaran adalah minat, bakat, serta kesulitan-kesulitan dalam menerima pelajaran. Jika para pendidik mengabaikan suatu hal tersebut, maka proses pembelajaran tidak akan optimal.

Kedua, adalah guru. Guru sebagai sumber informasi. Guru mengelola kegiatan pembelajaran. Guru menjaga serta mengatur keserasian proses pembelajaran. Guru juga mengarahkan kegiatan, dan sebagai fasilitator. Guru juga dituntut menjadi contoh yang baik.3 Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Ketiga, sarana dan prasarana pendidikan (fasilitas serta infrastruktur), dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran haruslah memadai, karena ketika sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai, fasilitas-fasilitas di sekolah sangat terbatas, serta lokasi sekolah sangat berdekatan dengan keramaian, maka proses pembelajaran sangat terganggu.

Proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses pembelajaran dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran proses tersebut akan terealisasi secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam kaitan ini sekolah harus merencanakan dan mengusahakan kondisi tersebut secara sengaja agar dapat dihindari kondisi yang merugikan bagi peserta didik.

2

Djago tarigan , proses belajar mengajar pragmatic, (Bandung: Angkasa, 1990), Cet. Ke-1, h. 40.

3

(13)

Pendidikan di sekolah bukan hanya pembelajaran materi saja, melainkan pendidikan di sekolah esensinya adalah pembinaan sikap dan jiwa pada setiap anak didik. Apabila sekolah mampu membina sikap dan jiwa positif setiap anak didik, maka anak tersebut telah mempunyai bekal pembinaan sikap dan jiwa yang baik dari sekolah dalam menghadapi berbagai pengaruh yang bisa terjadi di dalam (internal) maupun di luar (eksternal). Sudah pasti hal ini akan mencapai proses pembelajaran yang diharapkan, yaitu proses pembelajaran yang penuh ketenangan dan ketertiban.

Sekolah sangat berperan penting dalam mendampingi anak didiknya, terutama salah satunya dalam pemberian tata tertib atau kedisiplinan di sekolah. Kedisiplinan merupakan modal dasar bagi sekolah agar dapat mendidik anak didiknya untuk tercapainya tujuan pendidikan. Kepedulian sekolah dalam aktifitas yang mereka capai dalam segala bidang, akan menambah efektifitas belajar untuk mendapatkan aktifitas pembelajaran yang lebih tinggi (high achievement).

Disadari atau tidak, sekolah dianggap tempat yang paling baik untuk mendidik anak dan menanamkan sikap (attitude) dan sifat (value) yang baik. Salah satunya yaitu, pendidikan kedisiplinan disekolah. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan.4 Disiplin adalah peraturan atau tata tertib yang diterapkan oleh sekolah, dan harus dipatuhi oleh semua individu yang berada di lingkungan sekolah dan salah satunya peserta didik, karena disiplin merupakan salah satu entitas yang sangat penting dalam kehidupan sekolah. Dengan disiplin, seseorang akan terbiasa untuk hidup secara teratur dan tertib.

Untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran siswa, banyak hal yang dapat dikerjakan oleh sekolah, yaitu mengontrol, memberi petunujuk, serta membimbing siswa agar mencapai kedisiplinan di dalam melakukan segala aktifitas salah satunya dalam kegiatan pembelajaran. Semua hal itu merupakan indikasi adanya upaya dalam pencapaian proses pembelajaran yang lebih baik. Disiplin adalah salah satu upaya untuk menerapkan sikap dan perilaku siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran, karena perilaku disiplin dalam pembelajaran akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan seseorang.

4

(14)

Sebagaimana dikatakan bahwa disiplin membawa dampak yang baik dalam kehidupan, karena dengan disiplin akan menjadikan seseorang hidup secara tertib dan teratur, dengan demikian disiplin memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Seperti dengan disiplin membiasakan siswa untuk mengerjakan tugas tepat pada waktunya, mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah, karena dengan mematuhi peraturan diharapkan siswa dapat membiasakan diri untuk hidup teratur khususnya dalam pembelajaran. Apabila efektivitas kedisiplinan dapat dilaksanakan dengan baik, maka dapat dikatakan pula bahwa proses pembelajaran akan baik pula sesuai dengan kedisiplinan yang dijalani oleh siswa baik di sekolah ataupun di luar sekolah, rumah atau lingkungan lainnya.

Dalam mewujudkan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran di SMP Islamiyah Ciputat sangat bervariasi, namun masih ada kendala dalam pencapaian efektivitas kedisiplinan dalam pembelajaran hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya masih ada siswa yang terlambat masuk sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar, tidak memperhatikan kelas yang kurang rapih, tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, tidak melaksanakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan guru, keluar kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, mengganggu teman kelas lain ketika sedang berlangsung proses belajar.

Dengan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana efektivitas kedisiplinan dalam pembelajaran siswa di SMP Yayasan Islamiyah. Dengan demikian penulis ingin menulis skripsi ini dengan judul:

(15)

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Peranan sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa. 2. strategi yang ditempuh dalam menerapkan kedisiplinan siswa. 3. Kepatuhan siswa menjalankan tata tertib sekolah.

4. Persiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.

5. Strategi yang ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih tenang dan tertib.

6. Efektivitas kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah.

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, tidak seluruhnya dikaji, tetapi penulis membatasi masalah tentang efektivitas kedisiplinan siswa yang terdapat di SMP Islamiyah Ciputat dalam proses belajar mengajar.

2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Efektivitas Kedisiplinan Siswa dalam Pembelajaran di SMP Yayasan Islamiyah Ciputat?

D. Manfaat penelitian.

Adapun manfaat penelitian, diharapkan:

1. Dapat menambah wawasan pengetahuan serta bisa dijadikan bahan informasi bagi penulis dan masyarakat.

2. Dapat menjadi inspirasi atau masukan khususnya bagi ketua yayasan dan kepala sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan dalam pembelajaran.

(16)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar, Untuk mengetahui definisi dari pembelajaran lebih luas, terlebih dahulu dikemukakan pengertian belajar dan mengajar dari beberapa para ahli sebagai berikut;

a) Pengertian Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya ”belajar dan pembelajaran”, mengatakan sebagai berikut:

Belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap.1

Menurut Sardiman A.M belajar didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan jiwaraga, psiko-fisik, untuk menuju ke perkembangan pribadi

1

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Rienka Cipta, 2009), Cet. Ke-4 h. 156.

(17)

seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.2

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah berhubungan dengan perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan tersebut dapat dilihat dari anak didik tersebut merespon terhadap proses belajar yang berupa kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap.

Proses belajar bukanlah pengumpulan atau menghapal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, akan tetapi belajar adalah sebagai tahapan perubahan dan perkembangan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b) Pengertian Mengajar

Menurut Sardiman A.M mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.3

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses yang bukan hanya semata-mata menyampaikan pelajaran kepada anak didik melainkan sama halnya dengan belajar, mengajar pun merupakan proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada di sekitar siswa

2

Sardiman, A.M, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-7 h. 21.

3

(18)

sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.

Dari pengertian istilah di atas maka pengertian pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) merupakan kegiatan yang bernilai edukatif.4 yang berkesinambungan dan terencana yang dilakukan oleh siswa dan guru, yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas dalam suasana edukatif serta saling mempunyai hubungan timbal balik guna tercapainya tujuan pembelajaran yang ditandai dengan berubahnya tingkah laku anak didik baik kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Bisa dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.5 Dapat dikatakan bahwa pembelajaran dalam suatu pendidikan formal (sekolah) dikatakan efektif apabila visi dan misi yang ditentukan oleh sekolah tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat bahwa kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar sangat kompleks. Belajar sebagai proses atau kegiatan dapat didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Proses pembelajaran dapat terjadi bila didorong juga oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran dapat disusun dengan baik. Dilihat dari segi siswa, ditemukan beberapa faktor ekstern dan intern belajar. Faktor ekstern belajar meliputi hal-hal sebagai berikut: guru sebagai pembina belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan

4

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) cet. Ke-3 h. 1.

5

(19)

kurikulum sekolah.6 Faktor intern belajar yang berasal dari dalam diri pelajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor psikologis.7

1) Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Hamid Darmadi dalam bukunya

”Kemampuan Dasar Mengajar” mengatakan bahwa: ”tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih”.8

Di samping guru harus berkualifikasi tinggi, guru juga harus dapat menyusun, menyelenggarakan dan menilai program pengajaran. Guru juga dituntut menjadi contoh yang baik, mengenal siswa-siswanya.9 Sebagai pendidik guru harus dapat memusatkan perhatian kepada peserta didik. Dengan demikian peserta didik dapat membangkitkan semangat belajar dan tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran berlangsung. Membangkitkan semangat belajar siswa merupakan wujud kesenangan terhadap proses pengajaran guru, oleh karena itu seorang guru harus bisa membawa siswanya masuk kedalam proses pembelajaran. Dengan demikian seorang siswa bisa dididik, dibimbing, dan dilatih.

Dalam menerapkan fungsi-fungsinya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih, seorang guru harus memiliki kemampuan beraktivitas dan berkreativitas.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam melakukan aktivitas dan kreativitas dalam membina siswa sebagai berikut:

1) Menggunakan metode, media, bahan yang sesuai dengan tujuan mengajar 2) Dapat berkomunikasi dengan siswa.

3) Mendemonstrasikan khasanah metode mengajar.

4) Mendorong dan menggalakan keterlibatan siswa dalam pengajaran. 5) Mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran dan relevansinya.

6

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran..., h. 260.

7

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h 233.

8

Hamid Darmadi, kemampuan dasar mengajar “landasan konsep dan implementasi”, (bandung: Alfabeta, 2009), h. 50.

9

(20)

6) Mengorganisasikan waktu, ruang dan perlengkapan pengajaran.

7) Melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar.10 Dalam membina siswa, seorang guru harus bisa mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Seorang guru yang tidak dapat mengelola kelas dengan baik, akan membawa siswa kepada proses belajar yang kurang baik pula.

Proses pembelajaran adalah aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi anatara guru dan murid. Dalam melaksanakan fungsi-fungsinya, guru pun harus menjadi suri tauladan dan dapat menghantar anak didiknya kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kondisi guru pun dapat menghambat proses belajar siswa. Guru ada yang disenangi oleh siswa, karena pribadi guru itu yang berbeda-beda yaitu ada yang baik dan yang kurang baik, ada yang dapat menjelaskan materi secara jelas dan ada juga guru yang hanya memberi perintah untuk mencatat sehingga proses belajar menjadi kurang baik yang akan membuat siswa merasa tidak betah berada dalam proses belajar tersebut.

Guru sebagai pembina akan membawa siswa kedalam proses pembelajaran yang baik, dan kegiatan belajar mengajar dapat dikembangkan melalui berbagai pelayanan kegiatan sebagai berikut:

1) Menyediakan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang sulit belajar akan membangkitkan gairah dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah dalam belajar. 2) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan tenang

bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan guru terhadap bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, sehingga para peserta didik tidak

10

(21)

merasa jenuh berada dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif.

3) Menciptakan saling menghargai, baik antar peserta didik, maupun antar peserta didik dengan guru. Hal ini mengandung arti bahwa peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pendapat tanpa ada rasa takut mendapatkan sangsi atai dipermalukan.

2) Prasarana dan Sarana Pembelajaran

Prasarana dalam Kamus Ilmiah Populer diartikan bahan material; perangkat keras.11 Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa prasarana adalah bahan material yang menunjang suatu kegiatan salah satunya adalah kegiatan pembelajaran. Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga.

Sarana dalam Kamus Ilmiah Populer diartikan alat; piranti.12 Dari pengertian tersebut dapat diartikan alat yang dapat menunjang suatu kegiatan salah satunya adalah kegiatan pembelajaran. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat, dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.

Lengkapnya sarana dan prasana akan membawa kondisi yang baik dalam kegiatan pembelajaran. Prasarana dan sarana pembelajaran adalah barang mahal, yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti yang dikatakan oleh Rohiat dalam bukunya Manajemen

Sekolah ”Teori Dasar dan Praktik” mengatakan bahwa: ” sarana dan prasarana

pendidikan adalah semua benda yang bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, baik

11

Pius A Partatnto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer..., h. 617.

12

(22)

secara langsung maupun tidak langsung”.13

Dengan tersedianya sarana dan prasarana belajar. Secara sengaja semua warga sekolah khususnya siswa dituntut untuk mempergunakannya dengan baik sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Sarana dan prasarana pembelajaran berkaitan dengan sesuatu yang memungkinkan siswa mendapat fasilitas dari sekolah sehingga para peserta didik mendapatkan fasilitas yang layak yang dapat memberikan siswa mengembangkan potensinya dalam proses pembelajaran sehingga para peserta didik merasa nyaman dan tenang dalam melakukan segala aktivitas kegiatan sekolah.

Sarana dan prasarana yang baik, dapat menunjang proses pembelajaran yang baik pula, sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah dapat berjalan dengan baik. Tidak menutup kemungkinan bahwa sarana dan prasarana pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran akan membuat siswa merasa tidak nyaman dan tenang, karena warga sekolah khususnya siswa tidak dapat mempergunakan sarana dan prasarana pembelajaran dengan baik.

Hasil yang diharapkan pada setiap sekolah dalam pengadaan sarana dan prasaran pembelajaran adalah siswa dapat mempergunakan sarana dan prasarana pembelajaran dengan baik sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk kelangsungan kegiatan pembelajaran yang baik pula.

3) Kebijakan penilaian

Proses pembelajaran mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa. Dengan suatu hasil tersebut, proses pembelajaran berhenti untuk sementara maka terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental siswa. Tingkat perkembangan mental tersebut pada jenis-jenis rana kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

13

(23)

Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Kelulusannya dengan memperoleh nilai rendah, sedang, tinggi, yang tidak lulus berarti mengulang atau tinggal kelas, bahkan mungkin dicabut hak belajarnya.

Dalam proses belajar, keputusan tentang hasil belajar berpengaruh pada tindak siswa dan tindak guru. Keputusan hasil belajar siswa merupakan puncak harapan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar kejenjang berikutnya. Secara tidak disadari, siswa sangat terpengaruh terhadap hasil belajarnya. Oleh karena itu sekolah dan guru diminta untuk arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.

4) Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Yang dimaksud dengan faktor lingkungan sekolah adalah bagaimana situasi dan kondisi sekolah yang menyenangkan di lngkungan sekolah, sehingga membantu kegiatan belajar mengajar yang dapat menghasilkan rasa aman, suasana yang bersih, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan.

Faktor-faktor sosial disini adalah manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.14 Kehadiran siswa lain pada waktu siswa lainnya sedang belajar, sangat mengganggu proses belajar siswa. Misalnya saja ketika siswa di dalam kelas sedang melaksanakan proses belajar kemudian terdengar ada siswa lain sedang bercakap-cakap disamping kelas, kehadiran siswa tersebut secara tidak langsung akan dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal dengan lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan siswa. Kedudukan siswa sebagai pelajar

14

(24)

mengharuskan siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran yang menghasilkan hasil dari pembelajaran itu sendiri. Peranan siswa sebagai lingkup sosial dalam sekolah mengharuskan siswa untuk menjadi warga sekolah yang harus membaur dengan warga sekolah yang lain yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah sehingga menimbulkan iklim sekolah yang menumbuhkan semangat belajar siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Pengaruh dari lingkungan sosial berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Pengaruh yang bersifat menerima lingkungan sosial akan mengakibatkan konsentrasi belajar siswa menjadi kuat, atau sebaliknya menolak siswa dalam lingkungan sosial, akan mengakibatkan konsentrasi belajar menjadi lemah, karena tidak adanya dorongan dari lingkungan sosial siswa itu sendiri.

b. Lingkungan sosial dapat mewujudkan suasana keakraban, kegembiraan, kerukunan, tenang dan damai, sebaliknya lingkungan sosial sekolah dapat mewujudkan suasana perselisihan, persaingan, salah menyalahkan, dan cerai-berai. Suasana tersebut akan dapat menghambat proses belajar siswa. c. Lingkungan sosial siswa di sekolah atau di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar siswa. Dan setiap guru akan mendapat sikap oleh lingkungan sosial siswa. Sikap positif atau negatif siswa terhadap guru akan berpengaruh terhadap pembawaan guru. Guru yang pengelolaan pengajarannya baik, akan mendapat sikap yang positif dari siswa, sebaliknya jika guru yang pengelolaannya kurang baik, siswa merasa jenuh, maka guru tersebut mengalami kesulitan dal mengelola proses belajar.

Oleh karena itu lingkungan sekolah yang sangat mendukung proses belajar adalah lingkungan sekolah yang aman dan tertib dan harus dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Rohiat dalam bukunya

(25)

tertib, optimisme dan harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, dan kegiatan yang terpusat pada siswa (student centered activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.15 Dengan memusatkan kegiatan pembelajaran terhadap siswa, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

5) Kurikulum Sekolah

Proses pembelajaran di sekolah didasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum dalam pendidikan diartikan program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik..16 dari pengertian kurikulum tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum sekolah adalah suatu pengalaman belajar atau kegiatan belajar yang nyata yang terprogram atau terencana dari sekolah.

Kurikulum yang diberlakukan sekolah sesuai dengan kurikulum nasional yang sudah disahkan oleh pemerintah dan sesuai dengan kurikulum yang disahkan oleh sekolah itu sendiri. Kurikulum sekolah itu sendiri berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum sekolah akan berubah sesuai dengan tuntutan yang timbul dari kebutuhan baru yang mengakibatkan kurikulum sekolah perlu dirubah. Dari perubahan-perubahan tersebut, akan menimbulkan masalah-masalah baru bagi siswa, masalah-masalah tersebut adalah:

a. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bila tujuan berubah, berarti pokok bahasan akan berubah. Setidaknya kegiatan belajar mengajar pun

15

Rohiat, Manajemen Sekolah ”Teori Dasar Dan Praktik”..., h. 67

16

(26)

perlu diubah dan siswa pun akan sulit untuk beradaptasi dalam kegiatan belajar yang baru.

b. Isi pendidikan berubah. Bila isi pendidikan berubah, akan mengakibatkan buku pelajaran, buku bacaan, dan sumber yang lain akan ikut berubah. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan perubahan anggaran disemua tungkat.

c. Kegiatan belajar mengajar berubah. Akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar yang baru, yang akan menimbulkan kebiasaan belajar siswa juga akan mengalami perubahan. d. Evaluasi berubah. Yang mengakibatkan guru harus mempelajari metode

dan teknik evaluasi belajar yang bary, yang akan menimbulkan siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai ukuran lulusan yang baru.

6) Faktor Fisiologis dalam Belajar

Fisiologi dalam Kamus Ilmiah Populer adalah penyelidikan terhadap perilaku dan proses didalam tubuh makhluk hidup.17 Sejalan dengan pengertian tersebut dapat diartikan faktor fisiologis dalam belajar adalah keadaan terhadap perilaku seseorang (siswa) yang ada dalam diri peserta didik yang melatarbelakangi aktivitas belajar. Dengan kata lain faktor yang melatar belakangi aktivitas belajar siswa adalah keadaan jasmani siswa itu sendiri. Keadaan jasmani yang kurang segar, yang terlihat lelah akan sangat mempengaruhi proses belajar siswa.

Kurangnya nutrisi dalam tubuh siswa akan mengakibatkan siswa lesu, cepat mengantuk, cepat lelah yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar menjadi terganggu dan siswa tidak konsentrasi dalam melaksanakan proses belajar tersebut.

17

(27)

7) Faktor Psikologi Dalam Belajar

Psikologi dalam kamus ilmiah populer diartikan ilmu jiwa, gejala kejiwaan.18 Sejalan dengan pengertian psikologi, pengertian psikologi dalam belajar adalah perhatian khusus terhadap jiwa peserta didik dalam malakukan kegiatan terutama dalam hal ini kegiatan belajar. Faktor psikologis yang berpengaruh proses belajar sebagai berikut:

1. Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.19

2. Motivasi belajar

Motivasidalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.20 motivasi merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang dalam belajar untuk dapat mencapai tujuan dalam belajarnya.

3. Konsentrasi belajar.

Konsentasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.21 Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.

Perhatian khusus terhadap salah satu hal , yaitu hal yang mendorong aktivitas belajar siswa. Hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:

18

Pius A Partatnto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer..., h. 637.

19

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran..., h. 239.

20

Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-4, h.180.

21

(28)

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi. 5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran.

6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

2. Efektivitas Kedisiplinan Siswa Dalam Pembelajaran

1. Pengertian Efektivitas.

Kata efektivitas berasal dari kata ”efektif” yang berarti ada efeknya yaitu

(pengaruh, yang timbul oleh sebab/ perbuatan; akibat; dampak), tepat, manjur, mujarab, tepat guna, berhasil.22 Dari kata tersebut, efektivitas dapat diartikan sebagai ketepatgunaan, hasil yang dicapai dari dampak atau pengaruh yang timbul. Jadi, pengertian efektivitas dalam suatu kegiatan, berhubungan dengan

”sejauh mana apa yang diharapkan atau yang direncanakan dapat terlaksana atau

tercapai dengan baik.

2. Kedisiplinan Siswa.

a. Pengertian dan tujuan Kedisiplinan.

1. Pengertian Disiplin

Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itulah harus ditanamkan terus menerus terhadap individu. Dengan penanaman yang terus menerus, maka disiplin akan menjadi kebiasaan. Orang-orang yang berhasil

22

(29)

dalam bidang pekerjaan, umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, sebaliknya orang-orang yang gagal umumnya tidak disiplin.

Menurut Sirinam S. Khalsa dalam bukunya pengajaran disiplin dan harga diri mengatakan bahwa kata disiplin mempunyai akar pada kata ”disciple” dan

berarti ”mengajar dan melatih”. Salah satu definisi adalah ”melatih melalui pengajaran atau pelatihan”.23

Menurutnya, kita lebih cenderung sukses membantu siswa mengubah perilaku mereka yang tak terduga ketika kita menggunakan prosedur disiplin yang efektif. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan.

Dari pendapat ini, dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pelatihan bagi siswa untuk membentuk siswa yang taat pada peraturan atau tata tertib serta bertanggung jawab melalui pengajaran atau pelatihan dan disiplin tersebut merupakan agian proses pemelajaran siswa.

Secara terminologi, pengertian disiplin dari beberapa ahli berpendapat sebagai berikut:

Menurut Bambang Marhijanto dalam kamus Bahasa Indonesia Masa kini mengartikan istilah disiplin sebagai, tata tertib dan kepatuhan kepada peraturan.24 Selanjutnya menurut Chester Harris disiplin adalah:

”discipline refest fundamentally to the principle that each organisme lerns in

some degree to control it self so as to con form to to the forces around it with

wich it has expriences”25

Definisi tersebut mengandung makna berisi idee. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi tersebut:

a) Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.

23

Sirinam S. Khalsa. Pengajaran Disiplin &Harga Diri, (Indonesia: PT. Indeks 2008) h. XIX.

24

Bambang Mujiharto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, ( Surabaya : Terbit Terang, 1999), h. 92.

25

(30)

b) Pengembangan ego dengan segala masalah intrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan.

c) Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan.

d) Penerimaan autoritas eksternal yang membawa seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.26

Menurut Conny Semiawan disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.27

Ahmad Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran berpendapat: ”dalam

arti luas disiplin adalah mencakup setiap macam pengaturan yang ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaiannya tuntutan yang ini ditujukan kepada peserta didik terhadap lingkungannya.28

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah atau di kelas di mana mereka berada.29

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pokok dasar dari tiap-tiap organisasi (keluarga, sekolah, lingkungan, dan lain sebagainya) dalam mempelajari tanggung jawab secara terpaksa yang harus dijalankan dengan memberikan pengawasan untuk menyesuaikan diri agar memberikan pengalaman

26

Piet Sahertian. Dimensi-dimensi Administrasi…., h. 123.

27

Conny Semiawan, penerapan pembelajaran pada anak, (PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. Ke-2 h. 27-28.

28

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. Ke-2, h. 133-134.

29

(31)

yang mengandung makna berisi moral, pengembangan ego, pertumbuhan kekuatan, dan penerimaan autoritas.

Lembaga pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk mengembangkan sikap kedisiplinan yaitu dengan adanya pemberian hukuman dan hadiah.

Kedisiplinan merupakan dasar pembinaan sikap dan jiwa setiap anak didik. Apabila sekolah mampu membina sikap dan jiwa positif terhadap anak didik (siswa) dan berhasil membentuk pribadi dan akhlak anak tersebut menjadi anak yang bertanggung jawab, maka siswa tersebut telah mempunyai bekal dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi baik di dalam maupun di luar sekolah. Dan dapat di katakan bahwa disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan prilaku manusia. Jadi pada dasarnya disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan.

2. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Disekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang di kehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.30 Hal ini oleh Piet Sahertian

dalam bukunya ”dimensi-dimensi administrasi sekolah” bahwa:

Dalam buku Leadership In Elementary School administrasion and supervision, Elsbree menjelaskan bahwa:

30

(32)

“he sould accept the philosophy that discipline any action have two

purpose”

Kedua tujuan itu adalah:

1. Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan kearah tidak ketergantungan.

2. Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.31

Dalam kaitan ini Piet Sahertian lebih lanjut mengatakan bahwa:

Disiplin dalam sekolah modern adalah merupakan pertolongan kepada murid-murid supaya dapat berdiri (help for self help).

Menolong dalam mengenal dirinya untuk menciptakan kondisi yang lebih baik maupun menegakkan disiplin diri yang timbul dari dalam diri anak untuk mencapai cita-cita hidup.32

Bagi siswa, kedisiplinan akan dapat mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan mereka setelah mereka keluar dari jenjang pendidikan dan disiplin tersebut akan tumbuh dan menjadi bekal untuk mereka dimasa yang akan datang. Dengan adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Ahmad Rohani; dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.33 Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan juga bahwa kedisiplinan digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.

31

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1 h. 126-127.

32

Piet Sahertan, Dimensi-Dimensi Administrasi…….., h.127.

33

(33)

b. Pengertian Kedisiplinan Dalam Pembelajaran

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah atau di kelas di mana mereka berada.34

pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.35

Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang di atur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh guru maupun anak didik dengan sadar.36 Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah digariskan.penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. Disiplin dalam proses pembelajaran mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan turut menentukan prestasi belajar siswa. Piet Sahertian mengatakan bahwa; Konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada normanya.37

Jadi, dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa melalui konsep kedisiplinan dimaksudkan dapat membawa anak didik ke dalam proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kedisiplinan itu sendiri kedalam proses pembelajaran. Pentingnya disiplin dalam pendidikan dan proses pembelajaran adalah untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut:

34

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1, h. 166

35

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran..., h. 157.

36

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 41

37

(34)

a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan. Disiplin akan mengajarkan kepada siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun diluar kelas. Misalnya sebagai siswa harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah. b. Upaya menanamkan kerja sama. Disiplin dalam proses pembelajaran dapat

dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerja sama, baik antar siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya(mileu).

c. Kebutuhan untuk berorganisasi. Disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan organisasi.

d. Rasa hormat terhadap orang lain. Dengan dijunjungnya kedisiplinan yang tinggi dalam proses pembelajaran, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajiban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan. Dalam kehidupan, kita akan selalu menjumpai hal-hal yang menyenangkan maupun yang tidak. Melalui disiplin, siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan di dalam kehidupan pada umumnya serta dalam proses pembelajaran pada khususnya.

f. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin.Dengan memberikan contoh perilaku tidak disiplin, siswa diharapkan dapat menghindari mana perilaku disiplin dan yang tidak.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan siswa dalam pembelajaran adalah pembinaan sikap dan perilaku anak didik dalam kegiatan pembelajaran yang di lakukan di sekolah untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kedisiplinan dalam pembelajaran terkait dengan perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan pembelajaran yang efektif. menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh kembang anak didik melalui penanaman kompetensi dasar.

(35)

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap dan tingkah laku kearah kemajuan. Kegiatan pembelajaran sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. mengklasifikasikan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern) dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern).38

Disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan teratur dan akan menghasilkan prsetasi yang baik pula. Demikian sebaliknya faktor – faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor yang berasal dari luar diri siswa

Faktor dari luar dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1) Faktor non sosial

Faktor non sosial seperti keadaan uadara, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki tempat belajar yang teratur dan memiliki buku penunjang pelajaran cenderung lebih disiplin dalam belajar. Tidak kalah pentingnya faktor waktu, siswa yang mampu mengatur waktu dengan baik akan belajar secara terarah dan teratur. 2) Faktor soial

Faktor sosial terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. Siswa yang tinggal dalam lingkungan yang tertib tentunya siswa tersebut akan menjalani tata tertib yang ada di lingkungannya. Seorang guru yang mendidik siswa dengan disiplin akan cenderung menghasilkan siswa yang disiplin pula.

2. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa

38

(36)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi dua yaitu 1). Faktor fisiologis

Yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin blajar siswa. Siswa yang tidak menderita sakit cenderung lebih disiplin dibandingkan siswa yang menderita sakit dan badannya keletihan.

2). Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar antara lain: (a) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.

(b) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil yang lebih baik.

(c) Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai tujuan.

(d) Konsentrasi

Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran).

(37)

Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih diutamakan.

Faktor ekstern dan intern tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses pembelajaran, maka dituntut adanya keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu faktor tersebut ada kekurangan akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.

d. Sebab dan Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa dalam proses pembelajaran. 1. Sebab Pelanggaran Disiplin Dalam Pembelajaran

Pada dasarnya kedisiplinan dibentuk karena adanya kebutuhan dari diri individu. Pengenalan terhadap kebutuhan seorang peserta didik secara baik merupakan andil yang paling besar bagi pengendalian disiplin. Maslow

mengemukakan teori ”Hierarki Kebutuhan Manusia” sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya seperti makan, minum, perlindungan, fisik, sex, dan sebagainya. 2) Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, dan perasaan keamanan terhadap

masa depan yang dihadapi.

3) Kebutuhan akan cinta kasih, mencintai orang lain dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran, dan cinta kasih orang lain pada dirinya.

4) Kebutuhan akan penghargaan dan untuk dikenal oleh orang lain, merasa berguna bai orang lain, mempunyai pengaruh terhadap orang lain, dan sebagainya.

5) Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, terhadap berbagai hal agar individu dapat mengambil berbagai kputusan yang bijaksana terhadap beberapa hal dalam menghadapi dunianya secara efektif.

6) Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisasikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih korektif, toleran, dan spontan.39

39

(38)

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Bila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui cara-cara yang ada dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidakseimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain yang kurang diterima masyarakat. Sama halnya dengan pelanggaran disiplin di sekolah yang bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri. Misalnya:

1) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik akan mengakibatkan peserta didik jadi submisif, apatis, atau sebaliknya agresif ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan tidak manusiawi yang mereka terima,

2) Kelompok besar anggota dikurangi hak-haknya sebagai peserta didik yang seharusnya menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru, 3) Tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas

atau di bawah rata-rata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah,

4) Kurang dilibatkan dalam diikutsertakan dalam tanggung jawab sekolah, 5) Latar belakang kehidupan dalam keluarga yang kurang diperhatikan dalam

kehidupan sekolah,

6) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua, dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab.

Pada kenyataannya sebab-sebab pelanggaran disiplin tersebut sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari sebab-sebab yang tampak.

Walaupun demikian memang ada juga sebab-sebab yang bersifat umum , misalnya:

1. Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Harus diusahakan agar peserta didik tetap sibuk dengan kegiatan bervariasi sesuai dengan tarap perkembangannya,

(39)

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.40 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin pada diri peserta didik, hadir bukan hanya karena peraturan semata. Akan tetapi pelanggaran disiplin ada, karena adanya suatu kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara benar, melainkan kebutuhan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dan tidak dapat diterima oleh lingkungan sekolah.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya Dasar-dasar Bimbingan dan konseling memberikan gambaran tentang sebab-sebab melanggar tata tertib adalah sebagai berikut:

1) Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya;

2) Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat,

3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar (negatif),

4) Ciri khusus perkembangan remaja yang agak ”sukar diatur” tetapi ”belum

dapat mengatur diri sendiri”

5) Ketidaksukaan mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.41

Kedisiplinan juga dapat dilihat dari tingkah laku siswa itu sendiri. Tingkah laku anak didik amatlah bervariasi. Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebabnya adalah :

1) pengelompokan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negatif, penolakan, atau apatis.

40

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,..., h. 136-137

41

(40)

2) karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.

3) kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.

4) dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tenang atau cemas. Karena itu perilaku menyimpang seorang atau dua orang bisa ditoleransi asal tidak merusak kesatuan. 5) dari organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik

pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain. Sehingga tenaga mereka dipakai berjalan, harus menyesuaikan diri berkali-kali, tidak ada kstabilan, dan harus menyesuaikan terhadap guru dan metode-metodenya. Pengembangan diri yang sesungguhnya bersumber dari hubungan sosial menjadi terhambat.42

Berdasarkan beberapa sebab-sebab pelanggaran disiplin yang telah disebutkan di atas dapat terlihat bahwa siswa yang dapat melanggar disiplin bukan karena siswa tersebut ingin melakukan pelanggaran disiplin itu sendiri melainkan siswa yang terpaksa melakukan suatu tata tertib yang tidak didiskusikan kepada siswa terlebih dahulu, sehingga siswa tersebut melakukan pelanggaran disiplin. Dari pelanggaran disiplin tersebut, dapat memungkinkan berakibat sebagai berikut:

1) Tingkah laku siswa makin tidak terkendali,

2) Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dam murid, 3) Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa, 4) Proses belajar-mengajar terganggu,

5) Kegiatan belajar siswa terganggu, 6) Nilai rendah,

7) Tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah.43

Dapat disimpulkan bahwa setiap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa, sudah tentu ada sebab musababnya. Dengan demikian, siswa yang melakukan hal-hal yang melanggar ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dapat

42

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., h. 195-196.

43

(41)

menimbulkan akibat yang bukan hanya dirasakan oleh pihak sekolah tetapi dampaknya sangat besar terhadap siswa yang melakukan pelanggaran tersebut.

2. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa

Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini sikap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan pembelajarannya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Kanisius dalam bukunya Pengelolaan Kelas yang Dinamis mengatakan; secara umum, siswa di kelas dari segi kedisiplinan dapat digolongkan menjadi dua kelompok.44

Kelompok pertama adalah siswa yang pada dasarnya baik, mau belajar, hormat pada guru, dan taat padanya. Tetapi hidup mereka tidak teratur. Kerja mereka acak-acakan. Tugas di kelas tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Atau bila selesai, selesainya pun asal selesai. Perhatian mereka belum terpusat pada pelajarandan mudah terpecah ke arah lain. Mereka cepat merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

Kelompok kedua adalah murid yang memang mudah membuat masalah dan melanggar disiplin. Mereka nakal dan mudah berperilaku yang mengganggu kelas. Mereka mudah dan gemar membuat gaduh.mereka cenderung menolak tugas guru. Dalam mengerjakan tugas di kelas, mereka enggan untuk memulai. Entah bagaimana bentuknya, mereka mudah merusak sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

44

(42)

Dari kelompok manapun, perilaku yang tidak disiplin pada waktu proses belajar mengajar dan mengganggu proses belajar sangat membuat kita merasa prihatin, maka itulah dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung perlu adanya tata tertib.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bentuk-bentuk pelanggaran disiplin dibedakan menjadi dua yaitu bersifat individual dan kelompok.45

a. Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual adalah sebagai berikut:

a) Tingkah laku untuk menarik perhatian orang lain,

siswa yang bertingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, adalah siswa yang mempunyai perasaan ingin diperhatikan, siswa tersebut biasanya berusaha mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dikiranya dapat menarik perhatian orang lain. Apabila perilaku tersebut tidak dapat menarik perhatian orang lain (temannya), maka ia bisa saja mencari cara lain yang brutal. Tingkah lau tersebut misalnya seperti ; membadut di kelas (aktif) atau berbuat serba lamban (pasif), sehingga siswa tersebut harus diberi bantuan ekstra.

b) Tingkah laku untuk menguasai orang lain,

tingkah laku untuk menguasai orang lain adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa untuk menguasai orang lain. Tingkah laku tersebut dapat bersifat aktif dan ada juga yang bersifat pasif. Perilaku yang bersifat aktif misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional (marah-marah, menangis). Sedangkan tingkah laku yang bersifat pasif misalnya selalu lupa pada peraturan-peraturan yang sudah disepakati sebelumnya.

c) Perilaku yang membalas dendam, dan

45

(43)

siswa yang berperilaku membalas dendam adalah siswa yang merasa dirinya lebih kuat, dan yang menjadi sasaran adalah orang yang lebih lemah. Tingkah laku seperti ini di antaranya mengatai, mengancam, mencubit, memukul, menendang, dan sebagainya.

d) Peragaan ketidakmampuan.

Peragaan ketidakmampuan disini maksunya adalah siswa yang tidak mau tahu (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, misalnya menolak mentah-mentah untuk melakukan suatu pekerjaan, karena ia yakin akan menemui kegagalan. Kalaupun mau, ia melakukan tidak dengan sepenuh hati bahkan cenderung berusaha menyontek hasil pekerjaan teman yang ada di sampingnya.

b. Sedangkan bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut:

a) Kelas kurang kohesif (akrab),

hubungan antarsiswa kurang harmonis yang dapat memunculkan kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang dapat menyebabkan proses pembelajaran mengalami hambatan. Terjadi kurang kohesifan atau keakraban biasanya disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan atau kekeliruan dalam setiap kegiatan.

b) Kesebalan terhadap norma-norma yang telah disepakati sebelumnya,

tingkah laku yang secara sengaja dilakukan oleh siswa untuk melanggar norma-norma yang disepakati sebelumnya, apabila berhasil, siswa yang melakukannya merasa senang, tidak perduli orang merasa terganggu karena perbuatannya itu.

c) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggota,

d) Menyokong anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,

(44)

f) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.

Sejalan dengan pembahasan di atas, Aunurrahman lebih jelas mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:

a. belajar tidak teratur b. daya tahan belajar rendah

c. belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian d. tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap e. tidak terbiasa membuat ringkasan

f. tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

g. senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas

h. sering datang terlambat

i. melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).46

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa segala bentuk pelanggaran disiplin terjadi karena kurang efektifnya tata tertib di dalam kelas itu sendiri sehingga terjadi adanya kurang disiplinnya siswa dalam proses pembelajaran. Agar menjadikan proses pembelajaran tetap tertib, terjaga dari hal-hal yag tidak diinginkan maka diperlukan adanya tata tertib kelas yang tertulis agar kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran menjadi efektif. Di bawah ini penulis memberikan sebuah contoh mengenai tata tertib kelas:

Tata Tertib Kelas

1. Sebelum Pelajaran Dimulai

a. Setelah lonceng berbunyi tanda pelajaran dimulai, peserta didik berbaris di depan kelasnya, kemudian guru mempersilahkan mereka masuk kelas secara tertib.

b. Pelajaran pertama didahului dengan do’a pembukaan menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

c. Peserta didik yang datang terlambat harus melaporkan diri terlebih dahulu kepada pimpnan sekolah sebelum mengikuti pelajaran.

d. Guru hendaknya mengadakan pencatatan terhadap peserta didik yang hadir (presen), dan tak hadir (absen), dan yang datang terlambat pada :

46

Gambar

Tabel 1 Alternatif Jawaban Positif
Tabel 2 Pedoman Wawancara Efektivitas Kedisiplinan Dalam Pembelajaran
table berikut ini:
tabel di bawah ini :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap peduli terhadap lingkungan tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran, yang salah satunya tercermin pada kegiatan pembelajaran muatan lokal

(2) mengetahui upaya yang dilakukan untuk menanamkan karakter kepada siswa SMP N 25 Semarang (3) mengetahui kendala pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS

Pendidikan Agama adalah untuk mendidik Akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

Abrams mengemukakan latar atau yang disebut setting sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh penulis di SMP Veteran Kota Cirebon, ditemukan bahwa peran guru dalam menanamkan nilai-nilai luhur sangat berperan dalam pembentukan

Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan Islam adalah mendidik serta membina anak didik dengan memberikan dan menanamkan nilainilai agama kepadanya.Menurut

Persis inilah yang dimakud Freud dalam bahasa jerman, tapi penerjemahnya dianggap ”takut” ( fear ) terkesan terlalu umum. Contohnya sangat jelas, jika seseorang melempar

Hasil penelitian strategi guru IPS dalam menanamkan sikap toleransi pada siswa multikultural Semua Guru dan Staf TU di SMP Negeri 15 kota Bengkulu sangat menanamkan sikap