• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan dan Susunan Komisi Yudisial

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun yudikatif (Halaman 134-169)

C. Amar Putusan

3. Kedudukan dan Susunan Komisi Yudisial

Kedudukan dan Susunan KY tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 24B ayat (3) yang kemudian kedudukan KY diatur lebih lanjut pada pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan

127

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang menyebutkan bahwa:

(1) Komisi Yudisial berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

(2) Komisi Yudisial dapat mengangkat penghubung di daerah sesuai dengan kebutuhan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan, dan

tata kerja penghubung Komisi Yudisial di daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Komisi Yudisial.

Sedangkan Susunan Komisi Yudisial tercantum pada Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7, yang berisi ketentuan sebagai berikut:

(1) Komisi Yudisial terdiri atas pimpinan dan anggota.

(2) Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan Seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota.

(3) Anggota Komisi Yudisial berjumlah 7 orang yang merupakan pejabat negara.

(4) Keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas 2 orang mantan hakim, 2 orang praktisi hukum, 2 orang akademisi hukum, dan 1 orang anggota masyarakat.

(5) Pimpinan Komisi Yudisial dipilih dari dan oleh Anggota Komisi Yudisial.

128

(6) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Komisi Yudisial diatur oleh Komisi Yudisial.

4. Wewenang, Tugas, dan Pertanggungjawaban

Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004, Komisi Yudisial sebagaimana diubah melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, KY mempunyai wewenang sebagai berikut:

(1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan DPR;

(2) Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim;

(3) Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan Mahkamah Agung; dan (4) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau

Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)

Dalam melaksanakan kewenangan di atas, Komisi Yudisial mempunyai tugas yaitu:

o. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung. p. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung.

q. Menetapkan calon Hakim Agung.

129

Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:

a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku Hakim;

b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan

pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim; c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap

laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup, yaitu:

1) Melakukan verifikasi terhadap laporan;

2) Melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran;

3) Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari Hakim yang diduga melanggar pedoman kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim untuk kepentingan pemeriksaan;

4) Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari saksi;

5) Menyimpulkan hasil pemeriksaan.

d. Memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim; dan

130

e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat Hakim.

Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim Komisi Yudisial dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim. Selanjutnya, aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial.

5. Proses Penanganan Laporan Pengaduan di Komisi Yudisial

Masyarakat dapat mengajukan laporan pengaduan secara tertulis atau lisan dalam bahasa Indonesia ditujukan kepada Komisi Yudisial Republik Indonesia, yang memuat:

• Uraian mengenai hal yang menjadi dasar laporan, meliputi : alasan laporan yang diuraikan secara jelas dan terperinci, disertai alat bukti.

• (al-hal yang dimohonkan untuk diperiksa

Tanda tangan pelapor atau kuasanya disertai surat kuasa sah, jika laporan diajukan secara tertulis.

131

Laporan pengaduan dapat diantar langsung atau dikirim melalui pos/kurir ataupun melalui surat elektronik ke alamat: Komisi Yudisial Republik Indonesia

Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat Telp. 021-390 5455, Fax. 021-390 5455 www.komisiyudisial.go.id

e-mail : kyri@komisiyudisial.go.id

Adapun proses penanganan laporan pengaduan kepada Komisi Yudisial adalah sebagai berikut:

a. Laporan pengaduan yang masuk diperiksa syarat-syarat kelengkapannya. Apabila sudah lengkap maka laporan pengaduan dapat diregistrasi. Sebaliknya apabila tidak

lengkap maka pelapor untuk melengkapi laporan

pengaduannya terlebih dahulu.

b. Laporan yang sudah diregistrasi selanjutnya akan dianalisa dan dibahas oleh tim pembahas dalam sidang panel terdiri dari tiga atau sekurang-kurangnya dua Anggota Komisi Yudisial dilakukan secara tertutup dan rahasia. Sidang ini untuk memutuskan dapat atau tidaknya laporan, informasi

atau temuan ditindaklanjuti, dan atau melakukan

132

c. Laporan pengaduan yang dapat ditindaklanjuti dilanjutkan dengan proses pemeriksaan. Sedangkan laporan pengaduan yang tidak dapat ditindaklanjuti, diberitahukan kepada pelapor melalui surat.

d. Selanjutnya, laporan yang ditindaklanjuti pemeriksaan akan dibawa dalam Sidang Pleno untuk memutuskan terbukti atau tidaknya Terlapor melanggar kode etik. Sidang Pleno ini dihadiri sekurang-kurangnya 5 (lima) Anggota Komisi Yudisial.

e. Bila hakim yang dilaporkan dinyatakan tidak bersalah melanggar kehormatan dan keluhuran martabat serta perilaku hakim, maka Komisi Yudisial akan memulihkan nama baiknya dengan cara menyurati hakim yang bersangkutan yang ditembuskan kepada atasannya dan pelapor.

f. Sebaliknya, bila hakim yang dilaporkan dinyatakan bersalah melanggar kehormatan dan keluhuran martabat serta

perilaku hakim, maka Komisi Yudisial akan

merekomendasikan penjatuhan sanksi kepada Mahkamah Agung dengan tembusan kepada Presiden dan DPR.

g. Apabila bentuk rekomendasi dari sanksi tersebut berupa pemberhentian sementara atau pemberhentian, maka Komisi Yudisial akan mengusulkan diadakan sidang Majelis Kehormatan Hakim untuk memutuskan sanksi terhadap

133

hakim yang bersangkutan bersama dengan Mahkamah Agung.

Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas, Komisi Yudisial juga mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan Hakim.

Selanjutnya, selain mempunyai wewenang dan tugas, Komisi Yudisial juga melakukan pertanggungjawaban kepada publik melalui DPR, dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.

6. Keanggotaan Komisi Yudisial

Seperti yang telah dijelaskan pada Sub Bab Kedudukan dan Susunan Komisi Yudisial di atas, Komisi Yudisial mempunyai 7 Anggota yang merupakan Pejabat Negara (termasuk Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota), masing-masing anggota merupakan perwakilan dari 2 orang mantan hakim, 2 orang praktisi hukum, 2 orang akademisi hukum, dan 1 orang anggota masyarakat. Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Anggota KY dilarang untuk merangkap jabatan sebagai:

a. Pejabat negara atau penyelenggara negara menurut peraturan perundang-undangan.

134 b. Hakim.

c. Advokat.

d. Notaris dan/atau Pejabat Pembuat Akta Tanah.

e. Pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik negara atau badan usaha swasta.

f. Pegawai negeri.

g. Pengurus partai politik.

Anggota Komisi Yudisial periode 2005-2010 adalah: 1. Dr. M. Busyro Muqoddas, SH, M.Hum;

2. M. Thahir Saimima, SH, M.H; 3. H. Zainal Arifin, SH;

4. Dr. H. Mustafa Abdullah, SH; 5. Soekotjo Soeparto SH, L.LM;

6. Prof. Dr. Chatamarrasjid Ais, SH, MH (Alm); dan

7. H.M Irawady Joenoes S.H. (diberhentikan secara tidak hormat atas usul DPR melalui Keputusan Presiden Nomor 49/P/2009 karena tersangkut masalah hukum)

Sedangkan untuk masa jabatan 2010-2015 anggota KY terdiri atas:

1. Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H. (menjabat Ketua KY) 2. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum (Menjabat Wakil Ketua KY) 3. Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H. (Ketua Bidang

135

4. H. Abbas Said, S.H., M.H. (Ketua Bidang Pencegahan dan Pelayanan Masyarakat)

5. Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.H. (Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi)

6. Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum. (Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Penelitian dan Pengembangan)

7. Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. (Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga)

7. Pengusulan Pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc

Salah satu kewenangan Komisi Yudisial adalah mengusulkan dan pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc di MA kepada

DPR untuk mendapatkan persetujuan. Dalam rangka

pengangkatan hakim agung, KY diharuskan mengajukan 3 (tiga) nama calon hakim agung kepada DPR untuk setiap 1 (satu) lowongan hakim agung.

Persyaratan calon Hakim Agung:

Mahkamah Agung, Pemerintah, dan masyarakat dapat

mengajukan calon hakim agung untuk mengikuti seleksi yang dilakukan oleh Komisi Yudisial. Calon hakim agung yang diajukan dapat dari kalangan hakim karier atau dari kalangan bukan hakim atau non karier.

136

Syarat untuk bakal calon Hakim Agung yang berasal dari Hakim Karier adalah sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia.

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Berijazah magister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum

d. atau sarjana lain yang mempunyai keahlian di bidang hukum. e. Berusia sekurang-kurangnya 45 (empat puluh lima) tahun. f. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas

dan kewajiban.

g. Berpengalaman paling sedikit 20 (dua puluh) tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 (tiga) tahun menjadi hakim tinggi; dan

h. Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim.

Syarat untuk bakal calon Hakim Agung yang berasal dari sistem Non Karier:

a. Warga Negara Indonesia.

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

137

d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban.

e. Berpengalaman dalam profesi hukum dan atau akademisi hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun.

Selain persyaratan di atas, pedaftaran calon Hakim Agung oleh Mahkamah Agung, Pemerintah, dan Masyarakat harus memenuhi persyaratan administrasi sebagai berikut:

a. Daftar riwayat hidup, termasuk riwayat pekerjaan dan pengalaman organisasi.

b. Copy Kartu Tanda Penduduk (yang masih berlaku).

c. Pas photo terbaru sebanyak 3 (tiga) lembar ukuran 4x6 (berwarna).

d. Copy ijazah beserta transkrip nilai yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.

e. Surat keterangan berpengalaman dalam bidang hukum paling sedikit 20 (dua puluh) tahun dari instansi yang bersangkutan. f. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah

sakit pemerintah.

g. Daftar harta kekayaan dan sumber penghasilan calon serta penjelasannya (format LHKPN Form A dan Form B versi Komisi Pemberantasan Korupsi).

138

h. Foto Copy Nomor Pokok Wajib Pajak.

i. Surat keterangan dari pengadilan negeri setempat bahwa calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, bagi calon Hakim Agung yang berasal dari non karier.

j. Surat keterangan tidak pernah dijatuhi pemberhentian sementara bagi calon Hakim Agung yang berasal dari hakim karier, dan sanksi disiplin dari instansi/lembaga asal calon yang berasal dari Non karier.

k. Surat pernyataan tidak akan merangkap sebagai pejabat negara, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, pengusaha, karyawan badan usaha milik negara/daerah atau badan usaha milik swasta, pimpinan/pengurus partai politik atau organisasi massa yang merupakan onderbouw partai politik, atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, jika diterima menjadi Hakim Agung; l. Surat pernyataan kesediaan mengikuti proses seleksi calon

Hakim Agung.

139

n. Surat rekomendasi minimal dari 3 (tiga) orang yang mengetahui dengan baik kualitas dan kepribadian calon Hakim Agung yang bersangkutan.

Tahapan Seleksi Calon Hakim Agung

Seleksi calon hakim agung meliputi Seleksi Persyaratan Administratif serta Seleksi Uji Kelayakan Calon Hakim Agung yang meliputi seleksi kualitas, kepribadian, kesehatan dan wawancara

 Seleksi Administratif.

1) Seleksi persyaratan administratif dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 hari.

2) Komisi Yudisial mengumumkan daftar nama calon Hakim Agung yang telah memenuhi persyaratan administrasi dalam jangka waktu paling lama 15 hari.

3) Masyarakat berhak memberikan informasi atau pendapat terhadap calon Hakim Agung dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak pengumuman.

4) Komisi Yudisial akan melakukan penelitian atas informasi atau pendapat masyarakat dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak pemberian informasi atau pendapat berakhir. Seleksi Uji Kelayakan

140

Dalam tahapan ini, penilaian dilakukan terhadap:

1) Menilai kualitas putusan pengadilan, tuntutan jaksa, pembelaan advokat, hasil karya dan publikasi ilmiah akademisi dari calon hakim agung

2) Menilai kualitas karya tulis yang dikerjakan di tempat yang ditentukan

3) Menilai kualitas pendapat hukum terhadap suatu kasus hukum yang ditentukan dan dilakukan di Komisi Yudisial.

 Seleksi Kepribadian

Dalam tahapan ini, penilaian dilakukan terhadap: 1) Penilaian diri (self assesment)

2) Hasil Rekam Jejak (track record) 3) Test kepribadian (profile assesment)

 Seleksi Kesehatan

Pelaksanaan seleksi kesehatan dilakukan dengan menilai hasil pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani yang dilakukan oleh rumah sakit pemerintah.

 Klarifikasi

Klarifikasi terhadap Calon Hakim Agung/Hakim Ad Hoc untuk mengetahui:

141

• Perilaku di lingkungan keluarga, tempat tinggal, dan tempat kerja

• Keadaan keluarga, rumah tangga, hobi dan kebiasaan • Asal usul harta kekayaan beserta keluarga

• Rekam jejak

• Kepatuhan membayar pajak selama tiga) tahun terakhir. Calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi kualitas dan kepribadian akan diinvestigasi oleh Anggota Komisi Yudisial dengan cara: Meninjau dan mengunjungi rumah serta bertatap

muka secara langsung dengan calon hakim agung,

keluarganya, kerabat nya, teman kerjanya, tetangganya, dan lain–lain untuk mendapatkan informasi langsung mengenai kepribadian bakal calon hakim agung tersebut.

Hasil investigasi dan wawancara menjadi bahan rapat pleno Komisi Yudisisal untuk menentukan kelulusan. Bakal calon hakim agung yang dinyatakan lulus seleksi oleh Komisi Yudisial kemudian diusulkan ke DPR untuk mengikuti fit and proper test.

Adapun bagan proses pengangkatan Hakim Agung dapat dilihat pada halaman berikut ini:

142

PROSES PENGANGKATAN HAKIM AGUNG

Bakal calon Hakim Agung (Sumber: Booklet KY RI 2012-2013) Mahkamah Agung Presiden Dewan Perwakilan Rakyat Komisi Yudisial Pelantikan Fit and Proper Test Pemerintah Masyarakat Seleksi Pengusula n B a ka l c a lo n Penetapan

143

8. Pengusulan Pengangkatan Calon Hakim Agung oleh Komisi

Yudisial ke DPR RI dari tahun 2006 – 2012

Sejak awal kiprahnya pada tahun 2006, Komisi Yudisial telah melaksanakan 9 (sembilan) kali seleksi calon hakim agung yang pendaftarnya baik berasal dari hakim karier maupun non-karier. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Uraian Tahun 2006 Tahun 2007 Periode I Tahun 2008 Periode I Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2011- 2012 JUMLAH PENDAFTAR 130 59 72 73 79 53 107 111 MA (Karier) 54 30 23 48 42 13 50 73 Masy/Non Karier 76 29 49 25 37 40 57 38 LULUS TAHAP I (ADMINISTRASI) 88 49 51 43 63 26 83 86 MA (Karier) 52 28 23 32 38 10 46 62 Masy/Non Karier 36 21 28 11 25 16 37 24 LULUS TAHAP II 9 16 31 13 35 15 45 45 MA (Karier) 3 10 16 10 21 8 23 35 Masy/Non Karier 6 6 15 3 14 7 22 10 LULUS TAHAP III 6 12 18 6 15 6 18 12 MA (Karier) 2 8 12 4 11 4 10 12

144 Uraian Tahun 2006 Tahun 2007 Periode I Tahun 2008 Periode I Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2011- 2012 Masy/Non Karier 4 4 6 2 4 2 8 0 MENJADI HAKIM AGUNG 6 6 1 5 2 6 MA (Karier) 4 3 1 3 1 2 Masy/Non Karier 2 3 - 2 1 4 TOTAL HAKIM AGUNG PRODUK KY 26 orang

Sumber: Kiprah 7 Tahun KY RI

Proses seleksi calon hakim agung pada tahun 2006 dilaksanakan untuk mengisi kekosongan jabatan 6 (enam) hakim agung. Jumlah pendaftar sebanyak 130 orang yang kemudian menyusut menjadi 88 orang setelah dilakukan seleksi administrasi (tahap I). pada seleksi selanjutnya (tahap II) yang berisi tes karya ilmiah dan kesehatan menyusut menjadi 50 orang dan selanjutnya pada saat tes kepribadian (tahap III) yang lulus tinggal 9 orang. Tahapan terakhir adalah wawancara dan seleksi kualitas yang meluluskan 6 orang yang memenuhi persyaratan, kemudian 6 orang kandidat tersebut diserahkan kepada DPR RI untuk dilakukan fit and proper test sebagai hakim agung di MA RI.

145

Pada tahun 2007 calon hakim agung yang mendaftar sebanyak 59 orang yang kemudian mengikuti tahapan seleksi dari tahap I hingga tahap III akhirnya tersisa 12 calon hakim agung yang kemudian diserahkan kepada DPR RI untuk dilakukan fit and proper test untuk menentukan 6 orang sebagai hakim agung terpilih.

Selanjutnya pada tahun 2008 proses seleksi calon hakim agung dilakukan untuk mengisi lowongnya 14 hakim agung di MA RI. Sesuai dengan ketentuan dari setiap 1 lowongan hakim agung harus ada 3 calon yang akan dilakukan fit and proper test oleh DPR, maka KY harus menyeleksi calon hakim agung sebanyak 42 orang. Proses seleksi dilakukan 2 periode, periode I dilakukan untuk mengisi 6 jabatan hakim agung. Pada periode ini ada 72 orang yang mendaftar dan pada akhirnya tersisa 18 calon hakim agung yang akan melalui fit and proper test di DPR RI. Pada seleksi calon hakim agung periode II (Agustus-Desember) tahun 2008 dilakukan untuk mengisi 8 jabatan hakim agung. Pada saat itu yang mendaftar berjumlah 73 orang dan pada akhir tes tersisa 13 orang yang lulus kualifikasi sampai akhirnya yang diusulkan kepada DPR RI berjumlah 6 orang.

Kemudian pada tahun 2009 kandidat yang mendaftar sebanyak 79 orang dan yang lulus tahapan seleksi akhir tersisa 15 orang. Ke-15 orang kandidat yang lulus seleksi tersebut digabungkan

146

dengan 6 orang yang lulus seleksi pada seleksi hakim agung periode II tahun 2008, untuk kemudian dilakukan fit and proper test di DPR RI untuk kemudian memilih 6 hakim agung.

Sehubungan jumlah hakim agung yang terpilih hanya 6 orang dari yang seharusnya 8 orang sesuai kebutuhan MA RI, maka KY berkoordinasi dengan MA untuk melakukan seleksi hakim agung pada tahun 2010 guna melengkapi 2 jabatan hakim agung yang lowong. Pada tahun ini terdapat 53 calon yang mendaftar, namun yang lulus seleksi sampai tahap akhir hanya 6 orang. Dari ke-6 orang tersebut DPR RI memilih 2 kandidat hakim agung setelah melaksanakan fit and proper test.

Pada tahun berikutnya yaitu 2011, KY kembali membuka pendaftaran seleksi hakim agung di bulan Maret atas permintaan MA RI untuk menambah 10 jabatan hakim agung yang lowong. Jumlah yang mendaftar pada saat itu sebanyak 107 orang. Setelah dilaksanakan seleksi dari tahap I sampai tahap III tersisa 18 orang yang lulus kualifikasi. Selanjutnya ke-18 orang calon hakim agung tersebut diserahkan kepada DPR RI untuk melakukan fit and proper test guna mengisi 10 jabatan hakim agung, namun yang lulus fit and proper tes hanya 6 orang.

Setelah mendapatkan 6 oraag hakim agung, MA RI kembali meminta Komisi Yudisial untuk melaksanakan rekruitmen hakim agung untuk mengisi 5 hakim yang akan pension pada akhir 2011

147

dan awal 2012. Permintaan ini langsung direspon dengan membuka pendaftaran seleksi calon hakim agung pada 1-21 Desember 2011. Jumlah pendaftar sebanyak 111 orang. Setelah melakukan proses seleksi, pada tahap akhir tersisa 12 orang calon. Dengan demikian Komisi Yudisial hanya dapat memenuhi 4 hakim agung dari 5 lowongan minimal 15 calon yang harus diserahkan ke DPR RI. 12 calon tersebut diserahkan kepada DPR RI namun ternyata dikembalikan kepada Komisi Yudisial agar memenuhi permintaan MA RI sebanyak permintaan dari MA RI. Kemudian Komisi Yudisial kembali melakukan proses seleksi calon hakim agung periode II tahun 2012 sesuai dengan perintah DPR Ri yang mengacu pada permintaan MA RI. Pendaftaran dibuka pada tanggal 8-28 Juni 2012, yang kemudian jumlah pendaftar sebanyak 119 orang. Hingga tulisan ini disusun Komisi Yudisial masih sedang melakukan proses seleksi pemilihan calon hakim agung yang rencananya akan selesai sebelum tahun 2012. Adapun nama-nama hakim agung yang telah lulus seleksi melalui beberapa tahapan di Komisi Yudisial sejak tahun 2006-2011 adalah sebagai berikut:

No. Nama Latar Belakang

1. Prof. Dr. Komariah E. Sapardja, SH Non Karier

148

No. Nama Latar Belakang

3. Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah, SH Non Karier 4. Dr. H. Mohammad Saleh, SH, MH Karier

5. Moh. Zaharuddin Utama, SH Karier

6. Drs. Mukhtar Zamzami, SH, MH Karier 7. Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH, LL.M Non Karier 8. Syamsul Maarif, SH, LL.M, Ph.D Non Karier 9. Dr. H. Andi Abu Ayyub Saleh, SH, MH Non Karier

10. Djafni Djamal, SH Karier

11. Suwardi, SH Karier

12. Moh. Soroinda Nasution, SH, M.Hum Karier

13. H. Yulius SH Karier

14. Soltoni Mohdally, SH, MH Karier

15. H. Achmad Yamanie, SH, MH Karier

16. Dr. H. Supandi, SH, MH Karier

17. Dr. Salman Luthan, SH, MH Non Karier 18. Prof. Dr. Surya jaya, SH, M.Hum Non Karier

19. Sri Murwahyuni, SH, MH Karier

20. Dr. Sofyan Sitompul, SH, MH Non Karier

21. Suhadi SH, MH Karier

149

No. Nama Latar Belakang

24. Dr.H. Dudu Duswara Machmuddin SH, M.Hum Non Karier 25. Dr. H. M. Harry Djatmiko, Sh, MS Non Karier 26. Dr. Nurul Elmiyah, Sh, MH Non Karier

Sumber: Kiprah 7 Tahun Komisi Yudisial RI

9. Kesekretariatan Komisi Yudisial

Dalam rangka memberikan dukungan teknis dan administrasi Komisi Yudisial maka dibentuk Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. yang kedudukan, tugas, dan fungsinya diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial.

Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah aparatur pemerintah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan Komisi Yudisial. Sekretariat Jenderal KY dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul dari Ketua Komisi Yudisial.

Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial menyelenggarakan fungsi yaitu:

150

g. pemberian dukungan teknis administratif kepada Komisi Yudisial dalam melaksanakan wewenang dan tugas pengusulan pengangkatan Hakim Agung;

h. pemberian dukungan teknis administratif kepada Komisi Yudisial dalam melaksanakan wewenang dan tugas penegakan kehormatan dan keluhuran martabat hakim; i. koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas unit

organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial;

j. perencanaan, pengawasan, administrasi kepegawaian,

keuangan, ketatausahaan, perlengkapan dan kerumah- tanggaan di lingkungan Komisi Yudisial.

Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial terdiri atas seorang Sekretaris Jenderal yang membawahi 4 (empat) biro yaitu:

f. Biro Pengawasan Hakim.

Terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu Bagian Pencegahan, Pengaduan dan Pelaporan serta Bagian Penanganan Kasus. Bagian Pencegahan, Pengaduan dan Pelaporan membawahi Sub Bagian Pencegahan, Sub Bagian Pengaduan, dan Sub Bagian Pelaporan. Sedangkan Bagian Penanganan Kasus membawahi Sub Bagian Administrasi dan Sub Bagian Pemeriksaan kasus.

151

g. Biro Seleksi dan Penghargaan Hakim.

Terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu Bagian Pendaftaran Seleksi serta Bagian Pengembangan dan Penghargaan.

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun yudikatif (Halaman 134-169)

Dokumen terkait