• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistik Penanganan Perkara di Mahkamah Konstitus

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun yudikatif (Halaman 102-114)

D. Kedudukan Hukum dan Lembaga Yudikatif di Indonesia

8. Statistik Penanganan Perkara di Mahkamah Konstitus

Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang untuk memutus perkara yaitu Uji materi suatu Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara, memutus pembubaran Partai Politik, dan memutus perselihan hasil pemilihan umum.

95

Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) termasuk kedalam pemilihan umum (pemilu). Hal tersebut diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Pada intinya, ketentuan tersebut menyebutkan bahwa penanganan perselisihan hasil pemilukada oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi yang akhirnya pada 29 Okotber 2008 Ketua MA dan Ketua MK bersama-sama menandatangani Berita Acara pengalihan wewenang mengadili perselisihan hasil pemilukada. Sehingga sejak saat itu praktis MK melaksanakan kewenangan yang sebelumnya dilakukan MA.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, sejak awal pembentukannya pada tahun 2003 sampai dengan 2011, Mahkamah Konstitusi telah meregistrasi 940 perkara. Diantara jumlah tersebut, terdapat 414 perkara pengujian UU terhadap UUD RI 1945 (44%), 18 perkara Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (2%), 116 perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden/Wakil Presiden (12%) serta 392 perkara lainnya terkait Perselisihan Hasil Pemilu Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah (42%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.

96 Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Pada Tahun 2011, MK telah meregistrasi sebanyak 224 perkara. Dari jumlah tersebut terdapat pengujian UU sebanyak 86 perkara (38%), sedangkan SKLN sebanyak 6 perkara (3%), dan PHPU Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebanyak 132 perkara (59%). Hal tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini:

44%

2% 12%

42%

Jumlah Registrasi Perkara

Tahun 2003 s.d. 2011

Pengujian Undang- Undang (PHPU) Sengketa KewenanganLembaga Negara (SKLN)

Perselisihan Hasil Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden Perselisihan Hasil Pemilu Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

97 Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Jumlah registrasi perkara pengujian Undang-Undang sejak tahun 2003 hingga tahun 2011, hampir terjadi peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2005 mengalami sedikit penurunan. Jumlah registrasi perkara pengujian Undang-Undang meningkat secara signifikan pada tahun 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:

38%

3% 59%

Jumlah Registrasi Perkara Tahun 2011

Pengujian Undang- Undang SKLN PHPU Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

98 Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Sedangkan untuk perkara SKLN sejak tahun 2003 hingga tahun 2011, tidak banyak permohonan yang masuk ke MK, bahkan pada tahun 2003 dan 2009 tidak ada satupun permohonan yang diterima MK. Namun pada tahun 2006 terdapat 4 perkara yang diregistrasi, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 6 perkara.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 24 27 25 27 30 36 78 81 86

Jumlah Registrasi Perkara Pengujian Undang-

99

Total seluruh perkara SKLN yang diterima oleh MK sejak 2003 hingga 2011 adalah 18 perkara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Untuk jumlah perkara PHPU Legislatif dan Presiden/Wakil Presiden pada tahun 2004 tercatat 45 perkara yang diregistrasi

0 1 2 3 4 5 6 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 0 1 1 4 2 3 0 1 6

Jumlah Registrasi Perkara Sengketa Kewenangan

100

oleh MK. Sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan registrasi perkara menjadi 71. Lebih jelasnya dapat diliat pada grafik di bawah ini:

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Sementara itu untuk perkara PHPU Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah sejak ditangani oleh MK pada tahun 2008 hingga 2011, terjadi peningkatan yang signifikan pada tahun 2010 sebanyak 230 perkara yang diregistrasi, dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009 yang hanya 27 perkara dan 3 perkara yang diregistrasi. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tiap

45 71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2004 2009

Jumlah Registrasi Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden/Wakil Presiden

101

tahunnya. Sehingga registrasi perkara di MK berbanding lurus dengan jumlah pelaksanaan Pemilukada yang terjadi di seluruh Indonesia. Semakin banyak pelaksanaan pemilukada maka semakin banyak pula perkara yang masuk dan diregistrasi oleh MK. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

A. Penerimaan Permohonan dan Registrasi Perkara di MK

Pada Tahun 2011

Dalam melaksanakan kewenangannya MK telah menerima berbagai permohonan dari berbagai pihak. Ada permohonan

27 3 230 132 0 50 100 150 200 250 2008 2009 2010 2011

Jumlah Registrasi Perkara Hasil Pemilihan

Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

102

yang memenuhi persyaratan administratif dan ada juga permohonan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Permohonan yang diterima MK secara keseluruhan (baik yang memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan administratif) berjumlah 256 permohonan dari tiga jenis kewenangan yang ditangani yaitu 224 permohonan diregistrasi dan sisanya 32 permohonan tidak diregistrasi. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011 12%

88%

Jumlah Permohonan Tahun 2011

Permohonan Tidak diregistrasi Permohonan diregistrasi

103

Dari angka 224 perkara yang diregistrasi terdiri atas 86 permohonan pengujian undang-undang (38%), 6 permohonan SKLN (3%) dan 132 permohonan PHPU Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (59%). (lihat grafik berikut)

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011

Untuk permohonan yang tidak diregistrasi yang berjumlah 32 perkara, diantaranya ada yang berkaitan dengan MK dan ada pula yang diluar kewenangan yang dimiliki MK. Untuk permohonan

38%

3% 59%

Jumlah Permohonan yang Diregistrasi Berdasarkan Kewenangan MK Pada tahun 2011

Pengujian Undang- Undang Sengketa Kewenangan Lembaga Negara Perselisihan Hasil Pemilukada

104

yang bukan kewenangan MK diantaranya adalah permohonan terkait pengujian atas keputusan lembaga pemerintahan, permintaan fatwa, gugatan perkara perburuhan, warisan, dan persoalan atas putusan pengadilan.

Selain hal di atas, perkara yang tidak diregistrasi terkait perkara PHPU Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebabkan antara lain karena sudah melewati tenggang waktu dan ada pula karena sudah diputus.

Berkaitan dengan pengujian undang-undang, dalam praktiknya banyak pula perohonan yang diajukan ke MK yang merupakan masalah hak-hak konstitusional, akan tetapi tidak menjadi kewenangan MK untuk menyelesaikannya sehingga permohonan tersebut dinyatakan tidak dapat diterima niet ontvankelijk

verklaard) ataupun tidak diregistrasi. menurut catatan

Kepaniteraan mahkamah Konstitusi, terdapat permohonan yang secara substansial merupakan pengaduan kontitusional atau yang lazim disebut constitutional complaint. Salah satunya adalah perkara Pollycarpus, dimana dia telah mengalami persidangan dengan hukum acara yang salah. Padahal putusan sudah sampai di tingkat kasasi. Ketika hal tersebut dimohonkan ke MK, permohonan itu tidak dapat ditindaklanjuti oleh MK karena MK tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut.

105

Dari data registrasi perkara sejak tahun 2003 hingga 2011, terdapat peningkatan kuantitas perkara yang diregistrasi MK. Hal ini dapat kita lihat pada grafik sebagai berikut:

Sumber: Laporan Tahunan MK 2011 0 50 100 150 200 250 300 350 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Perkara yang Diregistrasi MK Tahun 2003 s.d. 2011

106

Dalam dokumen profil lembaga negara rumpun yudikatif (Halaman 102-114)

Dokumen terkait