Dalam hal ini, jaminan merupakan tanggungan atas pinjaman yang diterima atau janji satu pihak untuk menanggung kewajiban pihak lain. Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat atau rakyat.Kedua arti tersebut, jika di analogikan pihak yang satu adalah negara serta pihak yang lain adalah masyarakat (warga negara),
103
sehingga dapat diambil sebuah pengertian bahwa seseorang dalam suatu negara wajib untuk menyetorkan iuran kepada negara secara kolektif dan universal guna menanggung dan menjamin kehidupan setiap warga negaranya yang membutuhkan.
Menurut Monika Queisser209, tidak ada definisi baku yang menyumbangkan pemaknaan jaminan sosial secara global. Menurutnya, jaminan sosial sebenarnya dipahami sebagai jumlah total semua nilai atau aturan sosial yang dirancang tidak hanya untuk menjamin kelangsungan hidup fisik suatu kelompok individu atau masyarakat, tetapi juga untuk memberikan perlindungan yang komprehensif dari risiko yang mungkin mengacu pada penurunan daya hidup yang tidak dapat diramalkan dan konsekuensi yang dapat ditanggung sendiri oleh mereka yang terkena dampak.
Purwoko210 mengemukakan bahwa konsep jaminan sosial sebagai suatu skema proteksi yang ditujukan untuk tindakan pencegahan, khususnya bagi masyarakat yang memiliki penghasilan terhadap berbagai risiko atau peristiwa yang terjadi secara alami sperti sakit, kecelakaan, kematian, PHK sebelum usia pensiun, dan hari tua. Oleh karena itu, kehadiran jaminan sosial adalah selain untuk menjamin atau melindungi individu secara fisik, juga untuk meminimalisir adanya risiko yang mungkin terjadi.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menyebutkan bahwa jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (2004 n.d.). Menurut Afzalur Rahman, jaminan sosial dalam Islam mencakup pemberian standar hidup yang layak, termasuk penyediaan pangan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.211
Jaminan social ketenaga kerjaan adalah program Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dikhususkan untuk pelayanan bagi tenaga kerja atau karyawan dalam bentuk jaminan asuransi hari tua. Pada Tanggal 25 November 2011, Pemerintah dibentuklah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). Dicantumkan dalam Pasal 3 Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
209 Naerul Edwin Kiky Aprianto,2017,” Jurnal Kontruksi Sistem Jaminan Sosial dalam Perspektif Ekonomi Islam”, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto
210 ibid
211 ibid
104
memiliki tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya dan BPJS berbadan hukum publik dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam menyelenggarakan jaminan sosial berdasarkan prinsip nirlaba sesuai dengan prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional. Ini disinyalir sebagai salah satu sebab bahwa bentuk badan hukum PT. Jamsostek(Persero).
harus dirubah dari Perseroan Terbatas yang sampai saat ini masih mencari keuntungan menjadi badan hukum publik yang tidak mencari keuntungan dari operasionalnya sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 7 Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial.212
Merujuk penyataan Pasal 62 UU BPJS, saat ini PT. Jamsostek (Persero) telah berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan telah beroperasi lebih dari satu tahun dalam mencapai tujuan yaitu bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.213
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, yang diuraikan sebagaiberikut:
1) Program Jaminan kecelakaan kerja (JKK)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 31 Ayat (1), (2) dan (3) menjelaskan bahwa Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia.
2) Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor46
212A.Abbas Salim. Dasar-dasar Asuransi (Principles of Insurance). Rajawali Pers, Jakarta.
1991. Hlm.1
213 Hj. Suzanalisa,2015, “Implikasi Perubahan Pt. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Terhadap Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Di Indonesia”, jurnal ilmiah universitas batanghari jambi vol.15 no.3 tahun 2015
105
Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua menjelaskan bahwa Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT program penghimpunan dana yang ditunjukan sebagai simpanan yang dapat digunakan oleh peserta, terutama jika penghasilan yang bersangkutan terhenti karena berbagai sebab, seperti meninggal dunia, cacat total tetap atau telah mencapai usiapensiun.
3) Program Jaminan Pensiun (JP)
Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:
1. Pekerja pada perusahaan
2. Pekerja pada orang perseorangan
Selain itu, pemberi kerja juga dapat mengikuti Program Jaminan Pensiun sesuai dengan penahapan kepesertaan. Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja mempunyai usia paling banyak 1 (satu) bulan sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56 tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai mencapai UsiaPensiun 65 tahun.
4) Program Jaminan Kematian (JKM)
JKM diberikan ketika peserta meninggal dunia kepada ahli warisnya sesuai besaran iuran. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasal 43 Ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa Jaminankematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.214
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan lembaga yang dibentuk oleh undang-undang dengan tujuan menjalankan tanggung jawab negara dalam memenuhi amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 34 ayat 2 yaitu
214 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2008.
Hlm. 50.
106
“Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat. Definisi tentang konsep jaminan sosial sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan sosial diantaranya:215
1. Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagai suatu proteksi bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, hari tua dan meninggal dunia – digunakan untuk pegawai swasta. Pasal 3 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, dimana jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. Menurut Rejda (1994) mendefinisikan bahwa jaminan sosial sebagai skema preventif bagi komunitas yang bekerja terhadap peristiwa ketidakamanan ekonomi seperti inflasi, fluktuasi kurs dan pengangguran sebagai akibat kebijakan publik yang bersifat ekspansif sehingga menimbulkan penurunan daya beli masyarakat bahkan rentan miskin dan miskin sama sekali.
4. Menurut Konstitusi ISSA 1998 mengartikan jaminan sosial sebagai suatu program perlindungan dengan kepesertaan wajib yang berdasarkan Undang-Undang Jaminan Sosial, kemudian dengan memberikan manfaat tunai maupun pelayanan kepada setiap peserta beserta keluarganya yang mengalami peristiwa-peristiwa kecelakaan, pemutusan hubungan kerja sebelum usia pensiun, sakit, persalinan, cacat, kematian prematur dan hari tua.
5. Konvensi ILO 1998 memberikan pemahaman tentang jaminan sosial sebagai sistem proteksi yang dipersiapkan oleh masyarakat (pekerja) itu sendiri bersama pemerintah untuk mengupayakan pendanaan bersama guna
215 Rian Nugroho, (2019), “Kebijakan Jaminan Sosial: Sebuah Tinjauan Kritis dan Konstruktif”,lihat di http://www.jurnalsosialsecurity.com/news/kebijakan-jaminan-sosial- sebuah-tinjaun-kritis-dan-konstruktif.html, 7 July 2019, di akses Oktober 2020
107
membiayai program-program jaminan sosial sebagaimana tertuang dalam seperangkat kebijakan publik yang pada umumnya dalam bentuk Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial;
6. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak (Pasal 1 Ketentuan Umum Undang- Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
Menurut Purwoko (2006) menyatakan bahwa jaminan sosial sebagai salah satu faktor ekonomi yang memberikan manfaat tunai kepada peserta sebagai pengganti penghasilan yang hilang, karena peserta mengalami berbagai musibah seperti sakit, kecelakaan, kematian prematur, pemutusan hubungan kerja sebelum usia pensiun dan hari tua.
Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional dan hak mengembangkan dirinya secara setiap orang dan dijamin berdasarkan kontistusi216 yakni:217
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan;
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan;
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.”
Jaminan sosial BPJS ini dengan menggunakan prinsip gotong royong dimana pasal 19 ayat 1 Undang-Undanga No. 40 tahun 2004 adalah berdasarkan kegotongroyongan antara kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah, kepersertaan bersifat wajib dan tidak selektif dengan iuran berdasarkan persentasi upah/penghasilan dan sifatnya nirlaba.
Badan hukum BPJS yang sifatnya publik harus sesuai dengan kelembagaan negara lainnya dalam hal keterbukaan informasi sesuai dengan
216 Asih Eka Putri,, (2014), “Paham Sistem Jaminan Sosial Nasiona”, CV Komunitas Pejaten Mediatama, Jakarta
217 Undang-Undanga Dasar Tahun 1945, pasal 28H ayat 1,2 dan 3
108
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dimana, badan publik meliputi lembaga eksekutif, yudikatif, legislatif, serta penyelenggara negara lainnya yang mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan mencakup pula organisasi nonpemerintah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, seperti lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, serta organisasi lainnya yang mengelola atau menggunakan dana yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri,
Dimana Aset badan hukum BPJS berdasarkan Undang- Undang No. 24 tahun 2011 bersumber dari:
a. Modal awal dari Pemerintah - yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham,
b. Hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan program jaminan sosial;
c. Hasil pengembangan aset BPJS;
d. Dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; dan/atau;
e. Sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
Penggunaan Aset BPJS berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2011 adalah sebagi berikut:
a. Biaya operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial;
b. Biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan Sosial;
c. Biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan, dan;
d. Investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam BUMN dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ada penyertaan modal yang disisihkan dari kekayaan negara yang dipisahkan begitu juga dengan Sistem Jaminan Sosial Nasioanal (SJSN) yang tertuang dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2004,
109
Filosofi dari SJSN ini adalah bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
Badan Hukum BPJS mengemban amanat untuk menjalankan Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berdasarkan Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia dan asas manfaat asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif serta asas keadilan, asas yang bersifat adil.218
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memiliki landasan filosofis
“memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, yang betujuan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya”.219