BAB II PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI BANK
1. Kedudukan PT dalam Hukum Perusahaan
Perusahaan perseroan terbatas dapat pula menjalankan kegiatan usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Perusahaan perseroan terbatas ini merupakan persekutuan yang berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Hal ini dikemukakan dalam Undang-Undang PT, bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum, perusahaan perseroan terbatas mempunyai legal personality yang terbatas pada nilai nominal saham yang dimilikinya.
Dalam praktek sangat banyak kita jumpai perusahaan berbentuk perseroan terbatas. Bahkan, berbisnis dengan membentuk perseroan terbatas ini, terutama untuk bisnis yang serius atau bisnis besar, merupakan model berbisnis yang paling lazim dilakukan, sehingga dapat dipastikan bahwa jumlah dari perseroan terbatas di Indonesia jauh melebihi jumlah bentuk bisnis lain, seperti firma, perusahaan komanditer, koperasi, dan lain-lain.23
Ada definisi lain yang memberikan arti perseroan terbatas sebagai suatu asosiasi pemegang saham (atau bahkan seorang pemegang saham jika
22
Try Widiyono, Op.Cit, hal. 87.
23
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 1.
dimungkinkan untuk itu oleh hukum di negara tertentu) yang diciptakan oleh hukum dan diberlakukan sebagai manusia semu (artificial person) oleh pengadilan, yang merupakan badan hukum karenanya sama sekali terpisah dengan orang-orang yang mendirikannya, dengan mempunyai kapasitas untuk bereksistensi yang terus-menerus, dan sebagai suatu badan hukum, perseroan terbatas berwenang untuk menerima, memegang dan mengalihkan harta kekayaan, menggugat atau digugat, dan melaksanakan kewenangan-kewenangan lain yang diberikan.
Untuk mendirikan badan usaha perseroan terbatas dibutuhkan beberapa persyaratan. Persyaratan yang dimaksud dibagi dua, yakni syarat formal dan materil.24
a. Syarat formal
Suatu PT yang hendaknya didirikan harus dibuat dengan akta notaris. Hal ini dengan tegas disebutkan dalam Pasal 7 UU PT, sebagai berikut.
1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
2) Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam rangka peleburan.
24
4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
5) Setelah perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.
Dari ketentuan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU PT, bila seseorang hendak mendirikan PT harus ada paling sedikit 2 (dua) orang. Tampaknya hal ini ada kaitannya dengan pengertian PT seperti yang dijelaskan dalam UU PT, yakni PT adalah suatu badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian. Untuk itu, bila suatu PT sudah berdiri dan pemegang saham jurang dari dua orang, maka pendirian harus mencari partner baru. Bila tidak, risiko yang akan diderita PT akan menjadi tanggung jawab pribadi sendiri.
b. Syarat materiil
Yang dimaksud dengan syarat materiil di sini adalah dalam pendirian PT harus ada modal. Modal dalam PT terdiri dari 3 jenis, yakni seperti di bawah ini:
1) Modal dasar atau sering juga disebut sebagai modal statuir yaitu jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar (AD). Dalam UU PT disebutkan minimal RP. 50.000.00,00 (lima puluh juta rupiah). (Lihat Pasal 32 ayat 1).
2) Modal ditempatkan atau modal yang telah diambil yaitu sebagian dari modal perseroan telah disetujui untuk diambil oleh para pendiri, dalam bentuk saham. Dalam Pasal 33 ayat (1) UU PT disebutkan, pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU PT.
Organ perseroan terbatas mempunyai organ yang terdiri atas: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi, dan komisaris.
Di dalam Undang-undang PT dengan tegas menyebutkan Komisaris sebagai salah satu organ perseroan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Pasal 1 ayat (6) UU PT menyatakan:
“Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan”.
Dengan demikian, komisaris berfungsi sebagai pengawas dan penasihat direksi, sehingga keberadaannya merupakan suatu keharusan. Sebagai pengawas
dan penasihat direksi, menurut Pasal 92 dan Pasal 100 Undang-undang PT, Komisaris selain berwenang memberhentikan persetujuan atau bantuan kepada direksi, juga berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang pula melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan direksi yang berhalangan tersebut. Bagi komisaris yang demikian berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga. Ketentuan Pasal 100 UU PT ini memberi wewenang kepada komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh direksi dalam hal direksi tidak ada. Apabila ada direksi, maka komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas telah ditentukan dalam UU PT.
Komisaris pada umumnya bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam mengurus perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada direksi, demikian menurut Pasal 108 Undang-Undang PT. Tugas pengawasan itu bisa merupakan bentuk pengawasan preventif atau represif.
Pengawasan preventif ialah melakukan tindakan dengan menjaga sebelumnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merugikan perseroan, misalnya untuk beberapa perbuatan dari direksi yang harus dimintakan persetujuan komisaris, apakah hal itu sudah dilaksanakan atau belum. Dalam hal ini, komisaris harus selalu mengawasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan represif ialah pengawasan yang dimaksudkan untuk menguji perbuatan direksi apakah semua perbuatan yang dilakukan itu tidak menimbulkan
kerugian besar bagi perseroan dan tidak bertentangan dengan undang-undang dan anggaran dasar. Apakah nasihat-nasihat dari komisaris sudah diperhatikan betul oleh komisaris. Selanjutnya, Pasal 114 ayat (2) UU PT memberikan kewajiban kepada komisaris agar dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.25
Dewan komisaris merupakan badan pengawas mandiri yang tidak dikenal dalam sistem hukum perseroan Anglo America. Kalaupun “Board of Directors” perseroan dalam sistem Common Law memberi kesan mirip dengan Dewan Komisaris, namun kemiripannya semu karena pada hakikatnya Board of Directors
merupakan organ eksekutif. Juga istilah “officer” yang tidak dikenal dalam sistem kontinental.26
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, direksi merupakan salah satu organ perseroan terbatas yang bertugas dan fungsinya melakukan kepengurusan sehari-hari dari perseroan terbatas serta mewakili badan hukum dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka hubungan hukum tertentu. Badan hukum perseroan terbatas mewakilkan kepengurusan sehari-hari perseroan terbatas kepada direksi selaku salah satu organ perseroan terbatas. Pada hakikatnya, hanya
Sebelumnya, Pasal 1 ayat (5) Undang-undang PT menyatakan:
“Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurursan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar”.
25
Agus Budiarto, Op.Cit, hal. 75.
26
direksilah yang diberikan kekuasaan untuk “mengurusi dan mewakili” perseroan terbatas baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam mengurusi dan mewakili perseroan terbatas, hendaknya direksi memperhatikan kepentingan dan tujuan perseroan terbatas.
Sehubungan dengan itu, menurut Paul Scholten dan Bregstein, pengurus adalah mewakili badan hukum. Analog dengan pendapat Gierke dan Paul Scholten maupun Bregstein tersebut di atas, maka direksi bertindak mewakili PT sebagai badan hukum. Kewenangan perwakilan dari direksi PT ini timbul karena adanya pengangkatan dari RUPS dan akan berakhir dengan meninggalnya orang yang diangkat untuk mewakili tersebut atau kewenangan mewakili itu ditarik kembali.
Seperti dikemukakan di atas, bahwa pengangkatan direksi dilakukan oleh RUPS, tetapi untuk pertama kalinya pengangkatannya dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota direksi dalam akta pendiriannya. Ketentuan seperti ini dapat dilihat pada Pasal 94 ayat (2) Undang-undang PT. Direksi dapat diangkat dari orang pemegang saham atau bukan, bahkan menurut Prasetyo (1983: 17), pemegang jabatan direksi sekaligus sebagai pemegang saham hanyalah suatu kebetulan karena di dalam praktik sering dijumpai direksi PT adalah orang luar, bukan pemegang saham.27