• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP KAFA’AH DALAM PERKAWINAN

F. Kedudukan Kafa’ah Dalam Membentuk Rumah Tangga

Salah satu pertimbangan dalam menentukan calon pasangan baik suami maupun istri adalah pertimbangan kafa’ah. Tujuan disyari‟atkannya kafa’ah adalah untuk menghindari celaan yang terjadi apabila pernikahan dilangsungkan antara sepasang mempelai yang tidak sekufu’ (sederajat) dan juga demi kelanggengan kehidupan pernikahan, sebab apabila kehidupan pasangan suami istri sebelumnya tidak jauh berbeda tentunya tidak terlalu sulit untuk saling menyesuaikan diri dan lebih menjamin kelangsungan kehidupan rumah tangga.66

Para Imam empat mazhab menyatakan bahwa kafa’ah adalah syarat lazim dalam perkawinan bukan syarat sah sebuah akad pernikahan. Jika perempuan yang tidak setara maka akad tersebut sah. Sedangkan syarat sahnya pernikahan adalah apabila syaratnya terpenuhi, maka terjadilah pernikahan. Syarat pertama adalah halalnya seorang perempuan bagi suami yang menjadi pendampingnya. Artinya tidak diperbolehkan perempuan yang hendak dinikahi itu berstatus

37

sebagai muhrimnya dengan sebab apapun, yang mengharamkan pernikahan mereka berdua, baik itu bersifat sementara maupun selamanya. Syarat yang kedua adalah saksi yang mencakup hukum kesaksian dalam pernikahan. Dengan demikian kafa’ah hukumnya adalah dianjurkan.67

Islam pada dasarnya tidak menetapkan bahwa seorang laki-laki hanya boleh menikah dengan perempuan yang sama dengannya. Islam juga tidak menjadikan perbedaan kedudukan, harta, pendidikan, suku maupun fisik sebagai penghalang dalam pernikahan, karena Islam tidak membuat aturan mengenai

kafa’ah, tetapi manusialah yang menetapkannya, sebab yang menjadi ukuran

dalam Islam adalah agamanya dan Islam memandang bahwa manusia diciptakan adalah sama. Ada hal yang dapat mempengaruhi terjadinya kerukunan dalam rumah tangga yaitu antara suami istri memiliki kesepadanan. Keharmonisan dan kebahagiaan dalam suatu rumah tangga sangat ditentukan oleh keharmonisan pasangan tersebut. Tidak diragukan lagi jika kedudukan antara laki-laki dan perempuan sapadan, maka suami istri akan terhindar dari kegagalan atau kegoncanan rumah tangga.68

Bahwa manusia itu sama dalam hak-hak dan kewajiban, mereka tidak lebih utama dari kecuali dengan ketakwaan. Sedangkan selain ketakwaan yang berdasarkan nilai kepribadian yang berlandaskan tradisi dan adat istiadat, maka pasti diantara manusia saling memiliki perbedaan. Ada perbedaan dalam sisi rezeki dan kekayaan. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalan surat an-Nahl ayat 71:

67Wahbah az-Zuhaili, Op.Cit. h. 223.

68Anshari Taslim, Indahnya Nikah Sambil Kuliah, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2005), h. 181.

38

















“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki”69

Secara akal pun, yang namanya kafa’ah ini sangat diterima, karena sudah menjadi pengetahuan umum yang semua orang tahu, bahwa kesamaan status dan kesepadanan strata antara kedua pasangan itu menjadi salah satu faktor keharmonisan keluarga, karena bagaimana pun kafa’ah mempunyai pengaruh atas lancar atau tidaknya sebuah hubungan keluarga. Maka kafa’ah ini sebagai faktor yang dapat mewujudkan rumah tangga yang sakinah dan menjadi bahan perhitungan juga.

Namun walaupun kafa’ah ini dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami dan calon istri, tetapi tidak menentukan sah atau tidaknya perkawinan.

Kafa’ah adalah hak bagi wanita dan walinya dan kafa’ah atau tidaknya pasangan

tersebut dilihat dari perempuannya bukanya dari laki-laki. Perempuanlah yang dijadikan patokan apakah laki-laki jodohnya itu sekufu’ dengannya atau tidak. Karena sesuatu perkawinan yang tidak seimbang atau serasi akan menimbulkan problema berkelanjutan dan besar kemungkinan menyebabkan terjadinya perceraian. Namun semua itu juga tergantung kepada pasangan tersebut yang akan menjalankan bahtera kehidupan rumah tangga kedepannya. Kisah pernikahan Fathimah binti Qais dengan Usamah bin Zaid merupakan gambaran bahwa kedudukan dan kehormatan bukan merupakan aspek utama kafa’ah, Fathimah

39

binti Qais adalah perempuan terhormat, cantik dan termasuk golongan orang hijrah yang pertama, sedangkan Usamah bin Zaid adalah seorang budak, padahal ketika itu Mu‟awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm datang meminang. Mu‟awiyah adalah seorang bangsawan. Dilihat dari aspek ini, Mu‟awiyah sangat pantas untuk memperistrinya, tetapi Rasulullah menyuruh Fatimah binti Qais untuk menikah dengan Usman bin Zaid.70 Sehingga ketika itu Allah swt berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:











































“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”71

Ayat diatas menegaskan bahwa orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Maka ayat tersebut menunjukkan bahwa kemuliaan itu ditentukan oleh ketakwaan kita. Sebenarnya menurut Iman Malik,

kafa’ah ini khusus untuk kesepadanan dalam agama, iman taqwa dan juga

akhlaknya. Bahwa orang yang bagus agamanya, ia sekufu’ dengan pasangan yang

70Mohammad Fuazil Adhim, Di Ambang Pernikahan (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 74.

40

bagus pula agamanya. Imam Syafi‟i pun mendukung pendapat ini. Bahwa kafa’ah berlaku dalam bidang agama.

41

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN PANDANGAN DOSEN TERHADAP KONSEP KAFA’AH

A. Gambaran Umum Fakultas SyariahUIN Raden Intan Lampung 1. Sejarah dan Perkembangan

Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung merupakan salah satu dari lima Fakultas di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung saat ini. Keberaaan Fakultas ini mempunyai sejarah yang panjang sejak didirikan pada tahun 1968. Sejarah berdirinya Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung tidak terlepas dari sejarah berdirinya IAIN Raden Intan Lampung, yaitu melalui musyawarah Alim Ulama Daerah Lampung di Metro sebagai ibu kota Lampung Tengah ketika itu, dalam rangka membentuk Yayasan Sejahtera Islam Lampung (YKIL) pada tahun 1963, yang membidani berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada tahun itulah (1963) berdirinya PTAI dengan membuka 2 (dua) Fakultas, yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari‟ah di Lampung di bawah binaan dan santunan YKIL dengan lokasi perkantoran dan perkuliahan ditempatkan di aula Fakultas hukum Unsri jalan Hasanuddin No. 1 Telukbetung. Setelah berjalan beberapa bulan perkuliahan kedua Fakultas tersebut dialihkan ke Masjid Jami‟ Lungsir Telukbetung, yang sekarang bernama masjid Jami‟ al-Furqon. Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan didirikan bersama dengan peresmian IAIN Raden Intan Tanjungkarang dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Agama RI Nnomor 187 Tahun 1968 tanggal 26

42

Oktober 1968 pada masa kepemimpinan Rektor pertama Muktamar Hasan, S.H. yang berlokasi di Jalan Raden Fattah Kaliawi Tanjungkarang.Pada masa transformasi menjadi perguruan tinggi negeri berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 187 tahun 1968, Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung memiliki dua jurusan yaitu Jurusan Peradilan Agama atau Qodho‟ dan Jurusan Perdata Pidana Islam. Sesuai dengan kebijakan Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) pada tahun 1995, maka dua jurusan tersebut dikembangkan menjadi tiga program studi, yaitu al-Ahwal al-Syakhsiyah (AS) atau hukum keluarga/perdata, Mu‟amalah (M) atau Hukum Ekonomi dan Bisnis, dan Jinayah Siyasah (JS) yang kemudian berubah menjadi jurusan Siyasah (S) atau Hukum Tata Negara. Pada tahun 2006 fakultas Syari‟ah membuka lagi jurusan Ekonomi Islam (EI) dan pada tahun 2013 dibuka lagi jurusan baru Perbankan Syari‟ah (PS). Jadi sampai pertengahan tahun 2015 Fakultas Syari‟ah menyelenggarakan lima jurusan, yaitu Hukum Keluarga, Hukum Ekonomi dan Bisnis, Hukum Pidana dan Politik, Ekonomi Islam dan Perbankan Syari‟ah, sedangkan pada tahun 2016 Fakultas Syari‟ah menyelenggarakan konsentrasi ilmu hukum dan kelas internasional. Sejalan dengan pengembangan kelembagaan yang dilakukan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Islam (Dirjen Pendis), maka pada tahun 2015 dibuka fakultas baru yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) sebagai pengembangan (pecahan) dari Fakultas Syari‟ah. Dua jurusan yang ada sebelumnya ada di Fakultas Syari‟ah yaitu Ekonomi Islam dan Perbankan Syari‟ah turut dipindah keseluruhannya, baik mahasiswa lama dan baru

43

maupun dosennya, ke FEBI tersebut. Dengan demikian Fakultas Syari‟ah menyelenggarakan empat jurusan, yaitu Hukum Keluarga (AS), Hukum Ekonomi dan Bisnis (M), Hukum Pidana dan Politik yang berubah menjadi Hukum Tata Negara atau Siyasah (S) dan Ilmu Hukum (IH), tersebut dibentuknya kelas internasional untuk jurusan Siyasah.72

2. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung a. Visi : Menjadikan Fakultas yang unggul dan komperatif dalam pendidikan,

pengkajian dan pengembangan hukum Islam dan ilmu hukum secara integratif, yang berwawasan keIslamian, kemanusiaan, dan keindonesiaan, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

b. Misi :

1)Melaksanakan pendidikan yang berkualitas dalam hukum Islam dan ilmu hukum terkait secara integratif, baik dalam bidang hukum perdata atau keluarga, hukum ekonomi, hukum tata negara, hukum pidana, dan sebagainya.

2) Melakukan penelitian, pengkajian dan pengembangan hukum Islam dan ilmu hukum terkait di bidangnya.

3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidangnya serta kerjasama yang simbiotif dengan berbagai lembaga dalam dan luar negeri.

44

c. Tujuan:

1) Melahirkan sarjana hukum yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

2) Menghasilkan sarjana hukum bidang keIslamian dan ilmu hukum yang ahli dan profesional dalam memutuskan dan menyelesaikan persoalan hukum yang terjadi serta melaksanakan tugas pelayanan masyarakat sesuai dengan disiplin keahlian hukum.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung periode 2015-2019 terdiri dari pimpinan fakultas, sub-sub bagian, jurusan/program studi, lembaga-lembaga atau pusat-pusat kajian. Sruktur tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah ini:

a. Pimpinan

1) Dekan : Dr. Alamsyah, M.Ag.

2) Wakil Dekan I : Dr. H. Khairuddin Tahmid, M.H. 3) Wakil Dekan II : Drs. H. Haryanto, M.H.

4) Wakil Dekan III : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. b. Kepala Bagian Tata Usaha dan Kasubag

1) Kabag Tata Usaha : Drs. H. Aziz Mohadi, M.M 2) Kasubag Akademik dan : Drs. Muhammad Kirom

Kemahasiswaan

45

Kepegawaian, dan Keuangan

c. Ketua-Ketua Prodi

1) Ketua Jurusan AS : Marwin, S.H., M.H.

Sekretaris : Gandhi Liyorba Indra, S.Ag., M.Ag. 2)Ketua Jurusan Muamalah : Dr. H. A. Khumedi Ja‟far, S.Ag., M.H.

Sekretaris : Khoirudin, S.Th.I., M.S.I. 3)Ketua Jurusan Siyasah : Drs. Susiadi AS, M.Sos.I.

Sekretaris : Frenki, S.E.I., M.S.I.

4. Program Studi

Fakultas Syari‟ah UIN Raden intan Lampung pada saat ini memiliki 3 jurusan atau program studi sebagai berikut:

a. Prodi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhsiyah)

Jurusan (Prodi) ini meyiapkan sarjan muslim yang mempunyai keahlian dibidang hukum Kekeluargaan dalam Islam (Perkawinana, waris, wakaf, hibah, wasiat, dan lain-lain). Mampu mengkaji mendalami dan meneliti problematika hukum kekeluargaan serta mampu mengembangkan teori dan konsep hukum kekeluargaan dalam Islam sehingga diharapkan dapat diaplikasikan dan disebarluaskan dalam masyarakat. Program Studi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhsiyah) ini telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dengan nilai B.

46

1) Visi : Program Studi Hukum Keluarga (Al-Ahwal Al-Syakhsiyah) ini

adalah menjadi pusat pendidikan, pengkajian, dan pengembangan Hukum Keluarga berbasis ilmu syari‟ah, yang unggul, kompetitif, inovatif dan responsif terhadap perkembangan persoalan kemanusiaan dan berdaya saing global pada tahun 2023.

2) Misi :

a) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di bidang hukum keluarga, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

b) Melakukan pengkajian dan pengembangan ilmu syari‟ah dan ilmu hukum di bidang hukum perdata yang berbasis penelitian.

c) Melaksanakan pengabdian pada masyarakat guna membangun kehidupan keluarga harmonis berdasarkan hukum keluarga serta menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga luar.

3) Tujuan :

a) Menghasilkan sarjana hukum yang beriman, bertakwa, dan berkhlak mulia.

b) Menghasilkan sarjana yang menguasai hukum keluarga dan hukum keperdataan, baik hukum Islam maupun ilmu hukum, serta maupun menyelesaikan persoalan dan melakukan pelayanan sesuai dengan bidang keahliannya.

47

b. Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

Jurusan ini menyiapkan sarjana muslim yang mempunyai keahlian dalam sidang Muamalah, dengan kajian utama Hukum Perikatan dan Bisnis Syari‟ah serta menyiapkan mahasiswa untuk memiliki pengetahuan tentang kaidah-kaidah muamalah kebendaan, hak milik dan sosial budaya, memiliki keterampilan dalam menejemen perusahaan, asuransi dan lembaga keuangan Islam lainnya.Program studi Hukum Ekonomi Syari‟ah atau Mu‟amalah ini telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dengan nilai A.

1) Visi : Program Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah adalah menjadi pusat

pendidikan, pengkajian, dan pengembangan Hukum Ekonomi berbasis ilmu Syari‟ah yang unggul, kompetitif, inovatif dan responsif terhadap perkembangan hukum dan ekonomi yang berdaya saing global pada tahun 2023.

2) Misi :

a) Melaksanakan pendidikan, pengkajian dan pengembangan Hukum Ekonomi dan ilmu ekonomi berbasis syari‟ah baik teoritis maupun praktis.

b) Mengembangkan sistem ekonomi dan lembaga keuangan dengan berbasis kepada prinsip-prinsip syari‟ah.

c) Melaksanakan pengabdian pada masyarakat di bidang Hukum dan Ekonomi Syari‟ah serta menjalin kerjasama yang baik dan

48

menguntungkan dengan lembaga-lembaga terkait, pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.

3) Tujuan :

a)Menghasilan sarjana hukum yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia dan memiliki penguasaan hukum ekonomi syari‟ah.

b) Menghasilkan serjana yang mampu menyelesaikan persoalan hukum dan ekonomi kemasyarakatan yang terjadi dan melaksanakan pelayanan sesuai dengan disiplin keahlian di bidang hukum ekonomi syari‟ah.

c. Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah)

Jurusan Siyasah bertujuan meyiapkan sarjana muslim yang mengetahui Hukum Tata Negara yang memiliki keterampilan dalam memberikan pendapat atau fatwa dalam Hukum Pidana Islam serta mempunyai Kompetensi tentang konstalasi dan pengembangan Ilmu Tata Negara dan Pemerintahan dalam Islam serta mengaplikasiannya. Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) ini telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dengan nilai B.

1) Visi : Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) adalah menjadi

pusat pendidikan, pengkajian, dan pengembangan ilmu hukum tata negara yang berbasis ilmu syari‟ah dan ilmu hukum yang unggul, kompetitif, inovatif, dan responsif terhadap perkembangan persoalan kontemporer dan berdaya saing global pada tahun 2023.

49

2) Misi :

a) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran hukum tata negara yang berbasis ilmu-ilmu syari‟ah dan ilmu hukum, baik teoritis maupun praktis.

b) Melakukan pengkajian dan pengembangan Hukum Tata Negara dengan berbasis penelitian.

c) Melakukan pengabdian untuk membangun sistem ketatanegaraan dan pemerintahan sesuai dengan nilai-nilai prinsip syari‟ah.

d) Menjalin kerjasama yang baik dan menguntungkan dengan lembaga-lembaga terkait, pemerintahan dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.

3) Tujuan :

a) Menghasilkan sarjana hukum yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

b) Menghasilkan sarjana yang menguasai hukum tata negara dan pemerintahan serta mampu mengimplementasikannya sesuai dengan nilai-nilai syari‟ah.

c) Menghasilkan sarjana yang mampu menyelesaikan persoalan tata negara, pemerintahan dan perundang-undangan yang terjadi dan melakukan pelayanan sesuai dengan keahliannya di bidang hukum tata negara.

50

5. Paradigma Keilmuan

Pendidikan di Fakultas Syari‟ahUIN Raden intan Lampung dirancang untuk mencetak sarjana hukum yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, yang menguasai hukum Islam dan ilmu hukum terkait sesuai bidangnya, secara integratif dan interdisipliner yang kokoh dan mendalam. Struktur leilmuan Fakultas Syari‟ah dan Hukum berakar dari al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumbernya, yang ketika ditafsirkan melalui ilmu al-Qur‟an dan al-Hadis, lalu melahirkan ilmu fikih atau ilmu hukum Islam, sebagai dari ilmu-ilmu keIslaman secara umum. Sebagai ilmu yang memuat aturan-aturan praktis kehidupan manusia, maka ilmu fikih terpolarisasi menjadi ilmu bidang besar hukum Islam, yaitu fikih ibadah (hukum ibadah ritual), fikih mu‟amalah (hukum ekonomi-bisnis), fikih munakahat (hukum keluarga/perdata), fikih jinayah (hukum pidana), dan fikih siyasah (hukum tata negara dan politik).

Oleh karena itu, kajian-kajian hukum keluarga dengan mata kuliah inti fikih munakat dilakukan secara terpadu dengan hukum perdata, psikologi hukum keluarga,mediasi dan advikasi. Kajian hukum ekonomi berbasis pada fikih mu‟amalah dilaksanakan secara menyatu dengan kajian ilmu ekonomi dan ilmu sosial umumnya. Demikian pula kajian hukum tata negara yang berbasis kepada kajian fikih siyasah diintegrasikan dengan berbasis disiplin ilmu terkait, seperti ilmu hukum tata negara, ilmu politik, dan sebagainya.

51

B. Dosen Tetap Yang Menjadi Narasumber di Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

Obyek dalam penelitian ini adalah dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang fiqh secara umum di Fakultas Syari‟ah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang membahas mengenai kafa’ah. Tetapi hanya dosen tetap saja yang menjadi informan. Adapun dosen tetap Fakultas Syari‟ah yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Drs. Khoirul Abror, M.H.

Beliau merupakan dosen mata kuliah fiqh ibadah di Fakultas Syari‟ah dan beliau juga telah menulis buku mengenai Hukum Perkawinan dan Perceraian yang menjelaskan bahwa beliau pun membidangi fiqh munakahat.

2. Dra. Firdaweri, M.H.I.

Beliau merupakan dosen senior mata kuliah fiqh munakahat di Fakultas Syari‟ah dan beliau pernah menjabat Lektor Kepala Mata Kuliah Fiqh pada tahun 1997.

3. Drs. H. Muhammad Rusfi, M.Ag.

Beliau adalah dosen yang mengajar mata kuliah ushul fiqh 4. Rohmat, S.Ag., M.H.I.

Beliau adalah dosen yang mengajar mata kuliah fiqh jinayah sekaligus ilmu falak

52

Beliau merupakan dosen tetap di Fakultas Syari‟ah yang membidangi fiqh muamalah. Beliau sekarang menjabat sebagai ketua Jurusan Muamalah dan beliau baru saja mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Hukum Keluarga. 6. Abdul Qodir Zaelani, S.H.I., M.A.

Beliau adalah dosen yang mengajar mata kuliah fiqh mawaris dan beliau juga mengelola lembaga kajian redaksi al-„Adalah sebagai pemimpin.

7. Yufi Wiyos Rini Masykuroh, S.Ag., M.Si.

Beliau merupakan dosen yang mengajar mata kuliah fiqh ibadah.

C. Pandangan Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung TehadapKonsep Kafa’ah

Kafa’ah merupakan suatu hal yang yang perlu diperhatikan dalam memilih

calon pasangan agar tidak terjadi kesenjangan antara kedua belah pihak. Kafa’ah sendiri pun bukanlah suatu hal yang dijadikan sebagai syarat dalam perkawinan. Walaupun bukan menjadi syarat dalam perkawinan para ulama banyak berbeda pendapat mengenai hal ini.

Beberapa tanggapan dosen Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung mengenai konsep kafa’ahyang mempunyai spesifikasi dalam bidang ilmu Hukum Perkawinan yaitu dosen-dosen yang mengajar dalam bidang ilmu Fiqh. Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan mengenai kafa’ah, antara lain mengenai tanggapan tentang kafa’ah dalam rumah tangga, apa saja kriteria kafa’ah, setuju atau tidak bahwa kafa’ahdijadikan konsep untuk mewujudkan keharmonisan rumah tangga, bagaimana dengan seseorang yang sudah saling mencintai tetapi

53

tidak sekufu’, adakah hal-hal selain dalam konsep kafa’ah untuk mencapai rumah tangga rumah tangga yang harmonis. Diantara beberapa dosen yang diwawancarai antara lain:

1. Menurut bapak Drs. Khoirul Abror, M.H,73 mengenai tanggapan beliau tentang

kafa’ah dalam rumah tangga, beliau mengatakan bahwakafa’ah itu seimbang atau

seirama baik dengan laki-laki maupun perempuan, baik seirama dalam hal pendidikan ekonomi dan ilmu pengetahuan, tetapi tidak harus sama tetapi tidak pula jauh secara keseimbangannya.

Lalu kriteria kafa’ah menurut beliau yaitu seirama dalam hal pendidikan, dalam hal ekonomi dan seirama dalam hal pengetahuan. Namun yang paling utama yaitu dalam hal umur yaitu jarak antara umur laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda.

Beliau setuju bahwa kafa’ahdijadikan konsep untuk mewujudkan

keharmonisan rumah tangga dengan syarat laki-laki harus seimbang, kemudian antara wali dan laki-laki tidak bermusuhan, dan laki-laki pun sanggup membayar mas kawin.

Ketika ada seseorang yang saling mencintai tetapi dia tidak sekufu’ itu bukan menjadi hal yang dipermasalahkan tetapi setidaknya antara laki-laki dan perempuan itu seagama, karena didalam KHI juga sudah jelas bahwa tidak sekufu’ tidak dapat menghalangi untuk menikah kecuali karna tidak sekufu’ dalam hal agama. Karena kalau berbicara tentang kafa’ah sama halnya berbicara masalah ijbar. Hak ijbar itu orang tua memaksakan anak gadisnya menikah dengan

54

laki tanpa izin dari gadis yang bersangkutan tetapi dengan pertimbangan dan syarat tertentu, karena sering kali perempuan tidak pandai memilih jodohnya dengan tepat. Maka disitu baru muncullahkafa’ah karena kafa’ah memang harus diperhatikan benar.

Hal-hal selain dari konsep kafa’ah untuk mencapai rumah tangga yang harmonis adalah tidak ada permusuhan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya saling menjaga perasaan masing-masing dan saling menghormati agar tidak adanya permusuhan karena tidak ada permusuhan itu wajib.

2. Menurut ibu Dra. Firdaweri, M.H.I.74 dianjurkannya didalam perkawinan itu adanya kafa’ah tetapi kafa’ah yang dikatakan dalam hadits bahwa wanita dinikahkan karena empat hal yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihkan wanita karena agamanya maka kamu akan beruntung. Kriteria kafa’ah itu hanya ada emapat yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agama tetapi yang paling ditekankan dalam Islam adalah agama. Tetapi kalau bisa selain agama disamping itu ada unsur-unsur lain yaitu pendidikan.

Beliau mendukung bahwa kafa’ah dapat menimbulkan keharmonisan dalam rumah tangga, bila terjadi kesenjangan dalam rumah tangga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik karena kedua belah pihak tidak memahami satu sama lain.

Dokumen terkait