• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN SWISS SEBAGAI NEGARA NETRAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIOANL

A. Sejarah Swiss Sebagai Negara Berdaulat

1. Syarat-syarat Sebuah Negara menurut Konvensi Montevideo

Ada beberapa syarat minimal yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat disebut sebagai negara. Syarat tersebut berlaku secara umum dan merupakan unsur yang penting . syarat-syarat tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Unsur konstitutif terbentuknya negara adalah unsur yang mutlak harus ada pada saat negara didirikan. Unsur konstitutif ini meliputi rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat. Adapun unsur deklaratif adalah unsur yang tidak mutlak ada pada saat negara berdiri, tetapi unsur ini boleh dipenuhi atau menyusul dipenui setelah negara berdiri. Unsur deklaratif adalah pengakuan dari negara lain. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht, suatu Negara harus memenuhi syarat-syarat :

a) Rakyat yang bersatu

b) Daerah atau wilayah

d) Pengakuan dari negara lain74

Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu :

A. Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga Negara) atau bangsa (staatvolk).

B. Harus ada wilayah atau lingkungan kekuasaan.

C. Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat) atau pemerintahan yang berdaulat.

D. Kesanggupan berhubungan dengan Negara-negara lain.75

1. Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang menjadi penghuni suatu negara. Tanpa rakyat, mustahil negara akan terbentuk. Leacock mengatakan bahwa, “Negara

tidak akan berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang mendiami bumi ini.”. Hal

ini menimbulkan pertanyaan, berapakah jumlah penduduk untuk membentuk sebuah negara? Plato mengatakan bahwa untuk membentuk sebuah negara, wilayah tersebut membutuhkan minimal 5040 penduduk. Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan penduduk.

1. Penduduk adalah semua orang yang bertujuan menetap dalam wilayah suatu negara tertentu untuk jangka waktu yang lama.

74Sebagaimana dimuat dari “https://blogdenni.wordpress.com/unsur-unsur-terbentuknya-

negara/” Diakses pada tanggal 7 Juli 2015. 75 Huala Adolf , Op cit, hlm 40

2. Bukan Penduduk adalah orang yang mereka yang berada di dalam suatu wilayah Negara hanya untuk sementara waktu (tidak menetap)

Penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi warga negara dan bukan warga negara.

a) Warga negara adalah mereka yang menurut hukum menjadi warga dari suatu negara,

b) Bukan warga negara adalah orang asing atau disebut juga warna negara asing (WNA).

2. Wilayah

Merupakan landasan material atau landasan fisik Negara. Secara umum dapat dibedakan menjadi :

1) Wilayah Daratan

Batas wilayah suatu negaradengan Negara lain di darat , dapat berupa : a) Batas Alamiah

b) Batas Buatan

c) Batas Secara geografis 2) Wilayah Lautan

Negara yang tidak memiliki lautan disebut land locked. Sedangkan Negara yang memiliki wilayah lautan dengan pulau-pulau disebut archipelagic state. Untuk menentukan batas wilayah lautan tidak semudah menetapkan batas wilayah daratan sebab batas wilayah lautan lebih banyak permasalahannya dan bermacam-macam peraturannya. Dalam hukum

internasional belum terbentuk adanya keseragaman ketentuan mengenai lebar laut teritorial setiap negara dan kebanyakan negara menentukan sendiri-sendiri batas laut teritorialnya, ada yang 3 mil (Indonesia sebelum Deklarasi Juanda), 12 mil (seperti Saudi Arabia, RRC, Chile, dsb), 200 mil (El Savador), dan 600 mil (Brazilia).

Pada saat ini yang dijadikan dasar hukum masalah wilayah kelautan suatu Negara adalah hasil Konferensi Laut Internasional III Tahun 1982 di Montigo Bay (Jamaika) yang diselanggarakan oleh PBB, yaitu UNCLOS (United Nations Conference on The Law of the Sea ). Batas Lautan :

1. Batas Laut Teritorial 12 mil dari bibir pantai ketika air surut 2. Batas Zona Bersebelahan 12 mil dari laut teritorial/24 mil dari bibir

pantai

3. Batas Zona Ekonomi Ekslusif 200 mil dari pantai

4. Batas Landas Kontinen (LK) Pemerintah RI pada tanggal 17 Februari 1969, telah mengeluarkan Deklarasi tentang “ Landas

Kontinen” dengan kebiasaan praktik Negara dan dibenarkan pula

oleh Hukum Internasional bahwa suatu Negara pantai mempunyai penguasaan dan yurisdiksi yang ekslusif atau kekayaan mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah di dalamnya di landas kontinen. Contoh hasil perjanjian landasa kontinen :

a) Perjanjian RI – Malaysia tetang Penetapan garis Batas Landas Kontinen Kedua Negara (di Selat Malaka dan Laut

Cina Selatan) ditandatangani 27 Oktober 1969 dan mulai berlaku 7 November 1969.

b) Perjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka Bagian Utara dan Laut Andaman,ditandatangani17 Desember 1971 dan mulai berlaku 7 April 1972.

c) Persetujuan RI – Australia tentang Penetapan Atas Batas- Batas Dasar Laut Tertentu di daerah Laut Timor dan laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei 1971, dan berlaku mulai 9 Oktober 1972.

3) Wilayah Udara

Pasal 1 Konvensi Paris 1919 : Negara-negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi di wilayah udaranya, misalnya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan. Konvensi Chicago 1944 (Pasal 1) : Setiap Negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan ekslusif di ruang udara di atas wilayahnya UU RI No. 20 tahun 1982, batas wilayah kedaulatan dirgantara yang termasuk orbit geo- stationer adalah setinggi 35.671km.

4) Daerah Ekstrateritorial

Wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu. Menurut Hukum Internasional, yang mengacu pada hasil Reglemen dalam Kongres Wina(1815) dan Kongres Aachen (1818), “ perwakilan diplomatik suatu Negara di Negara lain merupakan daerah ekstrateritorial”.

3. Pemerintah yang Berdaulat

Unsur konstitutif yang ketiga dari negara ialah pemerintah yang berdaulat. Pemerintah adalah pemegang dan penentu kebijakan yang berkaitan dengan pembelaan negara. Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan ke dalam dan ke luar. Kekuasaan ke dalam berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat dalam negara itu. Kekuasaan ke luar berarti bahwa kekuasaan pemerintahan itu dihormati dan diakui oleh negara - negara lain. Masalah kedaulatan merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu negara, karena kedaulatan merupakan sesuatu yang membedakan antara negara yang satu dengan yang lain. Kedaulatan artinya kekuasaan tertinggi. Di negara diktaktor, kedaulatan didasarkan atas kekuatan. Di negara-negara demokrasi kedaulatan didasarkan atas persetujuan

4. Pengakuan dari Negara lain

Pengakuan dari negara lain bukanlah merupakan unsur pembentuk negara, tetapi sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara. Dengan kata lain pengakuan dari negara lain hanya bersifat deklaratif saja.76 pengakuan dibagi menjadi dua, yaitu de facto dan de jure:

76Sebagaimana dimuat

dari“https://books.google.co.id/books?id=KaeblPqaCT8C&pg=PR67&lpg=PR67&dq=buku+konv

ensi+montevideo+1933&source=bl&ots=EyWysDEUUT&sig=dGZWdfzb9Zz5sE7JY7Pq_W1Q X74&hl=en&sa=X&ei=8qSbVfyTL4yjugTS2JfAAg&ved=0CGMQ6AEwCQ#v=onepage&q=buk

a) Pengakuan secara de facto, diberikan jika suatu Negara baru sudah memenuhi unsur konstitutif dan juga telah menunjukkan diri sebagai pemerintahan yang stabil. Pengakuan de facto adalah pengakuan tentang kenyataan (fakta) adanya suatu Negara.

1. Pengakuan de facto bersifat sementara, Pengakuan yang diberikan oleh suatu Negara melihat bertahan tidaknya Negara tersebut di masa depan. Jika Negara baru tersebut kemudian jatuh atau hancur, Negara itu akan menarik kembali pengakuannya.

2. Pengakuan de facto bersifat tetap, Pengakuan dari Negara lain terhadap suatu Negara hanya bisa menimbulkan hubungan di bidang ekonomi dan perdagangan (konsul). Sedangkan dalam hubungan untuk tingkat Duta belum dapat dilaksanakan.77

b) Pengakuan secara de jure, pengakuan secara de jure adalah pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh negara lain dengan segala konsekuensinya.

1. Pengakuan de jure bersifat tetap, Pengakuan dari Negara lain berlaku untuk selama-lamanya setelah melihat adanya jaminan bahwa pemerintahan Negara baru tersebut akan stabil dalam jangka waktu yang cukup lama.

77Sebagaimana dimuat dari “https://dieks2010.wordpress.com/2010/04/15/unsur-terbentuknya-

2. Pengakuan de jure secara penuh, Terjadinya hubungan antara Negara yang mengakui dan diakui meliputi hubungan dagang, ekonomi, dan diplomatik. Negara yang mengakui berhak menempatkan Konsuler atau Kedutaan.

2. Sejarah Kemerdekaan Swiss

Menurut sejarah suku pertma yang ada dinegara swiss adalah suku anggota budaya Hallstatt dan La Tène. Budaya La Tene tumbuh dan berkembang selama Abad Besi akhir dari sekitar tahun 450 SM, kemungkinan dengan beberapa pengaruh dari peradaban Yunani dan Etruska. Salah satu kelompok suku terpenting di kawasan Swiss adalah Helvetii. Pada tahun 15 SM, Tiberius I, yang akan dicalonkan sebagai Kaisar Romawi yang ke-2, dan saudaranya Drusus, menaklukkan Pegunungan Alpen, menggabungkan mereka dalam Kekaisaran Romawi. Daerah yang dihuni oleh suku Helvetii – yang kemudian menurunkan nama Confoederatio Helvetica – awalnya menjadi bagian Provinsi Gallia Belgica Romawi dan kemudian ke Germania Superior, sementara bagian timur Swiss modern digabungkan ke Provinsi Raetia.78 Pada Abad Pertengahan Awal, dari abad ke-4, perpanjangan arah barat Swiss modern menjadi wilayah Raja Burgundia. Suku Alemani menempati dataran tinggi Swiss pada abad ke-5 dan lembah Alpen pada abad ke-8, membentuk Alemania. Swiss modern kemudian terbagi antara Kerajaan Alemannia dan Burgundia. Keseluruhan kawasan itu menjadi bagian Kekaisaran Frankia di abad ke-6, menyusul kemenangan

78Sebagaimana dimuat dari “https://adorableswiss03.wordpress.com/2014/03/22/sejarah-awal-

Chlodwig I atas Alemanni di Tolbiac pada tahun 504, dan kemudian bangsa Frankia mendominasi Burgundia.

Pada tahun 561, Raja Guntram dari Merovingia , cucu Chlodwig I, mewarisi Kerajaan Burgundia Frankia , yang membentang dari barat hampir sejauh Sungai Rhein. Di timurnya, suku Alamanni diperintah di bawah kadipaten nominal di Frankia, karena bangsa Frankia mengisi kekosongan akibat menurunnya pencapaian Bizantium Roma wi ke barat. Dari masa ini, bangsa Frankia sedang mulai membentuk watak tritunggal yang akan mencirikan sisa sejarahnya. Daerah ini secara lebih lanjut terbagi atas Neustria di barat (yang hanya disebut sebagai Frankia pada masa itu; nama Neustria tidak muncul dalam tulisan hingga 80 tahun kemudian), Austrasia di timur laut dan Burgundia.

Konfederasi Swiss Kuno merupakan persekutuan antara komunitas lembah Alpen tengah. Konfederasi tersebut memfasilitasi pengelolaan kepentinga n umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur perdagangan gunung yang penting. Piagam Federal 1291 yang disetujui di antara komune pedesaan Uri, Schwyz, dan Unterwalden dianggap sebagai dokumen pendirian konfederasi; meskipun persekutuan serupa mungkin sudah ada beberapa dasawarsa sebelumnya.79 Pada tahun 1353, ketiga kanton yang asli telah bergabung dengan Glarus dan Zug dan negara-negara kota Lucerna , Zurigo dan Berna untuk membentuk "Konfederasi Kuno" dari 8 negeri yang ada hingga akhir abad ke-15. Ekspansi tersebut menyebabkan peningkatan kekuasaan, dan kemakmuran untuk federasi itu. Dari tahun 1460, konfederasi tersebut mengendalikan sebagian besar

79Schwabe & Co.: Geschichte der Schweiz und der Schweizer, Schwabe & Co 1986/2004.

wilayah selatan, dan barat Rhein ke Pegunungan Alpen, dan Jura, khususnya setelah kemenangan terhadap Wangsa Habsburg (Pertempuran Sempach dan Näfels), atas Charles sang Pemberani dari Burgundia selama tahun 1470-an, dan keberhasilan serdadu sewaan Swiss. Kemenangan Swiss dalam Perang Swabia terhadap Liga Swabia Kaisar Maximilian I pada tahun 1499 berpuncak pada kemerdekaan de facto dari Kekaisaran Romawi Suci. Konfederasi Swiss Kuno telah mendapatkan reputasi sebagai pilih tanding terhadap perang-perang awal tersebut, namun ekspansi federasi menderita kemunduran pada tahun 1515 akibat kekalahan Swiss dalam Pertempuran Marignano, yang mengakhiri masa "heroik" dalam sejarah Swiss. Kesuksesan Reformasi Zwingli di beberrapa kanton menimbulkan perang antar-kanton pada tahun 1529 dan 1531 (Kappeler Kriege). Tak sampai lebih dari 100 tahun kemudian, pada tahun 1648, di bawah Perjanjian Westfalen, negara Eropa mengakui kemerdekaan Swiss dari Kekaisaran Romawi Suci, dan kenetralannya.

Pada tahun 1798, pasukan Revolusi Perancis menaklukkan Swiss, dan menegakkan konstitusi baru yang seragam, yang memusatkan pemerintahan negeri, dan secara efektif menghapuskan kanton. Rezim baru itu, dikenal sebagai Republik Helvetia, amat tidak populer. Negeri ini ditegakkan oleh pasukan penyerang asing, dan menghancurkan tradisi yang sudah berlangsung selama berabad-abad, membuat Swiss tak lebih dari negara satelit Perancis. Penindasan Perancis yang dahsyat dalam Pemberontakan Nidwalden di bulan September 1798 adalah contoh adanya penindasan oleh Angkatan Darat Perancis dan perlawanan penduduk setempat atas pendudukan itu.

Ketika perang pecah antara Perancis, dan saingannya, angkatan Rusia, dan Habsburg menyerang Swiss. Pada tahun 1803, Napoleon megorganisasi pertemuan politikus Swiss dari kedua belah pihak di Paris. Hasilnya adalah UU Mediasi yang banyak memulihkan otonomi Swiss, dan memperkenalkan konfederasi atas 19 kanton. Untuk selanjutnya, banyak politik Swiss yang akan menyeimbangkan tradisi kanton atas pemerintahan sendiri dengan keperluan pemerintahan pusat.

Pada tahun 1815, Kongres Wina benar-benar memulihkan kembali kemerdekaan Swiss, dan negara Eropa setuju untuk mengakui kenetralan Swiss secara tetap. Perjanjian itu menandai saat ketika Swiss berperang untuk kali terakhir dalam konflik internasional. Perjanjian itu juga memungkinkan Swiss untuk menambah wilayahnya, dengan masuknya Kanton Wallis, Neuchatel, dan Genève – inilah juga untuk yang terakhir kalinya Swiss mengembangkan wilayahnya.80 Restorasi kekuasaan ke patrisiat hanya sementara. Setelah masa huru-hara dengan benturan kekerasan yang terjadi berulang kali seperti Züriputsch pada tahun 1839, perang saudara pecah di antara kanton Katolik, dan beberapa kanton lainnya pada tahun 1847 (Sonderbundskrieg). Perang itu berlangsung selama sebulan, menyisakan kurang dari 100 korban. Betapapun kecilnya Sonderbundskrieg nampak bila dibandingkan dengan perang, dan kerusuhan di Eropa lainnya di abad ke-19, Sonderbundskrieg menyisakan dampak besar bagi psikologi dan masyarakat Swiss. Perang itu membuat semua orang Swiss

80 Swiss border ("Les principales rectifications postérieures à 1815 concernent la vallée des

Dappes en 1862 (frontière Vaud-France, env. 7,5 km2), la valle di Lei en 1952 (Grisons-Italie, 0,45 km2), l'Ellhorn en 1955 (colline revendiquée par la Suisse pour des raisons militaires, Grisons-Liechtenstein) et l'enclave allemande du Verenahof dans le canton de Schaffhouse en 1967.") in German, French and Italian in the online Historical Dictionary of Switzerland.

mengerti perlunya persatuan, dan kekuatan kepada tetangga Eropanya. Orang Swiss dari semua tingkatan masyarakat, entah Katolik, Protestan, ataupun dari aliran liberal maupun konservatif, sadar bahwa kanton-kanton itu akan banyak menguntungkan jika kepentingan ekonomi, dan keagamaannya digabungkan. Berkat mereka yang menyokong kekuatan kanton (Sonderbund Kantone), majelis nasional dibagi di antara majelis tinggi (Dewan Negara Swiss) dan majelis rendah (Dewan Nasional Swiss). Sehingga, kepentingan federasionalis pun diperhitungkan. Swiss mengadopsi konstitusi federal dan penggunaan referendum (kewajiban bagi setiap amandemen konstitusi).81 Pada tahun 1848 konstitusi itu menyediakan kekuasaan terpusat untuk pemerintahan sendiri pada isu setempat ketika lepas dari kanton.

Pada tahun 1850, franc Swiss menjadi mata uang tunggal Swiss. Konstitusi itu diamandemen secara meluas pada tahun 1874 untuk menanggapi bertambahnya penduduk, dan Revolusi Industri. Konstitusi itu memperkenalkan referendum fakultatif untuk hukum di tingkat federal. Konstitusi itu juga menentukan tanggung jawab federal untuk pertahanan, perdagangan, dan masalah hukum. Pada tahun 1891, konstitusi itu direvisi dengan unsur kuat luar biasa atas demokrasi langsung, yang tetap unik sampai sekarang. Sejak saat itu, perbaikan politik, ekonomi, dan sosial yang berkelanjutan sudah memberi ciri sepanjang sejarah Swiss.

Pada sejarah modern Swiss, sejak diperlakukannya konstitusi modern pada tahun 1845, militer Swiss hanya tiga kali mengalami mobilisasi umum. Pertama

81Sebagaimana dimuat dari “https://web.archive.org/web/20100419174957/http://www.swisswo rld.org/en/history/prehistory_to_romans/prehistoric_times/ “Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

tahun 1874 menjelang terjadinya perang Prussia melawan Jerman. Tentara Swiss di bawah pimpinan Jenderal Hans Herzog dikerahkan menjaga perbatasan secara ketat di wilayah pegunungan Alpen dan khususnya ke wilayah Jenewa, Basel, Neuchatel, Zurich dan sebagainya yang berbatasan dengan kedua negara yang berperang. Sikap tegas Swiss yang mengamankan perbatasannya, dan bersiap perang habis – habisan menghindarkan Swiss dari ancaman Jerman yang saat itu di bawah pimpinan kanselir Otto von Bismarck yang terkenal keras.

Mobilisasi kedua terjadi di tahun 1914 di bawah Jenderal Ulrich Wille, menjelang perang dunia I. Tanpa ragu-ragu jenderal ini mengerahkan pasukan Swiss memperketat perbatasan dengan Jerman, Austria dan Liechstentein. Meski di atas kertas akan kalah melawan Jerman, namun ketika kaisar Wilhelm II mengunjungi Swiss dan melihat kesungguhan persiapan militernya, akhirnya membatalkan keinginan beberapa pihak di Jerman yang berkeinginan menyerbu Swiss. Medan Swiss sendiri cukup sulit dengan kondisi bergunung-gunung dan rakyatnya dikenal tidak gampang menyerah. Siapapun yang pernah berfikir menyerang Swiss tentu menyadari sulitnya medan yang akan dihadapinya. Artinya, jika dihitung dengan sangat cermat, maka antara ongkos dan keuntungannya dirasa tidak akan sebanding.

Mobilisasi ketiga terjadi pada masa perang dunia II di bawah jenderal Henri Guisan. Situasi saat itu jauh lebih sulit karena baik pihak sekutu maupun Nazi Jerman sering melakukan pelanggaran wilayah udara maupun darat Swiss. Lebih parahnya pada awal perang, Swiss dikepung oleh kekuatan musuh pada bagian utara Jerman yang sangat kuat, di barat terdapat pemerintahan

kependudukan Jerman di Prancis, di Timur terletak Austria yang dikuasai Jerman dan di selatan dikuasai pemerintahan fasis Italia di bawah Bennito Mussolini. Beberapa kali kekuatan fasis Jerman berusaha mengganggu Swiss, bahkan markas besar tentara Jerman sudah merancang sebuah operasi militer untuk menyerang Swiss. Tapi tanpa ada alasan yang jelas, Hitler membatalkan rencana tersebut.

Kemudian, karena swiss mewajibkan penduduk pria sebagai wajib militer, negara swiss dikategorikan sebagai negara yang mempunyai pertahanan cukup kuat dikarenakan penduduk dari negara swiss di latih untuk menggunakan semjata secara individu. Selain itu peralatan persenjataan swiss yang sangat canggih merupakan salah satu bahwa swiss benar benar mempunyai pertahanan yang cukup kuat di bandingkan dengan negara-negara netral lainnnya.82

Pada tahun 2002, Swiss menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa - bangsa, meninggalkan Vatikan sebagai negara berdaulat terakhir yang tidak ikut PBB. Swiss merupakan anggota pendiri EFTA, namun tidak menjadi anggota European Economic Area. Permohonan keanggotaan di Uni Eropa dikirim pada bulan Mei 1992, namun tak berlanjut sejak EEA ditolak pada bulan Desember 1992 ketika Swiss menjadi satu-satunya negara yang meluncurkan referendum untuk EEA. Sudah terjadi beberapa referendum atas masalah UE, dengan reaksi beragam terhadapnya dari penduduknya, permohonan keanggotaan telah dibekukan. Namun, secara bertahap hukum disesuaikan dengan UE dan pemerintah telah menandatangani sejumlah perjanjian bilateral dengan UE. Swiss,

82Sebagaimana dimuat dari “ http://www.thedjokosusilo.org/2012/02/sistem-pertahanan-

bersama dengan Liechtenstein, sudah dikelilingi oleh negara anggota UE sejak keanggotaan Austria pada tahun 1995. Pada tanggal 5 Juni 2005, pemberi suara di Swiss dengan persetujuan oleh 55% mayoritas bergabung dengan persetujuan Schengen, hasil yang dianggap oleh komentator UE sebagai tanda dukungan oleh Swiss, negeri yang sejak dahulu disebut-sebut sebagai negara independen, netral, atau isolasionis.83

3. Hubungan Diplomatik Swiss dengan Negara lain.

Swiss adalah sebuah negara netral yang terletak di center Eropa, dan baru bergabung menjadi anggota PBB tahun 2002. Meskipun secara geografis berada tepat di tengah-tengah benua Eropa, Swiss bukan negara anggota Uni Eropa dan dalam waktu dekat juga tidak berencana untuk menjadi anggota organisasi supranasional tersebut. Sebagai negara Konfederasi dengan sistem pemerintahan Federal, politik luar negeri Swiss memiliki lima pilar yaitu perdamaian dunia, HAM dan demokrasi, kepentingan ekonomi negara, pelestarian lingkungan, dan pengentasan kemiskinan. Hubungan Swiss dengan negara lain khususnya negara Indonesia yang telah terjalin sejak tahun 1952. Hubungan bilateral Indonesia- Swiss yang telah terjalin selama 56 tahun berlangsung harmonis, stabil dan hampir dapat dikatakan tanpa kendala yang berarti. Swiss tidak menggunakan isu HAM dan demokrasi sebagai kondisionalitas dalam melaksanakan hubungan luar negeri termasuk dalam hubungan bilateralnya dengan Indonesia. Kedua negara senantiasa menjunjung tinggi kerjasama yang saling menghormati dan saling

83Sebagaimana dimuat dari ” https://id.wikipedia.org/wiki/Swiss” Diakses Pada tanggal 25 juli

menguntungkan. Banyak kepentingan Indonesia di organisasi dan forum internasional yang senantiasa didukung oleh Swiss dan demikian juga sebaliknya. Perhatian Swiss terhadap perkembangan dalam negeri Indonesia cukup besar dan positif, termasuk partisipasi Swiss sebagai pengamat Pilkada di Aceh dan upaya nasional pemberantasan korupsi serta upaya peningkatan kapasitas daya saing ekonomi nasional (competitiveness).84

Kepala Perwakilan RI, dalam melaksanakan tugasnya memiliki visi dan misi yang bertujuan untuk mencapai hubungan bilateral yang lebih efektif dan efisien. Upaya menuju arah tersebut dilaksanakan dengan pendekatan dan pengenalan yang lebih dalam terhadap Indonesia. Hasil dari upaya tersebut terwujud dan turut mewarnai dinamika hubungan bilateral Indonesia-Swiss dalam bentuk antara lain pertemuan antar pejabat tinggi kedua Negara baik di Indonesia maupun di Swiss.

Kunjungan dan pertemuan puncak kedua negara ditandai dengan kunjungan Presiden Swiss Micheline Calmy-Rey ke Indonesia bulan Februari tahun 2007 yang merupakan kunjungan pertama kali Presiden Swiss ke Indonesia sejak dibukanya hubungan diplomatik tahun 1952. Kunjungan yang diisi dengan serangkaian pertemuan dan kegiatan meliputi pertemuan dengan Presiden dan Wapres RI, peresmian proyek air bersih di Aceh dan bantuan kepada korban banjir di Jakarta, telah ditindak lanjuti dalam beberapa pertemuan pejabat tinggi kedua negara.

84Sebagaimana dimuat dari “http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/47-agustus-

Dokumen terkait