• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN PADA PERSEROAN

TERBATAS

A. Profesi Akuntan Publik Sebagai Auditor Independen

Berdasarkan Undang - Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, auditor indenpenden atau akuntan publik adalah akuntan dan akuntan publik asing yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Menurut Boynton, Johnson, Kell kriteria seseorang dikatakan sebagai seorang auditor independen harus memiliki sertifikasi atau lisensi. Pada umumya lisensi diberikan kepada mereka yang telah lulus dalam ujian persamaan CPA (Certificate Public Accountant) serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang auditing.75

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam peraturan menteri keuangan ini.

Berdasarkan pengertian akuntan publik dari Undang - Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan menurut peraturan menteri keuangan syarat untuk berpraktik sebagai akuntan publik seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Pendidikan dan pengalaman kerja selama 5 (lima) tahun,

75 William C.Boynton, Raymond N. Johnson, William G. Kell,

Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Jilid I, alih bahasa Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyobudi, (Jakarta : Erlangga, 2003),hal. 33

2. Harus telah lulus dari jurusan akuntansi dan mendapatkan gelar akuntan yang diperoleh dari panitia ahli pertimbangan persamaan ijazah akuntan melalui PPAK karena level S1 akuntansi baru memberikan seseorang kapabilitas untuk menjadi seorang auditor dan kompetensi akan didapatkan pada level program pendidikan profesi.

Profesi akuntan publik adalah salah satu profesi yang ada di Indonesia. Suatu profesi adalah suatu lingkungan pekerjaan dalam masyarakat yang memerlukan syarat- syarat kecakapan dan kewenangan. Untuk melindungi masyarakat dari adanya praktik- praktik akuntan publik yang tidak semestinya, pemerintah telah mengatur pemakaian gelar akuntan publik dalam UU No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan.

UU No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan ini merupakan peraturan yang dibuat mengingat profesi akuntan dinilai memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat. Dalam penjelasannya disebutkan peran akuntan menjadi semakin penting disebabkan hubungan ekonomi yang makin sulit, meruncingnya persaingan, dan naiknya pajak-pajak para pengusaha dagang dan kerajinan, sehingga makin sangat dirasakan kebutuhan akan penerangan dan nasehat para ahli untuk mencapai perbaikan dalam sistem administrasi dan dalam pengawasan atas perusahaan.

Mengingat kebutuhan akan bantuan akuntan yang makin besar itu mungkin menjadi alasan bagi banyak orang untuk mengemukakan diri sebagai "akuntan" kepada khalayak umum, dengan tidak berpengetahuan dan berpengalaman dalarn lapangan itu yang sederajat dengan syarat yang ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk mencegah orang yang tidak berpengalaman menyatakan diri sebagai akuntan itulah yang mendasari pemerintah menerbitkan UU No. 34 Tahun 1954 ini pada waktu.

Secara umum, berdasarkan ketentuan UU No. 34 tahun 1954 ini dapat disimpulkan bahwa syarat untuk menjadi seorang akuntan adalah sebagai berikut:

1. Akuntan harus sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan. Pertimbangan persamaan ini berada di tangan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan;

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh izin menggunakan gelar akuntan dari departemen tersebut;

3. Menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor Akuntan, biro akuntan atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diizinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seseorang atau beberapa orang akuntan.

Selain syarat yang diatur dalam UU tersebut, standar umum juga mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Oleh karena itu, jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik ia harus lebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawa pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman.

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik mengatur tentang teknis-teknis pelaksanaan Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Dalam Pasal 7 peraturan tersebut dijelaskan bahwa Akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai Kantor Akuntan Publik (KAP). KAP merupakan badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam

memberikan jasanya. Kewajiban mempunyai KAP harus dipenuhi paling lama enam bulan sejak izin akuntan publik diterbitkan.

Dalam suatu KAP yang menjadi wadah bagi akuntan publik umumnya memiliki struktur atau hirarki auditor dalam perikatan audit. Struktur atau hirarki Kantor Akuntantan Publik umumnya terdiri dari :76

1. Partner (Rekan),

Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien.

2. Manajer

Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, me-review kertas kerja, laporan audit dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.

3. Auditor Senior

Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana. Bertugas mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasaya akan

76

menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu.

4. Auditor Junior

Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai auditor junior, seorang auditor harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit. Auditor junior sering juga disebut dengan asisten auditor.

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Dalam perkembangan usahanya, baik perusahaan perorangan maupun berbagai perusahaan berbentuk badan hukum yang lain tidak dapat menghindarkan diri dari penarikan dana dari pihak luar, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari investor tetapi berupa penarikan pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi meluas kepada para investor dan kreditur serta calon investor dan calon kreditur.

Pihak-pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua

kepentingan yang berlawanan dalam situasi tersebut dimana satu pihak yakni manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar serta di pihak lain yakni pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan.

Adanya dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik. Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka.

Baik manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya karena dari sudut pandang pihak luar, manajemen perusahaan mempunyai kepentingan baik kepentingan keuangan maupun kepentingan yang lain.

Auditor independen dalam melakukan tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Hal ini dikarenakan

pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk menilai keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan manajemen dalam laporan keuangannya

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor atau akuntan publik harus dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Kesalahan atau kelalaian seorang auditor dalam menjalankan tugasnya akan mengakibatkan auditor yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik terdapat Pasal yang secara tersirat mengatur tentang sanksi yang dapat dikenakan kepada seorang akuntan publik yang melakukan kesalahan. Sanksi yang diberikan dapat berbentuk sanksi administratif maupun sanksi pidana. Adapun pasal- pasal yang mengtur tentang sanski bagi akuntan publik adalah sebagai berikut :

Pasal 55

1. Akuntan publik yang melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1) huruf j;

2. Dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,-.77

77

Pasal 56

Pihak terasosiasi melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,-.78

Pasal 57

1. Setiap orang yang memberikan pernyataan tidak benar atau memberikan dokumen palsu atau yang dipalsukan untuk mendapatkan atau memperpanjang izin akuntan publik sebagaimana dimaksud dalam pasal6 ayat (1), pasal 7 ayat (2), atau pasal 8 ayat (2), dan/atau untuk mendapatkan izin usaha KAP atau izin pendirian cabang KAP sebagaimana dimaksud dalam pasla 18 ayat (2) atau pasal 20 ayat (2 )dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,-.

2. Setiap orang yang bukan akuntan publik, tetapi menjalankan profesi akuntan publik dan bertindak seolah-olah sebagai akuntan publik sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,-.

3. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) dilakukan oleh korporasi, pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,- dan paling banyak Rp 3.000.000.000,-. 4. Dalam hal korporasi tidak dapat membayar denda sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), pihak yang bertanggung jawab dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun.79

78

Terhadap Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 57 UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik sampai saat ini masih menjadi polemik dikalangan pakar-pakar hukum yang ada di Indonesia. Menurut Hakim anggota Mahkamah Konstitusi (MK) Maria Farida Indrati yang memiliki pendapat berbeda (Dissenting Opinion) di dalam uji Materil Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 57 UU No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang didasarkan atas Gugatan yang dilakukan oleh Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra untuk melakukan uji materil terhadap Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 57 tersebut.80

Maria Farida Indrati

Pendapat di atas dapat disimpulkan dari alinea pertama Penjelasan Undang-Undang aquo dinyatakan bahwa, "Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Dengan

menyatakan Pasal 55, 56 dan 57 tidak punya kekuatan hukum, hal ini didasarkan oleh karena Pasal 55, Pasal 56 dan Pasal 57 Undang-Undang Akuntan Publik adalah merupakan pengurangan terhadap hak asasi akuntan publik sebagai suatu organisasi profesi dan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang suatu kelembagaan atau organisasi profesi, sehingga seharusnya bersifat organisatoris yang mengatur hal-hal yang antara lain berhubungan dengan kelembagaan akuntan publik (AP), fungsi, tugas dan wewenang, atau hak dan kewajiban, persyaratan keanggotaan dan pembinaannya, ataupun hubungan di antara sesama anggota, pengurus, pengawas dalam organisasi tersebut.

79

Ibid, Pasal 57

demikian, profesi Akuntan Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.

Dalam alinea kedua tertulis sebagai berikut, "Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan

Dari kedua alinea dalam penjelasan undang-undang aquo jelaslah bahwa, pengguna jasa akuntan publik adalah para pihak yang ingin membuat keputusan ekonomi yang efektif dan efisien, dengan menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu bahan pembuatan keputusan. Karena mereka ingin mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan (

suatu entitas. Dalam hal ini, Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedang penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen.

auditee) telah sesuai dengan standar penyajiannya. Dengan demikian, hasil kerja AP adalah pernyataan pendapat (opini) berdasarkan keyakinan yang memadai (reasonable assurance

Sebagai suatu UU yang seharusnya bersifat organisatoris, namun di dalamnya memuat ketentuan sanksi pidana dalam Pasal 55 dan Pasal 56 yang dianggap telah ), mengenai kewajaran laporan keuangan berdasarkan kesesuaian laporan keuangan dengan standar penyajiannya.

merugikan hak konstitusional profesi akuntan publik secara umum. Dalam kesempatan itu Maria menjelaskan 5 alasan yang membuat berbeda pendapat, yaitu:81

1. Pertama, dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang aquo menyatakan, Akuntan Publik dilarang: a. Memiliki atau menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) KAP; b....dst. Dengan perumusan kata "dilarang" sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang a quo, hal tersebut seharusnya berakibat terhadap seluruh pelanggaran dalam Pasal 30 ayat (1) dikenakan sanksi yang sama, yaitu sanksi pidana. Namun demikian, dalam Pasal 53 ayat (2) dinyatakan antara lain, pelanggaran terhadap Pasal 30 ayat (1) secara keseluruhan dikenakan sanksi administratif atau dengan perkataan lain ketentuan pada huruf (a) sampai dengan huruf (j) Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang a quo adalah suatu pelanggaran ketentuan administratif. "Bagaimana mungkin suatu ketentuan dalam hal ini Pasal 30 ayat (1) huruf (j) yang telah dinyatakan sebagai pelanggaran ketentuan administratif dalam Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2) harus dikenai sanksi pidana berdasarkan Pasal 55 dan Pasal 56 Undang-Undang aquo?"

2. Alasan kedua menurutu Maria Farida Indrati adalah Pengaturan dalam Pasal 55 dan Pasal 56 UU Akuntan Publik dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya, terlebih lagi jika dihubungkan dengan Pasal 53 Undang-Undang aquo. Pengaturan itu juga tidak sesuai dengan karakteristik profesi akuntan publik, mengingat seorang akuntan publik bukanlah kuasa negara atau pejabat publik yang diberikan kewenangan atas nama publik atau negara. Sebab, produk akuntan publik bukan merupakan, legalbanding

81 ibid

pidana. Produk dari pekerjaan akuntan publik adalah suatu opini yang merupakan suatu bentuk keyakinan memadai (reasonable assurance

3. Alasan ketiga, dengan mendasarkan alasan yang dikemukakan pada alinea pertama, pendapat di atas, Maria Farida berpendapat bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik adalah Undang-Undang yang mengatur tentang suatu kelembagaan atau organisasi profesi, sehingga tidak tepat jika di dalamnya mengatur pula tentang ketentuan sanksi pidana. Sebagai suatu peraturan organisatoris, seharusnya pelanggaran terhadap peraturan tersebut diselesaikan secara organisatoris pula, sesuai dengan kode etik dari organisasi yang bersangkutan. Pendapat bahwa pelanggaran dalam pengaturan yang bersifat organisatoris adalah pelanggaran yang bersifat administratif dapat disimpulkan dari Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang a quo yang menyatakan, Pelanggaran ketentuan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 8, Pasal 8 ayat (4), Pasal 9 ayat (4), Pasal 13, Pasal 17, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, Pasal 28 ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (1), Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 35 ayat (5) dan ayat (6), atau Pasal 51 ayat (4) dan ayat (5). Dengan rumusan dalam Pasal 53 ayat (2) tersebut terlihat bahwa seluruh pelanggaran terhadap Undang-Undang Akuntan Publik adalah pelanggaran ketentuan administratif, termasuk di dalamnya pelanggaran terhadap Pasal 30 ayat (1) huruf (j).

) dan bukan merupakan suatu kebenaran absolut (mutlak) atas laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya. Produk akuntan publik itu bukan akta autentik sebagaimana dikeluarkan pejabat publik.

4. Alasan keempat, landasan pemikiran pendapat yang ketiga di atas sebenarnya telah terdapat dalam Naskah Akademik RUU Akuntan Publik yang menyatakan bahwa sebuah profesi terikat dalam suatu kontrak sosial dengan masyarakat untuk melayani kepentingan publik, meski ketika kepentingan publik bertentangan dengan kepentingan pribadinya. Sebagai balasannya, masyarakat memberikan hak-hak khusus kepada profesi akuntan publik. Salah satu hak khusus dimaksud adalah hak untuk mengatur secara internal profesinya (self regulatory system

5. Sebagai alasan ke lima, ketentuan sanksi pidana dalam Pasal 57 Undang-Undang (walaupun tidak dimohonkan dalam pengujian ini) adalah tidak tepat adressatnya. Dalam Undang-Undang Akuntan Publik yang menjadi adressat normanya adalah Akuntan Publik itu sendiri dan bukan setiap orang yang memberikan pernyataan tidak benar atau memberikan dokumen palsu atau dipalsukan ataupun setiap orang yang menipu atau bertindak sebagai Akuntan Publik.

) antara lain berkenaan dengan sertifikasi dan persyaratan kompetensi serta penetapan standar teknis dan etika.

B. Independensi Auditor dalam Melakukan Pemeriksaan Perseroan

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.82

82

Beberapa ahli mendefinisikan independensi, antara lain sebagai berikut : Arens menyatakan83

Independensi akuntan publik dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu :

Independentie is a member in public practice shall be independendence in theperformance a professional service as require by standards promulgated by bodiesdesignated by acouncil”.

84

1. Independence in fact (independensi dalam fakta) akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.

2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) merupakan pandangan pihak lain terhadap diri akuntan publik sehubungan dengan pelaksanaan audit. Meskipun akuntan publik telah menjalankan audit secara independen dan objektif, namun pendapatnya yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen bila tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan.

Selain wajib mempertahankan sikap independennya (independence in fact), akuntan publik wajib pula untuk menghindari keadaan-keadaan yang mengakibatkan auditor tampak tidak independen sehingga masyarakat meragukan independensinya (independence in appearance). Bila independence in fact dan independence in appearance dapat dipertahankan, masyarakat akan berpersepsi bahwa akuntan publik telah benar-benar independen

83

Arens dan Loebbecke. Auditing. Adaptasi oleh Amir Abadi Yusuf. Buku Satu.(Jakarta:Salemba Empat, 2003) Hal. 51

84

Mulyadi dan Supriyono RA, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik Vol. 1, (Jogjakarta : BPPS-UGM 1988), Hal. 82

Penetapan independensi akuntan publik ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) pertama kali dalam kongresnya pada tahun 1973, yang kemudian mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut dikarenakan beberapa kondisidi Indonesia antara lain karena pemerintah belum mengatur adanya kewajiban audit yang berlaku umum untuk usaha swasta di Indonesia.

Hal tersebut diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia BAB IV pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Setiap anggota profesi harus mempertahankan sikap independen. Ia harus bebas dari semua kepentingan yang bisa dipandang tidak sesuai dengan integritas dan objektivitasnya. Tanpa tergantung efek kebenaranya dari kepentingan itu.” Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat sepanjang persepsi independensi ini dimasukkan ke dalam aturan etika, hal ini mengikat akuntan publik independen menurut kepada ketentuan profesi.

Standard Profesi Akuntan Publik mengatur secara khusus mengenai independensi akuntan publik dalam standard umum kedua yang berbunyi “Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” 85

Independensi sangat penting bagi profesi akuntan publik, hal ini disebabkan oleh :86 1. Merupakan dasar bagi akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka laporan 85

Ikatan Akuntan Indonesia, Standard Profesional Akuntan Publik, (Jakarta : Salemba Empat, 2011) seksi 220

86 S.G. Arnan , N. Wisna, dan I. Firmansyah.

Auditing. (Bandung : Politeknik Telkom, 2009), Hal. 60

keuangan yang telah diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pihak yang berkepentingan.

2. Karena profesi akuntan publik merupakan profesi yang memegang kepercayaan masyarakat, maka kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap akuntan publik ternyata berkurang dalam menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang tercakup dalam independensi antara lain sebagai berikut:

Dokumen terkait