PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM DARI
ITIKAD BURUK DIREKSI
TESIS
OLEH
OMAR AKBAR A.P
117005069 / HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELAKUKAN
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI
UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM DARI
ITIKAD BURUK DIREKSI
TESIS
(Disusun Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)
Oleh :
OMAR AKBAR A.P
117005069 / HK
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TESIS :
PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM
MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPORAN
KEUANGAN PERSEROAN SEBAGAI UPAYA
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG
SAHAM DARI ITIKAD BURUK DIREKSI
NAMA MAHASISWA : OMAR AKBAR A.P.
NOMOR POKOK : 117005069
PROGRAM STUDI : MAGISTER ILMU HUKUM
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Ketua
(Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum)
(Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN, M.Hum)
Anggota Anggota
(Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH.) (Prof. Dr. Runtung , SH,. M.Hum)
Tanggal Lulus : 28 Agustus 2014 Telah diuji pada
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum.
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum 2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum
ABSTRAKSI
Direksi selaku pengurus dan pengelola perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban direksi kepada pemegang saham. Audit atas laporan keuangan berfungsi untuk menjamin isi laporan tersebut telah disajikan dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan keuangan yang benar merupakan upaya perlindungan kepentingan pemegang saham suatu perusahaan. Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan audit dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan serta bagaimana peran auditor dalam melindungi kepentingan pemegang saham.
Metode yang digunakan di dalam penulisan tesis ini adalah penelitian yuridis normatif dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Peraturan perundang-undangan telah mengatur pelaksanaan audit atas laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang bertujuan sebagai salah satu upaya menjamin kewajaran laporan keuangan. Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan perseroan merupakan pihak yang ahli dan profesional yang menyediakan jasanya untuk mengumpulkan bukti audit sebagai pendukung dalam menyatakan pendapat atas kewajaran suatu laporan tahunan dan laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab baik secara profesi, pidana dan administrasi serta secara perdata atas pendapat yang diberikannya jika mengakibatkan kerugian kepada pihak lain.
Penyajian laporan keuangan yang benar dan tidak menyesatkan merupakan bentuk itikad baik direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan sebaliknya manipulasi dan rekayasa isi laporan keuangan yang dapat merugikan pemegang saham merupakan contoh itikad buruk direksi dalam mengurus perseroan yang dapat dicegah dengan melaksanakan audit terhadap laporan keuangan. Auditor berperan untuk menilai laporan keuangan telah disajikan dengan memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai salah satu sarana perlindungan kepentingan pemegang saham khususnya kepentingannya atas keterbukaan informasi yang materil serta kepentingannya untuk mendapatkan laporan yang tepat dan akurat.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan agar pembuat peraturan perundangan – undangan membuat suatu aturan yang khusus mengatur tentang pelaksanaan audit bagi perusahaan sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan di Indonesia.
ABSTRACT
Board of directors, as the management of a company has an obligation to make an annual report and financial report as the responsibility of the board of directors to stock holders. The audit on annual report and financial report functions to guarantee the content of the reports which have been presented properly and in accordance with the general accountancy principle. The presentation of correct annual report and financial report is an attempt to protect the interest of stock holders of a certain company. Some formulas of the problems in the research were as follows: how about the organization of an audit in the legal provisions in Indonesia, how about the position and the duty if auditors in auditing a corporation, and how about the role of auditors in protecting the interest of stock holders.
The research used judicial normative approach by using primary, secondary, and tertiary legal materials. It also used library research, and the data were analyzed qualitatively.
The legal provisions, laws, and regulations have regulated the implementation of audit on annual report and financial report of a company in Indonesia which is an attempt to guarantee the naturalness of the annual report and the financial report. An Auditor, in carrying out the auditing of corporation, is a professional who provides his service to gather auditing evidence as the support in expressing his idea on the naturalness of an annual report and a financial report. An auditor is responsible for his profession, criminal law, administration, and civil law on what he says when it harms other people.
The presentation of accurate and true financial statement is a good will of direction in manage the company while manipulation of content of financial statement that cause the loss to the shareholder is a bad will of direction in manage the company that can be prevented by auditing on financial statement. Auditor has a role to appraise the presented financial statement by fulfill the transparancy and accountability as protection to be interest of shareholder especially on the interest or oppeness of material information and in order obtain the accurate statement..
It is recommended that the make of legal provisions make a specific regulation on the implementation of auditing for a company so that people will be easily understand the importance of audit implementation of a company’s financial report in Indonesia.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW (Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Alihi Sayyidina Muhammad).
Tesis ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapun judul tesis ini yakni, “Peran Auditor Independen Dalam Melakukan Pemeriksaan Laporan Keuangan Perseroan Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Pemegang Saham Dari Itikad Buruk Direksi”.
Penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak dalam proses penyusunan tesis ini, karenanya Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada;
Orangtua penulis yang tercinta : Ayahanda Almarhum HMK. Aldian Pinem, S.H,MH. yang semasa hidupnya dan menjelang akhir hayatnya senantiasa menjadi teman diskusi penulis dan memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini serta kepada Ibunda Hj. Sariyah Tarigan berkat cinta, kasih sayang dan doa tulus yang menjadi motivasi bagi penulis menyelesaikan penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof.Dr. Suhaidi, S.H.,M.H selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan motivasi
kepada penulis serta selalu berkesempatan hadir di setiap seminar tesis penulis.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H, CN, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Kedua
yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan selalu
berkesempatan hadir di setiap seminar tesis penulis.
5. Bapak Dr. Mahmul Siregar S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Ketiga yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan selalu bersedia
mendengar keluh kesah penulis.
6. Bapak Dr. Hasyim Purba, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan saran dan kritikan yang konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini dan
selalu berkenan hadir dalam setiap seminar tesis penulis.
7. Ibu Dr. Utary Maharani Barus, S.H.,M.Hum selaku selaku Dosen Penguji yang
telah banyak memberikan saran dan kritikan yang konstruktif dalam
penyempurnaan tesis ini dan selalu berkenan hadir dalam setiap seminar tesis
penulis.
8. Seluruh Staf Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis dalam
proses pembelajaran selama masa perkuliahan.
9. Seluruh pegawai tata usaha Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
dalam mengurus proses administrasi mulai pada saat memasuki perkuliahan hingga
proses perkuliahan selesai.
10.Adik-Adik penulis yang tercinta, Leli Khairani A.P.,S.E dan Lela Khaibirunna A.P
yang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan dukungan moril kepada
penulis.
11.Bapak Ali Ardi, S.Sos selaku Kepala Perum BULOG Divisi Regional Aceh, atas
motivasi tiada henti yang diberikan kepada penulis serta dukungan bagi penulis
untuk menyelesaikan penelitian ini.
12.Keluarga Besar Perum BULOG Divisi Regional Aceh di Banda Aceh; Bapak
Mulyadi, Ibu Cut Erly, Bapak Irsan Nst, Ibu Lili, Bang Resy, Cik Madi, Kak Lisa,
Ampon Halim, Bang Hafiz, Bang Rinaldi, Bang Hasnul dan Bang Mukromin serta
seluruh pegawai Perum BULOG Divre Aceh yang telah memberikan dukungan bagi
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
13.Sahabat-Sahabat yang penulis sayangi; Chairina N. Sipahutar, SH., MH.,dr.
Amanah Anindita, Yessi Serena Rangkuti, SH., Windy Widya Utami, SH., dan
Kawan-Kawan Astro atas doa dan semangat tiada henti yang diberikan kepada
penulis.
14.teman-teman kelas reguler perkuliahan sore angkatan 2011 dan teman-teman kelas
Hukum Ekonomi angkatan 2011 yang telah memberikan semangat serta membantu
penulis dalam proses penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan hasil Penulisan tesis ini karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT , oleh sebab itu besar harapan Penulis kepada
sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna dari segi substansi maupun
penulisannya di masa mendatang. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan
bernilai ibadah untuk Penulis.
Medan, Agustus 2014 Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Omar Akbar A.P
Tempat/Tanggal lahir : Medan, 31 Mei 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Irigasi No.9A Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan 20141
II. Keluarga
Ayah : Alm. HMK. Aldian Pinem, SH, MH
Ibu : Hj. Sariyah Tarigan
Adik : Leli Khairani A.P., S.E.
: Lela Khaibirunna A.P
III. Pendidikan Formal
1. TK Al-Azhar Medan, Tahun 1994-1995 2. SD Al-Azhar Medan, Tahun 1995-2001
3. SMP Swasta Al-Azhar Medan, Tahun 2001-2004 4. SMA Negeri 1 Medan, Tahun 2004-2007
5. Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2007-2011
DAFTAR ISI
BAB II PENGATURAN PELAKSANAAN AUDIT TERHADAP PERSEROAN TERBATAS DALAM KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Pemeriksaan Perseroan dan Pengertian Audit ... 30
B. Pengaturan Pelaksanaan Audit dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia ... 42
B. Independensi Auditor Dalam Melakukan Pemeriksaan
Perseroan ... 75 C. Tanggung Jawab Auditor Independen Dalam Mendeteksi Fraud Dalam Perusahaan ... 82
D. Kedudukan, Tugas dan Tanggung Jawab Hukum Auditor
Dalam Melaksanakan Pemeriksaan Laporan keuangan
Perseroan ... 95
BAB IV PERAN AUDITOR INDEPENDEN DALAM MELINDUNGI KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM DARI ITIKAD BURUK DIREKSI
A. Laporan Tahunan Sebagai Perlindungan Kepentingan
Pemegang Saham ... 110 B. Tanggung Jawab Direksi Dalam Penyusunan Laporan
Keuangan ... 114 C. Bentuk Laporan Audit dan Prosedur Pelaksanaan Audit. .. 123
D. Peran Auditor Independen Dalam Melindungi Kepentingan
Pemegang Saham ... 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 143 B Saran ... 146
ABSTRAKSI
Direksi selaku pengurus dan pengelola perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban direksi kepada pemegang saham. Audit atas laporan keuangan berfungsi untuk menjamin isi laporan tersebut telah disajikan dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan keuangan yang benar merupakan upaya perlindungan kepentingan pemegang saham suatu perusahaan. Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan audit dalam perundang-undangan di Indonesia, bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan serta bagaimana peran auditor dalam melindungi kepentingan pemegang saham.
Metode yang digunakan di dalam penulisan tesis ini adalah penelitian yuridis normatif dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Peraturan perundang-undangan telah mengatur pelaksanaan audit atas laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang bertujuan sebagai salah satu upaya menjamin kewajaran laporan keuangan. Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan perseroan merupakan pihak yang ahli dan profesional yang menyediakan jasanya untuk mengumpulkan bukti audit sebagai pendukung dalam menyatakan pendapat atas kewajaran suatu laporan tahunan dan laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab baik secara profesi, pidana dan administrasi serta secara perdata atas pendapat yang diberikannya jika mengakibatkan kerugian kepada pihak lain.
Penyajian laporan keuangan yang benar dan tidak menyesatkan merupakan bentuk itikad baik direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan sebaliknya manipulasi dan rekayasa isi laporan keuangan yang dapat merugikan pemegang saham merupakan contoh itikad buruk direksi dalam mengurus perseroan yang dapat dicegah dengan melaksanakan audit terhadap laporan keuangan. Auditor berperan untuk menilai laporan keuangan telah disajikan dengan memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai salah satu sarana perlindungan kepentingan pemegang saham khususnya kepentingannya atas keterbukaan informasi yang materil serta kepentingannya untuk mendapatkan laporan yang tepat dan akurat.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan agar pembuat peraturan perundangan – undangan membuat suatu aturan yang khusus mengatur tentang pelaksanaan audit bagi perusahaan sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam memahami pentingnya pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan di Indonesia.
ABSTRACT
Board of directors, as the management of a company has an obligation to make an annual report and financial report as the responsibility of the board of directors to stock holders. The audit on annual report and financial report functions to guarantee the content of the reports which have been presented properly and in accordance with the general accountancy principle. The presentation of correct annual report and financial report is an attempt to protect the interest of stock holders of a certain company. Some formulas of the problems in the research were as follows: how about the organization of an audit in the legal provisions in Indonesia, how about the position and the duty if auditors in auditing a corporation, and how about the role of auditors in protecting the interest of stock holders.
The research used judicial normative approach by using primary, secondary, and tertiary legal materials. It also used library research, and the data were analyzed qualitatively.
The legal provisions, laws, and regulations have regulated the implementation of audit on annual report and financial report of a company in Indonesia which is an attempt to guarantee the naturalness of the annual report and the financial report. An Auditor, in carrying out the auditing of corporation, is a professional who provides his service to gather auditing evidence as the support in expressing his idea on the naturalness of an annual report and a financial report. An auditor is responsible for his profession, criminal law, administration, and civil law on what he says when it harms other people.
The presentation of accurate and true financial statement is a good will of direction in manage the company while manipulation of content of financial statement that cause the loss to the shareholder is a bad will of direction in manage the company that can be prevented by auditing on financial statement. Auditor has a role to appraise the presented financial statement by fulfill the transparancy and accountability as protection to be interest of shareholder especially on the interest or oppeness of material information and in order obtain the accurate statement..
It is recommended that the make of legal provisions make a specific regulation on the implementation of auditing for a company so that people will be easily understand the importance of audit implementation of a company’s financial report in Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan perekonomian nasional yang tak terlepas dari kuatnya pengaruh
globalisasi, para pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha dan bisnisnya
seringkali menggunakan instrumen atau wadah perseroan terbatas (PT). Salah satu daya
tarik bagi pengusaha menggunakan PT dalam menjalankan kegiatan bisnisnya adalah
karena PT memiliki ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan
usaha lainnya. Ciri khas tersebut adalah dengan adanya pertanggungjawaban terbatas
yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemegang saham dalam PT tidak bertanggung
jawab secara pribadi atas perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama PT
serta tidak juga bertanggung jawab atas kerugian yang dialami PT melebihi saham yang
dimiliknya dalam PT tersebut.1
PT sebagai badan hukum dapat melakukan suatu perbuatan hukum dan
mempertahankan haknya didalam hukum. Perbuatan hukum dalam suatu PT identik
dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT tersebut karena PT sebagai persekutuan
modal memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan sehingga perlu melakukan
kegiatan usaha. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) menjelaskan bahwa perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Penjelasan Pasal 18 tersebut
1
dijelaskan bahwa kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dijalankan oleh perseroan
dalam rangka mencapai maksud tujuannya yang harus dirinci secara jelas dalam
anggaran dasar.
Suatu PT harus memiliki kegiatan usaha dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
PT itu sendiri, maka dari itu suatu PT harus memiliki alat-alat kelengkapan ataupun
organ yang akan menjalankan kegiatan usaha PT tersebut. Pemegang saham sebagai
pemilik perseroan tidak memiliki kekuasaan apapun. Mereka tidak boleh mencampuri
pengelolaan perseroan. Pemilik PT selaku Pemegang saham baru memiliki kekuasaan
tertentu terhadap perseroan jika mereka bertemu dalam suatu forum yang disebut RUPS.
Sebagai Organ PT, RUPS memiliki beberapa kewenangan eksklusif tertentu yang
diberikan UUPT.
Pemegang saham yang tergabung dalam RUPS tidak memiliki kewenangan yang
berarti dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan usaha perseroan secara langsung,
kewenangan terhadap pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan perseroan itu diberikan
kepada direksi sebagai pengurus PT. Direksi bertanggung jawab secara penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan. Direksi adalah organ yang memiliki
peran yang utama dan vital dalam pelaksanaan kegiatan usaha perseroan. Dalam
menjalankan pengurusan perseroan, direksi dibantu oleh dewan komisaris yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada direksi.
Pasal 92 ayat (1) UUPT mengatur tentang tugas utama direksi yaitu sebagai organ
yang menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai
tentang luas dan lingkup frasa “pengurusan perseroan” yaitu pengurusan sehari-hari dari
perseroan. Tugas dan sekaligus kewajiban direksi untuk mengurus sehari-hari perseroan
memberikan kedudukan yang unik bagi direksi dibandingkan dengan organ PT lainnya
yaitu RUPS dan Dewan Komisaris. Alasannya adalah bahwa kedua organ ini yaitu
RUPS dan Dewan Komisaris tidak diwajibkan untuk “berkumpul” bersama setiap hari
namun akan berkumpul bersama dalam rapat-rapat yang sudah digariskan oleh anggaran
dasar PT tersebut.2
Dengan kewenangan yang demikian itu, direksi harus bertanggung jawab kepada
stakeholder, baik kepada pemegang saham, relasi, rekanan, nasabah, pegawai,
pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perseroan. Dengan
tanggung jawab demikian, direksi tidak harus sepenuhnya menaati suatu putusan RUPS
atau keputusan komisaris, jika sekiranya keputusan tersebut bertentangan dengan
tanggung jawabnya kepada stakeholder.3
Sehubungan dengan itu dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT menetapkan bahwa setiap
Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan
perseroan. Dengan demikian, direksi dalam menjalankan tugas untuk kepentingan dan
usaha perseroan diwajibkan oleh undang-undang untuk mengurus perseroan dengan
itikad baik. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya tersebut.
2
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal 38.
3
Salah satu upaya mengurus perseroan dengan itikad baik adalah dengan
menerapkan prinsip tatakelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance.
Dengan menerapkan prinsip GCG direksi diharapkan dapat menjalankan aktivitas
perseroan dengan baik dan sesuai dengan maksud dan tujuan, sehingga segala
kepentingan yang bersifat langsung ataupun tidak langsung yang berhubungan dengan
perseroan dapat dilindungi.
Benturan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan bisa
saja terjadi disebabkan pengelolaan perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan
dengan benar karena sistem pengelolaannya tidak menerapkan prinsip-prinsip yang ada
dalam Good Corporate Governance, yang mendukung perlindungan terhadap pemegang
saham dengan cara pengelolaan perusahaan yang transparan dan memiliki
akuntabilitas.4
Seiring perkembangan zaman, pengadopsian prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam kehidupan suatu perusahaan menjadi sesuatu yang urgen. Salah satu
cara yang diharapkan dapat membantu pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance
adalah melalui pelaksanaan audit atas kinerja, laporan tahunan dan/atau laporan
keuangan suatu perusahaan. Pelaksanaan audit terhadap kinerja pengurus atau direksi
perseroan dan laporan tahunan perseroan diharapkan dapat membantu penerapan
prinsip-prinsip GCG khususnya transparansi dan akuntabilitas kinerja suatu perusahaan. .
Laporan tahunan yang didalamnya terdapat laporan keuangan merupakan jenis
laporan yang berisi tentang informasi materil tentang perusahaan yang menjadi bahan
utama dalam mengevaluasi jalannya organisasi perseroan serta melakukan penilaian
4 Nindyo Pramono,
terhadap kinerja yang dilakukan organ pelaksana perseroan dalam satu tahun buku.
Perintah dari UUPT agar direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS
merupakan salah satu wujud dari pertanggungjawaban yang dilakukan direksi sebagai
pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan perseroan kepada pemegang
saham perseroan secara khusus serta secara tidak langsung kepada seluruh stakeholder
perseroan secara umum.5
Laporan tahunan perseroan adalah dokumen perseroan yang pembuatannya
merupakan kewajiban dari direksi perseroan yang dibantu oleh komisaris yang harus
diajukan kepada RUPS dalam jangka waktu 6 bulan setelah tahun buku perseroan
berakhir. Laporan tahunan itu berisi sekurang-kurangnya:6
1. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku
yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan
laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas dan laporan
perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan tersebut.
2. laporan mengenai kegiatan Perseroan.
3. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
4. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha
pereseroan.
5. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan dewan komisaris
selama tahun buku yang baru lampau.
6. nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris
5 Pasal 66 ayat (1) UUPT 6
7. gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan
bagi anggota dewan komisaris perseroan untuk tahun yang baru lampau
8. laporan keuangan disusun berdasar standar akuntansi keuangan
Dalam Pasal 68 ayat (1) UUPT dijelaskan bahwa direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit, apabila:
a. kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat;
b. perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;
c. perseroan merupakan perseroan terbuka;
d. perseroan merupakan persero;
e. perseroan mempunyai asset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai
paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah);atau
f. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
Dalam ketentuan pasal 68 UUPT tersebut diatur tentang laporan keuangan
perseroan yang wajib untuk diaudit oleh akuntan publik yang apabila tidak dilaksanakan
mengakibatkan laporan keuangan serta laporan tahunan perseroan tersebut tidak dapat
disahkan oleh RUPS. Perseroan yang tidak memenuhi kriteria yang dimaksud dalam
pasal 68 UUPT tersebut bukan berarti tidak boleh untuk menyampaikan laporan
keuangannya kepada akuntan publik untuk diaudit, perseroan dapat mengaudit laporan
keuangannya dengan tujuan untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas
keuangannya sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada stakeholder-nya.
Menurut Mulyadi, audit adalah su a t u p r o s e s s i s t e m a t i k u n t u k
m e m p e r o l e h d a n m e n g e v a l u a s i b u k t i s e c a r a obyektif mengenai
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.7
Orang yang melakukan audit disebut dengan auditor. Auditor dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan utama yaitu8
1. Auditor Independen merupakan auditor professional yang menyediakan jasanya
kepada masayarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
dibuat kliennya. Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus
memenuhi persyaratan pendidikan tertentu, telah mendapat gelar akuntan dan
mendapat izin praktik dari Menteri keuangan. Auditor Independen lazim disebut
dengan Akuntan Publik.
:
2. Auditor Pemerintah merupakan auditor professional yang bekerja diinstansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau yang
pertanggungjawaban keuangannya ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat
banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut
auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta instansi pajak.
3. Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik negara maupun
swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
7
Mulyadi, Pemeriksaan Akuntan, Edisi 3,(Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1990), hal 4
8
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas
prosedur kegiatan organisasi.
Lazimnya, audit dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu untuk Laporan Keuangan
akhir tahun atau Laporan tahunan Perusahaan, misalnya per 31 Desember dan untuk
periode Januari - Desember. Perusahaan dapat saja melakukan audit untuk setiap
bulannya atau setiap triwulan atau per kwartal apabila diperlukan. Namun demikian,
pada umumnya perusahaan hanya melakukan audit pada akhir tahun saja mengingat
audit harus dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang merupakan pihak ketiga yang
independen, yang artinya pelaksanaan audit setiap kalinya memerlukan biaya.
Selain audit terhadap Laporan Keuangan perseroan, terdapat beberapa jenis audit
lainnya karena pada umumnya audit digolongkan menjadi tiga golongan yaitu9
a) Audit Laporan Keuangan, merupakan audit yang dilakukan oleh auditor terhadap
laporan keuangan yang disajikan untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut,
:
b) Audit Kepatuhan merupakan audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria.
c) Audit operasional, merupakan audit yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja,
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan dan membuat rekomendasi untuk
perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Selain dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor independen,
audit juga bisa dilakukan secara internal, yang berarti dilakukan oleh perusahaan sendiri
9
dengan mempekerjakan seorang akuntan yang ditugaskan khusus untuk melakukan audit
atau pemeriksaan secara berkala atas pembukuan yang dilakukan perusahaan. Dengan
cara demikian, perusahaan memperoleh manfaat dalam hal adanya kepastian bahwa
perusahaan telah melakukan pencatatan atas seluruh transaksi yang terjadi dengan cara
cara yang benar dan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
sehingga dengan demikian, manajemen perusahaan memiliki data lapaoran keuangan
yang lebih dapat dipercaya tingkat akurasinya, untuk keperluan pengambilan keputusan.
Pelaksanaan audit oleh auditor khususnya oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) telah
diatur melalui UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adapun yang menjadi
dasar penyusunan UU Akuntan Publik tersebut jika dilihat berdasarkan penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a. Melindungi kepentingan publik,
b. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan.
c. Memelihara intregritas profesi Akuntan Publik,
d. Melindungi kepentingan Profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.
e. Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator, dan profesi
akuntan publik.
f. Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia;
g. Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat
h. Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan
Publik;
i. Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
UU No. 5 Tahun 2011 tersebut menjelaskan bahwa profesi akuntan publik
merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya
digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan. Hal-hal yang diatur dalam UU tersebut adalah :
1. Lingkup jasa akuntan publik;
2. Perizinan akuntan publik dan KAP;
3. Hak, kewajiban dan larangan bagi akuntan publik dan KAP;
4. Kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik;
5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
6. Komite Profesi Akuntan Publik;
7. Pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
8. Sanksi administratif; dan
9. Ketentuan pidana.
Tujuan audit atas laporan keuangan dan laporan tahunan oleh auditor pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan organisasi merupakan
(pemerintah, kreditor, pemberi dana/penyumbang, penerima jasa, pengurus, karyawan,
anggota).10
Auditor independen atau akuntan publik memiliki peran penting guna mencegah
terjadinya rekayasa atau kesalahan direksi dalam menyajikan laporan tahunan. Auditor
atau akuntan publik dengan kemampuannya dapat mengetahui kewajaran dari sebuah
laporan keuangan dan laporan tahunan yang dibuat oleh direksi. Selain untuk
mengetahui kewajaran laporan keuangan perseroan, Auditor juga hendaknya tidak
bekerja sama dengan direksi dalam menyajikan laporan keuangan yang salah.
Beberapa contoh kasus rekayasa laporan keuangan dan kesalahan auditor atau
akuntan publik dalam melakukan audit adalah Kasus Enron dengan KAP Anderson.
Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya
ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang
ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap,
KAP Anderson mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi
laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana
sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan
tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta, padahal pada periode
tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.11
10
Selain kasus Enron, beberapa contoh kasus rekayasa laporan keuangan juga dapat dilihat
dalam kasus yang diantaranya terjadi pada PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma
Tbk.12
Kasus yang terjadi pada PT. Indofarma Tbk. berdasarkan hasil pemeriksaan
Bapepam ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses produksi dinilai lebih tinggi
dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses
produksi pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu
tinggi (Overstead) persediaan sebesar Rp.28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan
terlalu rendah (Understated) sebesar Rp.28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu
tinggi (Overstead) dengan nilai yang sama.13
Begitu juga dengan adanya dugaan mark up laporan keuangan PT Kimia Farma.
Kasus tersebut berupa penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan senilai
Rp.32,668 miliar, padahal laporan keuangan yang seharusnya hanyalah Rp.99,594
miliar. Kasus ini ikut menyeret sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi
auditor PT Kimia Farma, sekalipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan
adanya Oversteated tersebut. Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsi-prinsip
Good Corporate Governance yaitu pengungkapan yang akurat (accurate dislosure) dan
transparansi (Transparancy) yang tentu saja sangat merugian para investor, karena
keuntungan overstead imi tetntu telah dijadikan dasar transaksi yang menyebabkan
investor mengalami kerugian pada saat harga saham turun.14
12
Budi S. Purnomo dan Puji Pratiwi, “Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Manajemen Laba (Earning Management)”, Jurnal Media Ekonomi, Vol. 14 No.1 2009
13
Sumber http://estehmanishangatnggakpakegula.blogspot.com/2011/03/manajemen -laba-baik-atau buruk-4.html.
14 Eka Setiajatnika,
Laporan tahunan atau laporan keuangan merupakan laporan penting yang menjadi
dasar bagi investor atau pemegang saham dalam mengambil keputusan bisnis sehingga
menjadi sangat penting untuk menyediakan laporan keuangan dengan tepat dan benar
agar calon investor dan atau pemegang saham tidak salah dalam mengambil keputusan.
Rekayasa terhadap laporan keuangan atau penyajian laporan keuangan dan tahunan yang
tidak benar merupakan salah satu contoh dari itikad buruk direksi dalam menjalankan
perusahaan. Rakayasa atas penyajian laporan tahunan dan atau laporan keuangan oleh
direksi dapat menyebabkan forum RUPS sebagai tempat pengambilan keputusan salah
atau keliru dalam memutuskan kebijakan terkait perseroan.
Penyampaian laporan tahunan oleh direksi yang telah diamanatkan oleh UUPT yang
telah diaudit merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan undang-undang
kepada para pihak yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan
perseroan yang dalam hal ini khususnya pemegang saham perseroan. Pemegang saham
merupakan pihak yang menanamkan modalnya didalam perseroan dengan tujuan agar ia
mendapatkan keuntungan dari modal ditanamkannya, dengan demikian pemegang
saham memiliki kepentingan agar perseroan menjalankan kegiatannya dengan baik pula.
Perlindungan atas kepentingan yang dimiliki pemegang saham dan stakeholder
perusahaan merupakan tuntutan yang dimintakan oleh para pelaku dunia usaha yang
mendorong pemerintah mengesahkan UUPT pada saat itu. Harapannya adalah agar
dengan adanya UUPT pelaksanaan organisasi perseroan dapat dijalankan dengan lebih
baik lagi serta para pemegang saham dan stakeholder perseroan mendapatkan
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, yang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan audit terhadap perseroan terbatas dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan, tugas dan tanggung jawab hukum auditor independen
dalam melakukan pemeriksaan pada perseroan terbatas?
3. Bagaimana peran auditor independen dalam melindungi kepentingan pemegang
saham dari itikad buruk direksi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan
audit yang dilakukan terhadap perseroan terbatas
2. Untuk mengetahui kedudukan, tugas dan tanggung jawab auditor independen
dalam melakukan pemeriksaan terhadap perseroan terbatas
3. Untuk mengetahui peran auditor independen dalam melindungi kepentingan
pemegang saham pada perusahaan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat
a. Secara Teoritis
Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam bidang ilmu hukum
bagi kalangan akademis guna mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan hukum
perseroan.
b. Secara Praktis
Tulisan ini secara praktis dapat memberikan bahan masukan bagi banyak pihak
antara lain:
1) Bagi direksi sebagai penanggung jawab sebuah perusahaan, penelitian ini dapat
memberikan informasi bagi direksi tentang kewajibannya dalam menjalankan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia sehingga
dapat menjalan perusahaan dengan efektif dan efisien
2) Bagi komisaris yang merupakan perwakilan pemegang saham di perusahaan
tulisan ini dapat memberikan gambaran bagi komisaris suatu perusahaan dalam
mengawasi kinerja direksi sebagai upaya melindungi kepentingan para
pemegang saham
3) Bagi Pemegang saham dalam suatu perusahaan tulisan ini dapat membantu
mereka untuk mengetahui apa yang menjadi hak seorang pemegang saham dan
peran seorang auditor dalam melindungi hak mereka serta apa yang menjadi
tanggung jawab pelaksana kegiatan perseroan
4) Bagi seorang auditor atau akuntan publik tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan
bagi mereka dalam mengetahui peran, kedudukan dan tanggung jawab seorang
5) Bagi masyarakat pada umumnya tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan sebagai
tambahan informasi dalam mengetahui bagaimana perusahaan dijalankan dan
dipertanggungjawabkan oleh direksi, diawasi oleh komisaris dan diperiksa oleh
seorang auditor dalam upaya melindungi kepentingan pemegang saham yang
menanamkan modalnya di sebuah perusahaan
E. Keaslian Penelitian
Untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama
dengan penelitian ini, maka dilakukan pemeriksaan terhadap judul dan permasalahan
dalam tesis-tesis yang tercatat di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun beberapa judul yang terkait
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas perseroan
terbatas ditinjau dari UU No. 40 Tahun 2007 oleh Syahrunsyah, 2013
b. Tanggung jawab direktur terhadap pemegang saham minoritas dalam pengelolaan
perseroan oleh Boni F. Sianipar, 2008
c. Fungsi dan peranan auditor BPKP perwakilan Propinsi Sumatera Utara dalam
pengungkapan tindak pidana korupsi di wilayah hukum Polda Sumut oleh Budiman
Butar-butar, 2009
d. Kewenangan direksi dalam penyelenggaran RUPS oleh Raja Runggu Deli Sitepu,
2008
e. Pertanggungjawaban Pengurus Perseroan Terbatas yang tidak melaksanakan Rapat
Berdasarkan hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penelitian yang membahas
tentang peran auditor dalam melakukan pemeriksaan perseroan. Oleh sebab itu,
penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian dan jauh dari unsur plagiat serta sesuai
dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional,
objektif dan terbuka serta berimplikasi secara etis dari proses menemukan kebenaran
sebuah karya ilmiah
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara
teori-teori yang akan diteliti. Suatu konsep teori-teori bukan merupakan gejala yang akan diteliti
tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya
dinamakan fakta. Sedangkan konsep teori merupakan suatu uraian mengenai
hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.15
Solly Lubis memberikan pengertian kerangka teori adalah pemikiran atau
butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat menjadi
bahan perbandingan dan pegangan teoritis, hal mana dapat menjadi masukan eksternal
bagi penulis. Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
spesifikasi atau proses tertentu terjadi.16
Suatu perusahaan pada dasarnya berdiri berdasarkan modal-modal yang berbentuk
dalam saham-saham yang dimiliki oleh pemegang saham perusahaan. Pada hakikatnya
pemegang saham selaku pemilik saham perusahaan tidak turun langsung di dalam .
15 Ronny Hanitijo Soemitro,
Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), hal. 25. 16
proses produksi kegiatan perusahaan yang menyebabkan pemegang saham tidak serta
merta mengetahui keadaan dari keuangan perusahaan. Inilah dasar utama diperlukannya
auditor independen di dalam melakukan audit keuangan perusahaan tersebut yang dapat
memberikan hasil audit keuangan perusahaan secara independen yang tidak memihak
dan merugikan baik Pihak direksi maupun pihak pemegang saham.
Profesi auditor ini memiliki peran dan tanggung jawab dalam melindungi
kepentigan pemegang saham dengan cara memberikan penilaian atas kinerja keuangan
suatu perusahaan dengan sebenar-benarnya. Berdasarkan hal tersebut teori tanggung
jawab hukum dapat dijadikan grand theory dalam penelitian ini.
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum,
yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang
menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual
atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang
dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan,
kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas
undang-undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability
menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan
yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada
pertanggungjawaban politik.17
17
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 335-337.
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig
ada dua teori yang melandasinya yaitu:18
1. teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan
kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku
pribadi.
2. teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak
ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini
tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang
timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan
kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan
berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Auditor sebagai pihak yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan kinerja
perseroan harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di dunia profesinya. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit
berdasarkan ketentuan yang berlaku dan sungguh-sungguh sesuai dengan ketrampilan
dan keahliannya. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan seorang auditor yang
mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian akan menyebabkan seoarang auditor
dapat dimintai pertanggung jawabannya.
Selain teori tanggung jawab hukum, prinsip fiduciary duty dan teori akuntabilitas
juga digunakan dalam penelitian ini sebagai pendukung penerapan teori tanggung jawab
hukum. Seperti telah dibahas di awal bahwa sebuah perusahaan sebagai badan hukum
18
dalam melakukan perbuatan hukum mesti melalui pengurusnya. Tanpa adanya
pengurus, badan hukum itu tidak akan dapat berfungsi. Pendelegasian wewenang kepada
direksi untuk mengelola perseroan tersebut lazim disebut dengan fiduciary duty. Henry
Campbell Black menyatakan : “fiduciary duty, a duty to act for someone else’s benefit,
while subordinating one’s personal interest to that of the other person. It is the highest
standard of duty implied by law” (suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain,
dimana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi
dalam hukum).19
Umumnya fiduciary duty direksi dibagi menjadi dua komponen utama yaitu duty of
care dan duty of loyalty.
20
Duty of care pada dasarnya merupakan kewajiban direksi
untuk tidak bertindak lalai,menerapkan ketelitian tingkat tinggi dalam mengumpulkan
informasi yang digunakan untuk membuat keputusan bisnis dan menjalankan
manajemen bisnisnya dengan kepedulian dan kehati-hatian yang masuk akal. Dalam
duty of care direksi dituntut pertanggungjawabannya secara hukum dan duty of care ini
wajib diterapkan bagi direksi dalam membuat setiap kebijakan perseroan dan dalam
mengawasi serta memantau kegiatan perseroan. Dengan adanya duty of care maka
direksi diharuskan untuk bertindak dengan kehati-hatian dalam membuat segala
keputusan dan kebijakan perseroan. Dalam membuat setiap kebijakan direksi harus tetap
mempertimbangkan segala informasi-informasi yang ada secara patut dan wajar.21
Duty of loyalty mencakup kewajiban direksi untuk tidak menempatkan kepentingan
pribadinya diatas kepentingan perusahaan dalam melakukan transaksi di mana transaksi
19
Try Widiono, op.cit. hal 87.
20 Ridwan Khairandy,
Perseroan Terbatas, (Yogyakarta: Total Media, 2009), Hal 206. 21
tersebut dapat menguntungkan direksi. Duty of loyalty juga mengharuskan direksi untuk
menunjukkan sikap setia terhadap perusahaan yang didasari pada pertimbangan rasional
dan professional. Maksud dari kesetiaan adalah direksi harus selalu berpihak pada
kepentingan perusahaan yang dipimpinnya. Direksi yang diberikan kepercayaan oleh
pemegang saham harus bertindak atas nama untuk kepentingan pemegang saham dan
stakeholders, bertindak untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta bertindak dengan
mengutamakan kepentingan perseroan diatas kepentingan pribadi.22
Prinsip fiduciary duty mewajibkan direksi untuk tidak bertindak lalai dalam
menjalankan tugasnya mengelola perseroan. Kelalalian direksi dalam menjalankan
tugasnya mengelola perseroan dapat menyebabkan direksi dimintai pertanggung
jawabannya di muka hukum. Prinsip fiduciary duty ini mewajibkan direksi untuk
melindungi kepentingan perseroan. Salah satu bentuk perlindungan kepentingan
perseroan adalah dengan menjamin pemegang saham atau calon investor disediakan
laporan keuangan dan laporan tahunan yang benar sehingga tidak salah dalam
mengambil keputusan terkait dengan perseroan.
Teori Akuntabilitas sendiri di dalam dunia keuangan memiliki arti adalah
kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan
seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi.23
22
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam rangka Good Corporate Governance, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2002) Hal 141.
Dalam
prinsip akuntabilitas, terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala
23
tindak tanduk dan kegiatan perusahaan di bidang administrasi keuangan bukan hanya
kepada pemegang saham saja tetapi kepada semua pihak yang berkepentingan.
Akuntabilitas juga menyangkut perlindungan dan jaminan kepada setiap pemegang
saham, agar dapat menyampaikan hak suaranya untuk berpartisipasi dalam RUPS
tahunan maupun RUPS lainnya. Berkaitan dengan hal itu, maka kehadiran anggota
direksi dan anggota komisaris independen diperlukan agar dapat menghasilkan
pengelolaan perusahaan yang lebih objektif dan bertanggung jawab. Melalui prinsip
akuntabilitas, maka pemisahan antara pemilik atau pemegang saham dan pengurus
dalam rangka pengelolaan perusahaan menjadi jelas dan tegas.24
Pemegang saham sebagai pemilik perseroan yang mendelegasikan wewenang
pengelolaan perseroan kepada direksi dengan prinsip fiduciary duty memiliki hak-hak
yang harus dipenuhi dan dilindungi oleh hukum. Akuntabilitas memberikan jaminan
bagi pemegang saham agar hak-haknya terlindungia.
Akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk
menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun
secara horizontal.
UUPT dalam BAB IX pasal 138-141 memuat ketentuan tentang pemeriksaan
terhadap perseroan yang bertujuan untuk mendapatkan data atau keterangan karena
adanya dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan perseroan atau anggota
direksi maupun dewan komisaris yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga.
Auditor independen sebagai salah satu pelaksana kegiatan audit yang bertujuan
untuk mendapatkan data atau informasi tentang kegiatan suatu perusahaan memiliki
24
tanggung jawab dalam melakukan audit sebagai bagian dari pemeriksaan perseroan yang
dimintakan oleh pemegang saham apabila terdapat dugaan perbuatan melawan hukum
yang merugikan pemegang saham.
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah pendapat,
pangakalan pendapat; Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari
abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.25
1. Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu untuk
menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar,
agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, yaitu:
26
25
Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan: PPs USU), hal. 35.
Audit
merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
26
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.27
2. Prinsip Good Corporate Governance atau GCG adalah prinsip-prinsip dalam
pengelolaan perusahan yang baik yang dianut oleh banyak negara didunia. Prinsip
GCG ini dikenal sebagai prinsip tata kelola perusahaan yang baik dimana tidak ada
defenisi yang pasti terhadap prinsip ini, Komite cadburry sebagai komite yang
ditugaskan oleh Bank of England dan London Stock Exchange untuk menyusun
corporate governance code yang berlaku di banyak negara memberikan defenisi
atas corporate governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan
sebagainya.28
3. Pemeriksaan perseroan terbatas Menurut Pasal 138 ayat (1) Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan data atau keterangan mengenai terdapatnya dugaan bahwa suatu
Perseroan telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang
saham atau pihak ketiga; atau jika anggota Direksi maupun Dewan Komisaris
melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang
saham atau pihak ketiga.
27
Ihyaul Ulum M.D, Audit Sektor Publik Suatu Pengantar, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009). Hal. 9
28 Indra Surya & Ivan Yustiavandana ,
4. Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat
oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon
investor dan instansi pemerintah terutama instansi pajak.29
5. Pemegang Saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki
satu atau lebi
barang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu perusahaan. Atas investasi itu
pada umumnya pemegang saham mendapat keuntungan dari Perseroan dalam
bentuk dividen sebanding dengan besarnya uang yang diinvestasikan.30
6. Direksi adalah menurut Pasal 1 angka 5 UUPT adalah organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Ketentuan diatas menjelaskan bahwa direksi bertanggung jawab
secara penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sehingga
dengan perkataan lain bahwa direksi adalah organ yang memiliki peran yang utama
dan vital dalam pelaksanaan kegiatan usaha perseroan
7. Perlidungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan
menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,
ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu
dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam
29 Mulyadi,
Auditing, Buku 1,Edisi 6, (Jakarta: PT. Salemba Empat, 2002) hal. 28 30
sebuah hak hukum.31
8. Direksi yang beritikad buruk dalam konteks pengurusan perseroan merupakan
direksi yang menjalankan kewajibannya dalam menjalankan perseroan tidak
dilakukan dengan itikad yang baik (good faith). Adapun makna itikad baik dalam
pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin
hukum adalah sebagai berikut
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas adalah merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat
penegakan hukum untuk memberi jaminan perlindungan hukum terhadap hak
bagi pemegang saham.
32
a. Wajib dipercaya (fiduciary duty) :
b. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar
c. Wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan
d. Wajib loyal terhadap perseroan (loyalty duty)
e. Wajib menghindari benturan kepentingan
f. Larangan bersaing dengan perseroan
9. Itikad buruk adalah perbuatan yang mengandung maksud dan tujuan yang tidak
baik, misalnya pengaduan yang disertai data palsu atau keterangan tidak benar, dan
atau ditujukan semata-mata untuk mengakibatkan pencemaran nama baik
perorangan, keresahan kelompok, dan atau masyarakat.33
31
Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, (Penerbit Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), hal 373
32 M. Yahya Harahap,
Op.cit, hal. 374-378 33
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang
menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.34 Sedangkan penelitian
merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara
sistematis, metodologis dan konsisten.35 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan
untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara
menganalisisnya.36
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Sehingga, metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami
dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif
dimana penelitian ini ditujukan untuk menganalisis norma-norma dan asas-asas hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan yang
relevan dengan masalah penelitian. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analistis.
Deskriftif artinya ini bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari
fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu
yang terjadi.37
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini akan dibahas mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti melihat kedudukan, tugas dan Serta menganalisis fakta-fakta secara cermat dengan aturan hukum positif
yang telah ada.
34
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hillco, 1990), hal. 106.
35
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 1
36 Bambang Waluyo,
Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal. 6 37
tanggung jawab auditor berdasarkan peraturan yang berlaku serta juga melihat perannya
dalam membantu melindungi kepentingan pemegang saham.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : a. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara serta Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
b. Bahan hukum sekunder, merupakan bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum,
jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan yang terkait
dalam penelitian ini.38
c. Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum penunjang yang memberi
petunjuk dan penjelasan lebih mendalam terhadap bahan hukum sekunder
seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah.39
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan (library research) dan melakukan identifikasi data yang berkaitan dengan audit perusahaan dan hukum perusahaan. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan selanjutnya akan ditafsirkan atau diinterpretasikan untuk memperoleh kesesuaian penerapan peraturan dihubungkan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan
38 Peter Mahmud Marzuki,
Penelitian Hukum, (Jakarta, Prenada Media, 2005) hal. 141. 39
disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini.40
4. Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,41
a. Mengumpulkan data sekunder yang relevan dengan tema dan permasalahan
penelitian.
dimana data sekunder
dianalisis dengan undang-undang, teori dan pendapat pakar yang relevan,
dilanjutkan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu
permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi
sehingga dapat menjadi acuan dan pertimbangan hukum dalam mengatasi suatu
permasalahan. Tahapan analisis data yang dilakukan :
b. Menenmukan asas, norma dan kaidah-kaidah hukum serta doktrin atau teori yang
relevan dengan masalah penelitian.
c. Melakukan interpretasi terhadap bahan hokum primer untuk menemukan makna
atau pengertian yang benar.
d. Menguraikan dan menyusun secara sistematis hasil-hasil analisis data sekunder.
e. Menarik kesimpulan secara deduktif untuk menjawab masalah penelitian.
40
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001), Hal. 195-196
41
BAB II
PENGATURAN PELAKSANAAN AUDIT TERHADAP PERSEROAN TERBATAS DALAM KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
A.Pemeriksaan Perseroan dan Pengertian Audit
Pemeriksaan perseroan terbatas diatur dalam Bab IX Pasal 138-141 UUPT,
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan mengenai terdapatnya
dugaan bahwa suatu perseroan telah melakukan perbuatan melawan hukum yang
merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; atau jika anggota direksi maupun dewan
komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau
pemegang saham atau pihak ketiga.
Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila ada dugaan tentang adanya perbuatan
melawan hukum yang dilakukan perseroan atau anggota direksi maupun dewan
komisaris yang merugikan perseroan, pemegang saham atau pihak lain dapat meminta
kepada Pengadilan agar dilakukan pemeriksaan terhadap perseroan.
Tujuan utama dari pemeriksaan perseroan adalah mendapatkan data atau keterangan
tentang dugaan perbuatan melawan hukum. Data atau keterangan yang dicari dan
diperoleh dari hasil pemeriksaan itu, untuk dijadikan sebagai bukti yang dapat
memperjelas tentang benar atau tidaknya dugaan perbuatan melawan hukum yang
dilakukan perseroan atau anggota direksi dan dewan komisaris tersebut. Dalam
dipenuhi dalam memohon pelaksanaan pemeriksaan perseroan. Syarat-syarat tersebut
antara lain :42
a. Ada dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan, anggota
direksi atau dewan komisaris
Hukum tidak membenarkan mengajukan permintaan pemeriksaan terhadap
perseroan secara sewenang-wenang. Pemeriksaan perseroan harus didukung oleh
dugaan yang kuat yang ditarik dari peristiwa, hal atau kejadian yang dilakukan
perseroan, anggota direksi atau dewan komisaris. Membenarkan pengajuan
pemeriksaan terhadap perseroan tanpa didukung alat bukti permulaan atau paling
tidak indikasi konkrit tentang adanya unsur perbuatan melawan hukum dalam suatu
peristiwa dapat menghancurkan atau mengganggu kelancaran pengurusan perseroan
dalam rangka mencapai tujuan dan maksud yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
b. Yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum adalah perseroan, anggota
direksi atau dewan komisaris
Jika yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum terhadap perseroan adalah
pemegang saham atau pihak ketiga, tidak dapat dijadikan landasan mengajukan
permintaan pemeriksaan terhadap perseroan. Syarat kedua dapat terpenuhi jika yang
melakukan perbuatan melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi pemegang
saham atau pihak ketiga harus terdiri dari perseroan, direksi atau dewan komisaris
dalam rangka melaksanakan kegiatan perseroan.
Yang dimaksud dengan tindakan perseroan yang merugikan pemegan saham atau
pihak ketiga merupakan tindakan yang dibuat atas nama perseroan sebagai subjek
42