• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN PELAKSANAAN AUDIT TERHADAP PERSEROAN

B. Pengaturan Pelaksanaan Audit dalam Peraturan Perundang-undangan

Pelaksanaan audit bagi perseroan telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kewajiban bagi perseroan untuk melakukan audit tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini akan dibahas pengaturan tentang pelaksanaan Audit yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

1. Pengaturan Audit Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pengaturan audit dalam UUPT ditemukan dalam kaitannya dengan laporan tahunan perseroan. Mengenai laporan tahunan perseroan diatur pada Pasal 66 ayat (2) UUPT yang menjelaskan bahwa laporan tahunan merupakan dokumen perusahaan yang terdiri dari 54

1) Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut.

:

2) Laporan mengenai kegiatan perseroan.

3) Laporan pelaksanaan tanggung jawab social dan lingkungan.

4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha perseroan.

54

Frans Satrio Wicaksono,SH, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas. (Malang : Visimedia : 2009), hal.65.

5) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan komisaris selama tahun buku yang baru lampau.

6) Nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris.

7) Gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota dewan komisaris perseroan untuk tahun yang baru lampau

Berdasarkan ketentuan diatas dapat dilihat bahwa hal-hal yang harus dimuat dalam sebuah laporan tahunan adalah hal-hal yang berkaitan dengan segala sesuatu yang dilakukan oleh organ pelaksana kegiatan perseroan yang dalam hal ini adalah direksi perseroan dan dewan komisaris perseroan sehingga dengan kata lain laporan tahunan merupakan dokumen perusahaan yang berisikan segala keadaan ataupun aktivitas perusahaan selama satu tahun buku.

Yang dimaksud dengan dokumen perusahaan menurut Pasal 1 angka (2) Undang- Undang Nomor 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perushaaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis diatas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca atau didengarkan. Menurut Pasal 2 undang-undang tersebut dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan dan dokumen lainnya. Dokumen Keuangan terdiri dari:55

a. Catatan56

Catatan adalah setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan. Catatan

55 Lihat Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1997 56

tersebut berupa neraca tahunan perhitungan laba rugi tahunan, rekening, dan jurnal transaksi harian.

b. Bukti pembukuan

Bukti pembukuan adalah dokumen keuangan yang berupa warkat-warkat yang digunakan sebagai dasar pembukuan yang memperngaruhi perubahan kekayaan, utang dan modal.57

c. Data pendukung administrasi keuangan

Data pendukung administrasi keunagan terdiri atas data pendukung yang merupakan bagian dari bukti pembukuan dan yang tidak merupakan bagian dari bukti pembukuan. Menurut penjelasan Pasal 7 undang-undang nomor 8 tahun 1997, yang termasuk data pendukung yang merupakan bagian dari bukti pembukuan misalnya adalah surat perintah kerja, surat kontrak atau surat perjanjian. Sedangkan data pendukung yang bukan merupakan bagian dari bukti pembukuan misalnya adalah rekening harian atau rekening antarkantor.

Sedangkan menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1997, dokumen lainnya terdiri atas data atau setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan dokumen keuangan. Yang termasuk kedalam dokumen lainnya perusahaan antara lain risalah rapat umum pemegang saham (RUPS), laporan tahunan, akta pendirian perusahaan, akta otentik lainnya yang masih mengandung kepentingan hukum tertentu dan nomor pokok wajib pajak.58

57

Pasal 6 UU nomor 8 tahun 1997. 58 Abdulkadir Muhammad,

Hukum Perusahaan Indonesia cetakan ketiga revisi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2006) Hal 72.

Dalam Pasal 66 ayat (1) UUPT mengatur mengenai mekanisme penyampaian laporan keuangan oleh direksi kepada Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya di sebut RUPS). Direksi merupakan pihak yang bertugas dan berkewajiban membuat laporan tahunan perseroan kemudian disampaikan terlebih dahulu kepada dewan komisaris untuk ditelaah, setelah selesai ditelaah oleh dewan komisaris baru kemudian disampaikan kepada RUPS dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir

Laporan tahunan yang telah dibuat oleh direksi serta ditelaah oleh dewan komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) ditandatangani oleh semua anggota direksi dan semua anggota dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan disediakan di kantor perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham. Pada Pasal 67 ayat (3) UUPT menegaskan penerapan anggapan hukum (rechtsvermoeden, legal presumption) yang menyebutkan anggota direksi dan anggota dewan komisaris yang tidak menandatangani dianggap menyetujui laporan tahunan tersebut. Berarti melalui penerapan anggapan hukum ini, dia sepenuhnya ikut memikul tanggung jawab hukum atas kebenaran yang tercantum dalam laporan tahunan.

Sehubungan dengan pembuatan laporan tahunan oleh direksi berdasarkan Pasal 66 ayat (1) maka dalam Pasal 66 ayat (3) memerintahkan kepada direksi untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan. Yang dimaksud dengan “standar akuntansi keuangan” menurut penjelasan Pasal 66 ayat (3) adalah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi Akuntansi Indonesia yang diakui pemerintah Republik Indonesia.

Pasal 66 ayat (4) UUPT menegaskan bagi atau terhadap perseroan yang wajib diaudit, maka neraca keuangan dan laporan laba rugi yang telah diaudit itu, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 68 ayat (1) UUPT mengatur kewajiban direksi untuk menyerahkan laporan keuangan yang merupakan bagian dari laporan tahunan perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit, apabila:

1) Kegiatan untuk perseroan adalah menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat.

2) Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat. 3) Perseroan merupakan Perseroan Terbuka.

4) Perseroan merupakan persero.

5) Perseroan mempunyai asset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Menurut Pasal 68 ayat (6) UUPT, jumlah ini bisa dikurangi. Namun pengurangan besarnya jumlah nilai tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP).

6) Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 69 ayat (1) UUPT memuat ketentuan tentang persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris yang dilakukan oleh RUPS. Pasal 69 ayat (3) UUPT menyebutkan anggota direksi dan anggota dewan komisaris bertanggung jawab secara renteng apabila laporan keuangan yang disediakan tidak benar atau menyesatkan.

Dalam penjelasan Pasal 69 ayat (3) tersebut, laporan keuangan yang dihasilkan harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari aktiva, kewajiban, modal dan usaha

dari Perseroan. Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa laporan keuangan yang tidak benar atau menyesatkan adalah laporan keuangan yang dibuat tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dari aktiva, kewajiban, modal dan usaha perseroan baik karena kekeliruan ataupun kecurangan yang dilakukan direksi sebagai pembuat laporan keuangan.

Apabila laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan. Akan tetapi, anggota direksi dan anggota komisaris “dibebaskan” dari tanggung jawab tersebut dengan syarat, apabila mereka dapat membuktikan bahwa keadaan itu bukan karena kesalahannya.59

Tanggung jawab pembuatan laporan keuangan yang benar dan tidak menyesatkan pada dasarnya merupakan tanggung jawab direksi sebagai pengurus perseroan. Jika dalam suatu laporan keuangan ditemukan informasi yang tidak benar ataupun menyesatkan dikarenakan keliru atau kecurangan pengurus perseroan, maka pengurus perseroan wajib bertanggung jawab atas kerugian yang dialami pihak lain akibat laporan keuangan yang tidak benar atau menyesatkan tersebut.

Direksi sebagai pengurus perseroan secara tanggung renteng wajib bertanggung jawab atas kerugian yang timbul kecuali anggota direksi dapat membuktikan kerugian itu bukan karena kesalahannya. Pasal 97 UUPT mengatur tentang anggota direksi yang dapat dibebaskan dari tanggung jawab untuk tanggung renteng atas kerugian apabila anggota direksi tersebut dapat membuktikan kekeliruan atau kesalahan yang terjadi bukan karena kesalahannya.

59

Akuntan publik sebagai auditor yang melaksanakan permintaan audit atas laporan keuangan memiliki peran dalam menemukan kekeliruan ataupun kecurangan yang ada di dalam laporan keuangan yang disajikan. Berdasarkan ketentuan dalam UUPT telah dijelaskan tentang kewajiban melakukan audit terhadap laporan tahunan dan/atau laporan keuangan perseroan yang tergolong kedalam kelompok perseroan yang laporan tahunannya wajib diaudit oleh akuntan publik atau auditor independen sebelum disahkan dalam RUPS.

Timbulnya kewajiban Direksi untuk menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan publik ini dibenarkan dengan asumsi bahwa kepercayaan masyarakat tidak boleh dikecewakan selain itu hal tersebut juga berguna bagi perseroan yang mengharapkan dana dari pasar modal serta untuk menemukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan dengan benar dan tidak menyesatkan sehingga mencegah pemegang saham atau pihak ketiga mengalami kerugian.

2. Dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penjelasan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal tersebut berlaku umum bahwa prinsip standar akuntansi yang berlaku umum adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dan praktik akuntansi lainnya yang lazim di pasar modal.

Bapepam sebagai regulator kegiatan di pasar modal melalui Keputusan Kepala Bapepam tentang Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang pedoman penyajian Laporan Keuangan antara lain menyatakan60

Selanjutnya peraturan ini menyatakan

: Hal-hal mengenai bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang tidak diatur dalam peraturan ini, harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ketentuan akuntansi yang lazim berlaku di Pasar Modal.

61

Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan kebenaran data yang

: Laporan keuangan dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan pengertian laporan keuangan yang termuat dalam SAK yang diterbitkan oleh IAI, yaitu meliputi : Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Saldo Laba, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan, Laporan Lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Laporan keuangan secara berkala penting bagi investor, mengingat laporan ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan lain-lain. Berdasarkan laporan-laporan tersebut dapat disusun evaluasi untuk cash flow yang akan datang dan selanjutnya membuat estimasi nilai saham.

60

Keputusan Ketua Bapepam Nomor :Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996. Peraturan Nomor VIII.G.7:Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

61

Bismar Nasution. Keterbukaan Dalam Pasar Modal. (Jakarta: Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2001),hlm.271.

disajikan emiten baik dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten. Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain:

a. Peraturan Nomor VIII.G.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan.

Peraturan ini berlaku bagi perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik dimana mmewajibkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk menyampaikan laporan tahunannya kepada BAPEPAM 14 (hari) sebelum RUPS dilaksanakan. Dalam peraturan ini juga mewajibkan perusahaan untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku serta telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di BAPEPAM.

b. Peraturan Nomor X.K.1/Keputusan Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

Peraturan ini mengatur bahwa setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

c. Peraturan No. X.K.2/Keputusan Ketua Bapepam No. 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.

Peraturan ini mengatur tentang kewajiban perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya disertai laporan akuntan baik laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan

d. Peraturan No.X.K.4/ Keputusan Ketua Bapepam No. 27/PM/2003 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum.

Peraturan ini menjelaskan tentang Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah efektif wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum kepada Bapepam. Realisasi penggunaan dana hasil Penawaran Umum tersebut wajib pula dipertanggungjawabkan pada Rapat UmumPemegang Saham e. Peraturan Nomor X.K.5/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-46/PM/1998

tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit.

Peraturan ini menjelaskan tentang emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan bursa efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan menghindari kegagalan dimaksud.

f. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 atau Peraturan Nomor IX.I.5. tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Salah satu syarat menjadi komite audit adalah adanya pemahaman yang memadai tentang laporan keuangan dan salah salah satu anggota komite audit harus memiliki latar belakang akuntansi. Tugas dan tanggung jawab komite audit salah satunya adalah melakukan

penelaahan atas informasi yang disediakan direksi untuk menjadi masukan bagi dewan komisarin antara lain laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan. g. Peraturan Nomor VIII.A.1/Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-34/PM/2003 tentang

Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal.

Akuntan merupakan salah satu profesi pendukung kegiatan di pasar modal. Akuntan yang dapat melakukan kegiatan di pasar modal haruslah terlebih dahulu terdaftar di Bapepam dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan ini. Salah satu syarat bagi akuntan untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal adalah berkedudukan sebagai rekan pada Kantor Akuntan Publik.

h. Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal.

Dalam peraturan ini seorang akuntan dalam memberikan penilaian atau pendapat diwajibkan untuk senantiasa independen. Seroang akuntan dinyatakan tidak independen salah satunya apabila mempunyai kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung dengan klien yang bersifat material seperti investasi keuangan dengan klien.

i. Peraturan Nomor: X.J.1/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-79/PM/1996 tentang Laporan Kepada Bapepam oleh Akuntan.62

Akuntan yang memeriksa Laporan Keuangan Emiten, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan Pihak lain yang melakukan kegiatan di Pasar Modal wajib menyampaikan pemberitahuan yang

62 http://peraturan lk-bapepam,

Perlindungan Investor Dalam Pasar Modal,diakses pada tanggal 17 April 2014 Pukul. 15.00 WIB.

sifatnya rahasia kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak ditemukan adanya hal-hal sebagai berikut:

1) pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam Undang-undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya;

2) hal-hal yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud atau kepentingan para nasabahnya.

Selain oleh BAPEPAM, dalam hal regulasi dan pengawasan aktifitas di pasar modal setelah terbitnya UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka kewenangan memberikan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal menjadi tugas dari OJK. Dalam Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2011 tersebut dijelaskan bahwa tugas dari Otoritas Jasa Keuangan adalah melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan lainnya.

Terkait dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dalam pelaksanaan kegiatan di pasar modal, dalam Pasal 70 UU OJK dijelaskan bahwa UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dan diganti berdasarkan UU OJK tersebut. Dalam kegiatan di pasar modal, OJK telah megeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.04/2013 tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan. Aturan tersebut disusun dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi Emiten atau Perusahaan Publik dalam melakukan aksi korporasi

pembelian saham kembali tanpa melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.63

Dalam rangka memberikan perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan, OJK telah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.04/2013 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen sesuai amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Adapun latar belakang pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah seringnya tidak tercapai kesepakatan antara Konsumen dengan Lembaga Jasa Keuangan, karena itu diperlukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang mampu menyelesaikan persengketaan dengan cepat, murah, adil, dan efisien.

3. Dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Bagi perusahaan yang berbentuk BUMN, Berdasarkan Pasal 52 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran perusahaan, laporan tahunan dan perhitungan tahunan Perum diatur dengan Keputusan Menteri.

Dasar hukum yang mengatur secara langsung tentang laporan tahunan persero dan perhitungan tahunan Perum tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

Dalam Pada 39 ayat (1) sampai dengan ayat (4) disebutkan bahwa64

63

:

1) Direksi wajib menyiapkan laporan berkala yang memuat pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi laporan triwulanan dan laporan tahunan.

3) Selain laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direksi sewaktu-waktu dapat pula memberikan laporan khusus kepada Komisaris dan/atau RUPS untuk Persero atau kepada Dewan Pengawas dan/atau Menteri untuk Perum.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan triwulanan dan laporan khusus diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 40 menyebutkan bahwa isi dan mekanisme penyampaian serta pengesahan laporan tahunan Persero diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. 65 Berdasarkan ketentuan Pasal 40 tersebut dijelaskan bahwa terkait isi dan mekanisme penyampaian laporan tahunan BUMN yang berbentuk persero diatur dalam Pasal 66-69 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bagi persero, laporan tahunan dibuat oleh direksi kemudian disampaikan kepada RUPS paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan berakhir yang sekurang-kurangnya berisi :66

a) Laporan keuangan

b) Laporan mengenai kegiatan perseroan

c) Laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan

d) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan

64

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara

65 Ibid 66

e) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan dewan komisaris f) Nama anggota direksi dan dewan komisaris

g) Gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan dewan komisaris

h) Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

Sedangkan dalam Pasal 41 mengatur tentang mekanisme pelaporan tahunan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perum serta mengatur tentang hal-hal yang wajib dicantumkan di dalam Laporan Tahunan Perum sebagai berikut67

1) Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Perum ditutup, Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Menteri untuk memperoleh pengesahan.

:

2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat sekurang-kurangnya: a) perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau

dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut.

b) neraca gabungan dan perhitungan laba rugi gabungan dari perusahaan yang tergabung dalam satu grup, disamping neraca dan perhitungan laba rugi dari masing-masing perusahaan tersebut.

c) laporan mengenai keadaan dan jalannya Perum, serta hasil yang telah dicapai. d) kegiatan utama Perum dan perubahan selama tahun buku.

e) rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan Perum.

f) nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan

67

g) gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan honorarium serta tunjangan lain bagi anggota Dewan Pengawas.

Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2) mengatur tentang pihak yang menandatangani laporan tahunan Perum tersebut serta juga mengatur tentang alternatif lainnya apabila terhadap Pasal 42 ayat (1) tidak dapat dilaksanakan. Pasal 42 ayat (1) dan (2) berbunyi sebagai berikut68

1) Laporan tahunan Perum ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan

Dokumen terkait