• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Adaptas

Dalam dokumen Buku 5 Tahun DNPI Perubahan Iklim dan Ta (Halaman 63-65)

Periode 2008-2010

P

eran yang dijalankan DNPI selama periode ini idealnya memerlukan partisipasi aktif dari semua stakeholder terutama sektor-sektor terkait --- instansi, lembaga, dan kementerian --- dalam kelompok kerja (pokja) adaptasi, khususnya sektor yang memiliki peran strategis dalam merespon dampak perubahan iklim. Keterlibatan sektor dalam hal ini memudahkan penerimaan isu adaptasi perubahan iklim dan mendorong kerjasama antar kementerian/lembaga. Esensi yang ingin dibangun dari keterlibatan

stakeholder ini adalah agar kebijakan dan program yang disepakati mudah dijalankan.

Dalam prakteknya, tidak mudah menghadirkan semua stakeholder secara tetap ikut terlibat di dalam pokja adaptasi. Namun, melalui komunikasi secara langsung dengan beberapa personal dan bidang/unit/program yang dinilai memiliki kapasitas, perhatian dan aktif mengikuti kegiatan adaptasi perubahan iklim, pada akhirnya pokja mampu menggalang keterlibatan aktif stakeholder

tersebut.

Adapun program kegiatan awal pada kurun waktu tahun 2008 – 2010 tersebut lebih menekankan kepada 3 (tiga) hal. Pertama, penyampaian dan penyebaran informasi melalui diskusi pokja adaptasi, seminar, atau lokakarya (workshop). Kedua, sosialisasi hasil perundingan dan negosiasi adaptasi perubahan iklim kepada kementerian/ kelembagaan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta mempersiapkan posisi Indonesia dalam setiap perundingan dan negosiasi di bawah UNFCCC. Ketiga, melakukan studi dan kajian dampak, kerentanan, dan adaptasi perubahan iklim.

Dalam kurun waktu ini pula, pokja adaptasi mulai mengembangkan kerjasama dan komunikasi dengan komunitas dan pelaku isu Pengurangan Risiko Bencana

(PRB). Pada saat Platform Nasional (Planas) untuk pengurangan risiko bencana, pokja adaptasi DNPI terlibat di dalamnya untuk menyampaikan perkembangan isu kebijakan, program dan rencana aksi perubahan iklim di tingkat nasional dan daerah, khususnya dalam merespon ancaman dan dampak perubahan iklim. Dalam konteks pengintegrasian

Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan PRB, telah diselenggarakan seminar nasional di Jakarta yang pesertanya sebagian besar adalah para pelaku dan pegiat PRB yang bertujuan untuk mengintegrasikan API ke dalam strategi PRB.

Di akhir periode ini, tahun 2010, kebutuhan terhadap Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim(RAN-API) sangat penting dan mendesak untuk mensinergikan kebijakan dan program adaptasi yang telah dan sedang dibuat oleh berbagai kementerian dan lembaga. Selain menjadi pedoman nasional, RAN API dimanfaatkan untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun strategi adaptasi perubahan iklim. Kebutuhan ini direspon oleh pokja adaptasi melalui serangkaian kegiatan diskusi dan pertemuan antar stakdeholder dengan menempatkan lima sektor sebagai fokus, yaitu: 1). sektor pertanian; 2). sektor pesisir, kelautan, perikanan dan pulau-pulau kecil; 3). sektor kesehatan; 4). sektor permukiman dan perkotaan, serta 5). sektor sumber daya air.

49

DNPI 5 TAHUN I

Periode 2011-2013

D

iselesaikannya seluruh rangkaian

kegiat an penyusunan RAN API berarti diperolehnya dokumen yang berisi gambaran mengenai kebijakan dan program yang telah, akan, dan sedang disiapkan dan dilaksanakan oleh beberapa kementerian/ lembaga yang dinilai paling terdampak oleh perubahan iklim, termasuk DNPI. Namun demikian, keberadaan dokumen ini dinilai

kurang mendapat pertimbangan dan

dukungan basis ilmiah. Padahal, kajian ilmiah yang lengkap, sistematis dan menciptakan kemanfaatan, sangat fundamental artinya dalam upaya memasukkan RAN API dalam

perencanaan pembangunan nasional.

Oleh sebab itu, maka Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berinisiatif untuk menyusun RAN API di luar yang telah dirumuskan sebelumnya oleh DNPI.

Dengan pertimbangan bahwa pada masa-masa sebelumnya sudah diterbitkan beberapa dokumen terkait adaptasi di Indonesia yang diinisiasi dan dikeluarkan kementerian/lembaga, seperti Rencana Aksi Nasional mengenai Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim/RAN MAPI (oleh KLH,

2007), Rencana Pembangunan Nasional:

Respon Indonesia terhadap Perubahan iklim

(oleh Bappenas, 2007), Peta Jalan Sektor dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim (oleh Bappenas, 2010) dan dokumen terakhir yang diterbitkan oleh DNPI, maka dokumen-dokumen tadi menjadi pendukung dan pelengkap dari isi yang hendak dirumuskan dalam RAN API yang ‘baru’ tersebut. Melalui kesepakatan, maka Bappenas, KLH dan DNPI serta BMKG ditempatkan sebagai kelompok inti dalam proses dan fasilitasi penyusunan RAN API.

Kegiatan ini didahului oleh kajian ilmiah yang dilakukan oleh dua tim ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), serta serangkaian diskusi

dengan mengundang kementerian/lembaga dan lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi. Dokumen RAN API bersifat terbuka untuk dikoreksi dan disempurnakan dalam rangka merespon perkembangan dari isu perubahan iklim.

Pada periode ini (2010-2013) juga dilaksanakan penyusunan buku panduan pelatihan mengenai adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana.

Melalui kerjasama dengan Lembaga

Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) – Nadhlatul Ulama (NU) dan WWF Indonesia, disepakati uji coba modul adaptasi di dua wilayah, yaitu Jogjakarta dan Surabaya; sebelum buku panduan pelatihan ini dipublikasikan secara resmi. Uji coba modul tersebut dimanfaatkan oleh DNPI untuk memperkenalkan lembaga DNPI dan isu adaptasi perubahan iklim kepada stakeholder

yang selama ini giat dan aktif dalam isu kebencanaan di kedua wilayah tersebut.

Awal tahun 2012, dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan adaptasi perubahan iklim ber- kembang di Indonesia, Pokja Adaptasi DNPI mengumpulkan infomasi kegiatan adaptasi yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh kementerian/lembaga, lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi. Tujuan lebih spesifik dari pengumpulan informasi kegiatan tersebut adalah mengidentifikasi dan memetakan kegiatan adaptasi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh institusi pegiat dan pelaku serta donor dalam membantu/ mengembangkan program adaptasi. Diharap- kan, dengan melihat peta kegiatan adaptasi ini, pengembang/pelaksana program dapat menghindari kegiatan yang sama di satu lokasi, dan sebaliknya mengisi kebutuhan sebagai tindak lanjut kegiatan yang telah dilaksanakan atau melakukan kegiatan di lokasi yang memang belum dilirik/disentuh oleh stakeholder.

minimizing adverse effect on the economy, on pulbic health and the quality of environment, the project measures untertaken by them to mitigate or adapt to climate change.”

Maka dalam implementasinya, Pokja

Mitigasi, telah berfokus pada tiga aspek, yaitu: 1). pengembangan ilmu pengetahuan, 2). pengem - bangan kebijakan dan 3). mendorong adanya investasi. Secara rinci, skenario yang akan dikem- bangkan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Ilmu pengetahuan dibangun untuk memahami

dan menjawab berbagai macam ketidak pastian akibat adanya perubahan iklim serta dalam upaya mendapatkan gambaran yang memadai guna mempersiapkan skenario yang lebih baik di masa depan.

2. Kebijakan yang ditopang ilmu pengetahuan

yang kuat merupakan prakondisi bagi

implementasi aksi komprehensif dan efektif serta didukung oleh proses yang inclusive.

3. Investasi dilakukan guna menghasilkan budaya yang sehat dan benar dalam inisiasi investasi ramah lingkungan (green investment) yang berkelanjutan.

Mitigasi merupakan salah satu aksi menanggulangi perubahan

Dalam dokumen Buku 5 Tahun DNPI Perubahan Iklim dan Ta (Halaman 63-65)

Dokumen terkait