• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti ini peneliti mengajak siswa untuk bertanya jawab tentang motivasi diri dalam belajar. Sebelumnya peneliti bertanya pada siswa siswi asrama “siapa disini yang memiliki cita-cita?” Semua menjawab memiliki cita-cita, kemudian peneliti menanyakan kembali kepada

menjawab ada yang menjadi dokter, polisi, guru, dan lain-lain.

Peneliti kemudian menanyakan kembali “lalu untuk

mewujudkan cita-cita itu semua apakah semua rajin belajar”

merekea menjawabnya kurang yakin. Lalu peneliti menjelaskan ketika kita punya cita-cita kita harus mewujudkannya denga rajin belajar agar cita-cita kita bisa tercapai.

Peneliti juga mengajak anak untuk aktif berbicara dalam kegiatan bimbingan. Ada beberapa anak yang mengobrol sendiri ada juga yang duduk diam dan ada beberapa anak juga yang tidak mendengarkan peneliti ketika bertanya jawab. 3. Kegiatan Penutup

Pada kegiatan penutup pamong asrama mempersilahkan untuk membagikan angket motivasi belajar intrinsik kepada anak-anak. Peneliti meminta kepada anak-anak untuk mengisi angket tersebut secara jujur dan sesuai keadaan anak-anak pada saat ini. Sambil menunggu anak-anak peneliti melihat hasil observasi dari mitra kolaboratif dan menyimpan hasil tersebut untuk dijadikan penilaian bagi peneliti. Peneliti juga berkonsultasi dengan suster mengenai kegiatan hari ini.

c. Data Hasil Angket Pra Tindakan dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat.

1. Data Hasil Angket Pra Tindakan

Angket Motivasi Belajar intrinsik disusun berdasarkan kisi-kisi motivasi belajar intrinsik siswa. Dari hasil angket pada pra tindakan diperoleh data skor subjek dan data skor item.

a) Data Skor Subjek

Data skor subjek merupakan data yang bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar intrisik siswa pra penelitian dengan materi motivasi diri dalam belajar dan metode yang digunakan adalah ceramah serta tanya jawab. Berikut grafik data skor subjek pada pra tindakan.

Tabel.11 Penggolongan Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Tahap Pra Tindakan

Range Kategori Pra

Jumlah Persentase 51-90 SR 1 2,32 % 91-115 R 1 2,32 % 116-139 S 5 11,62 % 140-164 T 27 62,79 % 165-204 ST 9 20,93 %

Grafik 1. Skor Subjek Tahap Pra Tindakan

Dari grafik di atas dideskripsikan bahwa 2,32% siswa memiliki kategori sangat rendah, 2,32% siswa memiliki kategori rendah, 11,62% siswa memiliki kategori sedang, 62,79% siswa memiliki kategori tinggi, 20,93 % memiliki kategori sangat tinggi.

b) Data skor item

Data skor item bertujuan untuk menunjukkan item yang memiliki nilai kurang sehingga menjadi titik fokus perbaikan. Berikut hasil tabel data skor item pra tindakan

2,32% 2,32% 11,62% 62,79% 20,93% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% SR R S T ST Pra Siklus

Grafik 2. Skor Item Tahap Pra Tindakan

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa item yang terendah terlihat pada item nomor 4 dari 52 item. Item inilah yang menjadik topik satuan layanan bimbingan untuk perbaikkan pada siklus selanjutnya.

2. Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat

Pada pertemuan pra tindakan, observasi dilakukam peneliti bersama mitra kolaboratif. Observasi ini dipandu oleh pedoman kiraan sifat kegiatan bimbingan, selain itu peneliti juga memiliki catatan lapangan. Berdasarkan pengamatan, pada kegiatan bimbingan pra tindakan ini banyak hal yang peneliti amati, seperti anak banyak yang mengobrol dan bermain dengan teman, tidak mendengarkan peneliti saat kegiatan bimbingan berlangsung. Ada juga anak yang sulit diatur, karena ia hanya bercanda dengan temannya selama kegiatan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52

Pra Siklus

Pra Siklus

bimbingan berlangsung. Beberapa hal inilah yang menjadi catatan untuk peneliti. Berikut hasil observasi pada pra tindakan.

Tabel.12

Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Pada Tahap Pra Tindakan

No Perilaku Jumlah siswa

1. Mendengarkan 5 2. Ngobrol 15 3. Bermain-main 12 4. Ribut 8 5. Tidak fokus 10 6. Mengganggu 5 7. Pasif 19

8. Makan permen karet 3 9. Mengerjakan tugas yang diberikan 35 10. Berani menunjukkan hasil pekerjaan 3

11. Antusias 5 12. Bosan 13 13. Tidak konsentrasi 12 14. Memperhatikan 10 15 Mencatat materi 5 d. Refleksi

Setelah dilaksanakan kegiatan bimbingan kelompok pada pra tindakan ini, selanjutnya dilaksanakan refleksi terhadap capaian hasil, kekurangan-kekurangan, gangguan, hambatan proses bimbingan kelompok yang telah berlangsung. Peneliti dan juga mitra kolaboratif mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi. Berikut dipaparkan hasil refleksi.

Secara umum pelaksanaan bimbingan kelompok tahap pra tindakan telah sesuai dengan SPB yang telah disusun oleh peneliti. Namun, demikian masih terdapat beberapa hambatan yang muncul saat kegiatan pra tindakan dilaksanakan dan hambatan inilah yang perlu dilakukan perbaikan. Beberapa hambatan itu antara lain: 1. Beberapa anak masih menggunakan kesempatan untuk

mengobrol, bercanda, bermain-main dengan teman lainnya pada saat peneliti sedang menjelaskan materi.

2. Ada beberapa anak yang makan permen karet dan membunyikan sehingga mengganggu keterlaksanaan bimbingan.

3. Saat peneliti menjelaskan materi masih banyak anak yang tidak memperhatikan.

4. Ada satu anak yang lempar-lempar kertas.

Peneliti dan juga mitra kolaboratif berdiskusi dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan pra tindakan yang telah dilaksanakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan pada layanan bimbingan pada siklus berikutnya, antara lain:

1. Peneliti memberikan perhatian dengan memberi pertanyaan kepada anak yang tidak memperhatikan pada saat peneliti sedang menjelasakan materi.

2. Pada siklus selanjutnya peneliti lebih tegas dan membangun komunikasi yang lebih baik pada anak-anak yang terlihat bercanda, bermain-main, dan kurang serius.

3. Peneliti memperingatkan anak supaya tugas dikerjakan dan diselesaikan tepat waktu. Sebagian dari mereka masih banyak yang bermain, bermain-main dan mengobrol dengan teman lain.

2. Siklus I

Tahap penelitian siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x45 menit dan di akhir pertemuan dibagikan angket untuk mengukur capaian skor motivasi belajar intrisnik anak sebelum tindakan dilakukan. Pada siklus I, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Siklus I dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada kegiatan bimbingan pra tindakan sebelumnya. Hambatannya adalah seperti, anak bercanda, mengobrol, bermain-main, dan tidak serius mengikuti bimbingan. Beberapa hal inilah yang membuat peneliti untuk melakukan perbaikan dengan melakukan tindakan pada siklus I dengan tujuan peneliti ingin lebih meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa dengan menghadirkan outbound dalam layanan bimbingan kelompok pada siklus I. Anak-anak juga diingatkan kembali

dengan materi-materi yang telah disampaikan oleh peneliti pada pra siklus sebelumnya.

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun Satuan Layanan Bimbingan (SPB) dengan topik konsentrasi dalam belajar dan menghadirkan outbound pada siklus I. Pada bimbingan kali ini peneliti mengamati bagaimana anak dapat berkonsentrasi untuk menyelesaikan permainan outbound. Peneliti juga mempersiapkan instrumen penelitian, seperti angket, lembar observasi kiraan sifat, pedoman wawancara, dan alat-alat untuk kegiatan outbound. b. Pelaksanaan Siklus I

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan SPB yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Selama kegiatan bimbingan kelompok dilaksanakan, peneliti dibantu oleh 2 mitra kolaboratif dalam melakukan pengamatan dan teman lain yang membantu berjalannya kegiatan outbound sebagai pemandu dalam pos-pos permainan outbound. Materi bimbingan pada siklus I adalah konsentrasi dalam belajar. Bimbingan pada siklus I dilaksanakan pada hari Minggu, 23 November 2014. Adapun deskripsi pelaksanaan bimbingan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Bimbingan dimulai dengan doa yang dipimpin oleh peneliti dan kemudian dilanjutkan dengan salam. Kemudian peneliti

juga mempersiapkan alat dan bahan untuk outbound, dilanjutkan dengan mengecek kesiapan anak untuk mengikuti outbound. Anak-anak Asrama St. Aloysius Turi kelas 7 dan 8 diingatkan kembali mengenai tujuan awal peneliti yang akan meneliti mengenai motivasi belajar intrinsik siswa kelas 7 dan 8 SMP di Asrama St. Aloysius Turi melalui bimbingan kelompok berbasi outbound training.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan berikutnya peneliti menyampaikan kepada anak-anak bahwa kegiatan hari ini adalah outbound. Tanggapan anak-anak bermacam-macam ada sebagian besar mengatakan senang karena akan berkegiatan outbound. Namun ada beberapa anak yang malas kegiatan outbound karena ingin pergi ke warnet karena ini hari libur. Kemudian ada anak yang bersembunyi karena tidak mau ikut berkegiatan outbound sehingga peneliti harus mencari di lingkungan asrama.

Melihat antusias sebagian besar anak dengan adanya kegiatan outbound, peneliti kemudian mengajak anak untuk bersiap-siap berkumpul di aula. Setelah anak berkumpul di aula kemudian peneliti membagi kelompok menjadi 5 kelompok. Permainan outbound yang akan dilaksanakan yaitu spider web

dan taplak air. Ada anak yang bertanya, “permainan apa itu

permainan yang pertama. Setelah itu peneliti menanyakan kepada anak-anak apakah masih ada yang bingung dengan permainannya? Kemudiaan anak-anak menjawab “tidak Mas...?.” dalam permainan setiap outbound akan dipandu oleh pemandu permaianan yaitu ada beberapa teman teman peneliti yang menjaga stiap pos permainan outbound dan memandu permaianan outbound tersebut. Untuk permainan spider web anak-anak yang tergabung dalam kelompok melewati jaring-jaring yang menyerupai jaring-jaring laba-laba tanpa menyentuh tali. Jika menyentuh tali akan diberikan sangsi berupa coretan arang di pipi. Di dalam kelompok ada 1 orang peserta yang ditutup matanya dan peserta tersebut harus pula melewati jaring-jaring tersebut dengan dibantu oleh teman-temannya. Bila ada 1 lubang yang sudah dilewati tidak boleh dilewati kembali. Peneliti dan observer memperhatikan antusias setiap kelompok dan keseriusan setiap kelompok dalam menyelesaikan tantangan permainan outbound.

Permainan yang kedua yaitu taplak air. Permainan ini juga dipandu oleh pemandu permainan yaitu teman peneliti yang lain. Untuk permainan taplak air anak-anak yang tergabung dalam kelompok membawa taplak tersebut menuju titik pos akhir yang sudah ditentukan dan air yang ada di dalam gelas tidak boleh jatuh, apa bila jatuh peserta akan diberikan sangsi

berupa coretan arang. Ada satu peserta yang tertutup matanya dan peserta yang lain akan menuntunnya berjalan titik pos akhir yang sudah ditentukan. Dari hasil pengamatan peneliti dan mitra kolaboratif masih ada beberapa anak tidak konsentrasi dalam menyelesaikan permainan outbound dan masih ada anak yang bermain-main sendiri dan tidak mengikuti outbound dengan baik, sehingga ada beberapa kelompok yang gagal melewati permainan di setiap pos karena tidak konsentrasi mengikuti permainan. Kemudian peneliti mengajak anak-anak untuk kembali ke aula dan duduk menurut kelompoknya masing-masing untuk menyimpulkan kegiatan outbound dan mencari hambatan-hambatan dalam permainan.

Ada yang berkata bahwa permainan yang pertama sulit karena lubang atau jaring-jaring terlalu sempit jadi susah untuk melewatinya sehingga banyak yang kena coretan arang. Sedangkan permainan yang kedua susah untuk mengatur keseimbangannya jadi ada kelompok yang gelasnya jatuh. Kemudian peneliti menegaskan, bahwa setiap permainan memang ada hambatannya, dari permainan ini kita belajar bahwa dalam belajar di sekolah untuk mencapai sebuah cita-cita yang diimpikan pasti banyak hambatannya mungkin saja ketika dalam belajar kita tidak punya semangat dalam belajar, malas dalam belajar. Tetapi semua hambatan itu harus dilewati

dan dijalani untuk mencapai hasil belajar yang baik. Semua hambatan itu harus kita lawan dengan kegigihan dan keyakinan bahwa kita bisa melewati hambatan dalam belajar, seperti rasa malas untuk mendapatkan hasil belajar yang baik.

Dokumen terkait