• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa SMP melalui bimbingan kelompok berbasis outbound (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa SMP melalui bimbingan kelompok berbasis outbound (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi)."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASISOUTBOUND

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi)

Valentinus Utomo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound; 2) mengetahui tingkat efektivitas outbound dalam meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan satu kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 43 siswa. Data penelitian ini ini diperoleh melalui Skala Motivasi Belajar Intrinsik dengan reliabilitas 0.948. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kategori distribusi normal dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan: Pada pra tindakan terdapat 2,32 ;, siswa masuk kategori sangat rendah, 2,32 ; siswa masuk kategori rendah , 11,62 ; siswa masuk ke dalam kategori sedang , 62,79 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 20,93 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 1 terdapat 13,95 ; siswa masuk ke dalam kategori sedang, 55,81 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 30,23 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 2 terdapat 55,81 ; siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 44,18 ; siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. 2) Jadi ada peningkatan pada pra siklus sampai siklus II dimana terdapat penaikkan skor item dan skor subjek pada setiap peningkatan motivasi belajar intrinsik secara signifikan pada siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Jadi, kesimpulannya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi efektif dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound.

(2)

ii

EFFORTS TO INCREASE INTRINSIC MOTIVATION LEARNING THOURGH GROUP COUNSELING SERVICE BASED OUTBOUND

ACTIVITY TO JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS (Guidance and Counseling Action Research on The Seventh and Eighth

Grade Students Junior High School of St. Aloysius Indormitory Turi

Yogyakarta Academic Year 2014/2015) through outbound-based group counseling service; 2) identify effectiveness of outbound to increase intrinsic motivation study confidance among the seventh adneight grade students of St. Aloysius Indormitory Turi Yogykarta at 2014/2015 academic year. It was an action research on guidance and counseling that were done in two cycles. Each cycles in this research was done in one meeting. The subject of the research was 43 students of the seventh and eighth grade junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta, academic year 2014/2015, which consisted of 33 male students and 10 female students.

The data was obtained from intrinsic motivation study scale and was supported with the result of observation during group counseling, interview and documentation. The result of the confidence scale reliability coefficient values obtained by the instrument of 0,948. There fore the research intrument in the category of very high for the value of reliability. The data analysis techniques used in the research is a descriptive analysis of the ditribution category and hypothesis testing.

The result of the research: 1) In the pre-action contained 2.32;, the students categorized as very low, 2.32; of students categorized as low, 11.62; of students into the medium category, 62,79; of students into the high category and 20.93; of the students into the category very high. In cycle 1 contained 13.95; of the students into the moderate category, 55.81; of students into the high category and 30.23; of the students into the category very high. In cycle 2 contained 55.81; of the students into the high category and 44.18; of the students into the category very high. Indicated that there is difference in pre-action until cycle II, in which there is increase in the item score and subject score in each cycle it indicated that where was an increase in self confidence significantly on the students after following group counseling servive through outbound based-group counseling service with the following details. 2) It was revealed that intrinsic motivation learning of the seventh and eighth grade student junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta may be improved through outbound-based group counseling service.

(3)

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS OUTBOUND (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII

dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Valentinus Utomo

101114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS OUTBOUND (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII

dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Valentinus Utomo

101114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus yang telah memeberikan rahmat dan

kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

Kedua orang tua tercinta Bapak PN. Bambang

Gunarwoko dan Ibu CH. Pujihastuti

Kedua kakakku Yustina Puspita Sari dan Rosaria

Paramitha Sari yang aku sayangi

Seluruh keluarga yang aku sayangi

Seluruh sahabatku yang aku sayangi

Almamater Universitas Sanata Dharma khususnya

teman-teman BK 2010

Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta yang sudah

menjadi tempat penelitian.

Dan seluruh pihak-pihak yang saya kenal dan pernah

(8)

v MOTTO

Sukses Adalah 1% Yang Berasal Dari 99% Kegagalan

(Soichiro Honda)

Jangan pernah takut gagal karena dibalik kegagalan itulah kita mendapatkan pembelajaran yang berharga.

(Valentinus Utomo)

Hadapi Kehidupan Dengan Semangat dan Senyuman dan Penuh Syukur.

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA SMP MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK BERBASISOUTBOUND

(Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa SMP Kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi)

Valentinus Utomo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan; 1) meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound; 2) mengetahui tingkat efektivitas outbound dalam meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan satu kali pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII di Asrama St. Aloysius Turi, Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 43 siswa. Data penelitian ini ini diperoleh melalui Skala Motivasi Belajar Intrinsik dengan reliabilitas 0.948. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-kategori distribusi normal dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan: Pada pra tindakan terdapat 2,32 %, siswa masuk kategori sangat rendah, 2,32 % siswa masuk kategori rendah , 11,62 % siswa masuk ke dalam kategori sedang , 62,79 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 20,93 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 1 terdapat 13,95 % siswa masuk ke dalam kategori sedang, 55,81 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 30,23 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Pada siklus 2 terdapat 55,81 % siswa masuk ke dalam kategori tinggi dan 44,18 % siswa masuk ke dalam kategori sangat tinggi. 2) Jadi ada peningkatan pada pra siklus sampai siklus II dimana terdapat penaikkan skor item dan skor subjek pada setiap peningkatan motivasi belajar intrinsik secara signifikan pada siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi Yogyakarta setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Jadi, kesimpulannya peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi efektif dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound.

(12)

ix

EFFORTS TO INCREASE INTRINSIC MOTIVATION LEARNING THOURGH GROUP COUNSELING SERVICE BASED OUTBOUND

ACTIVITY TO JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS (Guidance and Counseling Action Research on The Seventh and Eighth

Grade Students Junior High School of St. Aloysius Indormitory Turi

Yogyakarta Academic Year 2014/2015) through outbound-based group counseling service; 2) identify effectiveness of outbound to increase intrinsic motivation study confidance among the seventh adneight grade students of St. Aloysius Indormitory Turi Yogykarta at 2014/2015 academic year. It was an action research on guidance and counseling that were done in two cycles. Each cycles in this research was done in one meeting. The subject of the research was 43 students of the seventh and eighth grade junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta, academic year 2014/2015, which consisted of 33 male students and 10 female students.

The data was obtained from intrinsic motivation study scale and was supported with the result of observation during group counseling, interview and documentation. The result of the confidence scale reliability coefficient values obtained by the instrument of 0,948. There fore the research intrument in the category of very high for the value of reliability. The data analysis techniques used in the research is a descriptive analysis of the ditribution category and hypothesis testing.

The result of the research: 1) In the pre-action contained 2.32%, the students categorized as very low, 2.32% of students categorized as low, 11.62% of students into the medium category, 62,79% of students into the high category and 20.93% of the students into the category very high. In cycle 1 contained 13.95% of the students into the moderate category, 55.81% of students into the high category and 30.23% of the students into the category very high. In cycle 2 contained 55.81% of the students into the high category and 44.18% of the students into the category very high. Indicated that there is difference in pre-action until cycle II, in which there is increase in the item score and subject score in each cycle it indicated that where was an increase in self confidence significantly on the students after following group counseling servive through outbound based-group counseling service with the following details. 2) It was revealed that intrinsic motivation learning of the seventh and eighth grade student junior high school of St. Aloysius Indormitory Turi Yogyakarta may be improved through outbound-based group counseling service.

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrisik Siswa Melalui Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VII dan VII SMP Di Asrama St. Aloysius Turi).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si. Selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu engan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mendampingi pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi yang telah memberikan dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(14)

xii

5. Seluruh anak-anak Asrama St. Aloysius Turi khususnya kelas VII dan VIII tahun 2014/2015 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis melaksanakan penelitian.

6. Kedua orang tua tersayang, Bapak PN. Bambang Gunarwoko dan Ibu CH. Pujiahastuti atas motivasi, nasehat, kepercayaan, doa dan segalanya sehingga skripsi dapat terselesaikan.

7. Kedua Kakak penulis Yustina Puspita Sari dan Rosaria Paramitha Sari dan seluruh keluarga di Pringsewu, Lampung yang selalu mendukung penulis dengan semangat dan doa-doanya.

8. Kedua ponakan penulis Julia Rose Cleo Zeinnico dan Elizabeth Agacia Prayustia yang sudah memberikan penghiburan kepada penulis dikala penulis sedang mengalami kejenuhan.

9. Sahabat Kost Wuluh 19, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat bimbingan dan konseling Hendra, Ocep, Josa, Andria, Lintang dan seluruh mahasiswa BK USD angkatan 2010 yang selalu memberikan motivasi, semangat dan kebahagiaan.

(15)

xiii

12.Mas A. Priyatmoko, atas kesabaran dalam membanntu penulis mengurus administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

13.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.

(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 10

3. Faktor-faktor Motivasi Belajar ... 22

4. Fungsi Motivasi Belajar ... 25

B. Outbound ... 26

1. Sejarah Outbound ... 26

(17)

xv

3. Metodologi Outbound ... 29

4. Tujuan Outbound ... 30

5. Manfaat Outbound ... 32

C. Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound... 32

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 32

2. Manfaat bimbingan kelompok ... 33

3. Teknik Dalam Bimbingan Kelompok ... 34

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 35

E. Kerangka Berpikir ... 37

F. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 39

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian) ... 40

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Jenis dan Desain Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen ... 44

G. Prosedur Penelitian... 49

H. Teknik Analisis Data ... 52

I. Validitas dan Reliabilitas ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil ... 59

1. Pra Tindakan ... 60

a. Perencanaan ... 60

b. Pelaksanaan Pra Tindakan ... 61

1) Kegiatan Awal ... 62

2) Kegiatan Inti ... 62

3) Kegiatan Penutup ... 63

c. Data Hasil Angket Pra Tindakan dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 64

1) Data Hasil Angket Pra Tindakan ... 64

2) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 66

d. Refleksi ... 67

(18)

xvi

c. Data Hasil Angket Siklus I dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 74

1) Data Hasil Angket Siklus I ... 74

2) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 76

d. Data Wawancara Siklus I ... 77

c. Data Hasil Angket Siklus II dan Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 83

3) Data Hasil Angket Siklus II ... 83

4) Data Hasil Observasi Skala Kiraan Sifat ... 85

d. Data Wawancara Siklus II ... 86

e. Refleksi ... 86

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87

1. Hasil Analisis Peningkatan Capaian Skor Motivasi Belajar Intrinsik ... 87

2. Observasi Kiraan Sifat ... 92

3. Kriteria Keberhasilan ... 95

4. Hasil Uji Hipotesis ... 95

C. Pembahasan ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 103

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Subjek Penelitian ... 41

Tabel 2. Kriteria Keberhasilan ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Siswa ... 45

Tabel 4. Skoring/Penilaian Kuisioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP ... 46

Tabel 5. Kisi-kisi Kuisioner Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrinsik Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Outbound pada Siswa Kelas 7-8 SMP ... 46

Tabel 6. Pedoman Wawancara ... 48

Tabel 7. Kriteria Hasil Presentase Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ... 53

Tabel 8. Kriteria Guildford ... 58

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Reliabilitas ... 58

Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 59

Tabel 11. Penggolongan Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Tahap Pra Tindakan ... 64

Tabel 12. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Pada Tahap Pra Tindakan ... 67

Tabel 13. Penggolongan Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Tahap Siklus I ... 75

Tabel 14. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Pada Tahap Siklus 1 ... 77

(20)

xviii

Tabel 16. Analisis Hasil Observasi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Pada Tahap Siklus 2 ... 85 Tabel 17. Capaian Skor Perkembangan Motivasi Belajar Intrinsik ... 87 Tabel 18. Capaian Skor Perkembangan Motivasi Belajar Intrinsik ... 89 Tabel 19. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

Termotivasi Pada Tahap Pra Tindakan ... 92 Tabel 20. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

Termotivasi Pada Tahap Siklus 1 ... 93 Tabel 21. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak

(21)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Grafik Skor Subjek Tahap Pra Tindakan ... 65

Grafik 2. Grafik Skor Item Tahap Pra Tindakan ... 66

Grafik 3. Grafik Skor Subjek Siklus 1 ... 75

Grafik 4. Grafik Skor Item Tahap Siklus I ... 76

Grafik 5. Grafik Skor Subjek pada Tahap Siklus 2 ... 84

Grafik 6. Grafik Skor Item pada tahap Siklus 2 ... 85

Grafik 7. Grafik Perbandingan Item Pra Tindakan dan Siklus 1 ... 90

Grafik 8. Grafik Perbandingan Item Siklus 1 dan Siklus 2 ... 91

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti memiliki motivasi di dalam diri untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkannya. Hal ini di latar belakangi oleh berbagai macam perilaku manusia. Perilaku tersebut muncul karena adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu. Siswa melakukan kegiatan belajar karena adanya motivasi untuk belajar dan kebutuhan untuk memiliki pengetahuan yang luas. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced praticed) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Hamzah. B. Uno, 2007: 23).

(24)

sekali melakukan kegiatan belajar secara terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik atau motivasi dalam diri selalu ingin maju dalam belajar. Siswa dapat dimotivasi untuk mengerahkan segala tenaga yang dibutuhkan untuk belajar antara lain dengan motivasi motivasi intrinsik atau motivasi dengan stimulus dari dalam diri dan motivasi ekstrinsik atau motivasi dengan stimulus dari luar diri (Sri Esti, 2006: 356). Misalnya, siswa memilki keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar dengan adanya dorongan dari orang tua yang memberikan hadiah apabila prestasinya meningkat. Siswa tersebut mengerahkan segala upaya untuk memenuhi keinginan tersebut dengan cara belajar. Motivasi dalam diri yang muncul yaitu adanya keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar sedangkan motivasi dengan stimulus dari luar diri yaitu apabila berhasil meningkatkan prestasi belajar akan memperoleh hadiah dari orang tua.

(25)

yang berkeinginan untuk meraih prestasi dengan hasil yang baik dan memuaskan.

Pada saat itu pula peneliti juga melakukan wancara tidak terstruktur kepada para pembimbing anak-anak di Asrama St. Aloysius Turi. Peneliti menanyakan keadaan proses belajar ketika di asrama melihat keadaan ketika peneliti PPL di Asrama tersebut. Melihat anak sering tidak konsentrasi dalam belajar, anak sering tidak fokus dalam belajar, sering ijin keluar dari ruangan belajar, ada anak yang kesulitan dalam memahami pelajaran yang diajarkan ketika di sekolah, dan lain-lain. Apakah para pembimbing tidak memberikan dorongan dan support kepada anak-anak, walaupun dorongan belajar itu juga harus tumbuh dalam diri anak tersebut. Kemudia Para Pembimbing Asrama menjelaskan bahwa Para pembimbing di asrama juga tidak ada hentinya memberikan dorongan dan motivasi dengan segala cara agar anak didik mereka dapat berhasil dalam belajar dengan cara mengawasi belajar para siswa dan membimbing mereka bagi yang kesulitan dalam belajar.

(26)

Selain itu anak menjadi tidak memiliki daya juang untuk mencapai prestasi yang baik.

Upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar intrinsik harus dimulai dari diri sendiri. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar intrinsik, diantaranya dapat dilakukan melalui pendekatan outbound. Adanya games dan permainan dalam metode outbound ini dapat membantu siswa lebih termotivasi dalam belajarnya. Misalnya, dengan melalui berbagai permainan dan rintanga siswa dapat berlatih bagaimana ia dapat lebih termotivasi dirinya dalam belajar setelah melewati rintangan yang mereka alami ketika bermain dalam kegiatan outbound.

(27)

outbound untuk meningkatakan motivasi intrinsik mereka khususnya dalam kegiatan belajar yang mereka lakukan. Pengalaman pembelajaran itu mereka rasakan ketika ia mengikuti permainan dan game yang terdapat dalam kegiatan outbound atau kegiatan di alam terbuka.

Oleh karena itu berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrisik Siswa Melalui Bimbingan

Kelompok Berbasis Outbound (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas

VII dan VII SMP Di Asrama St. Aloysius Turi).

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta memiliki motivasi belajar intrinsik yang rendah. 2. Siswa Kelas VII dan VIII SMP St. Aloysius Turi, Sleman Yogyakarta

kurang konsentrasi dalam belajar.

3. Motivasi belajar intrinsik siswa memepengaruhi prestasi belajar siswa. B. Batasan Masalah

(28)

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok berbasis outbound pada siswa kelas VII-VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

2. Apakah layanan bimbingan kelompok berbasis outbound efektif dalam meningkatakan motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui layanan

bimbingan kelompok berbasis outbound siswa kelas VII-VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

(29)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu bimbingan dan konseling, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi ruang lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dlam mengupayakan peningkatan mutu pembelajaran dan pelayanan bimbingan kelompok melalui kegiatan outbound traiining kepada siswa dan meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa.

b. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga dapat mencapai perkembangan diri ke arah yang lebih baik.

c. Bagi Peneliti

(30)

E. Definisi Operasional Variabel

Supaya tidak salah pengertian dan salah penafsiran maksud dari judul penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan penegasan-penegasan batasan istilah dalam judul penelitian ini:

1. Motivasi Belajar Intrinsik

Motivasi belajar intrinsik adalah dorongan belajar yang timbul dari dalam diri siswakelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius Turi. Siswa yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki dorongan dalam diri untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Outbound

Outbound merupakan metode permainan yang di dalammnya terdapat berbagai tantangan dan usaha untuk memecahkan permasalahan. Metode outbound dapat diterapkan dalam bimbingan sebagai upaya untuk memacu semangat dan kreativitas siswa. Di mana dalam metode outbound teresebut terdapat nilai-nilai bimbingan yang dapat meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa.

3. Bimbingan kelompok

(31)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis memaparkan bebarapa hal penting yang berkaitan dengan landasan teori antara lain pengertian motivasi belajar, macam-macam motivasi belajar, fungsi motivasi belajar, penjelasan mengenai bimbingan kelompok dan penjelasan mengenai outbound.

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar.

(32)

Dalam hal ini motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebgai hasil praktik atau penguatan. Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab sesorang yang tidak mempunyai motivasi atau dorongan dalam belajar, tidak akan mungkin melkukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku individu/manusia dapat dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, pengharapan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 149).

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar

(33)

a. Motivasi Intrinsik

1) Pengertian Motivasi Intrisik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 89). Motivasi intrisik berasal dari dalam diri individu tanpa ada pengaruh dari luar. Misalnya siswa gemar membaca, menulis, menyanyi dan lain-lain tanpa ada paksaan dari orang lain. Siswa sendiri yang berkeinginan melakukan aktivitas tersebut dengan senang hati, nyaman, dan tidak merasa terbebani. Dengan memiliki motivasi intrisik siswa akan dapat memperoleh hasil yang maksimal dan juga dapat memaknai apa yang sudah dilakukan.

Menurut Sardiman (2011, 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang disebut juga motivasi intrinsik memilki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

(34)

sebaik mungkin (tidak cepat puas denga prestasi yang telah dicapainya).

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya.

d) Lebih senang bekerja mandiri.

e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f) Dapat mempertahnkan pendapatnya (kalu sudah yakin akan sesuatu).

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(35)

2) Aspek-aspek Motivasi Belajar Intrinsik

Menurut Woolfolk (2009) aspek-aspek motivasi belajar intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interes/minat, emosi, keyakinan dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci di bawah ini:

a) Kebutuhan

Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya kebutuhan dan dorongan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan (Dimyati & Mudjiono, 1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya suatu proses yang dilalui agar kebutuhan tersebut tercapai. Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada pada diri.

(36)

akan hubungan adalah keinginan untuk membangun pertalian emosional yang erat dan kelekatan dengan orang lain (Woolfolk, 2009: 196-197). Dengan menjalin hubungan yang baik maka secara otomatisakan meningkatkan motivasi untuk belajar, seperti siswa dapat belajar dengan siswa lainnya, berani bertanya mengenai materi yang belum dimengerti.

b) Tujuan

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009: 198) tujuan adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam mengejar tujuan siswa pada umumnyamenyadari tentang kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka buku), kondisi ideal tertentu (saya sudah memahami setiap halaman), dan ketidak sesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal (Woolfolk, 2009: 198).

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009: 198) ada empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki kinerja. Tujuan:

(37)

mengarahkan perhatian saya kembali ke pekerjaan menulis.

(2) Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu, semakin menantang tujuannya, semakin besar pula usahanya.

(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih cepat.

(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis yang pertama, anda mungkin akan mecoba pendekatana belajar baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin kuncinya kepada seorang teman.

c) Interes/minat dan emosi

(38)

respons emosional (Alexander & Murphy; Cowey & Underwood; Reisberg & Heueur, dalam Woolfolk, 2009: 204) yang berhubungan dengan interes/minat siswa (Renninger, Hidi, & Krapp, dalam Woolfolk, 2009: 204).

Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008: 206) yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan minat dan pembelajaran. Minat siswa dihubungkan terutama tindakan pelajaran siswayang mendalam seperti ingatan atas gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibanding pembelajaran. Minat siswa dihubungakan terutama dengan tindakan pelajaran siswa yang mendalam seperti ingatan atas gagasan dan respon terhadap pernyataan pemahaman, yang lebih sulit dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respon terhadap pernyataan sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.

(39)

musik, atau film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sekolah.

Situasional interest adalah aspek yang berumur lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang mebangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Situasional interst yang berhubungan dengan belajar teks atau materi dengan minat yang lebih besar sehingga menghasilkan respons emosional yang lebih positif terhadap materinya, lalu menghasilkan persistensi yang lebih tinggi, pemrosesan yang lebih mendalam, dan ingatan yang lebih baik tentang materinya dan prestasi lebih tinggi.

Sebagai contoh dari situasional interest adalah puzzle pada pelajaran matematika SMP yang dapat membangkitkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika tetapi tidak bertahan lama, untuk tetap bertahan maka seorang guru lebih terampil memasukkan kegiatan-kegiatan matematika yang berhubungan masalah-masalah pada kehidupan nyata.

(40)

bila siswa dapat mengembangkan minat bila siswa mengalami kesuksesan.

d) Keyakinan dan skema-diri

(1) Keyakinan tentang kemampuan

Sebagian keyakinan paling kuat memperngaruhi mempengaruhi motivasi di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan kerja keras, belajar atau latihan. Pengetahuan dapat ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)

(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol: teori atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab yang menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).

(41)

seorang siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi secara internal, stabil, tidak dikendalikan (Santrock, 2009: 212).

(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned helplessness

Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau efektivitas siswa pada bidang tertentu (Woolfolk, 2009: 219). Self-efficacy dan atribusi saling mempengaruhi. Bila kesusksesan diatribusikan seperti kemampuan atau usaha, maka Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka Self-eficacy mungkin tidak diperkuat (Woolfolk, 2009: 219).

(42)

(4) Keyakinan tentang harga diri

Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompetensi dan harga dirinya (Woolfolk, 2009: 221).

b. Motivasi Ekstrinsik

(43)

keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar (Prayitno, 1989:13)

Winkel (2007: 195) mengemukakan, yang tergolong motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

1. Belajar demi memenuhi kewajiban.

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan. 3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang

dijanjikan.

4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misalnya guru dan orang tua.

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif.

(44)

3. Faktor-Faktor Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 97-100) unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran dan upaya guru dalam membelajarkan siswa. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secra rinci sebagai berikut:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makanan yang lezat, berebut mainan, dapat membaca, dapat menyayi, dan lain-lain (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 97). Dengan adanya cita-cita siswa menjadi termotivasi dari dalam diri siswa yang memiliki tekad untuk belajar demi menggapai cita-cita. Cita-cita dapat berubah-ubah tergantung dari setiap siswa mensikapinya, dapat berupa jangka panjang maupun jangka pendek.

Cita-cita merupakan keinginan yang terpuaskan dapat membesarkan kemauan dan semangat belajar (Dimyati dan Mudjiono 2009: 97). Misalnya, siswa memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, imuwan, guru, arsitek tentunya memilki hasrat yang kuat untuk belajar.

(45)

taraf aspirasi adalah ukuran kualitas dan kuantitas pada target yang ditentukan sendiri untuk dicapai (Winkel 2007: 198). Siswa yang memiliki cita-cita tentu meiliki aspirasi pada dirinya.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan siswa perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Misalnya keinginan mebaca buku perlu diikuti dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi-bunyi huruf-hurf tersebut. Keberhasilan membaca suatu buku akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya. c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa kondisi sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian dalam belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

(46)

maka semagat dan motivasi belajar mudah diperkuat (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 99).

e. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar.

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingata, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman belajar siswa berpengaruh pada motivasi dan perilaku siswa. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa berupa alam, tempat tinggal, dan pergaulan juga perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamikan motivasi belajar.

(47)

dituntu untuk menjalin kerjasama dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.

4. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2011: 85) ada tiga fungsi motivasi yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor

yang melepas energi.

b. Menentukan kearah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat. Bagi tujuan tersebut.

Menurut Hamalik (2003: 161) fungsi motivasi adalah:

a. mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

(48)

B. Outbound

1. Sejarah Outbound

Outbound berasal dari kata Out of Boundries yang artinya pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda dari biasanya. Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga dapat memacu semangat belajar.

Pada tahun 1800-an seorang pelaut inggris bernama Kurt Han mengamati fenomena yang terjadi pada pelaut di kapalnya yaitu bahwa pelaut-pelaut muda yang masih kuat secara fisik, ternyata kurang tangguh dalam menghadapi kerasnya kehidupan pelayaran. Justru pelaut-pelaut yang sudah lebih tua, yang secara fisik sudah mengalami penurunan, malah mampu survive dan mampu memecahkan berbagai masalah kompleks yang timbul. Hal ini bukan semata karena pengalamannya lebih banyak, tetapi lebih karena keterampilan-keterampilan personal seperti daya juang, kemampuan kepemimpinan, problem solving, dan lain-lain. Hal ini menarik perhatian si pelaut Inggris ini, dan kemudian melakukan pelatihan bagi setiap anak buahnya. Pelatihan dilakukan selama 30 hari di atas kapalnya. Dan terbukti, kegiatan ini mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi.

(49)

mempunyai anggapan bahwa kegiatan berpetualang bukan merupa kegiatan main-main melainkan sebagai wahana berlatih anak-anak muda sebagai ajang menuju kedewasaan.

Dengan menggunakan metode, media dan pendekatan dilakukan oleh sekolah Outward Bound, banyak ahli pendidikan mengklasifikasikan bentuk pelatihan yang diajarkan Kurt Han sebagai adventure education, atau experential learning. Setelah berakhirnya perang dunia II, metode pelatihan ini berkembang pesat dan mulai tumbuh dan mulai ditiru di banyak tempat sampai keluar wilayah Eropa.

Outbound tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa atau hanya dalam dunia pekerjaan. Tetapi di Indonesia sekarang outbound sudah lebih dikembangkan lagi dengan pembelajaran untuk anak-anak yang masih belia. Metode ini diketahui baru masuk pada tahun 1990 dengan nama Outward Bound Indonesia.

2. Program-Program dalam Outbound

Untuk dapat hasil yang maksimal dalam sebuah outbound training maka diperlukan kriteria kerja yang sesuai dengan permasalahan. Sehingga akan dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

(50)

disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Lebih jelas mengenai program dalam outbound training adalah sebagai berikut:

a. Achievement Motivation Training (AMT)

Achievement Motivation Training (AMT) adalah sebuah program pelatihan untuk pengembangan diri, khususnya dalam peingkatan motivasi berprestasi pesertanya. Motif berprestasi yang dikembangakan oleh Achievement Motivation Training (AMT) adalah suatu pencapaian yang bersifat prestatif.

b. Team Building Outbound

Team Building Outbound merupakan kegiatan kelompok yang berisi games untuk membangun kinerja kelompok. Biasanya Team Building Outbound digunakan untuk membangun produktivitas karyawan yang dibutuhkan dalam organisasi dan perusahaan.

c. Outing dan Gathering

Outing dan Gathering merupakan kegiatan yang berupa fun games bertujuan untuk penyegaran atau refreshing. Sehingga dalam Outing dan Gathering aktivitas fisik, pikiran dan emosional tidak terlalu berat.

d. School Training Program

(51)

sekolah atau program bimbingan di luar sekolah untuk melatih kekompakan dan sebagai sarana pengembangan kreativitas siswa 3. Metodologi Outbound

Banyak pakar pendidikan dan pelatihan yang mengajukan konsep tentang bagaimana sebuah proses belajar akan efektif. Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Boyett dan Boyett (Ancok, 2006:06), bahwa setiap proses belajar yang efektif memerlukan tahapan berikut ini, yakni:

a. Pembentukan Pengalaman

Pada tahapan ini peserta dilibatkan dalam suatu kegiatan atau permainan bersama dengan orang lain. Kegiatan/permainan ini adalah salah satu bentuk pemberian pengalaman secara langsung pada peserta pelatihan. Pengalaman secara langsung tersebut akan dijadikan wahana untuk menimbulkan pengalaman intelektual, pengalaman emosional, dan pengalaman yang bersifat fisikal. b. Perenungan Pengalaman

(52)

c. Pembentukan Konsep

Pada tahapan ini para peserta mencari makna dari pengalaman intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan. Pengalam apakah yang ditangkap dari suatu permainan, dan apa arti permainan tersebut bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan orang lain. Tahapan ini dilakukan sebagai kelanjutan tahap refleksi.

d. Pengujian Konsep

Pada tahapan ini para peserta diajak untuk merenungkan dan mendiskusikan sejauhmana konsep yang telah terbentuk di dalam tahapan tiga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Outbound

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada dengan membentuk sikap profesionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan dari individu. Perkembangan ini meliputi aspek perubahan dan pengembangan karakter, komitmen serta kinerja yang diharapkan semakin baik. Sikap dan perilaku profesionalisme seperti ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

Terbentuknya suatu komitmen yang utuh dari setiap peserta melalui 4C, yaitu :

(53)

2) Pembentukan konsepsi (conception) pemikiran yang komprehensif,

3) Terjadinya hubungan (connection) yang semakin erat diantara para bawahan dan atasan, serta

4) Munculnya keyakinan akan kepercayaan ( confidence) diri akan kemampuan masing-masing peserta yang akan berpengaruh dalam membangun rasa memiliki

b. Pola perilaku yang berkarakter dalam melakukan tugas-tugas kehidupan, berdisiplin, bertanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mengutamakan tugas pengabdian, memiliki sikap, dan etika yang baik.

c. Meningkatkan semangat kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan keberanian peserta dalam mengambil setiap resiko (risk taking) dari setiap tantangan yang dihadapi.

d. Team building yang solid yang didasarkan pada saling pengertian, kerja sama, koordinasi, menghargai perbedaan, sikap mengutamakan tugas daripada kepentingan pribadi dan meyakini bahwa keberhasilan merupakan buah dari kerjasama dan kebersamaan.

(54)

Quotion (SQ) akan sangat membantu peserta dalam meningkatkan kematangan kemampuan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam setiap penyelesaian tugas-tugas yang dihadapi.

5. Manfaat Outbound

Outbound tidak hanya menjadikan menyajikan permainan dan tujuan-tujuan tertentu, tetapi juga memberikan manfaat yang sangat besar. Sebagaimana beragam tujuan dalam outbound, manfaatnnya pun juga sangat beragam. Hal ini disesuaikan dengan pemanfaatan atau penggunaaanya. Secara umum kegiatan di alam terbuaka (outbound training) ini bermanfaat untuk meningkatkan keberanian dalam bertindak maupun berpendapat. Kegiatan outbound membentuk pola pikir yang kreatif, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual dalam berinteraksi. Kegiatan ini menambah pengalaman hidup seseorang menuju sebuah pendewasaan diri. B. Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Outbound

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

(55)

dan terorganisir sesuai dengan tujuan dan kebutuhan kelompok bimbingan.

Bimbingan kelompok berbasis outbound adalah bimbingan yang ada di dalamnya terdapat berbagai game/permainan pendukung menjadi salah satu kegiatan bimbingan kelompok. Adanya kegiatan outbound ini juga memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Selanjutnya bermain game menurut Serik dan Blom (Nandang Rusamana, 2009: 04) menyebutkan bermain game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan balajar mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, dan control emosional serta adopsi peran-peran pemimpin dan pengikut yang semuanya merupakan komponen penting dalam bersosialisasi.

Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada di ambang ketegangan.

2. Manfaat Bimbingan Kelompok

(56)

yang akan dihadapi, siswa dapat menerima diri setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama. Siswa juga dapat belajar untuk berani mengemukakan pendapatnya didepan teman-teman kelompoknya.

3. Teknik dalam Bimbingan Kelompok a. Pemberian informasi

Teknik pemberian informasi merupakan pemberian penjelasan dari fasilitator atau guru pembimbing pada kelompok. Namun, pemberian informasi ini bisa diberikan melalui video pendek, papan bimbingan, dan film.

b. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok dapat dilakukan pada pertengahan program bimbingan. Dalam diskusi kelompok, fasilitator dapat mendampingi kelompok untuk sharing terhadap permasalahan yang dialami. Sehingga masalah yang dihadapi dapat diperjelas dengan sharing dari masing-masing anggota kelompok dan permasalahan tersebut dapat segera dipecahkan.

c. Permainan

(57)

mengembangkan pengenalan terhadap lingkungan maupun terhadap masing-masing anggota kelompok.

postif dalam perkembangan kedewasaan diri. C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Menurut penelitian Rukhil Isnaini yang berjudul Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Fun Game Activities di SMP 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2013/2014, adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan guru BK saat siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik fun games activities model the human charriot race dengan rincian berikut: 1) Pada pada pra sikus terdapat 70%, siswa masuk kategori rendah, 30%, siswa masuk kategori sedang, 0%, siswa masuk kategori tinggi. 2) Pada siklus II terdapat 60%, siswa masuk kategori rendah, 30%, siswa masuk kategori sedang, 10%, siswa masuk kategori tinggi. 3) Sedangkan pada siklus II terdapat 0%, siswa masuk kategori rendah, 70%, siswa masuk kategori sedang, 30%, siswa masuk kategori tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok dengan teknik fun games activities model the human charriot race

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari penelitian siklus I, terdapat

6 siswa yang rendah motivasi belajarnya, 3 siswa yang sedang dan 1 siswa

yang tinggi serta memperoleh rata-rata 2,8. Dari hasil pengamatan ini masih

(58)

pelaksanaan siklus II diadakan perubahan yaitu tiap kelompok setelah

kegiatan permainan teknik fun games activities model the human charriot

race diminta menganalisa akan manfaat dan kaitannya dengan tema motivasi

belajar sehingga siswa benar menghayati akan motivasi belajar. Dari

perubahan tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan

yang sangat signifikan yaitu siswa yang motivasi belajarnya rendah menjadi

0 siswa, yang sedang menjadi 7 siswa dan yang tinggi menjadi 3 siswa serta

memperoleh rata-rata nilai yaitu 3,7.

(59)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Motivasi Belajar Siswa SMPN 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Tahun Ajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

3. Kerangka Berpikir

Peneliti telah memaparkan beberapa teori yang melandasi penelitian ini. Peneliti mengkaji teori dalam konteks motivasi belajar intrinsik. Peneliti menghubungkan antara motivasi belajar intrinsik, outbound, dan bimbingan kelompok , dimana ketiganya saling berkaitan dan berkesinambungan. Motivasi belajr intrinsik siswa akan ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis outbound. Aktivitas outbound akan memberikan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam permainan yang akan meningkatkan motivasi belajar intrinsik dalam dirinya.

(60)

akan berdampak pada perilaku di dalam suatu komunitas asrama maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini juga akan membuat siswa mau dan mampu meresapi setiap pengalaman yang terjadi di dalam kegiatan, sehingga para siswa dapat berkembang secara optimal terutama dalam meningkatn motivasi belajar intrinsik dalam dirinya.

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Ha : Motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII SMP di

Asrama St. Aloysius Turi dapat ditingkatkan melalui layanan

bimbingan kelompok berbasis outbound.

Ho : Motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII dan VIII tidak dapat

ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok berbasis

(61)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, rencana tindakan penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan

(62)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi paparan paparan secara berurutan mengenai deskripsi penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Hasil penelitian terdiri hasil pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

A. Hasil

Pelaksanaan tindakan Bimbingan dan konseling ini di laksanakan di Asrama St. Aloysius Turi, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014. Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa melalui bimbingan kelompok berbasis outbound. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali siklus dengan 2 kali pertemuan. Adapun waktu penelitian dijabarkan sebagai berikut.

Tabel.10

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

(63)

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini berupa penggunaan outbound sebagai upaya peningkatkan motivasi belajar intrinsik siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok. Pada saat memberikan bimbingan tindakan perbaikan, peneliti hanya meneliti satu kelas dengan instrumen yang sama.

B. Setting (Lokasi dan Waktu Penelitian)

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII dan VIII SMP di Asrama St. Aloysius, Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Semester II tahun ajaran 2014/2015 dimulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2014.

3. Partisipan penelitian

Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif beberapa teman pengamat:

1) Mitra Kolaboratif 1

Nama : Yosef Tri Nugroho NIM : 101114045

(64)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII SMP di Asrama

St. Aloysius Turi. Objek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar intrinsik siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok berbasis outbound training.

Tabel.1 Subjek Penelitian

Asrama Jumlah

Putera 33

Puteri 10

D. Jenis Tindakan dan Desain Penelitian

1. Jenis Tindakan

Jenis tindakan yang diberikan dalam penelitian adalah bimbingan kelompok berbasis outbound. Dimana outbound. Yang di dalamnya terdapat berbagai game/permainan pendukung menjadi salah satu kegiatan yang menunjangberlangsungnya kegiatan bimbingan kelompok. Sehingga siswa dapat langsung mendapatkan pengalaman dari permainan outbound yang ia ikuti.

2. Indikator keberhasilan

(65)

a. Kuantitatif

1) Siswa mengikuti bimbingan dengan antusias dan fokus

Siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok dapat mengikuti dengan antusias dan fokus.

2) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh fasilitator/instruktur

Siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh fasilitator dan mengerjakannya dengan baik.

3) Berpartisipasi dalam kelompok

(66)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini dengan: a. Angket/ skala motivasi belajar intrinsik

Menurut Sugiyono (2010: 199) angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket yang digunakan merupakan skala motivasi belajar intrinsik yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diapaparkan oleh ahli. Skala disebarkan setiap pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Skala motivasi belajar intrinsik ini diisi siswa setelah siswa mengikuti bimbingan kelompok. Melalui skala akan diketahui tanggapan siswa yang kemudian digunakan untuk membandingkan hasil pra siklus dan siklus selanjutnya.

b. Pengamatan/ Observasi

(67)

c. Studi dokumen

Dokumen yang digunakan dalam penelitian adalah foto selama proses penelitian tindakan bimbingan dan konseling berlangsung dan catatan lapangan yang disusun bersama mitra kolaboratif.

d. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa setelah dilaksanakan bimbingan kelompok berbasis outbound.

F. Instrumen

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa:

1. Lembar observasi kegiatan bimbingan

(68)

Tabel.3

2. Pedoman Skala Pengukuran Motivasi Belajar Intrinsik

(69)

Tabel.4

Skoring/Penilaian Kuisioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP pernyataan dalam skala motivasi belajar intrinsik siswa, aspek yang diamati adalah sebagai berikut.

Tabel.5 Kisi-kisi Kuisioner Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Intrinsik Melalui

(70)
(71)

tertentu dalam tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala. Selain itu pedoman wawancara juga mempermudah peneliti untuk melakukan tanya jawab tentang bagaimana respon siswa terhadap bimbingan dengan menggunakan pendekatan outbound.

Tabel.6 Pedoman Wawancara

Siswa

1. Bagaimana sikap Anda terhadap bimbingan hari ini? 2. Apakah Anda merasa senang dengan bimbingan hari ini? 3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai bimbingan

menggunakan outbound?

4. Manfaat apa saja yang Anda dapat jika bimbingan menggunakan outbound?

5. Apakah penting bimbingan menggunakan pendekatan outbound?Jelaskan!

4. Catatan Lapangan

(72)

bimbingan di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, dan interaksi siswa di kelas. Selain itu peneliti bersama mitra kolaboratif juga membuat catatan berdasarkan hasil observasi selama outbound di luar kelasa meliputi suasana outbound, interaksi siswa selama outbound dan pengelolaan selama outbound.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh gambaran visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses bimbingan berlangsung. Dokumentasi berupa hasil kerja siswa selama kegiatan berlangsung serta foto-foto kegiatan yang dilakukan selama bimbingan dengan menggunakan media kamera. Dokumentasi dilakukan untuk melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian.

G. Prosedur Penelitian

(73)

Setelah melakukan observasi dan telah menentukan kelas yang akan dilakukan penelitian, selanjutnya secara rinci prosedur penelitian tindakan BK tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Pra Siklus

1. Perencanaan (Planing)

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) yaitu kepercayaan diri dan motivasi

b. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan bimbingan, lembar catatan lapangan yang akan digunakan untuk mengetahui dan sebagai catatan aktivitas siswa selama proses bimbingan berlangsung.

c. Menyiapkan lembar evaluasi untuk evaluasi siklus I.

2. Menyusun dan mempersiapkan angket dan skala kiraan sifat untuk mungukur peningkatan motivasi belajar intrinsik siswa dalam proses bimbingan ketika menggunakan outbound.

Siklus I

1. Pelaksanaan tindakan (Action)

(74)

bimbingan kelompok menggunakan pendekatan outbound. Tindakan yang dilakukan sifatnya fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

2. Observasi (observation) atau pengamatan

Observasi dilakukan ketika peneliti melaksanakan tindakan. Peneliti juga sebagai observer melakukan pengamatan terhadap tindakan yang diterapkan peneliti. Peneliti mengamati respon siswa terhadap tindakan bimbingan. Observasi dilakukan oleh observer sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat.

3. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi. Kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru dari hasil pengamatan yang dilakukan, baik kekurangan maupun ketercapaian bimbingan dari siklus pertama sebagai pertimbangan perencanaan bimbingan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai

(75)

terjadi peningkatan dilaksanakan siklus ketiga yang tahap-tahapnya seperti pada tahap siklus pertama dan kedua. Siklus ketiga, keempat, dan seterusnya tidak diperlukan jika sudah ada peningkatan kepercayaan diri siswa sebagai tolak ukur keberhasilan.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul berupa hasil observasi, hasil wawancara, skala, catatan lapangan, dan dokumentasi bimbingan. Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang terjadi selama bimbingan klasikal. Analisis data dalam PTBK dilakukan secara langsung sejak data pra tindakan diperoleh dari hasil observasi. Hal ini bermanfaat untuk mempertimbangkan rencana perbaikan bimbingan pada siklus berikutnya. Adapun secara lebih rinci analisis datanya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Skala Motivasi Belajar Intrinsik

(76)

Tabel.7 Kriteria Hasil Presentase Skor Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Rumus Kategori

X< -1,5σ Sangat Rendah - 1,5σ < X < -

0,5σ Rendah - 0,5σ < X < + 0,5σ Sedang + 0,5σ < X< +1,5σ Tinggi

+1,5σ < X Sangat Tinggi

Keterangan :

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah σ : Standar deviasi yaitu luas jarak

rentang skor yang dibagi dalam 6 satuan M : Mean teoritik yaitu rata-rata teoritis

dari skor maximum dan minimum b. Analisis Data Observasi

(77)

berdiskusi mengenai hal-hal yang perlu diperbaiiki pada siklus berikutnya.

c. Analisis Data Wawancara

Data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dicatat oleh peneliti dan kemudia dianalisis sesuai dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh siswa mengenai kegiatan bimbingan kelompok dan aktivitas outbound, kemudian peneliti melakukan pengkodean sesuai dengan pernyataan siswa, dan akhirnya memberikan kesimpulan atas hasil wawancara dianalisis dengan teknik trianggulasi data. Sugiyono (2010) menjelaskan trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data bersifat menggabungkan data yang telah data.

I. Validitas dan Reliabilitas

Uji coba instrumen dilakukan untuk menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2005: 64-113). Baik tidaknya alat ukur yang digunakan harus dianalisis setelah uji coba instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data.

1. Validitas

Gambar

Tabel 20. Hasil Observasi Perilaku Siswa Yang Termotivasi dan Tidak
Grafik 1. Grafik Skor Subjek Tahap Pra Tindakan  ..............................................
Grafik 1. Skor Subjek Tahap Pra Tindakan
Grafik 2.  Skor Item Tahap Pra Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pekerjaan :Pegawasan Pembangunan Green House Kegiatan SIMANTRI maka dengan ini kami POKJA Pada Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai mengundangsaudara / I

1) Perencanaan pengembangan lembaga litbang agar dapat menjadi Pusat Unggulan Iptek. 2) Program dan kegiatan yang akan dikembangkan harus mengacu pada tema riset

[r]

Jalur PMDK Tahun 2015 Universitas Jenderal Achmad Yani.

5) Pusat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, serta

[r]

Volume air yang tersedia untuk mengencerkan beban limbah dan membawanya keluar dapat dihitung dengan mengalikan luas wilayah perairan gosong Semak Daun dengan selisih antara

Dintre la Universitat, sense oblidar la direcció, en dues etapes (1986-1989 i 1997-1999), del Departament de Filo- logia Catalana, ha destacat en la proposta i l’execució di-