• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. CAPAIAN PENGUATAN PERATURAN DAN SISTEM

D. DOMESTIK KELUAR

5.2 KEGIATAN INTERSEPSI DAN PENGAWASAN

Pemeriksaan merupakan tindakan karantina pertama yang merupakan bagian dari kegiatan 8P yang harus dilakukan pertama kali, baik terhadap dokumen maupun media pembawa yang akan dilalulintaskan. Pemeriksaan laboratorium sekarang ini menjadi faktor pendukung bahkan sebagai faktor penentu dalam pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan sertifikat kesehatan bagi media pembawa yang akan dilalulintaskan.

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare sebagai salah satu unit pelaksana teknis karantina telah memiliki laboratorium terakreditasi ISO/IEC 17025 : 2017 dengan nomor sertifikat akreditasi LP-1049-IDN guna mendukung kegiatan tindakan karantina di lapangan. Pemeriksaan yang sudah dapat dilaksanakan di laboratorium karantina hewan SKP Kelas I Parepare antara lain pengujian RBT, Uji Konfirmasi CFT, identifikasi terhadap adanya parasit darah, identifikasi terhadap adanya Bacillus Antracis, Pengujian mengunakan metode ELISA Antigen untuk BVD, pengujian HA/HI Avian Influenza dan New Castle Diseases, pengawasan keamanan pangan untuk bahan asal hewan konsumsi manusia seperti telur melalui pemeriksaan mutu dan kualitas serta cemaran mikrobiologi Salmonella dalam telur serta daging melalui pemeriksaan fisik organoleptis, pH, uji awal pembusukan, uji pengeluaran darah sempurna, uji terhadap adanya cemaran kimia formalin, uji terhadap cemaran mikroba (TPC, Coliform dan Salmonella).

Pengujian laboratorium yang dilaksanakan terhadap media pembawa ternak potong dan ternak bibit diantaranya adalah pemeriksaan serum darah untuk Rose Bengal Test sebagai uji tapis yang dilanjutkan dengan uji konfirmasi Complement Fixation Test (CFT), Identifikasi ada tidaknya parasit darah dan kuman penyebab antraks melalui pemeriksaan mikroskopis dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan preparat mengunakan pewarnaan giemsa untuk identifikasi parasit darah

46 Laporan Tahunan SKP Kelas I Parepare TA. 2019

dan pewarnaan polikrom methylene blue untuk identifikasi terhadap adanya Bacillus Antracis..

Berdasarkan hasil laboratorium, selama tahun 2018 ini didapatkan 38 spesimen serum darah sapi yang positif terhadap Brucellosis yang diuji dengan metode Rose Bengal Test (RBT), 2 sampel serum diantaranya telah dilakukan uji konfirmasi CFT.

Untuk produk hewan berupa kulit sapi dilakukan pengambilan sampel untuk selanjutnya sampel tersebut dikirim ke BBVET Maros untuk dilakukan uji ada tidaknya Bacillus Antracis dengan metode kultur. Untuk lalulintas teulr tetas dilakukan uji PCR untuk penyakit Avian Influenza di BBVET Maros. Mengingat belum tersedianya Domba Donor yang digunakan sebagai bahan pendukung pengujian CFT, maka sampel Serum Darah Kambing sebanyak 203 Sampel/Spesimen yang diambil pada saat pelaksanaan pemantauan HPHK Ta. 2018 di 4 Kabupaten (Sidrap, Pinrang, Barru dan Enrekang) pengujiannya disubkontrakan ke BBVET Maros.

Pemeriksaan Bahan Asal Hewan (BAH) berupa daging ayam, daging sapi, daging bebek, dan daging kuda dengan menggunakan jenis pemeriksaan fisik (pH meter), Uji Awal Pembusukan (Uji Eber) serta Uji Pengeluaran Darah Sempurna (Uji Malachite Green), Pemeriksaan terhadap adanya cemaran kimia formalin mengunakan Rapid Test Kit Formalin serta monitoring terhadap cemaran mikrobiologi dalam BAH konsumsi manusia dengan mengunakan metode Total Plate Count dan cemaran mikroba tertentu mengunakan kit Salmonella dan Coliform. Pengawasan terhadap lalulintas Bahan Asal Hewan terutama telur konsumsi dilakukan dengan jalan melakukan kegiatan monitoring antibody mengunakan metode HA/HI Avian Influenza terhadap ayam petelur pada layer farm dimana telur konsumsi yang akan dilalulintaskan tersebut berasal serta monitoring terhadap adanya cemaran bakteri salmonella dalam telur tersebut.

Lalu lintas pengeluaran di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare terdiri dari lalu lintas antar area dan Ekspor. Lalu Lintas antar area keluar pada tahun 2018 hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni didominasi oleh sayur-sayuran dan rempah-rempah (kubis, wortel, bawang daun, bawang merah, kentang, jahe, cengkeh, buncis, sawi), buah-buahan (mangga, jeruk, cabe, tomat, durian, kelapa dan kelapa sawit) serta bibit tanaman (bibit durian, bibit kelapa) dan bagian tanaman

lainnya seperti biji kakao dan getah karet. Komoditi tersebut sebagai media pembawa OPT/OPTK wajib dilakukan pemeriksaan di laboratorium sebelum dilalulintaskan.

Dalam menunjang kegiatan operasional perkarantinaan tumbuhan, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare dilengkapi laboratorium karantina tumbuhan dengan sarana dan prasarana yang mampu melakukan pengujian entomologi, cendawan serta gulma.

Komoditi ekspor di wilayah layanan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare meningkat secara signifikan sejak tahun 2015 yang lalu, semakin variatif dari segi komoditinya, dan semakin tinggi frekuensinya. Pada tahun 2019 jumlah pengguna jasa ekspor meningkat dari 2 pengguna jasa rutin menjadi 5 pengguna jasa. Komoditi ekspornya bertambah dari 2 jenis komoditi rutin (Plywood dan barecore) bertambah menjadi 5 komoditi ekspor, yakni Plywood, Barecore, Carrageenan/rumput laut, Daun Cincau dan Kernel Kelapa Sawit. Dari segi frekuensi, Plywood dan Carrageenan mempunyai frekuensi paling banyak yang diikuti dengan barecore, Kernel dan daun cincau.

Komoditas ekspor Carragenan telah merambah ke berbagai negara, diantaranya adalah Cina, Amerika Serikat, Brazil, Inggris, Spanyol, Belanda dan Jerman. Plywood di ekspor ke Amerika Serikat, India, Malaysia dan Cina. Komoditas Barrecore diekspor ke Cina, Kernel diekspor ke Malaysia, sedangkan daun Cincau diekspor ke Hongkong.

Pada kegiatan ekspor, perlakuan Karantina dilakukan terhadap media pembawa ekspor berupa Barrecore sesuai dengan permintan negara tujuan. Perlakuan juga diperuntukkan bagi pallet yang digunakan, yang juga telah melalui proses marking.

Lalulintas pemasukan di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare hanya pada kegiatan antar area saja, sedangkan kegiatan impor belum pernah ada. Media pembawa yang dilakukan pemeriksaan pada kegiatan antar area masuk di laboratorium Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare yaitu biji kakao yang berasal dari pulau Kalimantan.

Untuk jenis media pembawa yang tidak mempunyai target OPTK, baik untuk lalu lintas pemasukan maupun pengeluaran, misalnya padi, dedak, kacang hijau dan

48 Laporan Tahunan SKP Kelas I Parepare TA. 2019

bibit gaharu tidak dilakukan pemeriksaan di laboratorium, hanya dilakukan pemeriksaan fisik dan diterbitkan SP-5 (Surat pemberitahuan tidak diperlukannya

tindakan karantina tumbuhan). Hal ini berdasarkan surat dari Badan Karantina

Pertanian No. 4310/KT.210/L/06/2012 tanggal 13 Juni 2012 tentang Optimalisasi Tindakan Karantina Tumbuhan Antar Area/Pulau dan tetap dilandasi oleh penerapan Permentan No.93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina sebagai pengganti Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/I/2006.

Hasil intersepsi laboratorium entomologi, cendawan dan gulma Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare, baik untuk kegiatan antar area masuk, antar area keluar, maupun ekspor belum pernah ditemukan golongan OPTK kategori A1. Serangga yang ditemukan di laboratorium tumbuhan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare selama tahun 2014 yaitu : Plutella xylostella, Bactrocera papayae,

Bactrocera umbrosa, Bactrocera albistrigata, Bactrocera fraunfeldi, Bactrocera persignatha, Bactrocera molucensis, Locusta migratoria, Ostrinia furnacalis, Peregrinus maydis, Paraecosmetus pollicornis, Leptocorisa acuta, Cnophalocrosis medinalis, Scirpopaga innotata, Nephotettix virescens, Pomacea canaliculata.

Untuk kategori gulma yang ditemukan yaitu Amaranthus spinosus, Cyperus

rotundus, Sida rhombifolia, Sida acuta, Cynodon dactylon, Tirathaba mundela, Imperata cylindrica dan Mimosa pudica, Mimosa invisa, Chromolaena odorata,

Sedangkan untuk golongan cendawan ditemukan Aspergillus niger, Colletotricum

sp., Fusarium sp., Fusarium moniliforme, Alternaria sp., Helminthosporium sp., Curvularia lunata, Curvularia sp., Pyricularia oryzae, Nigrospora panici, Rhizoctonia solani, Drechslera oryzae, Drechslera maydis, Mucor sp., Rhizophus oryzae, dan Ustilaginoidea virens.

Dokumen terkait