• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Pawukon dan Sasih Kegiatan yang dilaksanakan pada Hari Suci Keagamaan, seperti:

Dalam dokumen SURAT KETERANGAN. Nomor:... (Halaman 69-73)

HARI SUCI

D. Kegiatan Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Pawukon dan Sasih Kegiatan yang dilaksanakan pada Hari Suci Keagamaan, seperti:

d.1 Pada Hari Raya Pagerwesi.

Pada Hari Pagerwesi adalah hari payogan Ida Hyang Paramesti Guru atau sebutan dari Dewa Siwa sebagai Gurunya Alam Semesta. Pada hari ini biasanya Umat Hindu melakukan persembahyangan dengan menghaturkan sesajen di Pura Keluarga atau Sanggah/Merajan masing-masing.

d.2 Pada Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan adalah perayaan Kemenangan Darma atas Adharma. Hal ini didasari oleh Mitologi pertempuran para Dewa ( Dewa Indra) dengan Mayadanawa yang dimenangkan oleh para Dewa, sehingga diperingati sebagai Hari Raya Galungan. Di India perayaan Galungan disebut dengan Sraddha Wijaya Dasami. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan menjelang dan pada puncak Hari Raya Galungan seperti:

Pada hari Soma Pon Dunggulan para ibu biaanya membuat jajan karena pada hari ini disebut Rahina Penyajaan yang mengandung makna bahwa saja (sungguh-sungguh) akan melaksanakan Galungan.

Pada hari Anggara Wage Dunggulan umat Hindu dari pagi hari ditandai dengan memotong babi atau nampah kucit yang dilakukan dengan cara patungan, setelah itu dilanjutkan

dengan nyate yaitu membuat sate untuk keperluan bebanten Galungan. Siang hari pada hari penampahan dilanjutkan melaksanakan tradisi yaitu Ngejot Banten Kumara kepada para kerabat yang memiliki bayi. Sedangkan di sore harinya bagi yang laki-laki biasanya membuat dan membangun Penjor. Bagi para ibu dari siang sampai sore hari metanding banten untuk perayaan Galungan esok harinya.

Puncak Hari Raya Galungan dari pagi sekali para ibu, bapak, dan anak mulai berkemas untuk melakukan persiapan ngaturang banten yang dimulai dari Sanggah yang ada di rumah masing-masing dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan, barulah melanjutkan persembahyangan ke pura-pura seperti: pura Paibon, Maksan, Pura Puseh, Pura Melanting, Pura Kahyangan Tiga, ke kebun, ke sawah, termasuk maturan ke rumah kakek/nenek.

Pada hari Kemis Umanis Dunggulan disebut Umanis Galungan, pada hari ini, di pagi harinya dimulai dengan maturan di sanggah yang ada di rumah masing-masing dilanjutkan dengan Dharmasanti yaitu berkunjung ke rumah kerabat untuk memohon maaf, namun yang paling umum dilakukan oleh umat kita adalah berlibur atau melancaran ke tempat-tempat wisata, seperti; pantai Jasi, ke taman Ujung, ke Tirtha Gangga, ke Pemukuran dan tempat-tempat lain.

d.3 Kegiatan pada hari menjelang dan Puncak Kuningan

Sehari menjelang Kuningan seperti pada penampahan Galungan, pada hari ini umat Hindu melaksaankan Penampahan Kuningan dengan memotong babi untuk bebanten esok hari di hari Kuningan. Pada Penampahan Kuningan tidak lagi membuat Penjor. Para ibu dari pagi hingga siang hari sangat sibuk metanding bebanten. Banyak tambahan sesaji untuk Hari Kuningan. Tambahannya seperti; Tamyang, Klukuh (endongan), Nasi Kuning mawadah Tebog, eteh-eteh sanggah ,dll. Sesaji-sesaji tadi melambangkan peralatan Perang.

Pada hari Raya Kuningan, pada pagi-pagi sekali bahkan sebelum Matahari terbit para ibu sudah sibuk maturan. Pada hari Kuningan diyakini maturan sebelum jam 12 siang.

d.4 Kegiatan pada hari suci Saraswati

Hari suci Saraswati jatuh setiap Sanicara Umanis Wuku Watugunung. Mitologi tentang Saraswati berawal dari kisah Raja Watugunung yang beristrikan Dewi Sinta dan Dewi landep.

Kegiatan yang dilakukan menyambut Saraswati dimulai dari hari Jumat Kliwon Watugunung, yang mana di setiap sekolah mulai menghias Padmasana dan membuat Penjor.

Pada puncak Saraswati pada pagi harinya diawali dengan maturan ke sekolah masing-masing. Sedangkan di rumah biasanya semua buku, lontar dan berbagai jenis kepustakaan dikumpulkan untuk diberikan sesajen (mebantenin).

Pada sore sampai malam bahkan sampai pagi dilanjutkan dengan mesambang semadi yaitu begadang semalam suntuk membaca buku-buku suci seperti; kekawin, parwa, weda dll sampai menjelang pagi dengan dilanjutkan dengan melaksanakan Banyu Pinaruh yaitu mandi ke tempat-tempat mata air. Untuk wilayah Bebandem, Sibetan dan sekitarnya mandi pertama kali diawali dari mandi di Pancuran Telaga Tista dilanjutkan ke tempat-tempat mata air lainnya.

d.5 Kegiatan pada hari Siwaratri/Siwalatri

Siwaratri/Siwalatri datangnya setiap 1 tahun sekali yakni pada purwaning Tilem Sasih Kepitu.

Pelaksanaannya diawali pada pagi hari umat Hindu melaksanakan pembrsihan diri secara lahiriah. Ada yang mencari carang Bila untuk kelengkapan Upakara Siwaratri. Pada sore harinya diawali dengan bersembahyang ditempat melaksanakan Siwaratri setelah itu diisi dengan pembacaan cerita I Lubdaka dengan menggunakan Sekar Alit ataupun Sekar Agung. Tepat

dimalam hari dilaksanakan persembahyangan dan pagi hari pada waktu matahari baru terbit juga melaksanakan persembahyangan. Pada perayaan Siwaratri begadang dari pagi sampai sore esok harinya. Selain begadang juga dilaksanakan Upawasa atau berpusa tidak makan dan minum serta bagi yang mampu melaksanakan Mona Brata yaitu tidak berbicara. Tidak tidur atau begadang dinamakan Jagra.

d. 6 Kegiatan menjelang, puncak dan setelah Nyepi

Menjelang hari raya Nyepi, yakni sehari sebelum Nyepi dilaksankan Pengrupukan ditandai dengan dilaksanakannya Pecaruan mulai dari Tingkat Propinsi, Kabupaten Kecamatan, Desa, Banjar sampai di Rumah masing-masing. Sore harinya dilaksanakan pawai Ogoh-ogoh yang diiringi berbagai bunyi-bunyian. Khusus di Desa Selumbung pada Pengrupukan warga desa di sana mulai siang hari sampai menjelang pagi menyuarakan kulkul si setiap tempat yang ada kulkulnya.

Pada Puncak Hari raya Nyepi, umat hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu:

A, Amati Karya yaitu tidak melaksankan kerja, B. Amati Geni yaitu tidak menghidupkan api,

C. Amati Lelungan artinya tidak bepergian atau tidak keluar dari pekarangan rumah, D. Amati Lelanguan artinya tidak menikmati kesenangan atau tidak bersenang-senang

atau berfoya-foya.

Sehari setelah Nyepi disebut Ngembak geni ditandai dengan adanya suara Kulkul sebagai tanda bahwa Nyepi telah usai. Pada hari ini biasanya umat Hindu saling mengunjungi

kerabat untuk melaksankan Dharmasanti yaitu saling memaafkan dan mengucapkan selamat Tahun Baru Saka.

Dalam dokumen SURAT KETERANGAN. Nomor:... (Halaman 69-73)

Dokumen terkait