• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURAT KETERANGAN. Nomor:...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURAT KETERANGAN. Nomor:..."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT KETERANGAN Nomor:...

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ... NIP : ... Pangkat/Gol : ... Jabatan : ... Menyatakan bahwa Nama : ... NIP : ... Pangkat/Gol : ... Jabatan : ...

memang benar telah menyusun Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV Sekolah Dasar untuk dipergunakan dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Negeri ……

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. ...

Kepala Sekolah Dasar Negeri ...

... NIP. ...

(2)

Om Swastyastu

Om Awighnam Astu Namo Sidham

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat asung kertha wara nugraha-Nya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV dapat diselesaikan. Penyusunan Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV bertujuan sebagai persyaratan pemenuhan ketentuan atas Peraturan Pemerintah tentang Jabatan Guru dan Angka Kreditnya sekaligus sebagai referensi untuk memudahkan Guru dalam Proses Belajar Mengajar.

Tersusunnya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada;

a. Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan ………. yang telah memberikan arahan dan dorongan dalam penyusunan Bahan Ajar ini,

b. Pengawas TK/SD Kecamatan ……... atas bimbingan dalam penyusunan Bahan Ajar ini,

c. Ketua Gugus Satu …… atas bantuan material maupun moril,

d. Kepala Sekolah Dasar Negeri ………. dan Bapak/Ibu Guru di SD Negeri ……. atas dukungan, bantuan maupun dorongannya sehingga Bahan Ajar ini dapat terwujud. Menyadari kekurangan Bahan Ajar ini maka tegur sapa berupa kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan tulisan-tulisan selanjutnya.

Semoga Bahan Ajar ini ada manfaatnya. Om A No Badrah Krtawo Yantu Wiswatah Om Santih Santih Santih Om

(3)

... Penyusun

(4)

PEMERINTAH KABUPATEN ……… DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UPT. DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

KECAMATAN ………. SEKOLAH DASAR NEGERI ……

Alamat: ……….. post….

SAMBUTAN

KEPALA SD NEGERI ...

Om Swastyastu

Dengan menghaturkan puja dan puji pangayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Saya Kepala SD Negeri ...menyambut baik upaya dari saudara .. …yang telah menyusun Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV Sekolah Dasar dan hal ini merupakan sebuah usaha ke arah kemajuan yang patut disambut positif.

Dengan disusunnya Bahan Ajar Pendidikan Agama Hindu Kelas IV ini diharapkan memudahkan Guru Agama Hindu dalam menyampaikan materi pelajaran. Semoga upaya yang telah dilakukan bisa ditingkatkan kembali demi peningkatan mutu pendidikan Agama Hindu di Sekolah Dasar Negeri …. dan semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan anugrah-Nya kepada kita sekalian.

Om Santih Santih Santih Om

... ...

... NIP. ...

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

SAMBUTAN KEPALA SD NEGERI 3 SIBETAN ... iii

PEMETAAN SK,KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN SATU... 1

TUJUAN PEMBELAJARAN ... 1

PETA KONSEP PELAJARAN SATU ... 2

PELAJARAN SATU. PANCA SRADDHA ... 3

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN SATU ... 16

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN DUA... 20

TUJUAN PEMBELAJARAN ... 20

PETA KONSEP... 21

PELAJARAN DUA. BHUWANA AGUNG DAN BHUWANA ALIT 22 LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN II... 26

PEMETAAN SK,KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN III... 28

TUJUAN PEMBELAJARAN ... 28

PETA KONSEP ... 29

PELAJARAN III LAGU-LAGU KEROHANIAN (DHARMAGITA) 30 LATIHAN- LATIHAN PELAJARAN III... 49

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN IV... 51

TUJUAN PEMBELAJARAN ... 51

(6)

PELAJARAN EMPAT. HARI SUCI ... 53

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN IV ... 68

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN V ... 71

TUJUAN PEMBELAJARAN ... 72

PETA KONSEP ... 72

PELAJARAN V. PANCA YAMA DAN PANCA NYAMA BRATA 73 LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN V... 86

(7)

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN SATU Standar Kompetensi : 1. Mengenal ajaran Panca Sraddha Kompetensi Dasar :

1.1 Menyebutkan arti Panca sraddha

1.2 Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha 1.3 Menjelaskan masing-masing bagian Panca srddha Indikator:

1.1.1 Menyebutkan arti Panca Sraddha 1.1.2 Menulis Pengertian panca Sraddha

1.2.1 Menyebutkan bagian-bagian Panca Sraddha

1.3.1 Menyebutkan arti masing-masing bagian Panca Sraddha 1.3.2 Menyebutkan contoh masing-masing bagian Panca sraddha

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

a. Mengetahui Panca Sraddha sebagai dasar keyakinan agama Hindu b. Mengetahui arti Panca Sraddha

c. Memgetahui bagian-bagian Panca Sraddha beserta dengan artinya masing-masing d. Meningkatkan dasar-dasar keyakinan agama Hindu.

(8)

PETA KONSEP PANCA SRADDHA Percaya dengan adanya Tuhan/Brahman Percaya dengan adanya Atman Percaya dengan adanya Karmaphala Percaya dengan adanya Samsara Percaya dengan adanya Moksa

(9)

PELAJARAN SATU

PANCA SRADDHA

1.1Arti Panca Sraddha

Kataan Panca Sraddha berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata yaitu Panca dan Sraddha. Kata Panca dalam Kamus Kecil Sanskerta-Indonesia, berarti lima dan Sraddha berarti Keyakinan. Selanjutnya menurut Buku Widya Karma, Panca Sradha berarti lima dasar keyakinan (Sumarni, 2008: 6). Juga dalam buku Widya Upadesa, Panca Sraddha berarti lima dasar keyakinan Umat Hindu (Artana, 2006: 3). Pada Buku Widya Paramita Klas IV, Panca Sradha berarti lima dasar keyakinan atau kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap umat Hindu dalam hidup dan kehidupannya (Suarni, 2012:2). Selanjutnya menurut Kamus Istilah Agama Hindu, Panca Sradha berarti lima keyakinan atau kepercayaan dalam agama Hindu ( Tim Penyusun, 2002:78)

Jadi arti Panca Sraddha adalah lima dasar keyakinan umat Hindu keyakinan atau kepercayaan atau keimanan yang harus dipedomani oleh setiap umat Hindu dalam hidup dan kehidupannya.

1.2Arti Bagian-bagian Panca Sraddha

Panca Sraddha sesuai dengan namanya terdiri dari lima bagian, meliputi: a. Percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi ( Brahman ).

b. Percaya dengan adanya Atma c. Percaya dengan adanya Karmaphala

d. Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara, dan e. Percaya dengan adanya Moksa.

(10)

Untuk lebih mudah mengingat bagian-bagian Panca Sraddha, dapat dilakukan dengan membuat akronim yaitu: Sang-At-Kar-Pu-Mok atau dengan menyanyikan Pupuh Mijil di bawah ini:

Pupuh Mijil Sraddha Hindu Lélima ne pasti Brahman kapértama

Atma lan Hukum Karma Phalane Punarbhawa Samsara nyaréngin Moksa kaping singgih

Nika gamél mangda kukuh

(Sumber: Gending-gending Pelajaran Agama Hindu SD (KTSP) oleh I Wayan Dresta, 2009: 5)

Atau dengan Pupuh Sinom berikut ini: Pakukuh dasar agama

Panca Sradane kapuji Sane lelima punika

Brahman sane kaping singgih Atma sane kaping kalih Karma kaping telu mungguh Samsarane kaping empat Moksa kaping lima sami Bwat sasuduk

Bapa jani maritas.

(Sumber Buku Widya Paramita Agama Hindu Kelas IV oleh Suarni, 2012: 2)

(11)

Tuhannya umat Hindu namanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhannya umat Islam namanya Allah, Tuhannya umat Kristen namanya Yesus. Ida Sang Hyang Widhi dipercaya sebagai pencipta pemelihara dan pelebur alam beserta isinya. Sang Hyang Widhi memiliki sebutan atau nama yang berbeda-beda tetapi sesungguhnya Tuhan satu. Hal ini seperti halnya seorang manusia yang memiliki tugas dan jabatan berbeda-beda, namun sesungguhnya orangnya hanya satu. Karena memiliki fungsi dan tugas yang berbeda seakan orangnya berbeda tetapi sesungguhnya hanya satu. Hal ini sesuai dengan sloka-sloka yang menyatakan bahwa Tuhan itu hanya satu, meliputi;

a. Dalam Chandogya Upanisad, disebutkan: “Ekam Eva Advityam Brahman “ yang artinya; Ida Sang Hyang Widhi hanya satu tidak ada duanya.

b. Dalam Narayana Upanisad 2 (Tri Sandhya bait II), disebutkan: “Eko Narayanad Na Dvityo’sti Kascit” yang artinya; hanya ada satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.

c. Dalam Kitab Sutasoma, disebutkan: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”, yang artinya; berbeda – beda tetapi tetap satu tidak ada Dharma yang kedua.

d. Dalam Reg Weda, disebutkan: “Ekam Sat Viprah Bahuda Vadanti”, yang artinya; Sang Hyang Widhi hanya satu namun para arif bijaksana menyebutnya dengan banyak nama.

Sang Hyang Widhi diberi banyak nama sesuai dengan fungsi dan swabawanya masing-masing, seperti:

a. Sang Hyang Çiwa artinya; Tuhan Maha Pelindung dan termulia,

(12)

c. Sang Hyang Tunggal artinya; Hyang Widhi Yang Maha Esa, Maha Tunggal, tidak ada duanya dan tidak terbatas,

d. Sang Hyang Guru artinya; Hyang Widhi sebagai Guru Besar atau Bapak besar seluruh alam semesta. Alam dan segala isinya semua merupakan murid atau sisya dari Hyang Widhi,

e. Sang Hyang Wenang atau Sang Hyang Tuduh artinya; Hyang Widhi yang

memegang wewenang atau kekuatan yang mutlak dalam bentuk susunan dan peraturan alam yang juga dianggap memegang untung malang nasib makhluk terutama manusia sesuai dengan Subha maupun Asubha Karmanya,

f. Sang Hyang Sangkan Paran artinya; Hyang Widhi menjadi asal mula dan tujuan

akhir atau kembalinya seluruh alam,

g. Sang Hyang Jagatnatha/Jagat Karana/Praja Patya artinya; Hyang Widhi menjadi

raja seluruh alam dengan isinya termasuk makhluk umatnya,

h. Sang Hyang Darma artinya; Hyang Widhi yang bersifat dan berkeadaan benar sejati,

i. Sang Hyang Parama Siwa/Parama Siwa/Parama Wisesa artinya; Sang Hyang

Widhi Yang Maha Besar, Maha Kuasa dan Maha Mulia,

j. Sang Hyang Adi Bhuda artinya; Hyang Widhi Yang Maha Tahu dan Maha

Bijaksana,

k. Sang Hyang Parāmatma artinya; Hyang Widhi sebagai sumber dari Atma (jiwa besar) yang menjiwai alam semesta,

l. Sang Hyang Tri Murti/Tri Wisesa artinya; Hyang Widhi sebagai Pencipta (Brahma), Pemelihara (Wisnu) dan Pelebur (Siwa)

(13)

(Sumber Pengantar Agama Hindu untuk SMTA I oleh: I Gede Wijaya, 1981:41)

Karena keterbatasan manusia, maka manusia tidak dapat melihat Ida Sang Hyang Widhi secara langsung, sehingga kita sangat perlu percaya dan meyakininya. Walaupun Tuhan tidak terlihat sesungguhnya Tuhan ada. Hal ini dapat kita andaikan seperti air teh yang diisi gula, rasa gula itu ada dalam air teh tetapi tika dapat kita melihat bentuk dari gula itu.

b. Percaya dengan adanya Atma

Makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan dipercaya memiliki jiwa atau Atman. Dengan adanya jiwa atau Atman pada ciptaan-Nya menjadikan ciptaan-Nya bisa bergerak, bisa tumbuh, bisa berkembang biak dan bisa mati. Atma yang berada pada ciptaan Tuhan adalah percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi. Sang Hyang Widhi juga disebut Parama Atma. Atma merupakan percikan-percikan kecil dari Parama Atma yang berada di dalam makhluk hidup. Atman di dalam badan manusia disebut: Jiwatman yaitu yang menghidupi manusia. Menurut Upadesa(2001:16) Atman dengan badan ini adalah sebagai kusir dengan kereta. Kusir adalah Atman yang mengemudikan dan kereta adalah badan. Demikian juga Atma itu menghidupkan sarwa prani di alam semesta. Indiya tidak dapat bekerja bila tidak ada Atma. Misalnya Telinga tidak dapat mendengar bila tidak ada Atma, mata tidak dapat melihat bila tidak ada Atmanya. Atau dapat diumpamakan Widhi atau Brahman itu sebagai sumber tenaga listrik yang dapat menghidupkan setiap bola lampu besar ataupun kecil dimanapun ia berada. Bola lampu diumpamakan tubuh setiap makhluk dan aliran listriknya adalah Atman. Jika bola lampunya rusak, lampu tidak akan menyala/mati walaupun aliran listriknya masih hidup.

Atma memiliki sifat-sifat seperti disebutkan dalam Kitab Bhagawadgita. II.23,24,25 sebagai berikut:

(14)

Nainam chindanti śastrāņi nainam dahati pāvakah

Ńa cainam kledayanty āpo na śoşayati mārutah.(Bg.II.23)

Tidak ada senjata yang dapat memisah-misahkan-Nya, tidak juga api dapat membakar-Nya, atau air membuat-Nya basah, bahkan anginpun tidak dapat mengeringkan-Nya ( Vaswani, T.L, 2007: 32)

Acchedyo’yam adāhyo akledyo’śoşya eva ca,

Nityah sarva-gatah sthāņur acalo’yam sanātanah.(Bg.II.24)

Roh yang individual ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada dimana-mana, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya (Prabhupada,2006:105)

Avyakto’yam acinto’yam avikāryo’yam ucyate,

Tasmād evam viditvainam nānusocitum arhasi.(Bg.II.25)

Dia tidak dapat dirumuskan dengan kata-kata, tidak dapat dipikirkan dan dinyatakan tidak berubah-ubah; karena itu orang yang mengetahui sebagaimana halnya, karenanya engkau tidak usah berduka (Pudja, 2003:43)

Dari isi sloka-sloka di atas, maka dapat dipahami dari sifat-sifat Atma, adalah: a. Achodhya artinya tidak terlukai oleh senjata,

b. Adahya artinya tidak terbakar oleh api c. Akledya artinya tidak terkeringkan oleh angin d. Acesyah artinya tidak terbasahkan oleh air e. Nitya artinya abadi

f. Sarwagatah artinya ada dimana-mana g. Sthanu artinya tidak berpindah-pindah h. Acala artinya tidak bergerak

(15)

j. Awyakta artinya tidak dilahirkan k. Acintya artinya tidak terpikirkan l. Awikara artinya tidak berubah.

Walaupun Atma sempurna tetapi manusia tidak sempurna karena persatuan Atma dengan badan manusia menimbulkan kegelapan atau Awidya. Awidya artinya tidak tahu atau kegelapan. Maksudnya Atma yang menjiwai tubuh manusia dipengaruhi oleh sifat-sifat duniawi manusia seperti sifa ego, sombong, iri hati yang menyebabkan atma mengalami awidya. Badan kita kita bisa mati dan hancur karena manusia terikat oleh hukum Tri Kona yaitu lahir hidup dan mati.

c. Percaya dengan adanya Karma phala

Kata Karma Phala berasal dari bahasa Sanskerta terdiri dari dua kata yaitu Karma dan Phala. Karma artinya perbuatan dan Phala artinya buah, hasil atau pahala. Sehingga Karma Phala berarti hasil dari perbuatan sesorang.

Kita percaya bahwa perbuatan yang baik atau Aubha karma membawa hasil yang baik, dan perbuatan yang buruk, buruk pula hasil yang akan diterima. Dari ajaran Karma phala dapat memberikan keyakinan kepada kita untuk mengarahkan segala tingkah laku kita agar selalu berdasarkan etika untuk mencapai cita-cita yang baik dan menghidarkan diri pada jalan yang buruk.

Berdasarkan atas waktu diterimanya buah dari karma, menurut Buku Upadesa (2001:19), maka Karma Phala dibedakan menjadi tiga jenis, meliputi;

(16)

a. Sancita Karma Phala artinya hasil dari perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kehidupan kita sekarang.

b. Prarabda Karma Phala artinya hasil dari perbuatan kita dikehidupan ini tanpa ada sisanya.

c. Kriyamana Karma Phala adalah hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat, sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang. Dalam kepercayaan akan Karma Phala ada sesanti yang harus diingat: Ayu ulah ayu tinemu, Ala ulah ala tinemu. Artinya perbuatan baik menghasilkan kebaikan, perbuatan buruk menghasilkan keburukan.

d. Kepercayaan terhadap adanya Punarbhawa atau Samsara

Purnarbhawa adalah sraddha yang keempat dalam Panca Sraddha. Kata Punarbhawa terdiri dari dua kata Sanskerta yaitu kata Punar dan Bhawa. Kata Punar berarti lagi, dan Bhawa berarti menjelma. Sehingga kata Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang disebut juga dengan istilah Penitisan atau Samsara. Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang adalah merupakan kesempatan baik untuk memperbaiki kehidupan agar terlepas dari ikatan duniawi dan akhirnya mencapai kebahagiaan yang kekal dan abadi yaitu Moksa.

Bekas perbuatan disebut Karma Wasana. Karma Wasana mengikat Jiwatman dan mengakibatkan mengalami kelahiran yang berulang-ulang.

(17)

Moksa adalah sraddha kelima dari Panca Sraddha. Moksa artinya kebebasan yang kekal dan abadi atau suka tanpa wali duka. Moksa adalah tujuan akhir umat Hindu. Karena Moksa menjadi tujuan umat Hindu, maka ada sebuah seloka yang menyatakan tujuan akhir itu, adalah: Moksārtham Jagadhita ya ca Iti dharma.

Moksa menurut waktu diterimanya dalam agama Hindu ada 3, yaitu

a. Jiwan Mukti yaitu kebebasan yang didapat oleh seseorang dalam hidup di dunia

ini dimana Atman tidak terpengaruh oleh Indria dan unsur-unsur Maya. Jiwan Mukti sama sifatnya dengan Samipya dan Sarupya.

b. Wideha Mukti ( Karma Mukti) yaitu suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa

hidup. Dimana Atma telah meninggalkan badan kasar. Wideha Mukti sama dengan Salokya.

c. Purna Mukti adalah kebebasan yang paling sempurna dan yang tertinggi, dimana

Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.

Tingkatan Moksa yang diterima setelah meninggal dibedakan lagi menjadi 4 jenis seperti:

a. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan para Maharsi. Beliau dalam melakukan Yoga Samadhi telah dapat melepaskan unsur-unsur Maya, sehingga beliau dapat mendengar wahyu Tuhan. Dalam keadaan demikian Atma berada sangat dekat sekali dengan Tuhan. Setelah beliau selesai melakukan Samadhi, maka keadaan beliau kembali biasa. Emosi pikiran dan organ jasmani aktif kembali.

(18)

b. Sarupya (sadharmya) adalah suatu kebebasan yang didapat seseorang di dunia ini, karena kelahirannya. Kedudukan Atman merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Buddha Gautama, dan Sri Krsna. Walaupun Atman telah mengambil suatu perwujudan tertentu, namun ia tidak terikat oleh sesuatu yang ada di dunia ini.

c. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, dimana Atman itu

sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu dapat dikatakan Atman telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.

d. Sayujya adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana Atman telah bersatu dengan Brahman. ( Suarni, 2012:15-16)

Cara untuk dapat mencapai Moksa ada empat cara yang disebut Catur Marga, meliputi;

a. Bakti Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan cara cinta kasih yang mendalam kepada Sang Hyang Widhi dan kepada semua makhluk,

b. Karma Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan cara bekerja

sungguh-sungguh tanpa pamerih dan menyerahkan hasil kerja kepada Sang Hyang Widhi,

c. Jnana Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan jalan

mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan suci, dan

d. Raja Marga yaitu cara atau jalan untuk mencapai Moksa dengan jalan Tapa, Yoga, dan Samadhi

(19)

1.3Contoh Masing-masing Bagian Panca Sraddha

1.3.a. Kepercayaan terhadap adanya Sang Hyang Widhi, dapat dilakukan dengan cara: a. Meyakini keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

b. Melaksanakan ajaran-Nya dan menjauhi larangan-Nya c. Rajin memuja Tuhan

d. Meyakini semua yang ada ini adalah Ciptaan Tuhan e. Meyakini semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dll. 1.3.b Kepercayaan terhadap adanya Atma, seperti dengan cara:

a. Meyakini bahwa yang menyebabkan tubuh dapat berfungsi karena adanya Atma, b. Meyakini bahwa Atma menjiwai semua makhluk di dunia ini,

c. Mempercayai bahwa setiap perbuatan baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan diketahui oleh Sang Hyang Widhi karena percikan kecil-Nya berupa Atma berada di dalam tubuh kita,

d. Meyakini Jiwatman dapat mengalami kelahiran kembali, dll. 1.3.c Kepercayaan terhadap adanya Karma Phala, dengan cara:

a. Meyakini bahwa setiap perbuatan pasti mendatangkan hasil,

b. Meyakini bahwa hasil perbuatan yang baik kita terima sesuai dengan apa yang kita perbuat. Bila perbuatan kita baik ( Subha Karma) maka hasil yang diterima baik. c. Meyakini bila perbuatan yang jelek/jahat (Asubha Karma) hasil yang akan kita

terima juga jelek,

d. Meyakini bahwa suka duka yang kita alami dalam kelahiran ini adalah sebagai akibat dari perbuatan kita yang terdahulu, dll.

(20)

Kita mengalami kelahiran dalam hidup yang mendahului hidup ini ditandai dengan adanya;

a. Rasa takut manusia menghadapi kematian, ini suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang dialami pada saat-saat matinya dalam kehidupannya yang sudah-sudah.

b. Si bayi yang baru lahir menetek susu pada ibunya menandakan suatu pengalaman pernah dialami pada kehidupan sebelumnya

c. Lahirnya manusia dengan berbagai kegemaran dan tidak dapay diteliti sebab-sebab dari kegemaran dalam kelahiran sekarang menunjukkan adanya pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sebelumnya yang tidak dapat diingatnya lagi.

1.3.d Kepercayaan terhadap adanya Punarbhawa atau Samsara, dapat dilakukan dengan cara:

a. Meyakini bahwa Jiwatman dapat mengalami kelahiran berulang-ulang,

b. Meyakini bahwa kelahiran di dunia ini adalah karena Jiwatman terikat kepada keduniawian,

c. Meyakini adanya penitisan kembali,

d. Meyakini bahwa ada kehidupan di alam sana setelah kematian, dll. 1.3.e Kepercayaan terhadap adanya Moksa, dapat dilakukan dengan cara:

a. Meyakini bahwa kesejahteraan hidup di dunia ini adalah tujuan dari hidup kita, b. Meyakini bahwa ikatan keduniawian akan menjauhkan Jiwatma untuk mencapai

Moksa,

c. Meyakini bahwa Moksa dapat dicapai oleh orang yang mampu melepaskan diri dari ikatan keduniawian, dll.

(21)

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN SATU

I. Isilah dengan jawaban yang tepat !

1. Tiga kerangka dasar Agama Hindu meliputi Tatwa, Susila dan …. 2. Panca Sradha dalam kerangka agama Hindu termasuk dalam …. 3. Panca artinya….

4. Sradha artinya ……

5. Panca Sradha artinya ……….

Kunci Jawaban

1. Upacara /Retual 2. Tattwa

3. Lima

4. Keyakinan/ kepercayaan

5. Lima dasar keyakinan/kepercayaan umat Hindu

II. Isilah dengan jawaban yang tepat !

1. Percaya dengan adanya Karma Phala adalah Sradha ke…. 2. Kelahiran yang berulang-ulang adalah arti dari ….

3. Sradha yang ke-4 adalah percaya dengan adanya…. 4 Hasil dari suatu perbuatan disebut dengan….

(22)

5. Bersatunya Atma dengan Paramatma (Brahman) disebut …. Kunci jawaban 1. 3 (tiga) 2. Samsara/ Punarbhawa 3. Punarbhawa 4. Karmaphala 5. Moksa

III. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang tepat !

1. Salah satu sifat Sang Hyang Widhi adalah Nitya yang artinya ….

2. Sang Hyang widhi adalah maha gaib, karena kemahagaiban-Nya sering disebut.... 3. Eko Narayano na dwityo asti kascit artinya ….

4. Ekam eva adwityam Brahman artinya ….

5. “Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” terdapat dalam….

Kunci jawaban

1. Kekal abadi 2. Hana Tan hana

3. Hanya satu Tuhan yang disebut Narayana sama sekali tidak ada duanya 4. Hanya satu, tidak ada duanya Hyang Widhi

5. Kitab Sotasoma

IV. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang tepat ! 1. Dari manakah sumber Atma itu ?

2. Apakah fungsi atma dalam tubuh kita ? 3. Apakah arti dari Brahman Atman Aikyam”? 4. Apakah arti dari Awidya?

(23)

Kunci jawaban

1. Dari Sang Hyang Widhi

2. Memberi hidup dan menjadi saksi atas segala perbuatan kita 3. Brahman dan Atman itu tunggal

4. Kegelapan

5. Tidak terlukai oleh senjata

V. Pilih salah satu jawaban yang paling benar ! 1. Kata karma dalam karma phala berarti....

a. hasil b. perbuatan c. hukum d. baik 2. Contoh karma baik atau Subha Karma adalah...

a. suka menolong c. suka mencuri b. suka berbohong d. suka berjudi 3. Asubha karma artinya....

a. perbuatan mulia c. perbuatan baik b. perbuatan buruk d. perbuatan luhur 4. Subha karma artinya...

a. perbuatan manusia c. perbuatan luhur b. perbuatan baik d. perbuatan leluhur 5. Yang termasuk jenis karma phala kecuali....

a. karma wasana c. sancita karma phala b. prarabda karmaphala d. kriamana karma phala. Kunci Jawaban : 1. B 2. A 3. B 4. B 5. A

(24)

1. Apakah arti dari Punarbhawa ?

2. Apakah pengertian sorga syuta dan neraka syuta ? 3. Mengapa orang lahir berulang-ulang?

4. Bagaimana cara meningkatkan diri dalam kehidupan untuk menghindari punarbhawa ?

5. Sebutkan tiga ciri kehidupan manusia dari sorga syuta!

Kunci Jawaban

1) Penjelmaan kembali atau lahir berulang-ulang

2) Sorga cyuta artinya kehidupan yang penuh kebahagiaan dan neraka cyuta adalah kehidupan yang menderita dan kemiskinan.

3) Orang lahir berulang-ulang karena jiwa manusia masih diliputi oleh keinginan yang berhubungan keduniawian.

4) Untuk menghindari punarbawa adalah dengan selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang menyimpang dari ajaran dharma.

5) Tiga ciri kehidupan dari sorga syuta yaitu hidupnya bahagia, pandai, berkecukupan, dan terhormat.

VII. Jawablah soal-soal di bawah ini ! 1. Jelaskanlah pengertian Moksa ! 2. Sebutkanlah jenis-jenis Moksa !

3. Sebutkanlah cara-cara mencapai Moksa !

Kunci jawaban :

1. Moksa berarti bebasnya atma dari ikatan duniawi dan mencapai kebahagian yang sempurna

2. Jenis-jenis Moksa adalah :

(25)

3. Cara-cara mencapai Moksa adalah dengan cara Catur Marga yaitu : a.Karma Marga, b.Bakti Marga, c. Jnana Marga, d. Raja Marga

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN DUA

Standar Kompetensi : 2.Mengenal Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit Kompetensi Dasar :

2.1 Menguraikan arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

2.2 Menunjukkan contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

Indikator :

2.1.1 Menyebutkan istilah Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit 2.1.2 Menyebutkan arti Bhuwana Agung

2.1.3 Menyebutkan arti Bhuwana Alit

2.2.1 Menyebutkan contoh-contoh benda yang ada di Bhuwana Agung 2.2.2 Menyebutkan contoh-contoh anggota tubuh yang ada di Bhuwana Alit 2.2.3 Menunjukkan bagian-bagian anggota tubuh

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari pelajaran ini diharapkan siswa dapat: a. Mengetahui arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

(26)

b. Mengetahui contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

PETA KONSEP

Bhuwana Agung

Contoh-contoh ALAM SEMESTA

Arti Bhuwana Agung

Contoh-contoh

Bhuwana Alit

(27)

PELAJARAN DUA

BHUWANA AGUNG

DAN

BHUWANA ALIT

2.1 Arti Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

Bhuwana Agung berasal ari dua kata yaitu kata Bhuwana yang berarti alam dan

Agung yang berarti besar. Jadi Bhuwana Agung adalah Alam besar atau disebut Makrocosmos,

Jagat Raya, Alam Semesta atau Brahmanda. Kata Brahmanda berasal dari kata Brahman dan Anda, Brahman berarti Tuhan dan Anda berarti telur sehingga Brahmanda berarti Telurnya Tuhan yaitu alam semesta ini.

(28)

Bhuwana Alit terdiri dari dua kata yaitu; kata Bhuwana yang berarti Alam dan Alit berarti kecil. Sehingga Bhuwana Alit berarti Alam Kecil atau Mikrokosmos.

Pada Bhuwana Agung dibentuk oleh unsur Panca Maha Bhuta sehingga isinya lebih besar dari Bhuwana Alit, seperti; batu, tanah, besi, logam, dll. Yang termasuk ke dalam jenis maupun bagian Bhuwana Alit, meliputi; manusia, hewan, tumbuhan dan makhluk lainnya. Untuk memudahkan memahami Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit, berikut ini disajikan Pupuh Kumambang, sebagai berikut:

1. Bhwana Agung jagat agénge puniki, Makrokosmos kocap,

Surya Bulan Bintang Gumi, Brahmandan Hyang Widhi Wasa 2. Mikrokosmos punika Bhuwana Alit, Sékadi Manusa,

Buron kayune mahurip, Iriki ring madyapada.

3. Ne ngéwangun Bwana Agung Bwana Alit, Panca Maha Bhuta,

Panca Tan Matra ngawitin, Mawanan patéh kaucap.

(Sumber; Gending-gending Pelajaran Agama Hindu Sd (KTSP, oleh I Wayan Dresta, 2009:29)

Pada hakekatnya Bhuana agung maupun Bhuwana Alit atau alam semesta dan badan manusia diciptakan oleh Tuhan. Bhuwana Alit berada di dalam bhuwana agung dibentuk dari unsur Panca Tan Matra. Panca Tan Matra adalah lima unsur bernih zat alam yang halus, yaitu;

a. Sabda Tan Matra ialah benih suara

b. Sparsa Tan Matra ialah benih rasa sentuhan c. Rupa Tan Matra adalah benih penglihatan

(29)

d. Rasa tan Matra adalah ialah benih rasa, dan e. Gandha Tan Matra ialah benih penciuman.

Dari benih-benih Panca Tan Matra terjadilah unsur benda-benda materi yang nyata yang disebut Panca Maha Bhuta. Panca Maha Bhuta ialah lima unsur yang lebih kasar, yaitu;

a. Akasa (ether), lahir dari Sabda Tan Matra

b. Wayu (bayu), adalah anginlahir atau terbentuk dari Sparsa Tan Matra c. Teja (sinar), yaitu api yang lahir dari Rupa Tan Matra

d. Apah ( zat cair) adalah air yang terbentuk dari Rasa Tan Matra, dan

e. Pertiwi ( zat padat) yakni tanah yang terbentuk dari unsur Ganda Tan Matra. Persamaan dan perbedaan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit

No Persamaan No Perbedaan

1 2

3 4

Sama-sama ciptaan Tuhan Sama-sama diciptakan dari unsur Panca Tan Matra dan Panca Maha Bhuta

Sama-sama tidak sempurna Sama-sama diatur dan tunduk pada hukum Tuhan

1

2

3

4

Bhuwana Agung artinya alam raya/alam semesta. Bhuwana Alit artinya badan manusia. Bhuwana Agung melingkupi Bhuwana Alit, Bhuwana Alit berada di dalam Bhuwana Agung

Bhuwana Agung diciptakan lebih dahulu dari Bhuwana Alit Bhuwana Agung dijiwai oleh Tuhan. Bhuwana Alit dijiwai oleh Atma yaitu percikan terkecil dari Tuhan.

(30)

Untuk lebih mengenal dan memahami contoh-contoh Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit, terlebih dahulu kita harus memahami bahwa antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sama-sama dibentuk dari unsur Panca Maha Bhuta. Untuk itu disajikan tabel seperti di bawah ini:

No Unsur-unsur Panca Maha Bhuta

Benda-benda alam Bagian-bagian tubuh manusia 1 2 3 4 1 Pertiwi Tanah, batu, logam, gunung, besi, baja,dll Tulang, kuku, gigi, tengkorak kepala, dll 2 Apah Air hujan, air laut, sungai, danau, embun, dll Keringat, air liur, air kencing, enzim, dll 3 Teja Sinar matahari, gas alam, panas bumi, dll Panas badan/suhu tubuh, dll 4 Bayu Angin, energi Nafas, tenaga, dll 5 Akasa Ruang angkasa, dan planet-planetnya Rongga-rongga yang ada di tubuh manusia;

rongga mulut, rongga hidung, rongga telinga, dll

(31)

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN II I. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jawaban secara lisan!

1. Dalam ajaran agama Hindu alam semesta disebut…. 2. Bhuana alit artinya….

3. Unsur-unsur pembentukan bhuana agung dan bhuana alit adalah…. 4. Bhuana agung dan bhuana alit ciptaan dari….

5. Makrokosmos adalah sebutan dari….

Kunci Jawaban

Tes lisan : 1. Bhuana Agung 2. Bhuana Alit 3. Panca Maha Bhuta 4. Ida Sang Hyang Widhi 5. Bhuana Agung

II. Tulislah Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana agung!

2. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana alit!

(32)

- Tes tulis

1) - Pertiwi : tanah

- Apah : air laut, air sungai, dsb - Teja : sinar matahari

- Bayu : Angin

- Akasa : ether/ ruangan kosong 2) - Pertiwi : tulang

- Apah : darah - Teja : panas badan - Bayu : tenaga - Akasa : rongga dada

III. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat 1. Dalam ajaran agama Hindu manusia disebut….

2. Apah adalah unsur panca maha bhuta, pada bhuana agung contohnya……, sedangkan pada bhuana alit contohnya….

Kunci Jawaban

1 Bhuana alit

2. Air laut, sungai, danau, hujan

IV Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1. Jelaskan persamaan bhuana agung dengan bhuan alit 2. Sebutkan unsur-unsur panca maha bhuta pada bhuana alit!

Kunci Jawaban

1. Persamaan terletak pada pembentukan yaitu sama-sama dibentuk oleh panca maha bhuta.

2. Pertiwi menjadi tulang belulang Apah menjadi darah, air kencing Teja menjadi suhu badan

(33)

Bayu menjadi nafas

Akasa menjadi segala yang berongga, rongga hidung

PEMETAAN SK, KD, DAN INDIKATOR PELAJARAN TIGA

Standar Kompetensi : 3. Mengenal lagu-lagu Kerohanian (yajna) Kompetensi Dasar :

3.1 Menyebutkan arti lagu-lagu kerohanian (yajna) 3.2 Menyebutkan jenis-jenis lagu kerohanian 3.3 Melafalkan jenis-jenis lagu kerohanian (yajna)

Indikator :

3.1.1Menyebutkan beberapa lagu-lagu kerohanian yang dikenal 3.1.2 Menyebutkan pengertian lagu-lagu kerohanian

3.1.3 Menyebutkan jenis-jenis lagu kerohanian

3.2.1 Menyebutkan jenis-jenis kidung Dewa Yajna sesuai daerah setempat 3.2.2 Menyebutkan jenis-jenis kidung Resi Yajna sesuai daerah setempat 3.2.3 Menyebutkan jenis-jenis kidung Manusa Yajna sesuai daerah setempat 3.2.4 Menyebutkan jenis-jenis kidung Pitra Yajna sesuai daerah setempat 3.2.5 Menyebutkan jenis-jenis kidung Bhuta Yajna sesuai daerah setempat 3.3.1 Melakukan kidung Dewa Yajna sesuai daerah setempat

(34)

3.3.2 Melakukan kidung Resi Yajna sesuai daerah setempat 3.3.3 Melakukan kidung Pitra Yajna sesuai daerah setempat 3.3.4 Melakukan kidung Manusa Yajna sesuai daerah setempat 3.3.5 Melakukan kidung Bhuta Yajna sesuai daerah setempat

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai pembelajaran ini siswa mampu: a. Menyebutkan arti Dharmagita

b. Menyebutkan beberapa jenis Dharmagita c. Melafalkan Dharmagita

PETA KONSEP

Lagu Kerohania/Dharmagita

Arti Dharmagita

(35)

PELAJARAN TIGA

LAGU-LAGU KEROHANIAN

(DHARMAGITA)

3.1 Arti Lagu Kerohanian

Lagu kerohanian adalah lagu suci yang dinyanyikan untuk mengiringi upacara keagamaan. Nyanyian itu dinyanyikan dengan hidmat yang berpengaruh kepada kesucian pikiran, kekusukan dari sebuah yajna yang dilaksanakan. Syair-syair lagu kerohanian penuh dengan makna dan mengandung kata-kata pujaan kepada Sang Hyang Widhi. Lagu-lagu kerohanian disebut pula dengan istilah Dharmagita. Dharmagita berasal dari kata Bahasa Sanskerta yaitu dari kata Dharma dan Gita. Tulisan yang benar sesuai ejaan Kawi Latin atau

(36)

Sanskerta Latin ialah huruf i pada kata Gita menggunakan i panjang atau dirgha segingga tulisannya menjadi Dharmagîta Kata Dharma adalah kata benda masculinum yang berarti lembaga, adat kebiasaan, aturan kewajiban, moral yang baik, pekerjaan yang baik, kebenaran, hukum, keadilan. Gita adalah kata bahasa Sanskerta Indonesia dalam bentuk perfect passive participle, neutrum yang berarti nyanyian atau lagu. Sehingga Dharmagita berarti nyanyian-nyanyian kebenaran atau nyanyian-nyanyian keadilan atau suatu lagu atau nyanyian-nyanyian yang dipergunakan dalam pelaksanaan Upacara Agama Hindu. (Warjana, 1993:2)

3.2 Jenis-jenis lagu Kerohanian

A. Lagu kerohanian untuk Upacara Dewa Yajna dari isi lagunya lebih banyak tentang pijian dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan Manifestasinya. Jenis-jenis lagu kerohanian untuk Dewa Yajna, seperti: tembang Bramara Angisep Sari, Kawitan Wargasari, dan Kidung Wargasari ( meliputi; kidung wargasari untuk Ngredana atau ngarcana pada Dewa, Kidung Wargasari untuk Memendak para Dewa, Kidung Wargasari untuk Ngaturang Piodalan, Kidung pada waktu Muspa, Kidung wargasari digunakan pada waktu Madatengan, Kidung wargasari untuk Mawayang-wayang atau Kincang-kincung, Kidung Wargasari pada waktu Nunas Tirtha dan Kidung wargasari digunakan pada waktu Nyineb Ida Bhetara)

B. Lagu Kerohanian untuk Upacara Resi Yajna, syairnya menyatakan tentang phala sesorang yang menjadi wiku serta kewajiban-kewajibannya yang harus dijalaninya, seperti; Pupuh Wasi pada Upacara Madiksa, Tembang Wilet Mayura Panjang, Tembang Bramara Sangupati dan Tembang Palu Gangsa untuk Upacara Resi Bhojana.

C. Lagu Kerohanian untuk Upacara Manusa Yajna, syairnya menyatakan tentang seseorang yang melaksanakan upacara penuh dengan kemeriahan, dihormati dan dikagumi oleh

(37)

masyarakat, seperti; Pupuh Demung Sawit untuk upacara Raja Sewala, Pupuh Kawitan Tantri, Pupuh Demung Sawit, Pupuh Demung Gulaganti, Pupuh Demung Agor dan Malat Rasmi untuk Upacara Mapandes dan Mapetik, Pupuh Demung Tunjung Biru untuk Upacara Pawiwahan.

D. Lagu Kerohanian untuk Upacara Pitra Yajna, syairnya lebih banyak menyatakan perjalanan roh menuju alam baka diantarkan oleh doa sanak saudaranya, seperti: Wirama Sewana Girisa digunakan pada waktu Nedunang Layon yang akan dimandikan dan memandikan jenasah, Wirama Indrawangsa digunakan pada waktu mengantar jenasah ke kuburan, Pupuh Adri digunakan pada waktu mengubur jenasah, Wirama Praharsini digunakan pada waktu membakar jenasah, Pupuh Aji Kembang digunakan pada waktu Ngreka akan Nganyut, Wirama Cikarini digunakan pada waktu Nganyut.

E. Lagu Kerohanian untuk Upacara Bhuta Yajna, syair-syairnya lebih banyak menyatakan tentang upacara persembahan kepada Bhuta Kala yang berada di setiap penjuru alam dengan tujuan agar kekuatan-kekuatan jahat dari Bhuta Kala tidak mengganggu kehidupan manusia, seperti: Pupuh Jerum digunakan pada waktu Mecaru, Pupuh Panji Marga digunakan pada waktu Ngelebar Caru, Pupuh Alis-alis Ijo digunakan pada waktu Mecaru di tempat yang Keramat/angker, Pupuh Swaran Kumbang digunakan pada waktu Tawur Kesanga, Pupuh Girisa digunakan pada waktu Upacara Caru Panca Sata dan Caru lainnya.

(38)

3.3 Melafalkan Jenis-jenis Lagu Kerohanian

A. Lagu Kerohanian untuk Upacara Dewa Yajna Tembang Bramara Angisep Sari

Mo gi tan ka ca kra ba wa

Ti tyang i ka tu nan sa mi

Nis ta ka ya wak lan ma nah

Lang geng ngu la mi Hyang Wi dhi

Sang suk sma ma ha a cin tya

(39)

Si ngi dan ring tam pak ak si.

(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009: 213)

Kidung Kawitan Wargasari

Pur wa ka ning ang rip ta rum

Ning wa na wu kir

Ka ha dang la buh

Kar ti ka

Pa ne de nging sa ri

A nga yon tang gu li ke tur

(40)

Jang ga mu re.//

2. Sukania aja winangun Winarna sari

Rumrumning puspa Priaka

Ingoling tangi

Sampuning riiris sumahura

Umungguh ring srengganing rejeng.

(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009:214) Kidung Wargasari Paca Paliring

I da ra tu sa king lu hur

Ka u la nu nas lu gra ne

Mang da sam pun ti tyang tan druh

Ma nga yap Bhe ta ra mang kin

Ti tyang nga tu rang pe ja ti

(41)

Sar wa sam pun pu put

Pra ting ka hing sa ji//

(Sumber: Materi Pokok Dharmagita oleh I Nyoman Warjana, 2009: 215)

B. Lagu Kerohanian untuk Upacara Resi Yajna

Dwa ning sa sam pun ma ma ngun /

Ka praj nya nan / ma ha bu dhi /

Te las ka le ke tan i da /

Gu na sa twa ne ka pu pu /

(42)

An tuk ra jah ta mah ma lih /

Sa twa sa tah bha wah i ku /

Jna na u ta ma su ja ti //

Pupuh Rara Wangi Nihan palaning sang Wiku

Jatas nawang Bumi,

Langit dija ento warangane, Punika tegakan wiku wulan surya,

Lawan winbang sampun kawasne ring langit, Ndi pamatinipun mwang sumping banyu asli.

C. Lagu Kerohanian untuk Upacara Manusa Yajna Kawitan Tantri

(43)

Ring pa ta li na gan tun /

Su bha ga wir ya si ni wi /

Ka jri hin sang pa ra ra ra tu /

Sal wa ning jam bu war sa di /

Pra sa ma tur

Kem bang ta hon //(Sumber: Materi Pokok Dharmagita, 1993:172) D. Lagu Kerohanian untuk Upacara Pitra Yajna

Wirama Sewana Girisa

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

E. Lagu Kerohanian untuk Upacara Bhuta Yajna Pupuh Jerum

(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN III

I. Jawablah pertanyan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban lisan! 1. Ida Ratu Saking Luhur adalah salah satu contoh kidung…… 2. Kawitan Wargasari termasuk kidung……….. 3. Kidung Wilet Mayura untuk mengiringi upacara………. 4. Pada Saat mecaru diiringi dengan pupuh………. 5. Kidung tantri termasuk kelompok kidung………

Kunci Jawaban 1. Dewa yadnya 2. Dewa yadnya 3. Rsi yadnya 4. Jerum 5. Manusa Yadnya

II. Tulislah dengan singkat atas pertanyaan berikut ini! 1. Apakah yang dimaksud dengan lagu kerohanian? 2. Apakah fungsi lagu kerohanian?

3. Apakah yang dimaksud dengan Dharmagita?

4. Dharmagita untuk memandikan jenazah yang paling tepat adalah... 5. Kidung Turun Tirtha dinyanyikan pada saat...!

Kunci Jawaban

1. Nyanyian-nyanyian yang isi atau syairnya mengajarkan tuntutan keagamaan. 2. Untuk menyemarakkan dan menambah hikmatnya pelaksanaan upacara yadnya. 3. Lagu-lagu kerohanian agama Hindu.

4. Sewana Girisa.

(56)

Soal Praktek

Nyanyikanlah satu bait lagu-lagu kerohanian Ida Ratu Saking Luhur!

(57)

Standar Kompetensi : 4. Mengenal Dasar-dasar Hari Suci ( Wariga) Kompetensi Dasar :

4.1 Menyebutkan arti Hari Suci (wariga) 4.2 Mengenal hari-hari dan Bulan Baik

4.3 Mengenal hari Raya suci keagamaan berdasarkan perhitungan hari-hari dan bulan baik

Indikator:

4.1.1 menyebutkan hari-harinsuci yang dikenal 4.1.2 Menjelaskan pengertian hari suci

4.1.3 Menjelaskan pengertian Wariga 4.2.1 Menyebutkan nama-nama Wewaran 4.2.1 Menyebutkan nama-nama Wuku 4.2 3 Menyebutkan nama-nama Sasih

4.3.1 Menyebutkan hari suci yang berdasarkan Pawukon dan Sasih 4.3.2 menyebutkan jenis-jenis kegiatan pada hari suci keagamaan

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini siswa diharapkan dapat; a. Mampu menyebutkan arti hari suci

b. Mengenal baik buruknya hari dalam wariga

c. Mengenal hari suci keagamaan berdasarkan perhitungan sasih dan pawukon

(58)

KAJENG KLIWON PAGERWESI NYEPI ANGGARA KASIH GALUNGAN SIWARATRI BUDA KLIWON,DLL KUNGINGAN,DLL SARASWATI,DLL

HARI RAYA

WEWARAN PAWUKON SASIH

(59)

PELAJARAN EMPAT

HARI SUCI

4.1 Arti Hari Suci

Hari Suci artinya hari-hari yang disucikan oleh Umat Hindu. Hari suci sering juga disebut Rerahinan atau Hari Raya Agama. Pada hari suci umat Hindu melakukan persembahyangan dan menghaturkan persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.

Yang termasuk hari suci, seperti; Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Saraswati, Pagerwesi, Siwaratri, Nyepi, dll.

4.2 Hari-hari dan Bulan Baik

Hari-hari dan bulan baik dalam ajaran Agama Hindu ditentukan berdasarkan perhitungan wariga. Wariga adalah perhitungan hari-hari dan bulan baik dalam agama Hindu.

Pewarigaan berdasarkan atas; wewaran, wuku, dan sasih yang dipakai dasar untuk memperingati hari-hari suci.

Wewaran adalah hari-hari sebagai dasar untuk menentukan hari baik melakukan suatu kegiatan. Nama-nama Wewaran dan bagian-bagiannya:

Nama wewaran Bagian-bagiannya

1 2

Eka Wara 1. Luang

Dwi Wara 1. Menga, 2. Pepet

Tri Wara 1. Pasah/Dora, 2. Beteng/Wahya, 3. Kajeng/Byantara

Catur Wara 1. Sri, 2. Laba, 3. Jaya, 4. Manala

Panca Wara 1. Umanis, 2. Paing, 3. Pon, 4. Wage, 5. Kliwon

Sad Wara 1. Tungleh, 2. Ariang, 3. Urukung, 4. Paniron, 5. Was,

6. Maulu

Sapta Wara 1. Redite, 2. Soma, 3. Anggara, 4. Budha, 5. Wrehaspati, 6.

(60)

Asta Wara 1. Sri, 2. Indra, 3. Guru, 4. Yama, 5. Ludra, 6. Brahma, 7. Kala, 8. Uma

Sanga Wara 1.Dangu, 2. Jangur, 3. Gigis, 4. Nohan, 5. Ogan,

6. Erangan, 7. Urungan, 8. Tulus, 9.Dadi

Dasa wara 1. Pandita, 2. Pati, 3. Suka, 4. Duka, 5. Sri, 6. Manuh,

7. Manusa, 8. Raja, 9. Dewa, 10. Raksasa

Cara mencari Wewaran

a. Eka wara; uripnya 1. dewanya Sang Hyang Taya. Caranya mencari: Urip Sapta wara +

Urip Panca wara. Bila genap = kosong, bila ganjil = Luang

b. Dwi wara; Menga urip 5, dewanya Sang Hyang Kalima, Pepet urip 4, Dewanya Sang Hyang Timira. Caranya mencari: Urip Sapta wara + Urip Panca wara + urip Eka wara, bila genap = Pepet, bila Ganjil= Menga.

c. Tri Wara; Pasah urip 9, Dewanya Sang Hyang Cika, Beteng urip 4, dewanya Sang Hyang Wacika, Kajeng urip 7, Dewanya Sang Hyang Manacika. Caranya mencari: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Saptawara yang akan dicari kemudian dibagi 3. Bila sisa 1 = Pasah, sisa 2 = Beteng, sisa 3 = Kajeng.

d. Catur wara; Sri urip 4, dewanya Bhagawan Bregu, Laba urip 3, dewanya Bhagawan Kanwa, Jaya urip 1, dewanya Bhagawan Janaka, dan Manala urip 8 dewanya Bhagawan Narada. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta wara yang akan dicari lalu dibagi 4. Bila sisa 1 = Shri, sisa 2 = Laba, sisa 3 = Jaya, dan bila sisa 4 = Manala

e. Panca wara; Umanis urip 5, Resi Kursika, Dewa Iswara, Bhagawan Tatulah, Paing urip

9 Resi Gargha, Dewanya Brahma, Bhagawan Mercukunda, Pon urip 7, Resi Maitrya, Dewanya Mahadewa, Bhagawan Wrehaspati, Wage urip 4, Dewanya Wisnu dan Kliwon urip 8 dewanya Siwa. Caranya mencari: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta wara

(61)

yang ingin dicari lalu dibagi 5. Bila sisa 1 = Umanis, sisa 2 = Paing, sisa 3 = Pon, sisa 4 = Wage, sisa 5 = Kliwon.

f. Sad wara; Tungleh urip 7 dewanya Sang Hyang Indra, Aryang urip 6 dewanya Sang Hyang Baruna, Urukung urip 5 dewanya Sang Hyang Kwera, Paniron urip 8 dewanya Sang Hyang Bayu, Was urip 9 dewanya Sang Hyang Bajra dan Maulu urip 3 dewanya Sang Hyang Erawan. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + Wilangan Sapta wara yang akan dicari lalu dibagi 6, bila sisa 1= Tungleh, sisa 2 Aryang, sisa 3 Urukung, sisa 4 Paniron, sisa 5 Was dan sisa 6 Maulu.

g. Sapta wara; Redite urip 5 dewanya Sang Hyang Baskara, Soma urip 4 dewanya Sang Hyang Candra, Anggara urip 3 dewanya Sang Hyang Anggara, Buda urip 7 dewanya Sang Hyang Udaka, Wrehaspati urip 8 dewanya Sang Hyang Sukra Guru, Sukra urip 6 dewanya Sang Hyang Bregu, Saniscara urip 9 dewanya Sang Hyang Waru. Cara mencarinya: Wilangan wuku X 7 + wilangan Sapta wara yang ingin dicari lalu dibagi 7, bila sisa 0 Redite, sisa 1 Soma, sisa 2 Anggara, sisa 3 Buda, sisa 4 Wrehaspati, sisa 5 Sukra dan sisa 6 Saniscara.

h. Asta wara; Sri urip 6, Indra urip 5, Guru urip 8, Yama urip 9, Rudra urip 3, Brahma urip 7, Kala urip 1, Uma urip 4. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + wilangan Sapta wara yang akan dicari + 2 lalu dibagi 8, bila sisa 1 Sri, sisa 2 Indra, sisa 3 Guru, sisa 4 Yama, sisa 5 Rudra, sisa 6 Brahma, sisa 7 Kala, sisa 8 Uma.

i. Sanga wara; Dangu urip 5, Jangur urip 8, Gigis urip 9, Nohan urip 3, Ogan urip 7, Erangan urip 1, Urungan urip 4, Tulus urip 6 dan Dadi urip 8. Cara mencarinya: Wilangan Wuku X 7 + Wilangan Sapta wara yang akan dicari lalu dibagi 9, bila sisa 1

(62)

Dangu, sisa 2 Jangur, sisa 3 Gigis, sisa 4 Nohan, sisa 5 Ogan, sisa 6 Erangan, sisa 7 Urungan, sisa 8 Tulus dan sisa 9 Dadi.

j. Dasa Wara; Pandita urip 5, Pati urip 7, Suka urip 10, Duka urip 4, Shri urip 6, Manuh urip 2, Manusa urip 3, Raja urip 8, Dewa urip 9, Raksasa urip 7. Cara mencarinya: Urip Sapta wara + urip Panca Wara + Urip Eka wara dibagi 10, bila sisa 1 = Pandita, 2 = Pati, 3 = Suka, 4 = Duka, 5 = Shri, 6 = Manuh, 7= Manusa, 8 = Raja 9 = Dewa, 10 = Raksasa.

Wuku jumlahnya ada 30 dan berganti setiap tujuh hari yakni pada hari minggu. Perhitungan wuku dimulai dari Minggu atau Redite sampai Sabtu atau Saniscara.

Adapun ketigapuluh Wuku itu, adalah:

1 Sinta 16 Paang 2 Landep 17 Krulut 3 Ukir 18 Merakih 4 Kulantir 19 Tambir 5 Tolu 20 Medangkungan 6 Gumbreg 21 Matal 7 Wariga 22 Uye 8 Warigadean 23 Menail 9 Julungwangi 24 Prangbakat 10 Sungsang 25 Bala 11 Dunggulan 26 Ugu 12 Kuningan 27 Wayang 13 Langkir 28 Kelau 14 Medangsia 29 Dukut 15 Pujut 30 Watugunung

Berdasarkan atas Wuku maka dapat dirinci hari raya Hindu yang berdasarkan Pawukon, yakni:

No Nama

Wuku

Hari Lengkapnya

Nama Hari Raya Yang dipuja

(63)

1 Sinta Redite Paing Banyu Pinaruh

Soma Pon Soma Ribek Sang hyang Tri Murti Mertha Anggara Wage Sabuh Mas Hyang

Mahadewa sebagai raja Brana

Buda Kliwon Pagerwesi Bhatara

Paramesti Guru

2 Landep Sanicara

Kliwon

Tumpek Landep Sang Hyang Pasupati

3 Ukir Redite Umanis

Buda Wage

Memuja Bhatara Hyang Guru Buda Cemeng

Sukra Umanis Hari Bhatari Sri Memuja Bhatari Sri

4 Kulantir Anggara

Kliwon

Anggara Kasih Kulantir

5 Tolu Soma Umanis Memuja

Bhatara/

Bhatari di Merajan

6 Gumbreg Buda kliwon Buda Kliwon

Gumbreg 7 Wariga Saniscara Kliwon Tumpek Wariga/Tumpek Uduh/Tumpek Pengatag/Tumpek Pengarah Sang Hyang Sangkara (Dewa Siwa)

(64)

8 Wariga dean

Buda Kliwon Buda Cemeng Waregadean

Sukra Umanis Hari Bhatari Sri Memuja Bhatari Sri 9 Julung wangi Anggara Kliwon Anggra Kasih Julungwangi 10 Sung sang Wrehaspati Wage

Sugian Jawa Para Dewa dan Pitara

Sukra Kliwon Sugian Bali Untuk penyucian Bhuwana Alit Soma Pon Penyajaan

Galungan Anggara Wage Penampahan

Galungan

Buda Kliwon Galungan Ida Bhatara-Bhatari dan para Leluhur

Wrehaspati Umanis

Umanis Galungan

Saniscara Pon Pemaridan Guru

12 Kuni

ngan

Redite Wage Ulihan

Soma Kliwon Pamacekan Agung Sukra Wage Penampahan

Kuningan Saniscara

Kliwon

Kuningan/Tumpek Kuningan

13 Langkir Buda Kliwon Buda Cemeng

Langkir

(65)

14 Medang sia Anggara Kliwon Anggara Kasih Medangsia 15 Pujut - - -

16 Paang Buda Kliwon Buda kliwon Paang

17 Krulut Saniscara

Kliwon

Tumpek Krulut

18 Mera

kih

Buda Wage Buda Cemeng Merakih

Sukra Umanis Hari Bhatari Sri Memuja Bhatari Sri 19 Tambir Anggara Kliwon Anggara Kasih Tambir 20 Medang kungan

Anggara Paing Anggara Paing Medangkungan Memuja Hyang Widhi/ Bhatara Brahma di Mrajan Kawitan

21 Matal Buda Kliwon Buda Kliwon

Matal 22 Uye Saniscara

Kliwon

Tumpek Kandang

23 Menail Buda Wage Buda Cemeng

Menail

Sukra Umanis Hari Bhatari Sri

24 Prang bakat Anggara Kliwon Anggara Kasih Prangbakat 25 Bala - - -

26 Ugu Buda Kliwon Buda Kliwon Ugu 27 Wa

yang

Saniscara Kliwon

(66)

28 Klau Buda Wage Buda Cemeng Klau Memuja Bhetara Sri Sedana Sukra Umanis Hari Bhatari Sri Memuja Bhatari

Sri 29 Dukut Anggara Kliwon Anggara Kasih Dukut 30 Watu gunung

Redite Kliwon Kajeng Kliwon Pamelastali/Watug unung runtuh Anggara Paing Paid-paidan

Buda Pon Hari Urip

Watugunung Wrehaspati

Wage

Hari Patetegan

Sukra Kliwon Hari Pangeredanan Saniscara

Umanis

Saraswati Dewi Sraswati

Hari suci berdasarkan Wuku dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Hari suci Buda Kliwon; Buda Kliwon Sinta (Pagerwesi), Buda Kliwon Gumbreg, Buda Kliwon Dunggulan (Galungan) Galungan menurut jenisnya ada tiga yakni; Galungan Biasa, Galungan Nadi dan Galungan Naramangsa. Galungan Biasa adalah Hari raya Galungan yang tidak bertepatan dengan Tilem ataupun Purnama. Galungan nadi adalah Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Sedangkan Galungan Naramangsa adalah Galungan yang bertepatan dengan Hari Tilem. Buda Kliwon Paang (Pegat Uwakan), Buda Kliwon Matal dan Buda Kliwon Ugu. b. Tumpek juga ada enam, meliputi: Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek

(67)

c. Buda Wage juga ada enam, meliputi; Buda Wage Ukir, Buda Wage Warigadean, Buda Wage Langkir, Buda Wage Merakih, Buda Wage Menail dan Buda Wage Kelau.

d. Anggara Kasih juga ada enam, meliputi; Anggara Kasih Kulantir, Anggara Kasih Julungwangi, Anggara Kasih Medangsia, Anggara Kasih Tambir, Anggara Kasih Prangbakat dan Anggara Kasih Dukut

e. Sugian ada dua, yaitu; Sugian Jawa dan Sugian Bali.

3. Nama-nama Sasih

Sasih adalah nama-nama bulan yang terdapat pada tahun saka. Banyaknya sasih ada dua belas dan datangnya setiap satu tahun sekali. Nama-nama sasih, meliputi;

No Nama Sasih Nama Bulan Masehi Iklim/Ciri-cirinya

1 2 3 4

1 Sasih Kasa Juli Musim panas

2 Sasih Karo Agustus Musim dingin

3 Sasih Ketiga September Musim panas

4 Sasih Kapat Oktober Musim semi

5 Sasih Kelima November Memasuki musim penghujan

6 Sasih Kenem Desember Musim hujan, curah hujan lebat

7 Sasih Kepitu Januari Musim hujan, angin ribut

8 Sasih Kaulu Pebruari Musim hujan, angin ribut

9 Sasih Kesaga Maret Musim hujan lebat

10 Sasih Kedasa April Alam kering memasuki musim

panas

11 Sasih Jyesta Mei Musim panas

12 Sasih Asada Juni Musim panas

C Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Perhitungan Hari dan Bulan Baik c. 1 Hari suci yang berdasarkan Perhitungan Pawukon dan Wewaran

(68)

Datangnya setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali. Cara menentukannya yakni; perhitungan umur wuku 7 hari dikalikan jumlah wuku 30. Atau 7 X 30 = 210.

Adapun Hari Raya Hindu yang berdasarkan perhitungan Pawukon dan Wewaran, meliputi:

a. Hari Raya Pagerwesi, yang jatuh setiap Rabu Kliwon Sinta. Yang beryoga pada

hari Pagerwesi adalah Sang Hyang Paramesti Guru.

b. Hari Raya Galungan, yang jatuh setiap Rabu Kliwon Dunggulan sebagai

peringatan kemenangan Dharma atas Adharma.

c. Hari Raya Kuningan, yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Kuningan sebagai hari

persembahan kepada para leluhur dan Bhatara-bhetari

d. Hari Raya Saraswati, yang jatuh setiap Sanicara Umanis Watugunung, sebagai hari turunnya Ilmu Pengetahuan yang dilambangkjan dengan Dewi Saraswati, dll

c.2 Hari suci yang berdasarkan Perhitungan Bulan atau Sasih

Hari suci yang berdasarkan perhitungan bulan baik datangnya setiap satu tahun sekali. Perhitungan yang berdasarkan bulan baik namanya berdasarkan sasih.

Hari suci berdasarkan Sasih dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Hari suci berdasarkan sasih yang datangnya setiap bulan atau setiap 30 hari sekali, meliputi: Purnama yang dipuja pada saat purnama adalah Sang Hyang Ratih, Tilem yang dipuja pada saat Tilem adalah sang Hyang Surya.

b. Hari Suci berdasarkan sasih yang datangnya setiap 1 tahun sekali, meliputi: Hari Raya Siwaratri yang datangnya setiap purwanining (sehari sebelum Tilem )

(69)

Tilem Kepitu. Siwaratri adalah hari beryoganya Sang Hyang Siwa sebagai hari peleburan Dosa sebagaimana dilaksanakan oleh Lubdaka. Dan Hari Raya Nyepi yang jatuh setiap pinanggal ( sehari setelah Tilem) apisan sasih Kedasa sebagai hari pergantian tahun baru Saka.

D. Kegiatan Hari Suci Keagamaan Berdasarkan Pawukon dan Sasih Kegiatan yang dilaksanakan pada Hari Suci Keagamaan, seperti: d.1 Pada Hari Raya Pagerwesi.

Pada Hari Pagerwesi adalah hari payogan Ida Hyang Paramesti Guru atau sebutan dari Dewa Siwa sebagai Gurunya Alam Semesta. Pada hari ini biasanya Umat Hindu melakukan persembahyangan dengan menghaturkan sesajen di Pura Keluarga atau Sanggah/Merajan masing-masing.

d.2 Pada Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan adalah perayaan Kemenangan Darma atas Adharma. Hal ini didasari oleh Mitologi pertempuran para Dewa ( Dewa Indra) dengan Mayadanawa yang dimenangkan oleh para Dewa, sehingga diperingati sebagai Hari Raya Galungan. Di India perayaan Galungan disebut dengan Sraddha Wijaya Dasami. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan menjelang dan pada puncak Hari Raya Galungan seperti:

Pada hari Soma Pon Dunggulan para ibu biaanya membuat jajan karena pada hari ini disebut Rahina Penyajaan yang mengandung makna bahwa saja (sungguh-sungguh) akan melaksanakan Galungan.

Pada hari Anggara Wage Dunggulan umat Hindu dari pagi hari ditandai dengan memotong babi atau nampah kucit yang dilakukan dengan cara patungan, setelah itu dilanjutkan

(70)

dengan nyate yaitu membuat sate untuk keperluan bebanten Galungan. Siang hari pada hari penampahan dilanjutkan melaksanakan tradisi yaitu Ngejot Banten Kumara kepada para kerabat yang memiliki bayi. Sedangkan di sore harinya bagi yang laki-laki biasanya membuat dan membangun Penjor. Bagi para ibu dari siang sampai sore hari metanding banten untuk perayaan Galungan esok harinya.

Puncak Hari Raya Galungan dari pagi sekali para ibu, bapak, dan anak mulai berkemas untuk melakukan persiapan ngaturang banten yang dimulai dari Sanggah yang ada di rumah masing-masing dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan, barulah melanjutkan persembahyangan ke pura-pura seperti: pura Paibon, Maksan, Pura Puseh, Pura Melanting, Pura Kahyangan Tiga, ke kebun, ke sawah, termasuk maturan ke rumah kakek/nenek.

Pada hari Kemis Umanis Dunggulan disebut Umanis Galungan, pada hari ini, di pagi harinya dimulai dengan maturan di sanggah yang ada di rumah masing-masing dilanjutkan dengan Dharmasanti yaitu berkunjung ke rumah kerabat untuk memohon maaf, namun yang paling umum dilakukan oleh umat kita adalah berlibur atau melancaran ke tempat-tempat wisata, seperti; pantai Jasi, ke taman Ujung, ke Tirtha Gangga, ke Pemukuran dan tempat-tempat lain.

d.3 Kegiatan pada hari menjelang dan Puncak Kuningan

Sehari menjelang Kuningan seperti pada penampahan Galungan, pada hari ini umat Hindu melaksaankan Penampahan Kuningan dengan memotong babi untuk bebanten esok hari di hari Kuningan. Pada Penampahan Kuningan tidak lagi membuat Penjor. Para ibu dari pagi hingga siang hari sangat sibuk metanding bebanten. Banyak tambahan sesaji untuk Hari Kuningan. Tambahannya seperti; Tamyang, Klukuh (endongan), Nasi Kuning mawadah Tebog, eteh-eteh sanggah ,dll. Sesaji-sesaji tadi melambangkan peralatan Perang.

(71)

Pada hari Raya Kuningan, pada pagi-pagi sekali bahkan sebelum Matahari terbit para ibu sudah sibuk maturan. Pada hari Kuningan diyakini maturan sebelum jam 12 siang.

d.4 Kegiatan pada hari suci Saraswati

Hari suci Saraswati jatuh setiap Sanicara Umanis Wuku Watugunung. Mitologi tentang Saraswati berawal dari kisah Raja Watugunung yang beristrikan Dewi Sinta dan Dewi landep.

Kegiatan yang dilakukan menyambut Saraswati dimulai dari hari Jumat Kliwon Watugunung, yang mana di setiap sekolah mulai menghias Padmasana dan membuat Penjor.

Pada puncak Saraswati pada pagi harinya diawali dengan maturan ke sekolah masing-masing. Sedangkan di rumah biasanya semua buku, lontar dan berbagai jenis kepustakaan dikumpulkan untuk diberikan sesajen (mebantenin).

Pada sore sampai malam bahkan sampai pagi dilanjutkan dengan mesambang semadi yaitu begadang semalam suntuk membaca buku-buku suci seperti; kekawin, parwa, weda dll sampai menjelang pagi dengan dilanjutkan dengan melaksanakan Banyu Pinaruh yaitu mandi ke tempat-tempat mata air. Untuk wilayah Bebandem, Sibetan dan sekitarnya mandi pertama kali diawali dari mandi di Pancuran Telaga Tista dilanjutkan ke tempat-tempat mata air lainnya.

d.5 Kegiatan pada hari Siwaratri/Siwalatri

Siwaratri/Siwalatri datangnya setiap 1 tahun sekali yakni pada purwaning Tilem Sasih Kepitu.

Pelaksanaannya diawali pada pagi hari umat Hindu melaksanakan pembrsihan diri secara lahiriah. Ada yang mencari carang Bila untuk kelengkapan Upakara Siwaratri. Pada sore harinya diawali dengan bersembahyang ditempat melaksanakan Siwaratri setelah itu diisi dengan pembacaan cerita I Lubdaka dengan menggunakan Sekar Alit ataupun Sekar Agung. Tepat

(72)

dimalam hari dilaksanakan persembahyangan dan pagi hari pada waktu matahari baru terbit juga melaksanakan persembahyangan. Pada perayaan Siwaratri begadang dari pagi sampai sore esok harinya. Selain begadang juga dilaksanakan Upawasa atau berpusa tidak makan dan minum serta bagi yang mampu melaksanakan Mona Brata yaitu tidak berbicara. Tidak tidur atau begadang dinamakan Jagra.

d. 6 Kegiatan menjelang, puncak dan setelah Nyepi

Menjelang hari raya Nyepi, yakni sehari sebelum Nyepi dilaksankan Pengrupukan ditandai dengan dilaksanakannya Pecaruan mulai dari Tingkat Propinsi, Kabupaten Kecamatan, Desa, Banjar sampai di Rumah masing-masing. Sore harinya dilaksanakan pawai Ogoh-ogoh yang diiringi berbagai bunyi-bunyian. Khusus di Desa Selumbung pada Pengrupukan warga desa di sana mulai siang hari sampai menjelang pagi menyuarakan kulkul si setiap tempat yang ada kulkulnya.

Pada Puncak Hari raya Nyepi, umat hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu:

A, Amati Karya yaitu tidak melaksankan kerja, B. Amati Geni yaitu tidak menghidupkan api,

C. Amati Lelungan artinya tidak bepergian atau tidak keluar dari pekarangan rumah, D. Amati Lelanguan artinya tidak menikmati kesenangan atau tidak bersenang-senang

atau berfoya-foya.

Sehari setelah Nyepi disebut Ngembak geni ditandai dengan adanya suara Kulkul sebagai tanda bahwa Nyepi telah usai. Pada hari ini biasanya umat Hindu saling mengunjungi

(73)

kerabat untuk melaksankan Dharmasanti yaitu saling memaafkan dan mengucapkan selamat Tahun Baru Saka.

LATIHAN-LATIHAN PELAJARAN IV

I. Jawablah dengan singkat pertanyaan berikut ini! 1. Hari suci di Bali sering disebut….

2. Redite, soma, anggara, buda, wrespati, sukra, saniscara disebut…. 3. Dungulan uku yang ke….

4. Hari raya Galungan jatuh pada hari…. 5. Uku jumlahnya sebanyak….

Kunci Jawaban 1. Rahina 2. Sapta wara 3. 11

4. Rabu keliwon wuku dungulan 5. 30

II. Jawablah dengan singkat

1. Hari raya Nyepi jatuh pada sasih…. 2. Hari Raya Siwa Latri jatuh pada sasih…. 3. Bulan Januari jatuh pada sasih….

4. Hari raya Galungan jatuh pada wuku…. 5. Saraswati jatuh pada….

(74)

Kunci Jawaban 1. Sasih kesanga 2. Sasih kepitu 3. Kapitu 4. Dungulan 5. Watugunung

III. Jawablah dengan singkat

1. Pada sasih apa jatuhnya hari raya nyepi? 2. Tulislah rangkaian hari raya Nyepi? 3. Sebutkanlah Catur Brata penyepian?

4. Pada setiap sasih apa datangnya hari Raya Siwalatri? 5. Cerita apa yang ada hubungannya dengan Siwalatri?

Kunci Jawaban

1. Sasih kesanga

2. Makiis, pecaruan, sipeng, ngembah api

3. Amati geni, amati karya, amati lelungaan, amati lelanguan 4. Tileming sasih kepitu

5. Ceritra Lubdaka

IV. Jawablah dengan singkat

1. Hari raya Nyepi jatuh pada sasih…. 2. Hari Raya Siwa Latri jatuh pada sasih…. 3. Bulan Januari bertepatan dengan sasih…. 4. Hari raya Galungan jatuh pada wuku…. 5. Saraswati jatuh pada….

Referensi

Dokumen terkait