• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 272/PERPUS/UG/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE SURAT KETERANGAN. Nomor: 272/PERPUS/UG/2021"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Nomor Pengunggahan

SURAT KETERANGAN

Nomor: 272/PERPUS/UG/2021

Surat ini menerangkan bahwa:

Nama Penulis : Mulatsih Nomor Penulis : 110970

Email Penulis : mulatsih@staff.gunadarma.ac.id

Alamat Penulis : Perumahan Graha Prima Baru Blok S1 No.1D Mangunjaya Tambun

Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma, dengan rincian sebagai berikut :

Nomor Induk : FEUG/EB/PENELITIAN/272/2021

Judul Penelitian : ANALISIS PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT INDOFARMA (PERSERO) TBK PERIODE 2017 – 2019 Tanggal Penyerahan : 26 / 02 / 2021

Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

(2)

ANALISIS PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA

PT INDOFARMA (PERSERO) TBK PERIODE 2017 – 2019

Mulatsih

mulatsih@staff.gunadarma.ac.id Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Jalan Margondaraya No. 100 Depok ABSTRACT

The purpose of this scientific research is to determine the prediction of potential bankruptcy in companies using the Altman Z-Score method. The object in this research is PT Indofarma (Persero) Tbk in 2017 - 2019. This research uses secondary data sources with data collection used is literature study and documentation study. The results of this study can be concluded that the potential for bankruptcy of PT Indofarma (Persero) Tbk for the period 2017-2019 indicates a safe or safe zone, which means that the company is in a healthy financial condition and has no financial problems.

Keywords: predictive analysis of potential bankruptcies, Altman Z-Score, PT Indofarma (Persero) Tbk

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ilmiah ini adalah untuk mengatahui prediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Objek dalam penelitian ini adalah PT Indofarma (Persero) Tbk pada tahun 2017 – 2019. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dengan pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi kebangkrutan PT Indofarma (Persero) Tbk periode 2017 - 2019 menunjukkan kondisi aman atau safe zone yang artinya perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan.

Keywords: Analisis Prediksi Potensi Kebangkrutan, Altman Z-Score, PT Indofarma (Persero) Tbk

Pendahuluan

Suatu perusahaan didirikan dengan harapan dapat menghasilkan keutungan sehingga dapat bertahan dan berkembang dalam jangka waktu yang lama. Artinya dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan terus bertahan dan diperkirakan tidak akan dilikuidasi (Octarie, 2015). Karena globalisasi dan kemajuan teknologi, persaingan bisnis antar perusahaan di dalam dan diluar negri menjadi lebih tinggi, lebih cepat dan lebih intens. Oleh karena itu, manajer dituntut untuk memiliki

(3)

kemampuan manajemen perusahaan yang lebih baik agar perusahaan dapat bertindak cepat dalam mengantisipasi perubahan yang ada.

Tantangan bagi perusahaan yang masuk dalam industri farmasi pada akhir-akhir ini semakin terbuka dan meningkat. Pabrik obat ditanah air pun sudah cukup banyak. Ditahun 2012 persaingan bisnis pun semakin ketat dalam industri farmasi, dimana diversifikasi produk yang semakin banyak dihasilkan oleh perusahaan farmasi besar. Perusahaan farmasi memiliki persaingan yang kuat akibat dari semakin banyaknya penawaran dan permintaan obat dimasyarakat.

Pertumbuhan bisnis pada sejumlah industri farmasi di Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Dalam waktu 3 tahun belakangan ini pertumbuhan industri farmasi di Indonesia tidak mencapai 5%. Hal ini dikarenakan penjualan yang mengalami penurunan. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) telah memasang harga yang cukup rendah untuk obat-obatan yang dicantumkan dalam katalog. Gabungan perusahaan farmasi (GP Farmasi) di Indonesia menilai bahwa terdapat kesalahpahaman mengenai obat. Selama ini obat hanya dianggap sebagai bagian dari salah satu kebijakan. Padahal, obat juga merupakan produk yang membutuhkan biaya produksi seperti pengadaan bahan baku. Dan sering kali dalam proses pengemasan juga tidak diperhitungkan oleh LKPP. (Vincent, 2018)

Rudianto (2013) kebangkrutan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan.

Analisis kebangkrutan sangat penting dilakukan oleh perusahan terbuka (go public) dengan pertimbangan agar perusahaan mengetahui kondisi keuangan, berpotensi bangkrut atau tidak. Masalah kebangkrutan pada suatu perusahaan termasuk perusahaan farmasi merupakan salah satu resiko yang tidak dapat dihindarkan, namun risiko ini dapat diprediksi dan dicegah. Untuk mengetahui kondisi keuangan, perusahaan memerlukan suatu metode analisis kebangkrutan laporan keuangan. Ada beberapa metode analisis kebangkrutan yakni model Altman Z-Score,

Springate, dan Zmijewski. Salah satu metode analisis kebangkrutan yang penulis gunakan ialah

metode Altman Z-Score. Berikut merupakan grafik laba sebelum pajak PT Indofarma (Persero) Tbk tahun 2017 hingga tahun 2019.

Metode ini telah mengkombinasikan berbagai macam rasio yang diperlukan untuk menilai likuidasi, profitabilitas, solvabilitas, dan aktivitas. Perusahaan dengan profitabilitas serta

(4)

solvabilitas yang sangat rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1983, Altman melakukan modifikasi model agar model ini dapat diterapkan tidak hanya untuk perusahaan manufaktur saja, melainkan juga dapat diterapkan pada perusahaan non manufaktur atau perusahaan di sektor swasta. Kelebihan dari model ini dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan go public, pribadi atau perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Selain itu rasio Altman Z-Score memiliki selang kepercayaan sebesar 95% dalam menganalisis kebangkrutan suatu perusahaan.

Gambar 1

Grafik Laba Sebelum Pajak PT Indofarma (Persero) Tbk Sumber : www.idx.co.id dan www.indofarma.id (2019)

Maka dalam penulisan ilmiah ini penulis ingin menganalisis prediksi potensi kebangkrutan pada suatu laporan keuangan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri farmasi yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk karena Pertumbuhan bisnis pada sejumlah industri farmasi di Indonesia saat ini mengalami perlambatan. Dalam waktu 3 tahun belakangan ini pertumbuhan industri farmasi di Indonesia tidak mencapai 5%. Hal ini dikarenakan penjualan yang mengalami penurunan dan dari gambar 1.1 dapat diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir PT Indofarma (Persero) Tbk. Mengalami penurunan laba sebelum pajak. Pada tahun 2019 berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp9.745.969.307 miliar, meningkat 138,52 % sebesar Rp 35.044184.773 miliar dibandingkan dengan catatan tahun 2018. Sementara tahun 2018 laba sebelum pajak mengalami penurunan defisit sebesar 55,47% menjadi Rp 25.298.215.466 miliar

2017 2018 2019 GRAFIK LABA SEBELUM PAJAK -56.816.969.124 -25.298.215.466 9.745.969.307 -56.816.969.124 -25.298.215.466 9.745.969.307 -70.000.000.000 -60.000.000.000 -50.000.000.000 -40.000.000.000 -30.000.000.000 -20.000.000.000 -10.000.000.000 0 10.000.000.000 20.000.000.000

GRAFIK LABA SEBELUM PAJAK PT. INDOFARMA (PERSERO) TBK

(5)

dari laba sebelum pajak yang tercatat ditahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 58,816 miliar. Berdasarkan penelitian sebelumnya, para penelitian melakukan penelitian dengan kondisi yang bisa menimbulkan potensi kebangkrutan.

Atika Harish Nurfitriani (2016) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplemtasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi di Bursa efek Indonesia. Model Z-Score Altman dan analisis diskriminan mempunyai hasil tidak sama dalam memprediksi kebangkrutan pada delapan perusahaan farmasi karena terdapat miss classification sebanyak satu perusahaan. Hasil Z-Score dari analisis terdapat 2 perusahaan yang termasuk dalam indikasi rawan bangkrut dari tahun 2012 sampai 2013, yaitu Indofarma Tbk, dan Pyridam Farma Tbk dan 3 perusahaan yang termasuk dalam kondisi rawan bangkrut pada tahun 2014 yaitu IndofarmaTbk, Pyridam Farma Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

LANDASAN TEORI Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data efektivitas perusahaan tersebut.

Pura (2013) laporan keuangan merupakan media komunikasi dan pertanggungjawaban anatara perusahaan dan pemiliknya atau pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan tersebut. Laporan keuangan berperan sangat penting dalam suatu perusahaan, karena laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi suatu perusahaan sehingga pihak-pihak berkepentingan terhadap informasi itu akan mengambil keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

Kasmir (2013) dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan Periode tertentu (untuk laporan laba rugi).

(6)

Analisis Laporan Keuanagan

Analisis laporan keuangan merupakan salah satu bentuk usaha penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yang tercermin pada laporan keuangan dan laporan tersebut kemudian diteliti dan dievaluasi sehingga akan diperoleh suatu informasi mengenai kondisi dan kinerja financial perusahaan baik pada masa lalu, masa sekarang, maupun kemungkinan pada masa yang akan datang.

Harahap (2011) analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitaf maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Kasmir (2013) analisis laporan keuangan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya.

Kebangkrutan

Secara umum kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya. Suatu perusahaan dianggap mengalami kebangkrutan atau kegagalan keuangan ketika tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari total biaya yang harus dikeluarkan dalam jangka panjang. Kesulitan keuangan yang terus-menerus dihadapi perusahaan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatannya akan mengancam kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang.

Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Pada prinsipnya, penyebab kegagalan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu : A. Faktor internal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugain terus-menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban. Ketidak efisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

(7)

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutanghutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupin membrikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.

B. Faktor Eksternal.

Faktor eksternal adalah faktor yang dapat berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:

1. Perubahan dalam keuangan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan bahan baku pada satu pemasok sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

Metode Altman Z-Score

Analisis Z-Score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Itu berarti, dengan metode Z-Score dapat diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan.

Analisis Z-Score pertama kali ditemukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968 sebagai hasil dari penelitiannya. Setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, ditemukan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Altman melakukan bebrapa penelitian dengan objek perusahaan yang berbeda kondisinya. Karena itu, Altman menghasilkan beberapa rumus yang berbeda. Model ini menekankan pada profitabilitas sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan. Rudianto (2013).

(8)

Rumus Z-Score pertama dihasilkan Altman pada tahun 1968. Rumus ini dihasilkan dari penelitian atas berbagai perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang menjual sahamnya di bursa efek. Karena itu rumus tersebut lebih cocok digunakan untuk memprediksi keberlangsungan usaha perusahaan manufaktur yang go public.

Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali berbagai negara. Penelitian ini menggunakan berbagai perusahaan manufaktur yang tidak go public. Karena itu, rumus dari hasil penelitian tersebut lebih tepat digunakan untuk perusahaan manufaktur yang tidak menjual sahamnya di bursa efek. Rumus Z-Score yang kedua untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang tidak go public.

Perhitungan Analisis Z-Score

1. Versi Z-Score untuk perusahaan manufaktur yang telah go public (Public

Manufacturing)

Versi ini merupakan versi yang pertama kali dikembangkan oleh Altman. Fungsi Diskriminan Z (Zeta) yang diturunkan Altman adalah :

Z = 1,2X

1

+ 1,4X

2

+ 3,3X

3

+ 0,6X

4

+ 1,0X

5

Keterangan:

Z : Overall Index (Indeks Keseluruhan)

X1 : Working capital to Total Asset (Modal Kerja / Total Aset)

X2 : Retained Earnings to Total Asset (Laba yang Ditahan / Total Aset)

X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (Laba Sebelum Bunga

dan Pajak/Total Aset)

X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Debt (Nilai Pasar Modal

Sendiri/Nilai Buku Hutang)

X5 : Sales to Total Asset (Penjualan / Total Aset)

(9)

Tabel 1

Titik Cut-Off yang dilaporkan Altman

Untuk perusahaan manufaktur yang telah go public

Nilai Cut-Off Keterangan

Z > 2,99

(Zona aman) Menunjukan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

1,81 < Z < 2,99

(zona abu abu / grey area) Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan cara yang tepat.

Z < 1,81

(zona berbahaya) Menunjukan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius. (mengalami kesuliatan keuangan dan resiko yang tinggi) Hal ini perlu ditindaklanjuti oleh manajemen perusahaan agar tidak terjadinya kebangkrutan.

Sumber: Akutansi Manajemen (Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategis) ; 2013

METODE PENELITIAN Objek Penelitian

PT Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada di bawah Departemen Kesehatan yang bergerak dibidang industri farmasi. Berlokasi di Gandasari Jl. Indofarma No.1, Kec. Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat 17530.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berbentuk angka-angka atau bilangan berupa laporan keuangan. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk yaitu laporan laba rugi dan neraca pada periode tahun 2107-2019. yang diperoleh dari situs web resmi PT Indofarma (Persero) Tbk www.indofarma.id dan situs www.idx.co.id.

(10)

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan oleh penulisan dalam penelitian ini adalah 1. Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif karena penulis menggunakan tabel dan grafik untuk memperjelas dalam penyampaian pembahasan pada penelitian ilmiah ini agar tidak keluar dari maksud yang disajikan oleh penulis.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan penulis adalah analisis kuantitatif berupa rumus analisis Altman

Z-Score pada perusahaan manufaktur yang telah go-public dengan menggunakan bantuan

software microsoft excel untuk menghasilkan rasio yang baik dan akurat. Dengan formula :

Z = 1,2X

1

+ 1,4X

2

+ 3,3X

3

+ 0,6X

4

+ 1,0X

5

Keterangan:

Z : Overall Index (Indeks Keseluruhan)

X1 : Working capital to Total Asset (Modal Kerja / Total Aset)

X2 : Retained Earnings to Total Asset (Laba yang Ditahan / Total Aset)

X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (Laba Sebelum Bunga

dan Pajak/Total Aset)

X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Debt (Nilai Pasar Modal

Sendiri/Nilai Buku Hutang)

X5 : Sales to Total Asset (Penjualan / Total Aset)

PEMBAHASAN Perhitungan dan Analisis Rasio Lima Variabel

Sebelum memulai menghitung menggunakan Z-Score PT Indofarma (Persero) Tbk, terlebih dahulu menghitungan lima rasio yang telah dijelaskan sebelumnya yang terdiri dari

Working capital to Total Asset (X1), (Retained Earnings to Total Asset (X2), Earning Before

Interest and Taxes to Total Asset (X3), Market Value of Equity to Book Value of Total Debt (X4),

(11)

Untuk melakukan perhitungan ini, data yang dibutuhkan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan masing-masing perusahaan. Laporan itu berupa laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan. Sedangkan dari laporan tahunan yang dibutuhkan berupa ikhtisar keuangan untuk mengetahui laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dan dibutuhkan data tambahan berupa harga saham per lembar saham dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019.

1. Working Capital to Total Assets Ratio (Modal Kerja terhadap Total Aktiva)

Rasio X1 (Working Capital to Total Assets Ratio) digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan untuk mengukur tingkat likuiditas aktiva perusahaan. Selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar merupakan modal kerja. Sebuah modal kerja yang bernilai positif menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya sedangkan apabila sebuah perusahaan memiliki modal yang bernilai negatif maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.

Tabel 2

Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1)

PT Indofarma (Persero) Tbk Periode 2017 – 2019 (dalam satuan Rupiah)

Tahun Modal Kerja Total Aktiva

Peruba-han Total Aktiva (%) Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1) Perubahan Rasio Modal Kerja (%) 2017 37.693.194.693 1.529.874.782.290 - 0,025 - 2018 40.255.274.568 1.442.350.608.575 -5,72% 0,028 13,28% 2019 388.276.594.921 1.383.935.194.386 -4,05% 0,281 905,25% Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut di atas maka, penulis merangkum sebagai berikut :

X

1

=

Modal Kerja

Total Aset

(12)

1. Tahun 2017, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan nilai positif, yaitu 0,025. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 aktiva perusahaan dapat dijamin oleh modal kerja adalah 0,025.

2. Tahun 2018, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukan nilai positif, yaitu 0,028. Rasio ini mengalami kenaikan 0,003 atau sebesar 13,28% bila dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini disebabkan adanya kenaikan modal kerja sebesar Rp2.562.079.875 atau 6,80% dan penurunan total aktiva sebesar Rp87.524.173.715 atau sebesar 5,72%. Kenaikan modal kerja sendiri dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar Rp63.489.114.786 atau setara 6,82% dan hutang lancar sebesar Rp66.051.194.661 atau setara 7,39% dari tahun 2017. 3. Tahun 2019, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan nilai positif, yaitu 0,281.

Rasio ini mengalami kenaikan 0,253 atau sebesar 905,25% bila dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini sebabkan adanya kenaikan modal kerja sebesar Rp348.021.320.353 atau sebesar 864,54% dan penurunan total aktiva Rp58.415.414.189 atau sebesar 4,05%. Kenaikan modal kerja dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar Rp38.389.504.992 atau sebesar 4,43% serta penurunan hutang lancar sebesar Rp386.410.825.345 atau sebesar 46,71% dari tahun 2018.

2. Retained Earning In Total Assets Ratio (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)

Rasio X2 ini digunakan dalam menentukan hasil dari nilai Z karena menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Semakin besar laba ditahan maka akan berpengaruh terhadap posisi modal sendiri yang semakin besar. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak laba perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham dengan tujuan untuk melakukan reinvestasi dalam bisnis perusahaan dan dilaporkan pada ekuitas pemilik dalam neraca keuangan.

X

2

=

Laba Ditahan

Total Aset

(13)

Tabel 3

Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X2)

PT Indofarma (Persero) Tbk Periode 2017 – 2019 (dalam satuan Rupiah)

Tahun Laba Ditahan /

Saldo Laba Total Aktiva

Peruba-han Total aktiva (%) Rasio Laba yang Ditahan Terhadap Total Aktiva (X2) Perubahan Rasio Laba yang Ditahan Terhadap Total Aktiva (%) 2017 (53.253.660.491) 1.529.874.782.290 - -0,035 - 2018 (85.989.561.919) 1.442.350.608.575 -5,72% -0,060 71,27% 2019 (78.028.599.195) 1.383.935.194.386 -4,05% -0,056 -5,43% Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebu di atas maka, penulis merangkum sebagai berikut:

1. Tahun 2017, hasil saldo laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan rasio dengan nilai negatif yaitu 0,035:1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 aktiva perusahaan yang dikeluarkan dapat dijamin oleh saldo laba ditahan. Hal ini disebabkan karena laba ditahan pada tahun ini menunjukkan nilai yang negatif sebesar Rp53.253.660.491 dengan total aktiva sebesar Rp1.529.874.782.290.

2. Tahun 2018, hasil saldo laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan rasio dengan nilai negatif yaitu 0,060:1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp1.00 aktiva perusahaan yang dikeluarkan dapat dijamin oleh saldo laba ditahan rasio ini mengalami kenaikan defisit sebesar 0,025 atau 71,27% dari tahun 2017. Hal ini disebabkan karena saldo laba ditahan memperoleh nilai negatif sebesar Rp85.989.561.919 mengalami kenaikan defisit sebesar 61,47% dan total aktiva yang tercatat sebesar Rp1.442.350.608.575 turun 5,27%. Hal ini menunjukkan kenaikan defisit saldo laba ditahan yaitu sebesar Rp32.735.901.408 atau setara 61,47% dibandingkan penurunan total aktiva sebesar Rp87.524.173.715 atau sebesar 5,72%. Kenaikan defisit saldo laba ditahan disebabkan karena adanya kenaikan defisit laba yang belum ditentukan sebesar Rp32.735.901.408 atau setara 60,04% dari tahun 2017.

3. Tahun 2019, hasil saldo laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan rasio dengan nilai negatif yaitu 0,056:1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp1.00 aktiva perusahaan yang dikeluarkan dapat dijamin oleh saldo laba ditahan rasio ini mengalami penurunan defisit

(14)

sebesar 0,004 atau 5,43% dari tahun 2018. Hal ini disebabkan karena saldo laba ditahan memperoleh nilai negatif sebesar Rp78.028.599.195 mengalami kenaikan defisit sebesar 5,43% dan total aktiva yang tercatat sebesar Rp1.383.935.194.386 turun 4,05%. Hal ini menunjukkan kenaikan defisit saldo laba ditahan yaitu sebesar Rp7.960.962.724 atau setara 9,26% dibandingkan penurunan total aktiva sebesar Rp58.415.414.189 atau sebesar 4,05%. Penurunan saldo laba ditahan disebabkan karena adanya penurunan laba yang belum ditentukan sebesar Rp7.960.962.724 atau setara 9,12% dari tahun 2018.

3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (Rasio EBIT terhadap Total Aktiva)

Rasio X3 ini digunakan dalam menentukan hasil dari nilai Z karena menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Laba sebelum bunga & pajak disebut juga dengan laba operasi yang merupakan indikator profitabilitas perusahaan.

Tabel 4

Rasio EBIT Terhadap Total Aktiva (X3)

PT Indofarma (Persero) Tbk Periode 2017 – 2019 (dalam satuan Rupiah)

Tahun Laba Sebelum Beban Pajak dan Bunga (EBIT) Total Aktiva Peruba-han Total Aktiva Rasio Laba Sebelum Beban Pajak dan Bunga Total Aktiva (X3) Perubahan Rasio Laba Sebelum Beban Pajak dan Bunga Total Aktiva (%) 2017 (4.284.782.591) 1.529.874.782.290 - -0,003 - 2018 (76.538.741.632) 1.442.350.608.575 -5,72% -0,053 1794,69% 2019 (30.842.805.341) 1.383.935.194.386 -4,05% -0,022 -58,00% Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut diatas maka, penulis merangkum sebagai berikut :

X

3

=

EBIT

Total Aset

(15)

1. Pada tahun 2017, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio negatif dengan nilai 0,003:1. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak adalah sebesar Rp0,053 yang dapat dihasilkan dari setiap Rp1,00 aktiva perusahaan. Hal ini disebabkan karena EBIT bernilai negatif tercatat sebesar Rp4.284.782.591 dan total aktiva Rp1.529.874.782.290. 2. Tahun 2018, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio negatif dengan nilai 0,053:1. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak adalah sebesar Rp0,053 yang dapat dihasilkan dari setiap Rp1.00 aktiva perusahaan. Rasio ini mengalami kenaikan defisit 0,050 atau 1794,69% dari tahun 2017. Hal ini disebabkan karena nilai EBIT bernilai negatif sebesar Rp76.538.741.632 mengalami kenaikan defisit sebesar Rp72.253.959.041 atau 1686,29% dan total aktiva Rp1.442.350.608.575 mengalami penurunan sebesar Rp87.524.173.715 atau 5,72%. Hal ini menujukkan kenaikan defisit EBIT disebabkan karena penurunan laba sebelum beban pajak sebesar Rp31.518.753.658 atau setara 55,47% dibarengi dengan kenaikan defisit beban keuangan sebesar Rp1.291.660.367 atau setara 2,46% dari tahun 2017.

3. Pada tahun 2019, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio dengan nilai negatif yaitu 0,022:1. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak adalah sebesar sebesar Rp0,022 yang dapat dihasilkan dari setiap Rp1.00 aktiva perusahaan. Rasio ini mengalami penurunan defisit 0,031 atau 58,00% dari tahun 2018. Hal ini disebabkan karena nilai EBIT bernilai negatif sebesar Rp30.842.805.341 mengalami penurunan defisit sebesar Rp45.695.936.291 atau 59,70% dan total aktiva Rp1.383.935.194.386 mengalami penurunan sebesar Rp58.415.414.189 atau 4,05%. Hal ini menunjukkan penurunan EBIT disebabkan karena kenaikan laba sebelum beban pajak sebesar Rp35.044.184.773 atau setara 138,52% dibarengi dengan penurunan beban keuangan sebesar Rp10.651.751.518 atau setara 20,79% dari tahun 2018.

4. Market Value of Equity to Book Value Of Liabilities Ratio (Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang)

Rasio X4 ini digunakan dalam menentukan hasil dari nilai Z karena menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai pasar modal sendiri

X

4

=

Nilai Pasar Saham

Biasa

Total Hutang

(16)

(saham biasa). Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. X4 yang bernilai positif

atau semakin besar menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dengan nilai pasar yang tinggi.

Tabel 5

Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri Terhadap Nilai Buku Total Hutang (X4)

PT Indofarma (Persero) Tbk Periode 2017- 2019 (dalam satuan Rupiah)

Tahun Nilai Pasar Modal

Sendiri Total Hutang

Perubahan Total Hutang (%) Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri Terhadap Nilai Buku Total Utang (X4) Perubahan Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri Terhadap Nilai Buku Total Utang (%) 2017 18.285.678.250.000 1.003.464.884.586 - 18,223 - 2018 20.145.238.750.000 945.703.748.717 -5,76% 21,302 16,90% 2019 2.696.362.725.000 878.999.867.350 -7,05% 3,068 -85,60% Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.9 tersebut diats maka, peulis merangkum sebagai berikut:

1. Pada tahun 2017, rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku total kewajiban menunjukkan rasio dengan nilai 18,223:1. Hal ini menunjukkan Rp1.00 dari total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp18,223. Hal ini disebabkan karena nilai pasar modal sendiri tercatat sebesar Rp18.285.678.250.000 dan nilai buku hutang atau total kewajiban tercatat sebesar Rp1.003.464.884.586.

2. Tahun 2018, rasio nilai pasar modal sendiri terhadap total kewajiban menunjukkan rasio sebesar 21,302:1. Hal ini menunjukkan setiap Rp1.00 dari total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp21,302. Rasio ini mengalami kenaikan sebesar Rp3.079 atau 16,90% bila dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini dikarenakan adanya perubahan nilai pasar modal sendiri yang mengalami kenaikan sebesar Rp1.859.560.500.000 atau sebesar 10,17% begitu juga dengan harga saham naik sebesar Rp600 atau 10,17%. Sedangkan nilai

(17)

buku hutang atau total kewajiban tercatat sebesar Rp945.703.748.717 mengalami penurunan sebesar Rp57.761.135.869 atau 5,76%. Penurunan nilai buku total hutang dikarenakan adanya penurunan total hutang jangka pendek sebesar Rp66.051.194.661 atau setara 7,39% dan kenaikan total hutang jangka panjang sebesar Rp8.290.058.792 atau setara 7,52% dari tahun 2017.

3. Tahun 2019, rasio nilai pasar modal sendiri terhadap total kewajiban menunjukkan rasio sebesar 3,068:1. Hal ini menunjukkan setiap Rp1.00 dari total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp3,068. Rasio ini mengalami penurunan sebesar Rp18,234 atau 85,60% bila dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini dikarenakan adanya perubahan nilai pasar modal sendiri yang mengalami kenaikan sebesar Rp17.448.876.025atau sebesar 86,62% begitu juga dengan harga saham turun sebesar Rp5.630 atau 86,62%. Sedangkan nilai buku hutang atau total kewajiban tercatat sebesar Rp878.999.867.350 mengalami penurunan sebesar Rp66.703.881.367 atau 7,05%. Penurunan nilai buku total hutang dikarenakan adanya penurunan total hutang jangka pendek sebesar Rp386.410.825.345 atau setara 46,71% dan kenaikan total hutang jangka panjang sebesar Rp319.706.943.978 atau setara 269,87% dari tahun 2018.

5. Sales to Total Assets Ratio (Penjualan terhadap Total Aktiva)

Rasio X5 menunjukkan tingkat perputaran total aktiva dalam satu tahun. Rasio ini juga

digunakan untuk menunjukkan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang di investasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

X

5

=

Penjualan

Total Aset

(18)

Tabel 6

Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X5)

PT Indofarma (Persero) Tbk Periode 2017 -2019 (dalam satuan Rupiah)

Tahun Penjualan Bersih Total Aktiva

Perubahan Total Aktiva (%) Rasio Penjualan Terhadap Total Aktiva (X5) Perubahan Penjualan Terhadap Total Aktiva (%) 2017 1.631.317.499.096 1.529.874.782.290 - 1,066 - 2018 1.592.979.941.258 1.442.350.608.575 -5,72% 1,104 3,58% 2019 1.359.175.249.655 1.383.935.194.386 -4,05% 0,982 -11,08% Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut diatas maka, penulis merangkum sebagai berikut:

1. Pada tahun 2017, rasio penjualan terhadap total aktiva adalah sebesar 1,066:1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva perusahaan dalam satu tahun sebanyak 1,066 kali. Hal ini disebabkan karena nilai penjualan bersih yang tercatat sebesar Rp1.631.317.499.096 dan total aktiva yang tercatat sebesar Rp1.529.874.782.290.

2. Tahun 2018, rasio penjualan terhadap total aktiva adalah sebesar 1,104:1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva perusahaan dalam satu tahun sebanyak 1,104 kali. Rasio ini mengalami kenaikan sebesar Rp0,038 atau 3,58% bila dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan penjualan sebesar Rp38.337.557.838 atau 2,35% dan penurunan total aktiva Rp87.524.173.715 atau 5,72%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan total aktiva yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan penjualan bersih.

3. Tahun 2019, rasio penjualan terhadap total aktiva adalah sebesar 0,982:1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva perusahaan dalam satu tahun sebanyak 0,982 kali. Rasio ini mengalami penurunan sebesar Rp0,122 atau 11,08% bila dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini disebabkan adanya penurunan penjualan sebesar Rp233.804.691.603 atau 14,68% dan penurunan total aktiva Rp58.415.414.189 atau 4,05%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan penjualan bersih yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan total aktiva.

(19)

Rangkuman Hasil Penelitian

Berikut akan disajikan rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT Indofarma (Persero) Tbk periode 2017 – 2019. Tabel di bawah ini menunjukkan rasio lima variabel yang diperoleh perusahaan, nilai indeks Z-Score dan juga rating yang diperoleh perusahaan.

Tabel 7

Rangkuman Overall Indeks Z-Score PT Indofarma (Persero) Tbk

Periode 2017 -2019

Variabel

Tahun

Rata - Rata

Cut-Off

2017

2018

2019

Rasio X1 1,2 0,030 0,034 0,337 0,134

Bangkrut

Z<1,81

Rasio X2 1,4 -0,049 -0,084 -0,078 -0,070 Rasio X3 3,3 -0,010 -0,175 -0,073 -0,086 Rasio X4 0,6 10,934 12,781 1,841 8,519

Rawan

1,81<Z<2,99

Rasio X5 1 1,066 1,104 0,982 1,051 Overall Indeks Z-Score 11,971 13,660 3,009 9,547 Prediksi Titik

Cut-Off

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Sehat

Z>2,99

Rating

Ekuivalen

AAA

AAA

CCC

AAA

Sumber : Data Diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 4.15 tersebut diatas maka, rangkuman penelitian sebagai berikut:

1. Keseluruhan nilai indeks Z-Score mulai dari tahun 2017 – 2019 menunjukkan nilai yang tidak stabil dan cenderung mengarah pada penurunan nilai indeks. Pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 menunjukkan nilai diatas cut-off Altman Z-Score yaitu 2,99 dalam posisi sehat dan tidak mempunyai permasalahan dalam kegiatan.

2. Kontribusi terbesar rata rata diberikan oleh rasio (X4) yaitu rasio nilai modal sendiri terhadap

buku hutang. Walaupun setiap tahunnya selalu mengalami tidak stabil. Hal tersebut dikarenakan tidak stabilnya harga saham / lembar setiap tahunnya.

3. Pada rasio X1 (modal kerja terhadap total aktiva) nilai terbesar diperoleh pada tahun 2019

yaitu sebesar 0,337. Hal tersebut dikarenakan pada tahun tersebut memiliki modal kerja terbesar dibandingan tahun lain, meskipun total aktiva terbesar ada pada tahun 2017. Pada

(20)

rasio X2 (laba ditahan terhadap total aktiva) semua nilai rasio bernilai negatif dan kontribusi

terbesar diberikan pada tahun 2018 dengan nilai sebesar 0,084. Pada rasio X3 (laba sebelum

beban pajak dan bunga terhadap total aktiva) paling tinggi bernilai negatif sebesar 0,175 diperoleh tahun 2018 dikarenakan EBIT pada tahun tersebut paling besar defisit. Pada rasio X4 (nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku total hutang) terbesar diperoleh pada tahun

2018 sebesar 13,66 hal tersebut dikarenakan nilai harga saham yang cukup tinggi dibandingkan dengan tahun lainnya sehingga memberikan nilai terbesar pada nilai pasar modal sendiri sehingga mampu menutupi total hutang nya yang tinggi. Kemudian pada rasio X5 (penjualan terhadap total aktiva) terbesar diperoleh tahun 2018 sebesar 1,104 karena

jumlah penjualan tertinggi berada pada tahun 2017 sebesar Rp1.631.317.499.096 karena jumlah penjualan tertinggi berada pada tahun tesebut dan juga total aktiva yang cukup tinggi dibandingkan tahun lainnya.

4. Rata-rata Overall indeks Z-Score selama 3 tahun periode 2017 – 2019 yaitu sebesar 9,547. Indeks Z-Score terbesar diperoleh pada tahun 2018 sebesar 13,660. Nilai tersebut merupakan nilai terbesar dari tahun yang lainnya yang dikarenakan rata-rata rasio mengalami penurunan di tahun 2019.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

PT Indofarma (Persero) Tbk menunjukkan perusahaan berada pada zona aman atau safe

zone yang artinya perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai

pemasalahan keuangan. Karena ditinjau dari nilai Z-Score yaitu perusahaan menunjukkan hasil melebih standart Z-Score yaitu 2,99.

Saran

1. PT Indofarma (Persero) Tbk yang berada dalam keadaan sehat atau zona aman setiap tahunnya agar dapat dipertahankan kinerjanya jika perlu ditingkatkan penjualan terhadap persediaan yang ada, sehingga ada tambahan pendapatan dari hasil penjualan tersebut dan harus tetap berhati-hati jika ada pesaing baru di bidang farmasi mendatang.

2. Bagi pihak manajemen perusahaan perlu meningkatkan besarnya rasio, baik rasio modal kerja, rasio laba ditahan dan rasio laba sebelum bunga dan pajak. Hal tersebut karena besar kecilnya

(21)

nilai rasio akan memberikan gambaran mengenai keberlangsungan usaha perusahaan dimasa yang akan datang.

3. kepada penulis selanjutnya sebaiknya menggunakan model prediksi kebangkrutan lainnya seperti model Springate, Zmijewski, Olshon, dan menganalisis perusahaan yang sudah berada di posisi yang tidak aman atau terancam kebangkrutan serta menambahkan periode dalam penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. 2019. “Laporan keuangan Tahunan.” (http://www.idx.co.id, diakses 21 November 2020, 13:02).

Indofarma Group. 2017. "Annual Report." (https://indofarma.id/, diakses pada tanggal 22 November 2020, 09:22).

Ratnaningsih, R., & Alawiyah, T. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Dan Rasio Aktivitas Pada Pt Bata Tbk. JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen

Fakultas Ekonomi), 3(2), 14–27.

Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Widiastuti, Agnes Mega . 2018. “Analisis Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score,

Springate (S-Score) dan Zmijewski Sebagai Signaling Kebangkrutan Pada Perusahaan

Manufaktur Sektor Otomotif yang Terdaftar di Bei.” Jurnal Manajemen Bisnis dan

Kewirausahaan 85-92.

Wulandari, F., Burhanudin, B., & Widayanti, R. (2017). Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Altman (Z-Score) Pada Perusahaan Farmasi (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2015). Benefit: Jurnal

Manajemen Dan Bisnis, 2(1), 15.

Zannati, R., & Fitriana, N. (2016). Analisis Laporan Keuangan Pt. Gatari Sebagai Dasar Pertimbangan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada Pt.Bank Dki. Jurnal Riset Manajemen

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang dapat dipahami dari teori Rene Descrates yaitu bahwa kesadaran dalam menjalani hidup, dan mencintai kebenaran yang selalu dicari oleh Rene Descrates. Pemikiran ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku perencanaan dan pengelolaan keuangan (anggaran) ibu rumah tangga dalam mengatasi konsumerisme keluarga saat terjadi

Makanan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan yang yang berguna bagi kesehatan dan di konsumsi ibu pada saat hamil disebut ….. Kebutuhan nutrisi ibu hamil adalah makanan

Konsep pelapisan untuk pengawetan fungsi komponen yang tahan lama.Lapisan zinc alloy original dengan pasif kromat kuning atau hitam (Zinc-Iron Coating C dan Zinc-Iron

3.Perancangan dan analisis Secara garis besar, tahapan metode penelitian yang dilakukan adalah metode untuk menganalisis penyadapan pada jaringan website dengan

Dengan adanya penilaian dan penghayatan itu, selanjutnya diharapkan anak-anak tergerak hatinya untuk meniru perbuatan-perbuatan yang baik dan membenci perbuatan

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri yang melaju pesat, sumber air baku PT Watertech Estate Cikarang yang berasal dari saluran Tarum

Berdasarkan hasil dari Uji Reliabilitas yang dilakukan dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha setiap variabel independen yaitu Persepsi Kemudahan (X1), Persepsi