• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Litbang di Perguruan Tinggi

PENINGKATAN EKONOMI

4.4 Kegiatan Litbang di Perguruan Tinggi

Aktifitas iptek di Indonesia dilakukan di berbagai institusi, dari perguruan tinggi, badan pemerintah, hingga unit litbang industri. Sebagai sistem terbesar yang mencakup keikutsertaan sumber daya intelektual, perguruan tinggi memainkan peran dinamis dalam aktivitas iptek nasional. Sistem pendidikan tinggi di Indonesia merupakan gabungan rumit antara perguruan tinggi negeri dan swasta, termasuk yang berada di bawah koordinasi Kemenag. Kerumitan ini meningkat dengan adanya bermacam-macam kapabilitas dan kapasitas institusi litbang. Meski demikian, perguruan tinggi masih dianggap memiliki potensi terbesar dalam pengembangan iptek melalui peran mereka dalam menghasilkan personalia iptek yang berkemampuan baik.

Di perguruan tinggi, Lembaga Penelitian (LP) didirikan untuk memfasilitasi sebagian dari tiga fungsi pendidikan tinggi (pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Fungsi penelitian di perguruan tinggi dilaksanakan pada pusat-pusat penelitian dan studi, yang umumnya di bawah koordinasi LP. Namun ada pulapenelitian dan pengembangan yang dilakukan di tingkat fakultas dan departemen dan tidak berafiliasi dengan pusat-pusat litbang.

Sebelumnya, peran utama perguruan tinggi adalah memberi pendidikan dan menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri. Namun, pertumbuhan ekonomi nasional yang pesat, perkembangan, dan perubahan di industri menuntut lulusan dengan pendidikan yang lebih relevan; dan perguruan tinggi menanggapinya dengan mengubah peran dan karakter mereka. Meski sebagian besar perguruan tinggi tetap terfokus pada pengajaran, semakin banyak perguruan tinggi yang bergerak ke arah institusi berorientasi penelitian. Untuk memfasilitasi pergerakan tersebut, Ditjen Dikti terus-menerus memberi dukungan pada kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi.

Gambar 4.3: Sebaran dana hibah [DP2M, 2012]

Pada tahun 2012, Ditjen Dikti memberikan 4,297 dana hibah, berjumlah Rp 286,441,722,162 untuk para peneliti di perguruan tinggi negeri dan swasta. Sebaran dana hibah dalam lima tahun terakhir ditunjukkan pada Gambar 4.3. Data ini menunjukkan adanya perbedaan besar antara perguruan tinggi negeri dan swasta, mungkin dikarenakan oleh tidak memadainya kapasitas litbang di perguruan tinggi swasta atau fokus mereka lebih pada pengajaran. Analisis lebih mendalam menunjukkan bahwa bahkan di antara perguruan tinggi negeri, kualitas penelitian terkonsentrasi di sekelompok perguruan tinggi elit saja. Seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4, tujuh perguruan tinggi unggulan terus-menerus mendominasi dana hibah Ditjen Dikti.

Gambar 4.4: Tujuh Penerima Dana Hibah Penelitian Dirjen Dikti Terbesar [DP2M, 2012]

UGM IPB ITG UI ITS UNS UNAND 2008 2009 2010 2011

(a) Nilai Kontrak

UGM IPB ITG UI ITS UNS UNAND

2008 2009

(b) Jumlah Kontrak Penelitian

TOTAL PTN PTS

(a) Nilai Kontrak

2008 2009 2010 2011 2012

(b) Jumlah Kontrak Riset

2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL PTN PTS

Kemampuan memenangkan dana hibah kompetitif oleh perguruan tinggi negeri unggulan berhubungan dengan kualitas keluaran penelitian, yang digambarkan pada Gambar 4.4. Jumlah paten yang disahkan dan artikel ilmiah yang dihasilkan oleh perguruan-perguruan tinggi tersebut, seperti ditunjukkan pada Lampiran E laporan ini, menunjukkan kualitas dan kapabilitas perguruan tinggi sebagai institusi litbang utama di Indonesia.

Dengan anggapan bahwa kerjasama perguruan tinggi – industri penting untuk mendorong relevansi penelitian di perguruan tinggi ke arah penerapan dan komersialisasi keluaran penelitian, Ditjen Dikti menerapkan kebijakan untuk memfasilitasi dana hibah kerjasama penelitian perguruan tinggi –industri. Meski semua dana hibah yang didukung Ditjen Dikti berpotensi untuk kerjasama, dua program secara khusus dirancang untuk menampung kebutuhan kerjasama ini.

Program pertama disebut RAPID, yang bertujuan membangun sinergi litbang perguruan tinggi dan industri. Di bawah program tersebut industri menjadi pintu masuk bagi peneliti perguruan tinggi untuk mendukung dan menyediakan teknologi yang dibutuhkan oleh industri. Penelitian di bawah program ini dibagi menjadi 6 kategori ilmu pengetahuan yaitu energi, kesehatan, laut & perikanan, pertanian & makanan, teknologi informasi, dan manufaktur. Program RAPID pertama diluncurkan pada tahun 2007 dan masih berjalan hingga sekarang. Seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3; meski perguruan tinggi dengan latar belakang litbang yang kuat terus mendominasi program-program ini, dibandingkan jumlah dana hibah pada lima tahun terakhir, keikutsertaan perguruan tinggi lain tidak dapat diabaikan.

Layak dikemukakan bahwa beberapa perguruan tinggi swasta mampu meraih dana hibah, yang menunjukkan pertanda baik bahwa mereka juga mampu melakukan kerjasama dengan industri. Program Hi-Link merupakan bentuk lain program kerjasama perguruan tinggi -industri, yang pertama kali diluncurkan tahun 2006. Berbeda dengan RAPID, program ini mengikutsertakan pemerintah daerah sebagai mitra kerjasama penelitian. Dengan program ini, perguruan tinggi bekerjasama dengan UKM dalam program penelitian yang berjangka waktu panjang, dan pemerintah daerah diharapkan untuk memfasilitasi penerapannya dan memastikan manfaatnya bagi masyarakat. Mekanisme tiga-arah ini diakui sukses oleh Ditjen Dikti dan jumlah dana hibah yang diberikan kepada perguruan tinggi meningkat secara signifikan.

Perguruan tinggi Hibah Jumlah (Rp) Nilai per hibah (Rp)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 13 3,584,970,000 275,766,923

INSTITUT SEPULUH NOPEMBER 7 1,756,550,000 250,935,714

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 6 1,478,500,000 246,416,667

UNIVERSITAS PADJADJARAN 6 1,289,220,000 214,870,000

UNIVERSITAS HASANUDDIN 5 1,281,150,000 256,230,000

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 5 1,175,500,000 235,100,000

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 4 1,003,800,000 250,950,000

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM 4 929,700,000 232,425,000

UNIVERSITAS TADULAKO 3 809,620,000 269,873,333

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 3 790,000,000 263,333,333

UNIVERSITAS INDONESIA 3 708,000,000 236,000,000

UNIVERSITAS MURIA - KUDUS 3 702,500,000 234,166,667

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 567,650,000 283,825,000

UNIVERSITAS SAM RATULANGI 2 540,000,000 270,000,000

UNIVERSITAS WIDYA GAMA 2 533,333,000 266,666,500

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 525,000,000 262,500,000

UNIVERSITAS MATARAM 2 490,000,000 245,000,000

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 479,700,000 239,850,000

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA 2 415,000,000 207,500,000

UNIVERSITAS GADJAH MADA 1 299,650,000 299,650,000

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 1 287,300,000 287,300,000

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 1 275,000,000 275,000,000

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA 1 272,500,000 272,500,000

POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG 1 272,100,000 272,100,000

UNIVERSITAS CIPUTRA 1 270,760,000 270,760,000

UNIVERSITAS NEGERI MALANG 1 270,000,000 270,000,000

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 270,000,000 270,000,000

UNIVERSITAS HALUOLEO 1 250,000,000 250,000,000

Tabel 4.3 Persebaran dana hibah RAPID 2008-2012 [DP2M, 2012]

Selain RAPID dan Hi-Link, skema hibah lain seperti strategi nasional (Stranas) dan Petranas MP3EI juga menuntut perguruan tinggi untuk bekerjasama dengan industri milik badan pemerintah untuk melakukan penelitian di salah satu dari dua belas bidang strategis/prioritas. Meskipun jumlah dana hibah program-program ini semakin meningkat, keluaran dan manfaat penelitian-penelitian jangka panjang ini belum diketahui.

Pendekatan serupa juga diterapkan bagi program pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi. Berawal dari skema tradisional pengabdian masyarakat, Ditjen Dikti menerapkan pengabdian masyarakat berdasarkan iptek agar perguruan tinggi dapat berinteraksi dengan usaha kecil-menengah dan masyarakat [DP2M, 2011]. Tidak seperti program tradisional, di bawah program ini perguruan tinggi bekerjasama dengan masyarakat menumbuhkan wirausahawan berbasis iptek atau meningkatkan kapasitas iptek UKM. Terlebih, Hi-Link merupakan program dengan tujuan membangun kapasitas perguruan tinggi dalam menerapkan iptek melalui kerjasama dengan industri dan pemerintah daerah [DP2M, 2012].

Box 17: Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan – ITB

Unit litbang di perguruan tinggi negeri umumnya tidak dianggap sebagai institusi litbang pemerintah. Namun, karena peran strategis mereka dalam litbang nasional, mereka seringkali diminta melayani pemerintah (pusat dan daerah) dalam melakukan aktivitas litbang. Salah satu contoh dari peran ini dimainkan oleh Pusat Penelitian Produk Budaya dan Lingkungan ITB. Pusat penelitian ini didirikan tahun 2000 sebagai satu dari beberapa pusat lainnya di Institut Teknologi Bandung, dan memfokuskan dirinya dalam memajukan dan mengembangkan budaya lokal dan pribumi melalui penguatan usaha kecil dan menengah. Di tahun 2009, dengan dihapuskannya Pusat Desain Nasional, institusi ini menjadi badan alternatif untuk melanjutkan penghargaan Good Design Selection, yang sebelumnya dibawahi oleh Kemenperin. Namun, kebutuhan untuk menjadi mandiri dari pemerintah memposisikan pusat ini sebagai bagian dari ITB, di bawah koordinasi LPPM-ITB.

Saat ini pusat tersebut bekerja dekat dengan perusahaan kecil dan menengah dalam pengembangan desain dan teknik produksi produk budaya menggunakan materi yang tersedia secara lokal, terutama bambu dan kain alami. Dengan dukungan fakultas teknik di ITB, pusat ini dapat memperkenalkan teknologi dalam penciptaan produk budaya lokal.