• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak dan Besaran Dampak Lingkungan yang Telah Terjadi

Bendungan Lalung dibangun pada tahun 1940 – 1943 dan dioperasikan pada tahun 1943 sampai saat ini masih beroperasi. Bendungan Lalung merupakan bendungan tua. Pada waktu itu masih merupakan bendungan sederhana yang dibuat dari urugan tanah dengan tujuan untuk mengairi sawah dengan irigasi teknis dan tempat refreshing masyarakat sekitar, selama opersionalnya secara tidak langsung

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo III - 14 menimbulkan dampak pada lingkungan. Secara rinci dampak yang telah ditimbulkan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Bendungan Lalung

Untuk meningkatkan fungsi dari bendungan Lalung telah dilakukan pemeliharaan-pemeliharaan rutin harian, mingguan dan bulanan berdasarkan SOP (Standar Operasi dan Pemeliharaan). Selain itu juga di lakukan perbaikan pada peralatan teknis bendungan, biasanya dalam periode 1 bulan sampai 1 tahun. Kegiatan Pemeliharaan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar antara lain ;

- Pemeliharaan dan perbaikan jalan inspkesi bendungan.

- Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di seluruh area bendungan.

- Pengelolaan sampah organik, khususnya daun-daun kering di tepi jalan Lalung dan di sekeliling bendungan.

- Pengelolaan lahan di sekeliling bendungan yang termasuk kawasan bendungan Lalung bekerjasama dengan petani di sekitar bendungan.

- Pengelolaan penanaman ikan di area genangan Bendungan Lalung

- Pengelolaan obyek wisata Bendungan Lalung, khususnya pada hari libur.

2. Penurunan Kualitas Air

Air Bendungan Lalung yang dimanfatkan sebagai kebutuhan irigasi, konservasi sumber daya air. Seiring dengan pemanfaatan air Bendungan, diperlukan pemantauan lebih lanjut terhadap kualitas air Bendungan Lalung. Hasil kegiatan Pemantauan lingkungan terkait kualitas air terhadap kegiatan operasional Bendungan Lalung tersaji pada Tabel 3.3.

DPLH

Rehabilitasi Bendungan Lalung Kabupaten Karanganyar RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo III - 15

Tabel 3.3. Pengujian kualitas Air Permukaan

No

PARAMETERS UNIT RESULT STD. (MAX) TEST METHOD CAL. RESULT OF MUE*

Paramete r

Satuan Hasil Baku Mutu Metode

Uji

Hasil PerhitunganEstimasi KetidakpastianPengukuran

A. PHYSICS

1 Suhu(*) °C 32,0 ±3 SNI-06-6989.23 tahun 2005 0,80

2 Residu Terlarut (TDS) mg/L 280 1000 SNI 06-6989.27 tahun 2005 7,64

3 Residu Tersuspensi (TSS)(*) mg/L 5,5 400 SNI-06-6989.3 tahun 2004 3,82

B. CHEMICAL

1 pH(*) - 4,0 6 - 9 SNI-06-6989.11 tahun 2004 0,18

2 BOD₅(*) mg/L 2,0 6 SNI 6989.72 tahun 2009 0,23

3 COD(*) mg/L 27,1 50 SNI 6989.2 tahun 2009 7,93

4 DO(*) mg/L 0,6 Minimal 3 SNI 6989.4 tahun 2009 0,07

5 Total Fosfat sebagai P mg/L < 0,04** 1 SNI 06-6989.31 tahun 2005 -

6 Nitrat (NO₃-N) mg/L 5,4 20 SNI 6989.79 tahun 2011 -

7 Arsen (As) mg/L < 0,001** 1 APHA ed.22nd 3114 B 2012 -

8 Cadmium (Cd) mg/L 0,009 0,01 SNI 6989.16 tahun 2009 0,001

9 Chrom Heksavalen (Cr⁶⁺)(*) mg/L < 0,47** 0,05 SNI 6989.71 tahun 2009 -

10 Tembaga (Cu)(*) mg/L < 0,02** 0,02 SNI 6989.6 tahun 2009 -

11 Timbal (Pb) mg/L 0,26 0,03 SNI 6989.8 tahun 2009 0,000

12 Seng (Zn)(*) mg/L 0,15 0,05 SNI 6989.7 tahun 2009 0,000

13 Sianida (CN) mg/L < 0,004** 0,02 SNI 6989.77 tahun 2011 -

14 Fluorida (F) mg/L 0,5 1,5 SNI 06-6989.29 tahun 2005 -

15 Nitrit (NO₂-N)(*) mg/L 0,01 0,06 SNI 06-6989.9 tahun 2004 0,0006

16 Klorin Bebas (Cl₂) mg/L < 0,04** 0,03 APHA ed.23rd 4500 B 2017 -

17 Sulfida (H₂S) mg/L < 0,04** 0,002 SNI 6989.70 tahun 2009 -

18 Detergen (MBAS) µg/L 0,02 200 SNI 06-6989.22 tahun 2004 0,0012

19 Fenol µg/L < 0,001** 1 SNI 06-6989.21 tahun 2004 -

20 Warna TCU 1,9 - SNI 6989.80 tahun 2011 0,93

C. MICROBIOLOGY

1 E. Coli Jml/100mL 0 2000 SNI 01-2897 tahun 1992 -

2 Total Coliform Jml/100mL 35 10000 SNI 01-2897 tahun 1992 -

Sumber Data Primer Hasil UJi Kualitas Air 2019

Dari hasil pengujian kualitas air permukaan Bendungan Lalung terdapat paramater yang melebih baku mutu air kelas III PPRI No.82 tahun 2001 antara lain :

a. Suhu

Intensitas dan kualitas cahaya yang masuk ke dalam air dan yang diserap menghasilkan panas. Dari sudut ekologi, energi panas ini dan hubungannya dengan hal-hal yang terjadi di dalam air, merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan air sebagai suatu lingkungan hidup bagi hewan dan tumbuhan. Dari hasil analisa yang di lakukan nilai suhu terdeteksi 32 °C sedangkan baku mutu yang di persyaratkan adalah 3°C.

Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyaknya proses

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo III - 16 kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan.

Gambar 3.8.Kadar Suhu di bandingkan dengan Baku Mutu

b. pH

Dari hasil analisis yang dilakukan bahwa nilai parameter uji pH adalah 4, nilai baku mutu 6-9, sehingga perairan bersifat asam akan kurang produktif, dapat menurunkan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifiton dan bentos semakin besar. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik.

Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernafasan menurun, aktifitas pernafasan naik dan selera makan akan berkurang, Atas dasar ini maka perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dengan kisaran optimal 7,5 – 8,7.

Gambar 3.9.Kadar pH di bandingkan dengan Baku Mutu

DPLH

Rehabilitasi Bendungan Lalung Kabupaten Karanganyar RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo III - 17

c. Timbal

Konsentrasi Pb yang relatif tinggi dapat memberikan dampak terhadap perubahan morfologi dan fisiologi zooplankton. Dari hasil pengujian laboratorium parameter Timbal melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu 0.03 mg/l. Tingginya Kadar Pb di perairan salah satunya disebakan adanya limbah Tingginya limbah plastik senyawa berbahaya plastik (Pb),

Gambar 3.10. Kadar Timbal di bandingkan dengan Baku Mutu d. Seng

Salah satu kasus pencemaran air oleh limbah logam berat adalah pencemaran seng (Zn). Logam seng dan berbagai macam bentuk persenyawaannya dapat masuk dan mencemari lingkungan. Pencemaran seng terutama merupakan efek samping dari aktivitas manusia.

Gambar 3.11.Kadar Seng dibandingkan dengan baku mutu

Dengan demikian, langkah-langkah Pengelolaan Kualitas Air Permukaan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah :

 Pemasang papan himbuan dilarang buang sampah ke Bendungan

 Penyedian Tempat sampah secara terpilah

 Larangan BAB dan Buang air Kecil di Bendungan

Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo III - 18 Selain pengelolaan kualitas air permukaan, pengelolaan kualitas udara juga dilakukan. Kualitas udara di area Bendungan Lalung dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas kendaraan yang melintas. Penurunan kualitas udara banyak dipengaruhi oleh emisi gas buang kendaraan. Adapun kualitas udara di sekitar Bendungan Lalung disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Kualitas Udara

No

PARAMETERS UNIT RESULT STD. (MAX) TEST METHOD CAL. RESULT OF MUE*

Parameter Satuan Hasil Baku Mutu Metode Uji Hasil PerhitunganEstimasi KetidakpastianPengukuran 1 Debu (TSP)(*) µg/Nm³ 42,8 - SNI 7119-7 tahun 2017 0,92

2 Sulfur Dioksida (SO₂)(*) µg/Nm³ 27,4 900 1) SNI 7119-7 tahun 2017 0,47 3 Nitrogen Dioksida (NO₂) µg/Nm³ 9,6 400 1) SNI 7119-2 tahun 2017 0,13 4 PM 10(*) µg/Nm³ 18,8 - SNI-7119-15 tahun 2016 0,92 5 PM 2,5(*) µg/Nm³ 9,9 - SNI-7119-14 tahun 2016 0,92 6 Oksidan (O₃) µg/Nm³ 9,1 235 1) SNI 7119-8 tahun 2017 0,12 7 Timbal (Pb)(*) µg/Nm³ < 0,07** - SNI-7119-4 tahun 2017 -

Berdasarkan hasil pengujian udara ambien di area Bendung Lalung, Parameter-parameter kualitas udara masih menunjukkan hasil di bawah baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999.

3.6. Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Dapat Menimbulkan Dampak

Dokumen terkait