• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

C. PROSES PELAKSANAAN PEKERJAAN/PROYEK

2. Kegiatan Penambangan

Survey dan pemetaan merupakan suatu kegiatan mengambil data

koordinat dan elevasi pada suatu area, hasil dari pemetaan ini digunakan

untuk menentukan perencanaan tambang ke depan dan sebagai gambaran

kondisi area penambangan. Survey dan pemetaan ini sangat mempengaruhi

dalam kegiatan penambangan. Karena dengan survey dapat ditentukan

daerah mana yang akan di tambang.

Fungsi kegiatan survey selain untuk perencanaan tambang juga

berperan penting untuk mengetahui perubahan dan kemajuan penambangan

seperti mengetahui jumlah penggalian overburden dan sisa cadangan.

b. Land Clearing, Pengupasan Top Soil dan Pengangkutan

Land clearing bertujuan untuk membersihkan lahan penambangan dari tumbuhan untuk memudahkan proses pengupasan Top Soil,

semak-semak dan pohon yang berdiameter kecil didorong dengan bulldozer agar

ukuran yang kecil tidak lengket dan tertinggal di tanah yang lembek. Untuk

32

Kemudian dilanjutkan dengan pengupasan top soil dan sub top soil:

1) Top soil

Merupakan lapisan tanah yang paling atas yang mengandung

bahan-bahan organik, berwarna cokelat kehitaman dengan ketebalan

sekitar 0,5 meter. Lapisan ini mengandung sebagian besar unsur hara

tanah. Top soil ini dikupas dengan menggunakan excavator PC 200 dan

bulldozer D375 dan diangkut ke tempat penumpukan sementara dengan menggunakan dump truck.

2) Sub top soil

Merupakan lapisan tanah dibawah top soil yang mengandung

sedikit bahan organik, berupa lempung berwarna kuning, sub top soil

juga dikupas dengan menggunakan excavator PC 200 dan diangkut

dengan euclid dan terex.

c. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden) dan Pengangkutan

Tanah penutup (overburden) pada lahan penambangan

PT. Karbindo Abesyapradhi berupa batu pasiran (sand stone), batu lanau

(silt stone) dan tanah clay yang keras. Metode untuk penggalian overburden

adalah dengan menggali overburden secara bertahap dan membuat jenjang

(bench) secara terus menerus sehingga lapisan tanah penutup batubara terbebas.

Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) dilakukan

dengan menggunakan peledakan, karena lapisan tanah penutup yang cukup

tebal dan keras, peledakan yang digunakan untuk pengupasan tanah penutup

33

d. Pembersihan Lapisan Atas Batubara (cleaning)

Cleaning dimaksudkan untuk membersihkan lapisan batubara dari lapisan pengotor yang terdiri atas tanah yang tercampur batubara dan lapisan

black shale ± 5 cm sampai dengan 20 cm. Pembersihan ini langsung dilakukan dengan menggunakan excavator.

e. Penambangan Batubara

Sistem tambang terbuka (open pit mining), dilakukan dengan tata

cara penambangan searah jurus lapisan dan kedudukan batubara (strip

mining) sesuai dengan aspek geologis pembentukan endapan batubara.

Lapisan batubara pada PT. Karbindo Abesyapradhi memiliki

ketebalan 1 m sampai dengan 25 m dan terdapat sisipan tanah lempung

(clay), black shale sehingga penambangan dilakukan secara selectif mining

yaitu pengambilan batubara bersih dan memisahkan black shale serta sisipan

clay (parting).

Penambangan dilakukan dengan acuan perbandingan lapisan

overburden dengan lapisan batubara yang akan digali 10 : 1. Daerah penambangan PT. Karbindo Abesyapradhi dapat dilihat pada gambar 4 di

34

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 4. Daerah Penambangan PT. Karbindo Abesyapradhi

f. Processing

Proses pengolahan batubara di PT. Karbindo Abesyapradhi hanya

terdapat crushing plant sedangkan pencucian tidak dilakukan karena dengan

menggunakan penambangan selectif mining telah menghasilkan batubara

yang bersih. Batubara pada PT. Karbindo Abesyapradhi memiliki tingkat

HGI (Hardgrove Grindability Index) yang tinggi dengan nilai antara 45-50,

sehingga batubaranya mudah hancur dan berukuran halus, jika dilakukan

pencucian maka batubara akan banyak yang terbuang (looses).

g. Pemasaran

Pemasaran produk batubara PT. Karbindo Abesyapradhi dilakukan

dengan menerapkan sistim FOB (Free On Board) atau penjualan dengan

harga setelah di atas kapal. Pemasaran batubara PT. Karbindo

Abesyapradhi diekspor ke India. Batubara terlebih dahulu dikirim ke

35

dump truck yang menggunakan jasa pengangkutan dari luar dengan sistem kontrak yang diberikan lewat tender.

h. Reklamasi

Areal penambangan yang telah diambil batubaranya ditimbun

kembali untuk dilakukan reklamasi/penanaman pohon. Pembibitan dan

penanaman ini ditangani oleh Safety Health Environment (SHE) yaitu badan

yang mengawasi masalah keselamatan dan lingkungan hidup PT. Karbindo

Abesyapradhi.

i. Hidrologi (Kualitas Air Permukaan)

Dari pemantauan Departemen Lingkungan PT. Karbindo

Abesyapradhi (Safety Health Environment Departement) periode Triwulan

IV tahun 2007 diketahui kualitas air kerja pit area dan Kolam Biologi serta

badan perairan Sungai Tambangan, baik yang berada di areal kerja maupun

pemukiman adalah sebagai berikut:

1) Parameter kualitas air kerja (air pit area dan Kolam Biologi) yang

berfluktuasi cukup besar selama Triwulan IV adalah zat padat tersuspensi

(berkisar 123-153 mg/L) dan DO (demand oxygen atau kebutuhan

oksigen) yang berkisar 0,82 – 0,95 mg/L. Namun, secara keseluruhan

kualitas air kerja memenuhi Klasifikasi Mutu Air Kelas 2 sebagaimana

termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

2) Parameter kualitas air Sungai Tambangan di sump dan areal kerja

(Sta.04) dan juga di bagian hilir (Sta.17) yang berfluktuasi cukup besar

selama Triwulan IV adalah zat padat tersuspensi (berkisar 133 mg/L) dan

36

Sungai Tambangan memenuhi Klasifikasi Mutu Air Kelas 2 dari

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

Sementara itu dari pemantauan secara visual, kualitas air kerja (pit

A, pit B – D) serta badan perairan Sungai Tambangan dapat dikemukakan

tidak ada introduksi air kerja atau limbah kegiatan secara langsung ke

lingkungan perairan Sungai Tambangan, karena air kerja (air pit area dan

hasil pemompaan) dan aliran permukaan lainnya dari areal kerja (seperti

workshop, ROM area dan Stock yard) yang terlebih dahulu dialirkan menuju setting pond. Perlakuan yang diterapkan bagi settling pond adalah pengerukan jika daya tampung tidak lagi efektif. Sumber daya air tersebut di

bagian hilir layak dimanfaatkan untuk aktivitas mandi, cuci dan kakus

(MCK) masyarakat.

j. Pengontrolan Terhadap Limbah Hidrokarbon (oli, minyak solar dan aki bekas)

Limbah cair ini termasuk limbah bahan beracun dan berbahaya

(Limbah B3). Untuk menangani masalah in PT. Karbindo Abesyapradhi

menggunakan perangkap oli pada unit workshop, yang merupakan

penampung limbah atau ceceran minyak solar dan oli bekas yang dilengkapi

perangkap. Limbah tersebut dikumpulkan dengan menggunakan drum,

kemudian diserahkan kepada pihak yang memiliki izin pengumpulan limbah

B3.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85

tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, serta

memperhatikan pula keputusan kepala BAPEDAL No.

37

pengumpulan minyak bekas, maka implementasi yang diterapkan oleh PT.

Karbindo Abesyapradhi secara konsekuen adalah membangun sarana

penyimpanan sementara untuk oli bekas dengan luas mencapai 2.400 m2.

Dokumen terkait