• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

D. PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN

2. Persiapan Penambangan

Sebelum kegiatan penambangan batubara dilaksanakan, terlebih dahulu

dilakukan pengupasan tanah penutup (overburden), lapisan penutup yang bersifat

massive tidak memungkinkan atau sangat tidak efisien jika dikerjakan oleh alat gali excavator. Maka dari itu perlu dilaksanakan kegiatan pemboran (drilling)

42

a. Kegiatan Pemboran (Drilling)

Pola pemboran untuk peledakan di PT. Karbindo Abesyapradhi

adalah pola zig zag persegi panjang (staggered pattern), dilakukan dengan

membuat lubang bor secara miring, dengan kemiringan berkisar antara 60o

sampai dengan 70o. Alasannya adalah pemboran secara miring dianggap

lebih menguntungkan dibandingkan pemboran secara vertikal dan alasan ini

juga didukung oleh bentuk perlapisan dari lapisan penutup.

1) Jadwal Pemboran

Pekerjaan pemboran dikerjakan oleh petugas pada waktu-waktu

berikut:

a) Pada pagi hari menjelang tengah hari, dimana kegiatan peledakan

pertama akan dilaksanakan pada jam istirahat siang.

b) Setelah jam istirahat siang menjelang sore hari, di mana kegiatan

peledakan akan dilaksanakan pada waktu pergantian shift siang

dengan shift malam.

Sedangkan pada shif malam tidak dilaksanakan kegiatan pemboran

dan peledakan, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan. Jadi malam

hari terfokus pada pengangkutan material penutup yang telah diledakkan

pada siang hari.

2) Alat Bor yang Digunakan

Kondisi batuan dan kondisi lapangan kerja menjadi pertimbangan

utama dalam pemilihan alat bor. Faktor yang juga tidak boleh dilupakan

43

bor yang digunakan olen PT. Karbindo Abesyapradhi pada Tiang Satu

adalah:

a) Satu unit Tamrock CHA 660

Mempunyai panjang batang bor 3 meter dan penyambungan

dapat dilakukan dengan batang bor masing-masing sepanjang 3 meter.

Diameter lubang bor yang dihasilkan adalah 3,5 inchi, seperti gambar

7 berikut ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 7. Alat Bor Tamrock CHA 660

b) Dua Unit Pantera 1500

Memiliki mesin Caterpillar C-10 dengan panjang batang bor 6

meter dan penyambungan dapat dilakukan dengan batang bor

masing-masing 3 meter, sedangkan diameter lubang yang dihasilkan adalah

5,5 inchi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar 8 berikut

44

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 8. Alat Bor Pantera 1500

Kedua alat bor ini memiliki system rotary percuassive drill, air

flushing (tekanan udara kompresor). Dimana cutting pemboran di angkat keatas permukaan oleh udara yang bertekanan. Kedua alat bor

ini dapat dioperasikan untuk pemboran secara horizontal, vertikan

maupun miring.

Mesin bor Pantera 1500 adalah tipe terbaru sehingga lebih

canggih dibandingkan mesin bor Tamrock CHA 660, Pantera 1500

memiliki sistem operasional digital dan memiliki handle yang multi

fungsi sehingga memudahkan operator dalam pengoperasiannya dan

kerja menjadi lebih cepat. Dibandingkan Tamrock CHA 660 yang

sistem pengendaliannya lebih banyak manual maka waktu yang

diperlukan untuk proses pemboran juga akan lama. Keunggulan lain

dari mesin bor Pantera 1500 yaitu memiliki unit pengisap cutting

yang bekerja dengan baik, sehingga tidak ada debu-debu pemboran

yang berterbangan di udara bebas. Cutting pemboran diisap oleh unit

45

dikeluarkan oleh alat yang terdapat di samping rig. Sedangkan cutting

yang halus yang berpotensi menimbulkan banyak debu beterbangan,

dikeluarkan oleh alat yang terdapat di bagian belakang unit mesih bor.

3) Pelaksanaan Pemboran

Sebelum melaksanakan pemboran terlebih dahulu dilakukan

pembersihan atau penempatan lokasi pemboran agar alat yang beroperasi

dapat bekerja dengan maksimal.

a) Urutan pekerjaan pengeboran untuk peledakan di PT. Karbindo

Abesyapradhi adalah sebagai berikut:

Foreman Drilling & Balsting menentukan lokasi yang akan dibor.

Foreman Drilling & Balsting memberikan arahan kepada operator

mesin bor mengenai bagian-bagian yang harus dibor, berapa jarak

spasi, burden serta kedalaman lubang bor (bore hole).

 Buldozer membuatkan jalan yang akan ditempuh oleh mesin bor

untuk menuju lokasi pemboran.

Pengeboran mulai dilakukan sesuai dengan arahan dari Foreman

Drilling & Balsting.

 Sementara kegiatan pengeboran hampir mencapai jumlah

maksimal lubang bor yang telah ditetapkan, maka petugas

peledakan mulai mendatangi lokasi untuk melakukan pengisian

bahan peledak ke dalam lubang bor tersebut.

b) Kendala-kendala yang sering ditemui oleh operator mesin bor dalam

melakukan pekerjaannya adalah sebagai berikut:

 Batang bor terjepit apabila menembus formasi batuan yang lunak

46

pembongkaran batuan hasil peledakan yang dilakukan sebelumnya

tidak maksimal.

 Batang bor juga terjepit apabila menembus formasi batuan yang

mengandung sedikit air (lembab). Tetapi apabila kandungan air

formasi batuan tersebut banyak, maka pemboran akan tetap

berjalan normal seperti biasa.

 Mesin bor sering tidak beroperasi akibat terlambat mendapat

instruksi dari Foreman. Hal ini sering disebabkan oleh tidak

adanya lokasi yang akan dibor.

c) Siklus dalam melaksanakan pemboran adalah:

 Menempatkan dan menyiapkan posisi alat bor pada kondisi

rata-rata air untuk membor suatu titik.

 Melakukan pemboran yang diawali dengan menghidupkan

kompresor agar cutting terangkat ke atas.

 Menyambung batang bor apabila kegiatan pemboran melebihi

kedalaman 6 meter.

 Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan maka dilakukan

pengangkatan batang bor dan batang bor kedua disimpan pada

tempat penyimpanan batang bor yaitu spindle yang terdapat pada

rig.

Mengangkat kaki alat bor (jack) sebelum bergerak ke lubang

berikutnya.

Dalam kegiatan pemboran sering kali burden, spacing dan kedalaman

lubang bor tidak sesuai antara rencana dengan yang dihasilkan secara

47

b. Kegiatan Peledakan Lapisan Penutup (Overburden) 1) Prosedur Kegiatan Peledakan

Prosedur kegiatan peledakan secara garis besar adalah sebagai

berikut:

a) Pengambilan bahan peledak di gudang bahan peledak.

b) Pengadukan Ammunium Nitrat (AN) dengan Fuel Oil (FO) di Coxan ANFO mixer.

c) Pengikatan dayagel dengan sumbu ledak, dan dimasukan kedalam

plastic linear untuk lebung berair.

d) Pengisian bahan peledak kedalam lubang ledak.

e) Pemadatan stemming.

f) Merangkai dan menyambung sumbu ledak pada masing-masing

lubang ledak.

g) Pemasangan detonator.

h) Pengamanan lokasi peledakan.

i) Peledakan.

j) Pengecekan hasil peledakan.

2) Gudang bahan peledak

Bahan-bahan peledak yang digunakan disimpan di tempat yang

aman, yang bebas dari api dan tempatnya tersendiri. Orang yang masuk

ketempat tersebut harus bebas dari hal-hal yang bisa membuat bahan

peledak meledak dan dijaga ketat oleh security selama 24 jam.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi

Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tanggal 22 Mei 1995 tentang Keselamatan

48

Peledak dan Peledakan, PT. Karbindo Abesyapradhi telah

mengimplementasikan dengan baik.

a) Gudang bahan peledak telah dilengkapi dengan:

(1) Tanda “dilarang merokok” dan tanda “dilarang masuk bagi yang

tidak berkepentingan”. (2) Hanya satu jalan masuk.

(3) Alat pemadam api yang diletakkan di tempat yang mudah

dijangkau di luar bangunan gudang.

b) Sekitar gudang bahan peledak dilengkapi dengan lampu penerangan,

dijaga selama 24 jam, dan memiliki rumah jaga untuk pengawasan.

c) Sekeliling lokasi gudang dipasang pagar pengaman dan pintu yang

dapat dikunci.

d) Untuk masuk hanya diperbolehkan menggunakan lampu senter

kedap gas.

e) Dilarang memakai sepatu beralaskan besi.

f) Gudang berbentuk kontainer.

g) Memiliki ventilasi pada bagian atas dan bawah.

Gudang bahan peledak PT. Karbindo Abesyapradhi dapat kita

49

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 9.Gudang Bahan Peledak PT. Karbindo Abesyapradhi

3) Peralatan Peledakan

Peralatan peledakan adalah alat-alat yang dapat digunakan

berulang-ulang dalam proses peledakan atau lebih dari satu kali proses

peledakan. Adapun peralatan peledakan antara lain:

a) Kabel Utama (leading wire)

Kabel utama berfungsi untuk menghubungkan kedua ujung

detonator pada rangkaian peledakan ke blasting machine (BM) agar

para juru ledak dapat mencari posisi yang cukup aman saat

meledakan, dengan panjangnya minimal ± 300 meter. Seperti gambar

10 berikut ini.

50

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 10. Leading Wire

b) Stick/tongkat

Merupakan tongkat kayu yang berguna untuk mendorong handak

kedalam lubang ledak dengan panjang ± 6 meter, mengetahui keadaan

lubang berair atau tidak berair, mengetahui kedalaman lubang dan

untuk memadatkan stemming.

c) Blasting Machine (BM)

Suatu alat yang bekerja dengan menggunakan sumber tenaga dari

batrei untuk memberikan tenaga yang menghasilkan arus listrik yang

bervoltase besar untuk diteruskan ke firring circuit.

d) Blasting Ohm Machine (BOM)

Adalah Alat ukur tahanan kawat listrik untuk keperluan

peledakan dibuat khusus untuk pekerjaan peledakan dan tidak

disarankan digunakan untuk keperluan lain. Gambar Blasting Ohm

Meter (BOM) dan Blasting Machine (BM) dapat kita lihat seperti gambar 11 berikut ini.

51

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 11. Blasting Ohm Meter (BOM) dan Blasting Machine (BM)

e) Pisau

Berfungsi sebagai pemutus atau pemotong saat membuat

rangkaian peledakan. Standarnya bukanlah menggunakan pisau

melainkan tang (cramper) sebagai alat pemutus dan menjepit

sambungan sumbu api dengan detonator biasa.

f) Kendaraan transportasi

Kendaraan transportasi adalah kendaraan mobilisasi yang

dikhususkan untuk pengangkutan bahan peledak dari gudang bahan

peledak menuju lokasi peledakan dan untuk keperluan transportasi

para crew blasting, seperti pengambilan bahan peledak ke gudang dan

pengembalian sisa bahan peledak. Kendaraan transportasi yang

dimaksud adalah Mitsubishi Cold Diesel 100Ps. Seperti gambar 12

berikut ini.

52

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 12. Kendaraan Transportasi Crew Blasting

g) Serine

Serine merupakan alat untuk memberi peringatan pada semua

orang yang berada di lokasi peledakan dan sekitar lokasi peledakan,

bahwa kegiatan peledakan akan segera dilaksanakan, dan sebagai

perintah untuk meninggalkan atau mengosongkan lokasi peledakan.

h) Handy Talky (HT)

HT berfungsi untuk menginformasikan pada semua orang bahwa

kegiatan peledakan akan segera dimulai, serta untuk memberikan

aba-aba saat peledakan.

4) Perlengkapan peledakan

Perlengkapan peledakkan adalah semua fasilitas peledakan yang

hanya dapat digunakan satu kali, dengan kata lain fasilitas ini rusak

setelah dipakai.

53

a) Detonator (blasting capsule)

Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi

dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang

memberikan efek kejut terhadap bahan peleda peka detonator atau

primer.

Detenator listrik dikelompokkan pada detonator langsung

(instantaneous detonator) dan detonator tunda (delay detonator). Jenis detonator yang dipakai di PT. Karbindo Abesyapradhi adalah

jenis detonator listrik langsung, yaitu detonator listrik yang tidak

memakai waktu tunda. Setiap kali peledakan dibutuhkan dua

detonator listrik, satu untuk peledakan dan yang lainnya sebagai

cadangan jika terjadi gagal ledak (misfire). Gambar detonator listrik

dapat dilihat seperti gambar 13 di bawah ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

54

Untuk alasan keamanan detonator ditempatkan secara terpisah

dengan bahan peledak lain saat membawanya ke luar dari gudang

menuju lokasi peledakan. detonator dimasukan ke dalam tas dan

dipegang oleh security.

b) Sumbu ledak (detonating cord)

Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian intinya terdapat

bahan peledak Penta Erythritol Tetra Nitrate (PETN) dibalut lapisan

plastik dan dibungkus dengan kombinasi tekstil, kawat, dan lapisan

plastik. PETN itu sendiri adalah salah satu jenis bahan peledak kuat

dengan kecepatan rambat sekitar 6.000 m/s sampai dengan 7.000

m/s, komposisi PETN pada sumbu ledak bevariasi dari 3,6 gr/m

sampai dengan 70 gr/m. Di lapangan sumbu ledak dikenal dengan

istilah detonating cord, detonating fuse, atau cordtex.

Sumbu ledak yang dipakai di PT. Karbindo Abesyapradhi adalah

sumbu ledak yang diproduksi oleh PT. Dahana dengan komposisi

PETN 10 gr/m. Dikemas dalam bentuk gulungan, satu gulungan 250

meter. Dalam kotak kemasan berisi 4 gulungan atau 1.000 meter.

Berikut gambar sumbu ledak (detonating cord) seperti gambar

55

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 14. Sumbu Ledak (Detonating Cord)

c) Boster

Watergel adalah campuran oksidator, bahan bakar, dan pemeka (sensitizer) di dalam media air yang dikentalkan memakai gums, semacam perekat, sehingga campuran tersebut berbentuk jeli atau

pasta dan peka tehadap detonator.

Boster yang dipakai dalam kegiatan peledakan oleh PT. Karbindo Abesyapradhi adalah yang diproduksi oleh PT. Dahana

dengan nama produk dayagel. Dikemas di dalam kotak dengan

massa ± 20 kg. Setiap kotak berisi 110 biji. Massa satu biji ± 182

gram. Seperti gambar 15 berikut ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

56

d) Delay Detonator

Delay Detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi beberapa saat, yaitu antara puluhan milisekon sampai sekon

atau detik, untuk meledakkan isian primer dan sekunder. Seperti

gambar 16 di berikut ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 16. Delay Detonator

Delay detonator yang dipakai PT. Karbindo Abesyapradhi diproduksi oleh PT. Dahana dengan waktu tunda 17 ms, 25 ms, dan

65 ms. Delay detonator disambungkan pada sumbu ledak yang akan

menghubungkan antar baris lubang ledak dipermukaan (turnkline

delay) dari rangkaian peledakan.

e) ANFO

ANFO adalah singkatan dari Ammonium Nitrat (AN) sebagai zat

pengoksida dan Fuel Oil (FO) sebagai bahan bakar. Bahan bakar

57

sensitivitas dan tingkat homogenitas yang jika dicampurkan dengan

AN lebih mudah dicapai.

Ammonium Nitrat (ANFO) yang dipakai PT. Karbindo Abesyapradhi untuk kegiatan peledakan adalah produksi dari PT.

Dahana yang dikemas ke dalam karung, setiap karung bermassa 25

kg.

f) Plastic linear

Plastic linear berfungsi untuk proteksi bahan peledak ANFO ketika dimasukan ke dalam lubang ledak yang berair. Plastic linear

ini dikemas dalam bentuk gulungan, dalam penggunaannya dipotong

menyesuaikan kedalaman dari lubang ledak. Untuk lebih jelasnya

seperti gambar 17 di bawah ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

58

5) Pengadukan Bahan Peledak

Tempat pengadukan AN dengan FO terletak di bagian luar

gudang bahan peledak tepatnya disamping kanan belakang. Pengadukan

menggunakan molen atau Coxan ANFO mixer dengan proses sebagai

berikut.

a) Ammonium Nitrat (AN) yang telah diambil dari gudang bahan peledak dibawa ke ketempat Coxan ANFO mixer.

b) Setelah mesin dihidupkan AN dengan massa 25 kg ini dimasukkan ke

dalam molen satu per satu. Satu orang pekerja sebagai operator molen

dan yang lain bekerja membuka ikatan karung dan memasukkan AN

ke dalam molen. Seiring dengan itu, ketika molen berputar secara

teratur maka pekerja lainnya menambahkan solar ke dalam putaran

molen tersebut dengan takaran yang telah ditentukan.

c) Takaran AN dan FO adalah 95,5 % AN : 4,5 % FO. Takaran ini

didasarkan dari perbandingan massa keduanya. Dengan kata lain,

setiap karung AN (25 kg) membutuhkan 1,5 kg solar atau setara denga

1,875 liter solar (density 0,8 gr/cc).

d) Setelah diaduk rata, ANFO dimasukkan ke dalam karung.

e) Dengan kendaraan pengangkut ANFO serta bahan peledak lainnya

dibawa ke lokasi peledakan.

59

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 18. Pengadukan ANFO

6) Pengisian Bahan Peledak

Sistem peledakan adalah kombinasi antara sumbu api (cordiex)

dengan listrik, dalam rangkaian menggunakan delay 17 ms, 25 ms, 65 ms

untuk mengurangi getaran, sedangkan pola pemboran adalah pola zig zag

persegi panjang.

Cara pengisian bahan peledak:

a) Sebelum bahah peledak dimasukkan terlebih dahulu lubang ledak

diperiksa apakah berair atu tidak. Jika lubang ledak berair maka

diunakan plastic linear (kondom) yang telah disiapkan, yang

didalamnya sudah dimasukkan dayagel dalam keadaan terikat

bersama sumbu ledak. Untuk keadaan lubang ledak yang tidak berair

langsung masukkan dayagel yang telah terikat ke dalam lubang ledak

tanpa plastic linear.

b) Tuangkan ANFO sesuai dengan Powder Colom yang telah

60

dimasukkan kedalam plastic linear. Pengisian bahan peledak seperti

gambar 19 di bawah ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 19. Pengisian Bahan Peledak

c) Dilanjutkan dengan pengisian cutting untuk stemming, sebaiknya

stemming diisi dengan ukuran butiran yang halus, kemudian dipadatkan dengan tongkat atau stick. Seperti gambar 20 di bawah ini.

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 20. Pengisian Stemming dan Cutting

61

Metoda peledakan yang diterapkan di lapangan oleh PT.

Karbindo Abesyapradhi adalah metoda kombinasi antara sumbu ledak

dengan listrik. Rangkaian menggunakan delay detonator 17 ms, 25 ms

dan 65 ms untuk mengurangi getaran.

Pembuatan rangkaian dimulai dari ujung-ujung sumbu ledak

yang diikatkan ke sumbu ledak utama yang berada di permukaan

sehingga membentuk satu garis lurus, pengikatan dilakukan dengan

simpul biasa sebanyak dua kali secara rapi dan kuat. Kemudian

dihubungkan kembali dengan barisan lubang ledak lainnya.

Untuk mengurangi dampak getaran (ground vibration)

digunakan delay detonator yang dipasangkan antar baris lubang ledak.

Untuk barisan lubang ledak yang berada dekat dengan bidang

bebas (free face), diikatkan detonator listrik pada salah satu ujung sumbu

ledak, lalu ujung kawat detonator disambungkan pada ujung kawat utama

(load wire). Sambungan dua kawat ini harus diletakkan di tempat yang

kering sebab jika di tempatkan pada lokasi basah rangkaian bisa tidak

meledak.

8) Pengecekan Tahanan

Sebelum dua ujung kawat lead wire dipasangkan pada dua kutub

blasting machine terlebih dahulu harus dicek tahanan lead wire. Tujuan pengecekan tahanan ini adalah untuk memastikan rangkaian terpasang

dengan baik. Sedangkan untuk peledakan metoda listrik, dengan

mengetahui tahanan kita dapat menemukan voltage blasting machine

62

Prosedur pengukuran tahanan ini dengan menggunakan Blasting

Ohm Machine (BOM) adalah:

a) Kedua ujung kawat utama dihubungkan pada sepasang terminal yang

tersedia pada BOM, kemudian dikencangkan.

b) BOM dikontakkan, dengan menekan tombol, hingga jarak

menunjukan angka tertentu, yaitu nilai tahanan. Apabila pada

pengukuran tahanan legwire jarum jam tidak bergerak berarti

detonator rusak dan sebaiknya detonator tersebut tidak dipakai, sebab

ada kemungkinan kawat pijar dalam fushead terputus.

c) Bila jarum bergerak, catat angkanya sebagai data hasil pengukuran

tahanan.

9) Pengamanan Lokasi Peledakan Sebelum Peledakan Dimulai

Sebelum melakukan blasting, pengawas peledakan harus

menginformasikan melalui sirine, HT, dan Mikropon kepada semua

orang yang berada dilokasi ataupun disekitar lokasi bahwa kegiatan

peledakan akan dilaksanakan. Termasuk memberitahu kepada seluruh

operator alat berat yang sedang beroperasi agar menghentikan

pekerjaannya dan secepatnya meninggalkan lokasi peledakan sampai

jarak 300 m.

63

Setelah lokasi benar-benar aman, dengan menggunakan blasting

machine kegiatan peledakan sudah bisa dimulai. Prosedur penggunaan blasting machine adalah sebagai berikut:

a) Hubungkan dua kawat (leading wire) dari rangkaian peledakan ke

masing-masing kutub listrik yang ada pada blasting machine.

b) Ikat kuat pada masing-masing kutub dengan memutar sekrupnya.

c) Isi kapasitor dengan memutar tombol indikator kearah yang telah di

instruksikan pada blasting machine dan tunggu beberap detik.

d) Untuk meledakan putar kembali tombol indikator ke arah yang

berlawanan.

11) Selesai Peledakan

Setelah peledakan selesai, maka juru ledak dan satpam harus

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap hasil ledakan untuk

memastikan bahwa keadaan aman dari kemungkinan adanya misfire. Jika

terjadi misfire dilakukan peledakan ulang, sampai dipastikan tidak ada

lagi misfire. Setelah dipastikan aman, seluruh alat diperbolehkan

beroperasi kembali.

Ada dua cara penanganan misfire, yaitu:

a) Diledakan saat itu juga, dengan memperbaiki rangkaian dan

menggunakan delay detonator cadangan yang biasanya sudah

dilebihkan pengambilannya pada setiap kegiatan peledakan untuk

mengatasi terjadinya misfire.

b) Lubang yang mengalami misfire tersebut diberi tanda untuk keamanan

64

akan dirangkaikan kembali dengan rangkaian peledakan yang baru

saat melakukan kegiatan peledakan berikutnya. Ini disebabkan karena

lubang ledak telah tertimbun oleh hancuran material penutup dan

menunggu material tersebut untuk dimuat. Lubang yang mengalami

gagal ledak ini mendapat perlakuan khusus, yaitu diletakkan pada

rangkaian terakhir. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi jika terjadi

premature blasting.

c. Pemuatan dan Pengangkutan Overburden

Setelah pekerjaan peledakan (blasting) selesai, maka kegiatan

pembongkaran overburden bisa dilakukan. Adapun urutan proses pekerjaan

pembongkaran overburden tersebut adalah sebagai berikut:

1) Batuan yang telah diledakkan sebelumnya dibongkar dengan ripper yang

ada pada bagian belakang buldozer.

2) Blade buldozer mengumpulkan batuan-batuan tadi sambil

mempersiapkan jalan yang akan ditempuh oleh excavator dan dump truk

atau euclid untuk mengambil material tersebut.

3) Setelah jalan selesai dibuatkan oleh buldozer, maka excavator dapat

mulai bekerja mengambil batuan dan memasukkannya ke- dalam bak

dump truck dan euclid. Euclid adalah jenis dump truck berukuran besar, dengan kapasitas bak 22 BCM. Oleh sebab itu pengisian bak euclid

dilakukan oleh excavator dengan kapasitas bucket yang lebih besar pula.

Seperti, Komatsu PC 1200 (3,1 m3). Sedangkan jenis dump truck lain

yang digunakan adalah Mitsubishi 220 PS, dengan kapasitas bak 6 BCM.

65

4) Dump truck dan euclid mengangkut batuan tadi ke tempat pembuangan

(waste dump). Di mana, demi menunjang kinerja masing-masing jenis

alat angkut, maka lokasi waste dump untuk dump truck berbeda dengan

waste dump untuk euclid. Dan pekerjaan ini dilakukan secara terus-menerus hingga pergantian shift berikutnya.

5) Selama dump truck melewati jalan tambang, debu-debu sangat banyak

berterbangan. Maka Foreman memerintahkan mobil water tank untuk

menyirami jalan tersebut. Dan penyiraman ini dilakukan secara berkala

tergantung kondisi di lapangan.

6) Di samping banyaknya debu yang berterbangan, material-material yang

terbawa oleh bak dump truck maupun euclid berupa batu dan air

seringkali berjatuhan di jalan tambang. Hal ini tentu saja sangat

berbahaya, berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan mengganggu

kinerja dump truck maupun euclid. Oleh sebab itu motor grader bekerja

membersihkan jalan dari jatuhan batu-batuan tesebut.

Berikut gambaran pemuatan overburden oleh euclid seperti gambar

21 dan 22 berikut ini.

Sumber: Dokumentasi penulis Gambar 21. Pemuatan Overburden

Dokumen terkait