• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Diare di Masyarakat

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut

1.

(Depkes RI, 2007):

2.

Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok Oralit.

3.

Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di Rumah Tangga secara tepat dan benar.

4.

Meningkatkan Upaya Pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

5.

Meningkatkan sanitasi lingkungan.

Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare Salah satu kegiatan program pemberantasan penyakit diare di masyarakat adalah melalui upaya pencegahan dengan pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang bertujuan terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati, dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan KIE sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. Adapun Strategi pemberantasan penyakit diare, adalah: (1) Advokasi, melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai tingkat administratif pelaksana program baik lintas program maupun sektor guna mendukung pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare; (2) Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di masyarakat untuk mendapatkan social support dalam komunikasi pemberantasan penyakit diare; (3)

Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam melaksanakan tatalaksana penderita diare dan pencegahan diare atau empowerment (Depkes RI, 2007).

Kegiatan pemberantasan penyakit diare, yang ditetapkan Depkes RI (2007), adalah:

1. Pendekatan Pimpinan/Pengambil Keputusan (Advocacy) :

a. Menentukan dan memantapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para pengambil keputusan.

b. Menentukan sasaran: Sasaran ditentukan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) Pimpinan lintas program ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan program terkait, (2) Pimpinan lintas sektor ditentukan berdasarkan keterkaitannya dengan kelompok masyarakat sasaran, dan (3) Penyandang/Sumber dana, dan semua semua agensi yang berpotensi, termasuk pengusaha (BUMN, Swasta), bantuan luar negeri, dan lain-lain. c. Menentukan perilaku yang diharapkan, yaitu: (1) Pimpinan lintas program

dalam tatalaksana penderita diare dan pencegahan penyakit diare diharapkan membantu dalam Petunjuk operasional dan bentuk terpadu lainnya, Koordinasi dan pengawasan, dan Dukungan sumber daya; (2) Pimpinan lintas sektor, terutama dalam pencegahan penyakit diare, diharapkan dapat membantu dalam Penerbitan petunjuk operasional, Melaksanakan koordinasi dan pengawasan, Mengusahakan sumber daya; dan (3) Penyandang dana, diharapkan dapat membantu dalam Menyediakan dana, Menyediakan sarana, dan menyediakan tenaga ahli.

d. Menentukan pesan, merujuk ke tujuan yang hendak dicapai. Secara prinsip, mengembangkan pesan dengan dasar untuk mencegah kejadian dan kematian karena diare.

e. Menentukan Metode dan Teknik, Disesuaikan dengan segmen sasaran Advocacy, antara lain: Pendekatan langsung, Seminar, Rapat kerja, Lokakarya, Sarasehan.

f. Menentukan Media, disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode serta teknik penyampaian, misal: Proposal, Buku Pedoman, Makalah, Leaflet 2. Dukungan Suasana (Social Support), meliput i:

a. Rangkaian kegiatan hampir sama dengan Advocacy, tetapi kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang, antara lain Kader, Tim Penggerak PKK, tokoh masyarakat di tingkat kecamatan, Kab/Kota dan Propinsi.

b. Materi KIE lebih operasional dari pencegahan penyakit dan tatalaksana penderita yang cepat dan tepat, antara lain: menolong penderita diare di rumah tangga, penyuluhan tentang pencegahan penyakit diare.

c. Metode, teknik dan bentuk media disesuaikan dengan kelompok sasaran. Begitu pula sarana yang digunakan disesuaikan dengan kondisi, seperti cetak, elektronik dan tradisional.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment), meliputi:

a. Sebagai sasaran utama KIE adalah masyarakat. Secara aktif masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.

b. Materi pesan adalah : (1) Tatalaksana penderita diare di rumah tangga dan (2) Pencegahan penyakit diare

c. Metode dan teknik, selain disesuaikan segmen pasar, diupayakan berlangsung dinamis, misalnya tatap muka, simulasi, demonstrasi, penyuluhan kelompok.

d. Media saluran komunikasi, pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran yaitu menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika. Pemantauan terhadap program pemberantasan penyakit diare lebih ditujukan pada aspek proses. Pemantauan terhadap proses dapat dilakukan dalam bentuk angket, supervisi atau rapid assessment survey, sedangkan penilaian lebih ditujukan pada dampak program dan sering disebut evaluasi. Pelaksanaan penilaian dapat dilaksanakan pada pertengahan atau akhir pelaksanaan program. Indikator dikembangkan sesuai dengan tujuan program. Penilaian dapat dirancang untuk dilaksanakan sendiri atau digabung dalam survei besar dengan program lain, seperti SKRT atau SDKI. Lokasi penilaian adalah di lapangan (masyarakat) dan sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit (Depkes RI, 2007).

Program pemberantasan penyakit diare, juga mencakup kegiatan Pencegahan Penyakit Diare, yang diharapkan dapat memberi dukungan untuk menurunkan angka kejadian kematian akibat diare. Adapun upaya pencegahan penyakit diare untuk masyarakat, meliputi (Depkes RI, 2007):

1. Penggunaan botol susu dan dot yang steril, penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan di lingkungan yang panas, sering

menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.

2. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah, dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: ambil air dari sumber air yang bersih, ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air, pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak mandi, gunakan air yang direbus, cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

Menurut Chandra (2007), Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

3. Mencuci tangan dengan sabun, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

4. Menggunakan jamban, pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat dan keluarga harus buang air besar di jamban, dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga; bersihkan jamban secara teratur; bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.

5. Membuang tinja balita yang benar. Banyak orang yang beranggapan bahwa tinja balita itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja balita dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja balita harus dibuang secara bersih dan benar; dan yang harus diperhatikan oleh keluarga: Kumpulkan segera tinja balita dan buang ke jamban, Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya, Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun, Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya dengan sabun.

6. Pemberian Imunisasi campak. Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

Penyakit diare disebabkan oleh mikro organisme (seperti bakteri, parasit, protozoa, dan virus) melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja, sedangkan faktor yang berpengaruh lainnya meliputi faktor pejamu dan faktor lingkungan. Untuk kasus diare pada balita, perilaku orang dewasa yang menangani makanan merupakan salah satu faktor penting. Sehingga meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap ibu rumah tangga dengan anak balita tentang perilaku hidup bersih dan sehat, diharapkan terjadi penurunan jumlah insiden diare di kelompok balita (Depkes RI, 2007).

Dokumen terkait