• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Kehadiran Makrozoobentos di Setiap Stasiun

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 4 (empat) stasiun di Perairan Haranggaol, Danau Toba, Sumatera Utara didapat 19 genus makrozoobentos yang tergolong ke dalam 3 filum, 5 kelas, 7 ordo dan 14 famili, seperti pada (Tabel 1). Filum Moluska merupakan makrozoobentos yang terbanyak didapatkan yang terdiri dari 2 kelas, 4 ordo, 10 famili dan 14 genus. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan seperti suhu, pH air, pH substrat, substrat dasar perairan yang berpasir dan berbatu, kandungan oksigen terlarut dan faktor fisik kimia lainnya masih sesuai untuk kehidupannya. Menurut Pradana (2008), Filum Moluska dapat hidup di segala lingkungan air dan di darat dari kondisi lembab hingga padang pasir. Golongan hewan ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Menurut Pennak (1998), Arthropoda menyukai habitat berbatu dan berpasir, kandungan oksigen terlarut dalam air yang tinggi, serta pH air yang normal. Filum yang paling sedikit didapatkan adalah filum Annelida masing-masing terdiri dari 1 kelas, 1 ordo, 1 famili dan 1 genus. Sedikitnya jumlah genus dari filum Annelida yang didapatkan karena kondisi perairan yang kurang mendukung bagi kehidupan makrozoobentos tersebut. Menurut Wetzel (1982), Annelida banyak ditemukan pada substrat yang berukuran halus (lumpur) dengan kandungan organik yang tinggi.

Makrozoobentos yang paling banyak dijumpai di setiap stasiun penelitian yaitu pada stasiun 1 yang merupakan daerah keramba yang terdiri dari 16 genus yaitu Sphaerium sp.,Macrobrachium sp., Palaemonetes sp.,Pseudosucinaea sp.,

Pomatiopsis sp., Floridobia sp., Apella sp., Goniobasis sp., Truncatella sp.,

Lioplax sp.,Campelomasp., Thiarasp.,Haemodipsa sp.,Plathemissp., Ectopria

sp., Notonecta sp.. Hal ini disebabkan bahwa kondisi lingkungan perairan seperti suhu, pH air, pH substrat, kadar organik substrat kandungan organik substrat dan substrat dasar (seperti terlihat pada Tabel 5) masih sesuai untuk lingkungannya.

Tabel 1. Klasifikasi Makrozoobentos yang diperoleh di Setiap Stasiun Penelitian

Filum Kelas Ordo Famili Genus Stasiun

1 2 3 4

1. Annelida 1. Hirudinae 1. Clitellata 1. Hirudae 1. Haemodipsa + + - -

2. Arthropoda 2. Crustaceae 2. Decapoda 2. Palaemonidae 2. Macrobrachium + + + -

3. Palaemonetes + + + -

3. Insecta 3. Odonata 3. Gomphidae 4. Progomphus - + + +

4. Libellulidae 5. Plathemis + + + +

4. Coleoptera 5. Psephenidae 6. Ectopria + - - -

5. Hemiptera 6. Naucoridae 7. Notonecta + - - -

3. Moluska 4. Bivalvia 6. Spahaeriida 7. Spaeriidae 8. Sphaerium + + + -

5. Gastropoda 7. Basommatophora 8.Limnaeidae 9. Pseudosucinaea + - + +

9. Bulimidae 10. Pomatiopsis + - - + 11. Paludestrina - + - - 10.Hydrobidae 12. Floridobia + - + - 11. Pleuroceridae 13. Apella + + + + 14. Goniobasis + + + - 15. Viviparus - - - + 12. Truncatellidae 16. Truncatella + - - + 13. Viviparideae 17. Lioplax + - - + 18. Campeloma + - + - 14. Thiaridae 19. Thiara + + + + Jumlah 16 10 11 9 Keterangan: + = ada - = tidak ada

Salah satu faktor yang paling mendukung untuk perkembangan dan pertumbuhan makrozoobentos pada stasiun ini adalah ketersediaan nutrisi (kadar organik) dimana pada stasiun ini ketersediaan nutrisi sangat mencukupi yang berasal dari sisa-sisa pakan ikan yang terakumulasi di dasar perairan, yaitu 2,272% (Tabel 5). Menurut Darmono (2008), keberadaan atau banyaknya populasi dan distribusi dari suatu genus organisme dalam suatu ekosistem bergantung pada daya toleransi spesies tersebut terhadap beberapa faktor fisik ataupun kimiawi.

Makrozoobentos yang paling sedikit dijumpai pada setiap stasiun penelitian yaitu pada stasiun 4 yang terdiri dari 9 genus yaitu Pseudosucinaea sp.,

Pomatiopsissp.,Apellasp.,Viviparussp.,Truncatellasp.,Lioplaxsp.,Thiarasp.,

Progomphus sp., Plathemis sp., Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan kurang mendukung untuk kehidupan makrozoobentos seperti rendahnya nilai kadar organik substrat (1,554%) seperti terlihat pada Tabel 5. Rendahnya kadar organik substrat pada lokasi ini akan mengakibatkan menurunnya jumlah populasi hewan bentos dan sebagai organisme dasar, bentos menyukai substrat yang akan kaya akan bahan organik. Maka pada perairan yang kaya akan bahan organik, umumnya terjadi penurunan populasi hewan bentos. Menurut Hutchinson (1993), keanekaragaman makrozoobentos di perairan juga dipengaruhi oleh jenis substrat dan kandungan organik substrat.

Ada beberapa genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 1 yaituEctopria,Notonecta. Hal ini disebabkan faktor fisik kimia yang mendukung untuk kehidupan makrozoobentos tersebut, diantaranya suhu yaitu 27 °C, pH substrat yaitu 6,7, pH air yaitu 7,2 (seperti terlihat pada Tabel 5), dan kandungan organik substrat yang tinggi sebagai salah satu sumber bahan makanan yang lebih baik dari stasiun lainnya. Dari hasil pengukuran faktor-fisik kimia yang didapatkan masih sesuai untuk kehidupan maakrozoobentos di perairan tersebut. Menurut Sukarno (1981), suhu dapat membatasi sebaran hewan makrozoobentos secara geografik dan suhu yang baik untuk pertumbuhan hewan makrozoobentos berkisar antara 25 - 31 °C. Menurut Efrizal (2008), distribusi dan kelimpahan makrozoobentos tergantung beberapa faktor seperti kualitas dan kuantitas makanan, disamping itu kemampuan organisme tersebut menyesuaikan diri terhadap parameter fisika dan kimia perairan.

Genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 2 pada Paludestrina.

Hai ini disebabkan kondisi lingkungan perairan yang sesuai untuk pertumbuhan genus Paludestrina. Hal ini disebabkan faktor kimia yang cukup baik untuk kehidupan genus ini. Menurut Hutchinson (1993), genus Paludestrina dapat bertahan hidup pada kisaran pH air 7-8. Hal ini sesuai dengan faktor fisik kimia perairan yang didapatkan pada stasiun ini yaitu (pH 7,1) seperti terlihat pada Tabel 5. Menurut Barus (1996), nilai pH air yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Genus makrozoobentos yang hanya dijumpai di stasiun 4 yaitu Viviparus.

Hal ini disebabkan pada stasiun ini memiliki nilai oksigen terlarut (DO) paling tinggi dibandingkan stasiun lain yang menyebabkan banyak makrozoobentos dapat hidup. Oksigen terlarut dalam air sangat dibutuhkan oleh makrozoobentos maupun biota perairan lainnya untuk kelestarian jenis makrozoobentos. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin 2000).

4.1.2. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran

Dokumen terkait