• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Kehamilan Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan diawal

kehamilan. Kondisi yang demikian diduga berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon kehamilan dan estrogen secara berlebihan. Umumnya gangguan mual muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan, yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan. Dalam keadaan ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering. Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu,

sari buah, cairan elektrolit atau soda tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Soetjiningsih, 1997).

Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit.

Hyperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis

dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik. Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah.

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil.

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana

demikian dapat menimbulkan kekawatiran wanita hamil, dan mengagetkan keluarga (Manuaba, 1998).

2.5.2. Penyebab Hyperemesis Gravidarum

Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) : 1. Faktor adaptasi dan hormonal

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hyperemesis

gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah

wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradabtasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hyperemis

gravidarum.

2. Faktor Psikologis

Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.

3. Faktor Alergi

Pada kehamilan dimana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap menyebabkan kejadian hyperemesis gravidarum.

2.5.3. Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum

Pada penderita dengan muntah terus-menerus cadangan karbohidrat dan cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak tidak sempurna timbul ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetic, asam hidrosibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselluler dan plasma berkurang. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke dalam jaringan menurun. Kekurangan kalium akan terjadi karena muntah dan karena peningkatan eksresi kalium karena ginjal. Hipokalemi ini menyebabkan lebih banyak muntah. Muntah yang bertambah banyak bersama dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulus

vitiosus yang sukar dipatahkan.

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hyperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi apabila keadaan umum penderita terpengaruh sebaiknya itu dianggap sebagai hyperemesis gravidarum.

Menurut gejala-gejalanya, hyperemesis gravidarum dapat dibagi dala m tiga tingkat yaitu (Manuaba, 1998) :

1. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ia merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badannya turun dan ia merasa nyeri epigastrium. Nadinya meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik turun, tugor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung. 2. Tingkat II

Penderita tampak lebih lemah lagi apatis, tugor kulit lebih mengurang, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, kadang-kadang suhunya naik sedikit dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun, mata menjadi cekung, tensi turun, urin berkurang, terjadi gangguan buang air besar.

3. Tingkat III

Keadaan umum wanita hamil lebih payah. Muntah-muntah berkurang, gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai koma, nadi meningkat, suhu lebih meningkat, tekanan darah turun, keadaan dehidrasi makin jelas.

Selama kehamilan sering terjadi gangguan yang dapat disebabkan oleh kehamilan itu sendiri, misalnya (Soetjiningsih, 1997) :

1. Rasa mual dan muntah-muntah (emesis-hyperemesis)

- Beberapa minggu awal kehamilan nafsu makan turun, timbul rasa mual dan muntah, biasa disebut morning sickness, meskipun tidak selalu terjadi di pagi hari.

- Dalam hal ini variasi makanan sangat diperlukan guna mempertahankan selera makan, dianjurkan pemberian makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan sering.

- Cairan diberikan dalam bentuk terpisah untuk menghindari muntah, dianjurkan banyak minum, kaldu, sari buah, cairan elektrolit atau sida tanpa kafein untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu dianjurkan cukup istirahat dan disediakan makanan yang dapat dimakan sewaktu-waktu. Bila keadaan menjadi lebih berat disebut hyperemesis, maka ibu segera dirujuk ke rumah sakit. Diit yang diberikan untuk keadaan ini adalah diit

hyperemesis I/II/III, tergantung keadaan klinis ibu.

Umumnya gangguan mual dan muntah tersebut bisa berlangsung hingga minggu ke 20 kehamilan yang ditandai dengan mual yang tidak terkendali serta muntah-muntah hampir dua puluh kali setiap harinya. Akibatnya nafsu makan si ibu akan hilang dan tubuh menjadi lemas karena kehilangan banyak cairan.

2. Rasa kepenuhan

Untuk menghindari terjadinya keadaan hal ini :

a. Menghindari pemberian kafein, makanan terlalu banyak bumbu, makanan berlemak, makanan/minuman yang menimbulkan gas

b. Setiap selesai makan jangan tidur dengan posisi rata, usahakan kepala lebih tinggi

3. Konstipasi

Keadan ini sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari a. Kegiatan ibu semakin berkurang akibat umur kehamilan

b. Tekanan berat janin terhadap saluran pencernaan makanan c. Makanan ibu kurang mengandung serat

Hal ini dapat diatasi dengan :

a. Banyak minum dan makan makanan tinggi serat (sayuran, buah terutama lalapan)

b. Sedikit latihan/senam hamil

c. Minum sari buah lebih banyak, kalau 3-4 hari jika konstipasi masih berlangsung

4. Kegemukan

Setelah melewati masa mual/emesis, nafsu makan dapat kembali normal atau bahkan lebih besar (ada pula ibu-ibu yang tidak mengalami gangguan nafsu makan). Pembatasan kalori pada kehamilan sangatr tidak dianjurkan karena dapat merugikan janin, namun pengaturan berat badan sampai tahap tertentu diharapkan.

5. Anemia

Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Gejalanya adalah kadar Hb darah kurang dari 11 g%, pucat, pusing, lemas, penglihatan berkunang-kunang dan berat badan ibu naiknya sedikit. Ibu yang anemia dua kali lebih sering mendapat bayi berat badan lahir rendah dari pada ibu yang tanpa anemia.

6. Keracunan kehamilan

Keadaan ini disebut juga toksemia, merupakan penyakit hipertensif akut yang terjadi pada sekitar minggu ke 20 (trimester III), ditandai dengan :

a. Tekanan darah

c. Adanya edem

2.5.4. Penanganan Hyperemesis Gravidarum

Penanganan hyperemesis gravidarum meliputi pencegahan, mengurangi muntah-muntah, koreksi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, pemberian vatamin dan kalori yang adekuat untuk mempertahankan nutrisi.

Profilaksis terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberi keyakinan bahwa mual dan muntah ialah gejala-gejala yang lazim dalam kehamilan muda dan akan hilang menjelang kehamilan 4 bulan, mengubah cara makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. Waktu pagi jangan segera keluar dari tempat tidur, tetapi makanlah dahulu roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau sebaiknya dihindarkan. Defekasi secara teratur hendaknya diperhatikan. Menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, maka dari itu dianjurkan makanan yang mengandung banyak gula.

Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang, harus diberi pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen. Sedatif yang sering diberikan adalah fenolbarbital. Vitamin yang sering diberikan adalah vitamin B1 dan vitamin B6. Beberapa antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin dan torekan. Penanganan hyperemesis gravidarum perlu dilakukan di rumah sakit dengan cara:

1. Isolasi

Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ka kamar penderita. Dengan demikian penderita dilepaskan dari lingkungan yang mungkin merupakan sumber kecemasan baginya. Kadang-kadang dengan isolasi saja, mual dan muntah berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Dengan beristirahat-baring, penderita ditempatkan dalam kamar yang tenang dan berventilasi baik. Tidak diberikan makanan dan minuman per oral dalam 24 jam.

2. Terapi Psikologik

Dengan segala usaha diyakinkan kepada penderita bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Bila keadaan mengizinkan, sebaiknya diusahakan menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor psikologis atau sosio-ekonomis yang dapat menjadi latar belakang muntah-muntah yang berlebihan itu.

3. Cairan Parental

Segera setelah diagnosis dipastikan, kepada penderita diberikan glukosa 5% dalam air garam fisiologik dengan infus intra vena sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Selanjutnya diberikan vitamin B kompleks, vitamin C dan 25 mg klorpromazin dengan suntikan intramuskulus. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan (air kencing dan muntah), air kencing harus diperiksa sehari sekali terhadap protein, aseton klorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan selanjutnya menurut keperluan. Jika penderita dalam 24 jam tidak muntah dan keadaan umum bertambah

baik, dapat dicoba untuk memberi minuman tergantung dari keadaan minuman dapat ditambah dan lambat laun dapat diberi makanan cair.

Pada umumnya dengan cara penanganan tersebut diatas keadaan umum penderita berangsur baik, diuresis bertambah, aseton dalam air kencing lambat laun menghilang dan kualitas nadi bertambah baik.

4. Penghentian Kehamilan

Ada kalanya dengan terapi tersebut diatas keadaan penderita tidak bertambah baik, malahan mundur. Dieresis tidak bertambah, asetonuria tetap ada, nadi bertambah cepat dan suhu menaik. Dalam keadaan demikian penghentian kehamilan perlu dipertimbangkan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sulit diambil oleh karena pada satu pihak tidak boleh terlalu cepat dan pada lain pihak tidak boleh menunggu sampai gejala-gejala yang menunjukkan kelainan ireversibel pada alat-alat vital.

2.5.5. Diit Ibu Hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum

Diit ibu hamil dengan hyperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis, serta secara berangsur memberikan makanan yang cukup kalori dan zat gizi. Syarat diit hyperemesis gravidarum adalah tinggi karbohidrat, rendah lemak dan cukup cairan. Makan mudah dicerna, tidak merangsang dan diberikan dalam porsi yang kecil tapi sering. Menurut keadaan ibu hamil secara berangsur diberikan makanan yang memenuhi syarat gizi, sebagai berikut (Junaidi, 2001).

1). Diit Hyperemesis I

Diit ini diberikan kepada ibu hamil dengan hyperemesis berat. Makanan terdiri dari roti kering dan buah-buahan, semua zat gizi dikurangi kecuali vitamin C, oleh karena itu hanya diberikan beberapa hari. Nilai zat gizi diit ini sehari ialah 1059 kalori, dan 15 gram protein.

2). Diit Hyperemesis II

Diit ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mual diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi kecuali vitamin A dan vitamin C. Nilai giz i ini adalah 1672 kalori dan 57 gram protein.

3). Diit Hyperemesis III

Diit ini diberikan kepada ibu dengan hyperemesis ringan. Makan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium. Nilai gizi diit ini sehari adalah 2269 kalori dan 73 gram protein.

Ibu hamil yang mempunyai gangguan pada kehamilan, terutama yang menderita hyperemesis gravidarum dianjurkan untuk melakukan diit dengan tujuan :

1. Mengganti persediaan glikogen dan mengontrol asidosis

2. Secara berangsur memberikan makanan cukup kalori dan zat-zat gizi. Adapun syarat-syarat diit hyperemesis gravidarum antara lain : tinggi hidrat arang, cukup cairan, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan penderita, makanan mudah dicerna tidak merangsang

serta diberikan dalam porsi kecil tetapi sering, dan memenuhi syarat gizi (Soetjiningsih, 1997).

Tabel. 2.2.

Bahan Makanan yang Diberikan Sehari Bahan

Makanan

Diit Hyperemesis I Diit Hyperemesis II Diit Hyperemesis III Berat (gr) URT Berat (gr) URT Berat(gr ) URT Beras Roti Biskuit Daging Telur Tempe Sayuran Buah Minyak Margarin Selai Gula pasir - 120 - - - - - 700 - - 30 50 - 6 potong - - - - - 7ptg.pepay a - - 3 sdm 5 sdm 150 80 - 100 50 50 150 400 - 10 20 30 2 gls.nasi 4 potong - 2 ptg. sdg 1 butir 2 ptg. sdgsdg 4ptg.pepay a - 1 sdm 2 sdm 3 sdm 200 80 40 100 50 100 150 400 10 20 20 30 3 gls.nasi 4 potong 4 buah 2 ptg.sdg 1 butir 4 ptg.sdggls 4ptg.pepay a 1 sdm 2 sdm 2 sdm 3 sdm

Keterangan : - URT = ukuran rumah tangga - ptg = potong

- sdm = sendok makan - sdg = sedang

- gls = gelas

Makanan bagi ibu hamil yang mengalami Hyperemesis Gravidarum sebaiknya dalam porsi ringan. Berikut ini panduan dalam pengaturan pola makan untuk hyperemesis gravidarum (Majalah Lisa, 2007) :

1. Hindari mengkonsumsi makanan berbumbu menyengat, berminyak dan makanan berat dalam porsi besar. Caranya : Bagi porsi makan menjadi 5 atau 6 bagian porsi kecil dalam sehari yang bisa dimakan setiap 2 jam sekali. Di

2. Pastikan tubuh mendapatkan cukup asupan cairan.

Caranya : Bawalah botol berisi air putih kemanapun anda pergi, dan minum beberapa teguk setiap hari secara teratur. Cara tersebut untuk mencegah meningkatnya asam lambung yang bisa mempengaruhi rasa mual yang anda alami. Tapi jangan minum bersamaan saat makan, itu akan membuat perut terasa penuh dan mual semakin parah.

3. Makanlah makanan berkarbohidrat tinggi, batasi makanan dan minuman manis.

Pilihannya : roti panggang, madu, pisang, kentang panggang, tofu atau sereal. 4. Minuman yang tepat di pagi hari.

Yang bisa dijadikan alternatif : jus buah, tapi hindari yang terlalu asam.

5. Bisa mengkonsumsi teh jahe, permen jahe atau permen rasa mint untuk menghilangkan rasa mual.

Dokumen terkait