• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehamilan Patologi Anemia Pada Ibu Hamil

Dalam dokumen Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Ha (Halaman 33-43)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Kehamilan Patologi Anemia Pada Ibu Hamil

Kehamilan patologis adalah kehamilan yang disertai dengan penyulit atau gangguan atau komplikasi. Bentuk-bentuk patologi kehamilan menurut Sujiyatini dkk, 2009 adalah sebagai berikut :

a. Anemia Pada Ibu Hamil 1) Pengertian

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsi-fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto dan Wasnindar, 2007). Menurut WHO (World Health Organization) anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin < 11 gr% pada trimester I dan III, serta < 10,5 gr% pada trimester II. Jika anemia pada ibu hamil tidak segera

lebih parah yaitu menjadi anemia sedang yang dapat berlanjut menjadi anemia berat. (Gde Manuaba, 2010). Kriteria anemia menurut WHO (1968) yaitu

Laki-laki dewasa : Hemoglobin <13 gr/dl Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin <12 gr/dl Wanita hamil : Hemoglobin <11 gr/dl Anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin <12 gr/dl Anak umur 6 bulan-6 tahun : Hemoglobin <11 gr/dl Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO Ringan sekali : Hemoglobin 10 gr/dl sampai normal Ringan : Hemoglobin 8 gr/dl sampai 9,9 gr/dl Sedang : Hemoglobin 6 gr/dl sampai 7,9 gr/dl Berat : Hemoglobin < 6 gr/dl

2) Patofisiologi

Pada saat hamil darah bertambah banyak atau biasanya disebut dengan hemodilusi atau hydremia yang dimulai pada saat usia kehamilan 16 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-33 minggu. Akan tetapi pertambahan antara plasma darah dengan eritrosit tidak seimbang, dimana penambahan plasma darah mencapai 25 sampai 30% dan penambahan sel darah merah hanya 20%, sehingga menyebabkan anemia fisiologis (Saminem, 2009).

3) Penyebab Anemia

Penyebab anemia menurut Jurnal D III Kebidanan Mutiara Indonesia, penyebab anemia, antara lain sebagai berikut : a) Kehilangan banyak darah

Kehilangan banyak darah merupakan salah satu penyebab anemia, hal ini terjadi karena persediaan dan absorbsi Fe yang tidak mampu menggantikan darah yang hilang.

Gangguan absorbsi atau penyerapan pada bagian usus, karena adanya infeksi, peradangan dan parasit (cacing). b) Kebutuhan Fe yang meningkat dan tidak diimbangi dengan

asupan Fe.

Pada saat hamil kebutuhan Fe meningkat sekitar 40 mg/hari atau 2 kali lipat dari wanita yang tidak hamil.

c) Penyakit Kronis seperti malaria, TBC dan cacing.

Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina yang pada saat menggigit akan menghisap darah manusia dan akan menginfeksi melalui aliran darah, aliran darah masuk ke dalam hati dan akhirnya parasit tersebut merusak sel darah merah. Untuk penyakit TBC dia akan menyebar melalui paru, hati bahkan pada bagian tulang, sehingga akan menurunkan fungsi sum-sum tulang belakang.

4) Jenis Anemia

Menurut Proverawati, 2011 jenis-jenis anemia pada ibu hami, antara lain sebagai berikut :

a) Anemia defisiensi besi

Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan terjadi karena kekurangan zat besi. Penyebab anemia ini biasanya karena asupan makanan yang kurang memadai, gangguan penyerapan atau resorpsi dan banyak zat besi yang terbuang, misalnya pada kasus perdarahan. Diagnosa untuk anemia defisiensi besi biasanya dengan melakukan pemeriksaan Hct ≤ 30%, penurunan kadar besi dan feritin serum (zat besi total dalam tubuh).

b) Anemia megaloblastik

Merupakan anemia yang terjadi karena defisiensi asam folat atau B12. Defisiensi asam folat ini akan meningkatkan resiko kecacatan pada tabung saraf (medulla spinalis) di sum-sum tulang belakang. Anemia ini bisa dicegah dengan memberikan asam folat 0,4 mg/hari sedangkan untuk wanita yang memiliki janin dengan spina bifida harus minum 4 mg/hari dimulai sebelum konsepsi. Diagnosa anemia ini dapat ditegakkan dengan jumlah serum folat yang rendah.

c) Anemia Hipoplastik

Merupakan jenis anemia yang terjadi karena adanya penurunan fungsi sumsum tulang belakang. Anemis ini ditandai dengan gejala perdarahan, seperti petekie dan ekimosis (perdarahan kulit).

d) Anemia Hemolitik

Merupkan jenis anemia dimana sel darah merah mengalami hemolisis sebelum waktunya atau penghancuran sel darah merah sebelum 120 hari.

5) Tanda dan Gejala

Menurut Proverawati, 2011 gejala awal anemia pada ibu hamil biasanya tidak spesifik, misalnya :

a) Marasa lelah atau lemah, hal ini terjadi karena oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga metabolisme atau mekanisme otot menjadi terganggu.

b) Pucat

c) Konsentrasi terganggu, hal ini terjadi karena pasukan oksigen ke otak kurang.

d) Jika anemia berat maka denyut jantung akan cepat. Hal ini terjadi karena jantung akan memompa darah lebih cepat sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat.

6) Diagnosa

Dalam penelitian Sitti Asyirah tahun 2012 diagnosa anemia pada ibu hamil dapat ditegakkan dengan cara :

a) Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Pada saat dilakukanan anamnesa ibu hamil yang mengalami anemia akan sering mengeluh mudah capek atau lelah, pusing dan mata berkunang-kunang. Sedangkan untuk pemeriksaan fisik biasanya pada daerah konjungtiva akan nampak pucat atau anemis.

b) Cek Hemoglobin sederhana dengan Metode Sahli

Cek hemoglobin dengan metode ini dilakukan dengan cara : i. Persiapkan alat yang akan digunakan, yaitu : kapas alkohol, tabung haemometer, larutan HCl (0,1%), lancet, pipet, aquades dan sarung tangan.

ii. Isi tabung haemometer dengan HCL (0,1%) sampai angka 2.

iii. Gunakan sarung tangan sebagai alat perlindungan diri. iv. Bersihkan ujung jari tengan pasien sebelah kiri dengan

menggunakan kapas alkohol dan tunggu sampai kering. v. Tusuk jari yang sudah dibersihkan tadi dengan

menggunakan lancet, darah yang pertama keluar diusap dengan menggunakan kapas alkohol, pijat ujung jari sampai darah cukup dan dihisap.

vi. Hisap darah secara perlahan dan teliti (tidak boleh ada gelembung udara yang masuk) sampai batas tanda 20 mm.

vii. Bersihkan ujung jari bekas tusukan dengan menggunakan kapas alkohol.

viii. Masukkan darah kedalam larutan HCl (0,1%) tanpa menimbulkan gelembung udara,pipet dibilas sampai bersih.

ix. Encerkan dengan aquades setetes demi setetes sampai warnanya sama dengan warna standar.

x. Baca hasil cek hemoglobin dengan skala pada tabung. c) Tes Labolatorium

Hitung darah lengkap atau CBC untuk menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia berdasarkan ukuran sel darah merah. Misalnya anemia mikrositik karena ukuran sel darah merah kecil.

7) Dampak atau Resiko

Dampak pada anemia tergantung dari beratnya anemia. Jika anemia masih ringan biasanya hanya mudah lelah, akan tetapi jika anemia yang dialami sudah berat, maka akan lebih beresiko misalnya kerusakan pada otak, gangguan fungsi jantung bahkan bisa menyebabkan kematian (Gde Manuaba,

Dampak atau pengaruh anemia menurut Gde Manuaba, 2010 antara lain sebagai berikut :

a) Saat hamil

i. Abortus atau keguguran

ii. IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)

iii. BBLR iv. Fetal Distres

Pada ibu hamil dengan anemia jumlah eritrosit atau sel darah merah akan berkurang, hal ini akan mempengaruhi jumlah hemoglobin yang membawa oksigen dan sari-sari makanan ke janin. Apabila jumlah oksigen yang dibawa tidak mencukupi maka pembuluh darah akan mengalami atrofi atau pengecilan, kalsifikasi bahkan infark yang akan menyebabkan gangguan pada fungsi plasenta. Hal tersebut mengakibatkan jumlah oksigen dan sari-sari makan yang dibawa melalui hemoglobin tidak mampu mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta janin kekurangan oksigen.

b) Saat bersalin i. Inersia Uteri

Inersia uteri ini terjadi karena jumlah oksigen yang dibawa ke uterus kurang atau tidak mampu mencukupi

untuk kontraksi uterus, sehingga kontraksi tidak adekuat.

ii. Partus Lama

Partus lama terjadi karena adanya inersia uteri yang menyebabkan pembukaan berlangsung lebih lama. iii. Fetal distress

Proses pembukaan yang lama tersebut akan mengakibatkan fetal distress, karena janin terlalu lama berada di dalam panggul. Selain itu ibu yang bersalin dalam kondisi anemia jumlah tenaganya juga lebih sedikit bila dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak anemia.

iv. Persalinan dengan tindakan c) Saat post partum

i. Retensio sisa plasenta ii. Subinvolusio uteri iii. Perdarahan post partum iv. Infeksi masa nifas

8) Penatalaksanaan Anemia

Menurut Proverawati, 2011 dan Tarwoto dan Wasnindar (2007) penatalaksanaan anemia dilakukan dengan cara :

a. Melakukan anamnesa apakah ibu sudah benar cara mengkonsumsi tablet Fe.

b. Menganjurkan ibu agar menkonsumsi makanan yang mengandung zat besi baik yang berasal dari tumbuhan dan hewani.

Tabel 2 Kandungan zat besi dalam makanan

Jenis Makanan Kenaikan kadar hemoglobin (gr%)

Kacang Hijau 0,11 Bayam 0,06 Terlur Ayam 0,04 Kacang Kedelai 0,11 Daging Ayam 0,02 Kangkung 0,04 Daging Sapi 0,04

c. Memaksimalkan penyerapan Fe atau zat besi dengan cara menganjurkan ibu untuk menkonsumsi tablet Fe dengan makanan atau minuman yang mengandung vitamin C misalnya air jeruk atau strawberry agar penyerapan zat besi bisa maksimal. Serta tidak menganjurkan atau melarang ibu meminum tablet Fe dengan teh atau kopi, karena kandungan tanin dalam teh atau kopi akan menghambat penyerapan zat besi.

1x1, anemia sedang 2x1 dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dan anemia berat maka dirujuk ke instansi yang lebih tinggi untuk dilakukan transfusi darah. Menurut Prawirohardjo (2009) 60 mg elemen besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin 1 gr%.

Dalam dokumen Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Ha (Halaman 33-43)

Dokumen terkait