Kepala Dinas Teknik
PERKEBUNAN TEH SIDAMANIK PADA MASA PTPN 1996-2005
8. ASISTEN PENGOLAHAN
5.4 Kehidupan karyawan PT Perkebunan Nusantara VI Sidamanik
Perkebunan teh yang ada di Sidamanik mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang dulunya merupakan tanah raja yang kemudian disewakan kepada pihak Belanda untuk pembukaan lahan perkebunan, dan kemudian setelah Indonesia merdeka pemerintah Republik Indonesia mengambil alih (menasionalisasikan) perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia salah satunya yaitu perkebunan teh Sidamanik.
Keberadaan perkebunan memberikan kehidupan baru bagi masyarakat Sidamanik. perkebunan telah membangun sebuah perkambungan baru di sekeliling perkebunan. Perkampungan ini tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang berkerja di perkebunan tetapi jug masyarakat sekitar perkebunan. Kehidupan masyarakat juga mengalami perubahan baik yang di sekitar perkebunan maupun yang ada diperkebunan. Kehidupan masyarakat berubah total ketika mulai masuknya perkebunan yang mana ketika masa raja-raja Simalungun kehidupan masyarakat masih bersifat tradisonal yang segala sesuatunya berdasarkan keputusan dari raja-raja dan pada saat itu juga masyarakat berkerja sebagai petani untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. kemudian untuk beberapa tahun kemudian berubah ketika
Kolonial Belanda mulai menguasai tanah-tanah mereka untuk kepentingan mereka.Dimana tanah-tanah yang sebelumnya dijadikan lahan pertanian masyarakat sekitar kini Belanda telah mengubahnya menjadi sebuah lahan perkebunan yang memberikan keuntungan besar bagi Belanda dan raja-raja yang menyewahkannya.61
PTPN VI telah memberikan kehidupan yang layak pada masyarakat perkebunan. PTPN IV Sidamanik yang memiliki ribuan tenagar kerja untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998 perusahaan telah memberikan sejumlah bantuan berupa uang ± sebesar Rp 60.000,00 perbulan untuk setiap pekerja. Selain itu perusahaan juga memberikan bantun berupa minyak goreng sebanyak 5 kg per bulan untuk setiap kepala keluarga. Kesehatan juga merupakan masalah penting yang selalu diperhatikan oleh pihak perusahaan, baik kesehatan pribadi karyawan (termasuk keluarga) serta kesehatan pada lokasi kerja.
Dalam hal ini, kesehatan pribadi (keluarga), perusahaan menyediakan bantuan jika karyawan memerlukan rawat inap (opname), serta pembayaran sebagian obat-obatan untuk memeperingan beban yang bersangkutan. Untuk itu dalam menjamin kesehatan karyawan perkebunan perusahaan membentuk suatu wadah dalam melaksanakan program dan kebijakan K3 yaitu P2K3 (panitia kesehatan dan keselamatan kerja).
Perusahaan juga menyediakan tempat tinggal bagi karyawan perkebunan yang biasa disebut masyarakat setempat dengan rumah pondok dan emplasmen. Di sekitar pemukiman karyawan perkebunan juga perusahaan memberikan fasilitas berupah
61 Budi Agustono, dkk, Sejarah Etnis Simalungun, Pematang Siantar, Musieum Simalungun, 2012.
rumah ibadah, sekolah (Tk, Madrasa), saran olahraga, klinik puskesmas, dan tempat penitipan anak. Perusahaan juga menyediakan beberapa asuransi yang akan menjamin kesejahteraan karyawan. Diantarannya:
1. Asuransi Jamsostek
Untuk asuransi ini perusahaan menyediakan dana jamsostek.
2. Asuransi Hari Tua. Dalam hal ini, asuransi hari tua ditujukan sebagai rasa penghormatan dan terima kasih terhadap jasa dan pengabdian karyawaan.
Karyawan-karyawan yang berkerja di PTPN IV Sidamanik ini kebanyakan darai mereka adalah keluaraga. Di mana pada saat itu dalam satu keluarga ada yang berkerja di perekebunan satu sampai dua orang yang dapat berkerja yang terdiri dari kepala kelurga, istri, dan bahkan anak-anak mereka dapat berkerja di dalam perkebunan. Hal ini tidak menyulitkan perusahaan. dengan demikian ini akan mempermuda berjalannya kegiatan produktivitas di perkebunan.
Hanya saja saat ini PTPN VI tidak lagi memperkerjakan satu keluarga dalam satu perusahaan hal ini dilakukan PTPN VI untuk menekan pengeluaran perusahaan yang pada saat itu sedang mengalami krisi ekonomi keuangan. Mengingat harga produksi teh lebih rendah dibandingkan dengan biaya untuk produksi teh itu sendiri. Dengan demikian PTPN VI melakukan sebuah kebijakan untuk merumahkan sebagian karyawannya dan ini berdampak pada karyawan perempuan serta perusahaan juga aktif melakukan mutasi atau memindahkan karyawan ke perkebunan lainnya (perpindahan yang dilakukan masih dalam satu perusahaan yang berada dalam
naungan PTPN IV) perpindahan yang dilakukan yaitu dari perkebunan teh ke perkebunan kelapa sawit.62 Sistem mutasi dilakukan jika dalam satu keluarga (suami-istri) keduanya tetap ingin bekerja sebagai karyawan di PTPN IV. Perkebunan teh Sidamanik adalah salah satu dari perkebunan yang mengalami krisis keungan yang disebabkan oleh faktor-faktor :
1 Krisis ekonomi yang dialami oleh perusahaan
2 Pengeluaran perusahaan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan
3 Jumlah tenaga kerja yang sangat banyak
4 Membutuhkan tenaga kerja yang lebih profesional dan ahli dalam bidangnya.
Terhitung sejak pertengahan tahun 2004, perusahaan perkebunan teh telah aktif merumahkan dan memutasi secara bertahap karyawannya. Tercatat menurut data statistik perkebunan, dalam setiap Afdeling (bagian dari Wilayah Desa) terdapat sekitar 200 orang (100 Kepala Keluarga) karyawan yang di mutasi ke perkebunan kelapa sawit, sekitar 200 orang karyawan pensiun dini dari lebih 600 orang (300 kepala keluarga) karyawan yang berada dalam perkebunan (dalam 1 Afdeling), sedangkan sisa jumlah penduduk yang tinggal yaitu sekitar 214 orang (107 Kepala Keluarga) dan masing-masing keluarga hanya mendapat jatah satu orang saja yang dapat bekerja sebagai karyawan yaitu hanya untuk laki-laki (suami) saja yang dapat di pekerjakan. Sementara, bagi wanita dirumahkan atau istilah dalam perkebunan
62 Fitri Syahrini Hasibuan, “ Analisis Efesiensi Penggunaan Tenaga Kerja di PTPN IV Unit Usaha Kebun Sidamanik, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009. hlm. 56
yaitu WTP (Wanita Tanggungan Pria) sehingga jumlah karyawan per Afdeling saat ini yang tersisa hanya sekitar 107 orang yang terdiri dari 107 kepala keluarga. 63
Sebelum di keluarkannya keputusan untuk merumahkan sebagian karyawan oleh pihak perusahaan, pada awalnya pihak perusahaan ingin melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sebagian karyawan, namun oleh pihak karyawan melakukan perlawanan kepada pihak perusahaan mereka menuntut agar pihak perusahaann mencari jalan lain dan tidak mem-PHK karyawan.64 Dengan demikian perusahaan hanya boleh memperkerjakan satu kepala dalam setiap satu kelurga saja hal ini demi untuk menormalisasikan kondisi keungan perusahaan yang saat ini dalam keadaan krisis ekonomi keuangan.65 Penguragan tenaga kerja perkebuna terjadi setiap tahunnya mereka sebagian ada yang yang dimutasi ke perkebunan kelapa sawit.
Berikut tabel tenaga kerja di perkebuna teh Sidamanik.
63 Ibid., hlm. 60-62
64 Wawancara dengan P. Manik, Desa Manik Maraja, 23 April 2016
65 Saat ini kebun teh Sidamanaik berhenti operasi pada tahun 1 November 2011 pabrik pengolahan the diberhentikan beroperasi hal ini disebabkan perusahaan perkebunan melakukan perbaikan tanaman dengan menanam kembali bibit teh yang baru meningat usia teh sekitar 50-an. Hal ini berdampak pada para perkeja perkebunan yang terpakasa berhenti karena tidak adanya kegiatan produkstivitas dalam perkebunan maupun pabrik pengolahan.
Tabel 3. Tenaga Kerja PTPN IV Sidamanik (1990-2005)
Tahun Tenaga Kerja
1990 3133
1991 3074
1992 2888
1993 2889
1994 2722
1995 2652
1996 2618
1997 2732
1998 2940
1999 2818
2000 2644
2001 2781
2002 2375
2003 2279
2004 2224
2005 1907
Sumber: PTPN Sidamanik