• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kajian Teori 1. Kepala Sekolah

2. Keiwirausahaan

27

atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan atau pengalaman usaha.

b. Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen dan masyarakat lainnya.30 Dengan demikian jiwa kewirausahaan bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang yang bereperan sebagai pengusaha, akan tetapi sifat ini juga dimiliki oleh setiap orang meskipun bukan pengusaha.

Peserta didik merupakan individu yang memiliki sejumlah potensi, baik bersifat fisik maupun psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan manusia dengan pribadi yang khas. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Pasal 1 Ayat 4 yaitu “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”31

Jadi Jiwa kewirausahaan peserta didik adalah segala bentuk kepribadian, sikap, serta pemikiran kreatif yang dimiliki oleh peserta didik guna untuk menciptakan segala sesuatu hal yang baru dan berbeda dari yang telah ada sebelumnya.

30 Suryana, Kewirausahaan, 7.

31 Evis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Bandung: Alfabeta, 2015), 132.

29

Untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan diantaranya yaitu bisa dilalui dengan cara memadukan kepribadian dan peluang.32

1) Memadukan Kepribadian

Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kewirausahaan itulah yang memebentuk kepribadian wirausaha.

Aspek ini bisa diamati dari segi memiliki kepercayan diri, memiliki kreatifitas diri, dan memiliki keberanian mengambil resiko.

a) Memiliki kepercayaan diri

Menurut Soesarsono Wijandi dalam bukunya Suryana yang berjudul Kewirausahaan, mengungkapkan bahwa:

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi.33

Jadi, Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam memulai, melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

Wirausaha yang sukses yaitu yang mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis (percaya dan yakin)

32

bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan.

Sebagai orang yang kuat rasa percaya dirinya, setiap wirausaha yang menemui kegagalan akan mengkoreksi kesalahan dirinya, tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan nasib. Ia akan melihat apa ada kesalahan dalam dirinya. Ia akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih maju, kemudian akan memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Ia yakin bahwa dengan memperbaiki diri segala persoalan akan dapat diatasi.34

Dengan memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap kerja keras, mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan. Dengan modal tersebut seorang wirausaha bekerja dengan tenang, optimis, dan tidak dihantui oleh rasa takut gagal.35

b) Memiliki kreatifitas diri

Kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada. Menurut Zimmerer dalam bukunya Mudjiarto dan Aliaras Wahid yang berjudul Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan mengungkapkan bahwa:

34 Mudjiarto, Membangun, 31-32.

35 E Mulyasa, Menjadi, 179.

31

Ide-ide kreatif sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama da berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreatifitas adalah menciptakan sesuatu dari asalnya tidak ada (generating something from nothing).36

Inspirasi diawali dengan pola pikir kreatif yang kuat dan semakin kuat pola kreatifnya maka semakin berkualitas kreatifitas yang dihasilkan. Berfikir kreatif merupakan sebuah proses yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan, namun setiap orang memiliki kemampuan kreatif yang berbeda. Kreatifitas bukanlah suatu bakat misterius yang diperuntukkan hanya bagi sekelompok orang tertentu. Menurut munandar dalam bukunya Ari Fadianti dan Dedi Purwana yang berjudul Menjadi Wirausaha Sukses, mengungkapkan bahwa:

Kreatifitas dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikan tertentu. Kreatifitas dimiliki oleh semua orang dan dapat ditingkatkan, oleh sebab itu harus dipupuk dan dikembangkan agar tidak terpendam dan tidak dapat diwujudkan.37

Jadi kreatif merupakan buah hasil pemikiran seseorang baik itu muda, tua bahkan tidak terbatasi oleh jenis kelamin sekalipun untuk menciptakan sesuatu yang baru dan dapat dikembangkan.

36

b) Memiliki keberanian mengambil resiko

Seorang wirausaha bila memiliki atau dipercayakan untuk mengelola uang ia tidak senang dengan kegiatan yang aman atau kecil resikonya. Misalnya dengan disimpan di bank, Reksadana dan lain-lain. Ia lebih menyukai mempergunakan uang tersebut dengan kegitan produktif untuk menghasilkan sesuatu yang lebih dibandingkan kalau ia simpan di bank sebagai investasi.

Singkatnya seorang wirausaha tidak menyukai sesuatu yang hasilnya sudah pasti dan mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan yang mengandung resiko rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya. Jadi seorang wirausaha adalah orang yang berani mengambil resiko yang wajar yang sudah diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil atau gagal.38

Kemauan dan kemampuan mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.

Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Anggelita S. Bajaro dalam bukunya Suryana yang berjudul Kewirausahaan juga

38 Mudjiarto, Membangun, 178.

33

berpendapat bahwa: “Seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.” 39

Wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau yang terlau tinggi. Karena resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relative rendah.

Sebaliknya, resiko yang tinggi kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu ia akan lebih menyukai resiko yang paling seimbang (moderat). Dengan demikian, keberanian dalam menanggung resiko yang menjadi nilai kewirusahaan adalah pegambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.40 Seorang wirausaha bukanlah orang yang berfikir gegabah tanpa memperhitungkan hasil dari tindakan yang akan dilakukannya.

2) Peluang

Menurut Zimmerer dalam bukunya Suryana yang berudul Kewirausahaan berpendapat bahwa:

Ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu: 1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri, 2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh, 3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial, 4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk menghargai usaha-usaha seseorang.41

39 Suryana, Kewirausahaan, 16.

40

Keempat peluang tersebut akan dapat dirasakan oleh seorang wirausaha apabila mampu menanamkan jiwa kewirausahaan ke dalam dirinya.

Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang rill, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus. Proses penjaringan ide atau disebut proses skrining, yang merupakan suatu cara terbaik untuk menemukan ide-ide potensial menjadi produk dan jasa rill. Adapun langkah dalam penjaringan skrining ide dapat dilakukan sebagai berikut:42

a) Menciptakan produk baru dan berbeda

Ketika ide dimunculkan secara rill atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna tentu saja, barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen baik konsumen pelangan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus mengetahui betul perilaku konsumen di pasar, dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan. Pertama, permintaan

42 Ibid., 53.

35

terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Kedua, waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.

b) Mengamati pintu peluang

Seorang wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar.

Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan resiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.

Menurut Zimmerer dalam bukunya Suryana yang berjudul Kewirausahaan mengatakan bahwa ada beberapa keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu:43

(1) Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.

(2) Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu penggunaan teknik harus dipertimbangkan sebelumnya.

(3) Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya.

(4) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.

(5) Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.

(6) Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.

c) Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi

Resiko resiko yang perlu diperhitungkan misalnya yaitu resiko teknik, resiko finansial, dan resiko pesaing.

Resiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Sedangkan resiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual dapat ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas dan karakteristiknya. Resiko finansial adalah resiko yang timbul sebagai akibat ketidak cukupan finansial baik dalam phase pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan dalam memberikan dukungan biaya produk baru.44

Jadi jiwa kewirausahaan peserta didik terbentuk dengan memadukan kepribadian yaitu memiliki kepercayaan diri, memiliki kreatifitas diri dan keberanian mengambil resiko, dan ketika memiliki peluang.

44 Ibid., 53-55.

37

BAB III

Dokumen terkait