BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.2. Analisis Univariat
4.2.2. Kejadian kecemasan ibu bersalin primigravida kala I
Kecemasan ibu bersalin primigravida didasarkan 30 indikator cemas terhadap ibu bersalin primigravida kala I, dan berdasarkan kategorisasi cemas ringan, sedang dan berat. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2.
Table 4.2. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Cemas No Kejadian Cemas Jumlah (n) Persentase
(%) 1 2 3 Ringan Sedang Berat 13 25 40 16,7 32,1 51,3 Total 78 100
Berdasarkan tabel 4.2. diatas, diketahui mayoritas ibu bersalin primigravida mengalami cemas kategori berat, yaitu sebanyak 40 orang (51,3 %), sedangkan minoritas ibu cemas ringan, yaitu sebanyak 13 orang (16,7 %).
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu ditinjau dari beberapa faktor, dilihat melalui tabulasi silang dan uji
statistik yang digunakan adalah uji chi‐square dengan tingkat kepercayaan 95 % (p < 0,05).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kecemasan ibu bersalin primigravida kala 1 berdasarkan variabel nyeri, mayoritas nyeri kategori sedang sebanyak 33 orang. Ibu yang mengalami nyeri sedang dengan kecemasan berat sebanyak 25 orang (75,8%), dan paling sedikit cemas sedang 3 orang (9,1%), sedangkan minoritas ibu dengan kategori tidak nyeri sebanyak 7 orang. Ibu dengan tidak nyeri, paling banyak mengalami kecemasan ringan sebanyak 4 orang (57,1%), dan paling sedikit yang mengalami kecemasan berat sebanyak 1 orang (14,3%).
Ibu dengan tidak ada penyulit sebanyak 71 responden, paling banyak cemas berat (49.3 %), dan paling sedikit mengalami cemas ringan sebanyak 12 orang (16,9 %). Sedangkan ibu dengan ada penyulit sebanyak 7 orang, paling banyak mengalami cemas berat sebanyak 5 orang (71,4 %), paling sedikit mengalami cemas ringan dan berat, masing‐masing 1 orang (14,3 %).
Sementara dari riwayat pemeriksaan kehamilan, mayoritas kategori tidak baik sebanyak 59 orang, paling banyak ibu mengalami cemas berat sebanyak 38 orang (64,4 %) dan paling sedikit mengalami cemas ringan sebanyak 4 orang (6,8 %). Ibu dengan riwayat pemeriksaan kehamilan kategori baik sebanyak 19 orang,
dimana mayoritas mengalami cemas ringan sebanyak 9 orang (47,4 %) dan minoritas mengalami cemas berat sebanyak 2 orang (10,5 %).
Berdasarkan pengetahuan ibu, dimana mayoritas ibu pengetahuan cukup sejumlah 32 orang, dan mayoritas mengalami cemas berat sebanyak 19 orang (59,4 %), minoritas ibu mengalami cemas ringan sebanyak 5 orang (15,6 %). Minoritas ibu dengan pengetahuan kategori baik sejumlah 29 orang, dan paling banyak mengalami cemas berat sebanyak 19 orang (90,5 %), 2 orang mengalami cemas sedang (9,5 %).
Dari variabel dukungan sosial diketahui mayoritas ibu yang mendapat dukungan sosial yang kurang sebanyak 41 orang, dan mayoritas ibu yang mengalami cemas berat sebanyak 33 orang (80,5 %), ibu yang mengalami cemas sedang 7 orang (17,1 %) dan yang mengalami cemas ringan sebanyak 1 orang (2,4 %). Minoritas ibu dengan dukungan sosial cukup sebanyak 4 orang, paling banyak mengalami cemas berat sejumlah 2 orang (50,0 %), ibu yang mengalami cemas sedang dan cemas ringan masing‐masing sejumlah 1 orang (25,0 %). Minoritas ibu dengan dukungan sosial baik sebanyak 33 orang, paling banyak mengalami cemas berat sejumlah 5 orang (15,2 %), ibu yang mengalami cemas sedang 17 orang (51,5 %), dan ibu yang mengalami cemas ringan sebanyak 11 orang (33,3 %)
Tingkat pendidikan ibu mayoritas menengah sebanyak 36 orang, paling banyak mengalami cemas sedang sebanyak 15 orang (41,7 %), dan paling sedikit mengalami cemas ringan sebanyak 9 orang (25,0 %). Minoritas ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 11 orang, paling banyak mengalami cemas sedang sejumlah 5 orang (45,5 %), dan paling sedikit mengalami cemas berat dan ringan masing‐masing 3 orang (27,3 %).
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3. dibawah ini :
Tabel 4.3. Faktor‐Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin
Kecemasan Total
Ringan Sedang Berat Faktor n % n % n % n % Nilai X² Nilai sig. Nyeri 1 Tidak Nyeri 4 57.1 2 28.6 1 14.3 7 100 2 Nyeri ringan 4 14.3 19 67.9 5 17.9 28 100 3 Nyeri sedang 5 15.2 3 9.1 25 75.8 33 100 4 Nyeri berat 0 0 1 10.0 9 90.0 10 100 4160 0,000 * Keadaan Fisik 1 Tidak ada Penyulit 12 16.9 24 33.8 35 49.3 71 100 2652 0,618 2 Ada Penyulit 1 14,3 1 14,3 5 71,4 7 100
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan 1 Baik 9 47,4 8 42,1 2 10,5 19 100 2 Tidak Baik 4 6,8 17 28,8 38 64,4 59 100 2313 0,000 * Pengetahuan 1 Baik 8 32.0 15 60.0 2 8.0 25 100 2 Cukup 5 15.6 8 25.0 19 59.4 32 100 3 Kurang 0 0.0 2 9.5 19 90.5 21 100 3279 0,000 * Dukungan sosial 1 Baik 11 33.3 17 51.5 5 15.2 33 100 2 Cukup 1 25.0 1 25.0 2 50.0 4 100 Kurang 1 2.4 7 17.1 33 80.5 41 100 3092 0,000 * Pendidikan 1 Tinggi 3 27.3 5 45.5 3 27.3 11 100 2 Sedang 9 25.0 15 41.7 12 33.3 36 100 3 Rendah 1 3.2 5 16.1 25 80.6 31 100 1842 0,001 * 4.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear ganda dengan pertimbangan variabel independen lebih dari satu variabel dan skala ukur
variabel dependen adalah ordinal, dan mempunyai nilai p<0,25. Hasil analisis bivariat menunjukkan secara keseluruhan variabel faktor‐faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin primigraida kala I mempunyai nilai p<0,25 yaitu variabel nyeri (p=0,000), riwayat pemeriksaan kehamilan (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), dukungan sosial (p=0,000), pendidikan (p=0,001). Sementara variabel yang tidak menunjukkan ada pengaruh terhadap kejadian kecemasan adalah keadaan fisik dengan nilai p=0,755 dan pendidikan dengan nilai p=0,170. Hasil analisis uji regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
No Variabel Nilai B Nilai Sig 1 2 3 4 5 6 Nyeri Keadaan Fisik
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan Pengetahuan Dukungan sosial Pendidikan Nilai Konstanta 1,203 ‐0,349 ‐ 7,126 ‐ 0,482 ‐ 0,752 3,104 118,693 0,005 0,755 0,020 0,024 0,005 0,170 0,000
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil uji regresi linear berganda menunjukkan variabel yang paling mempunyai pengaruh signifikan terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I di RSU. dr. Pirngadi Medan
adalah variabel nyeri (p=0,005; B=1,203) dan variabel dukungan sosial (p=0,024; B=‐ 0,482). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I adalah variabel nyeri dan variabel dukungan sosial, sehingga dapat dibuat persamaan linier berganda yaitu :
ỳ (Kecemasan) = 118,693 + 1,203 (nyeri) – 0,752 (dukungan sosial)
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Kecemasan Pada Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU. dr. Pirngadi
Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 78 ibu bersalin primigravida kala I di RSU dr Pirngadi mayoritas mengalami cemas berat (51,3 %). Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan kelahiran anak pertama memberi kontribusi terhadap terjadinya kecemasan, karena biasanya ibu yang melahirkan anak pertama mempunyai tekanan‐tekanan kecemasan yang tinggi, labilitas perasaan, dan ada ketakutan tersendiri jika bayi yang dilahirkan nanti cacat atau tidak selamat dan jika selamat takut tidak mampu memberikan perawatan yang baik, apalagi ketika bersalin kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari keluarga khususnya suami, karena dukungan suami akan berpengaruh terhadap psikolgis ibu ketika melahirkan dan dapat mengurangi kecemasan ibu.
Hasuki (2005), mengemukakan bahwa kecemasan menjelang persalinan umum dialami seorang ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun tetap tidak tertutup kemungkinan persalinan dari resiko patologis.
Beberapa faktor yang dinilai berpengaruh terhadap kejadian kecemasan pada persalinan kala I diantaranya seperti, nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial dan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu mengalami nyeri sedang (42,3 %), dan mayoritas keadaan fisik dengan tidak ada penyulit (91,0 %), dengan riwayat pemeriksaan kehamilan yang tidak baik (75,6 %). Pengetahuan tentang proses persalinan mayoritas cukup (41,0 %) dan mayoritas tidak ada dukungan sosial (52,6 %), dengan tingkat pendidikan mayoritas menengah (46,2 %).
Kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun multigravida. Felman et al (dalam Nadhiroh, 2004), di dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Meskipun peristiwa melahirkan merupakan saat‐saat yang paling penting dalam kehidupan ibu dan keluarganya, dimana ibu mengalami rangkaian kejadian yang dimulai dari proses terjadinya kontraksi uterus, dilatasi serviks sampai dengan pengeluaran bayi serta plasenta dan dengan demikian akan dimulai proses ikatan batin antara ibu, bayi dan keluarganya (Bobak, 2000; Saifuddin, (2001).
Pendidikan kesehatan sebagai upaya dari promosi kesehatan sudah seharusnya diberikan pada saat ibu melakukan kontak dengan petugas kesehatan
baik melalui penyuluhan, maupun dengan pemasangan poster atau gambar yang bersifat edukatif di ruangan periksa. Sehingga wawasan ibu bertambah mengenai seputar kehamilan dan persalinan.
5.2. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr.Pirngadi Medan
di tinjau dari Nyeri
Nyeri yang ditimbulkan akibat dari proses melahirkan di kala I berpengaruh terhadap kejadian kecemasan pada ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 78 orang responden mayoritas mengalami nyeri sedang dan paling banyak dengan cemas berat (75,8 %).
Reeder, dkk (1997) menyatakan bahwa sebagian besar ibu melahirkan merasakan nyeri yang berat, hanya 9 – 14 % ibu melahirkan yang mengalami nyeri ringan. Sedangkan Booij (1986, dalam Bustan dan Hadijanto, 1997) mengatakan bahwa umumnya ibu primipara 10 % mengalami nyeri ringan, 30 % mengalami nyeri sedang, 40 % mengalami nyeri berat dan 20 % dengan nyeri yang tidak tertahankan.
Dari hasil uji chi cquare terdapat hasil p<0,05, artinya secara statistik nyeri
yang ibu rasakan pada saat proses persalinan kala I berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kecemasan.
Nyeri persalinan merupakan kondisi yang fisiologis. Pada kala I nyeri ini disebabkan karena peningkatan kontraksi uterus, kemajuan pembukaan/peregangan serviks, tekanan janin dan cairan amnion pada segmen bawah uterus yang menyebabkan iskhemi uterus. Nyeri persalinan akan dirasakan lebih hebat apabila disertai dengan kecemasan dan ketakutan (Lowe, 2002).
Nyeri umumnya digambarkan sebagai suatu perasaan subyektif dari rasa tertekan dan rasa tidak nyaman. Perasaan nyeri pada waktu kontraksi uterus juga sangat subjektif, tidak hanya tergantung pada intensitas kontraksinya, tetapi juga bergantung pada keadaan mental klien (Bustan & Hadijanto, 1997).
Dari hasil uji multivariat regresi dimana nilai β=1,203 dan nilai p=0.05, artinya semakin meningkat respon nyeri maka kecemasan juga akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lowe (2002) yang menyatakan bahwa nyeri persalinan bisa menyebabkan kecemasan bagi ibu yang pada akhirnya menyebabkan ibu semakin takut dan mengejan tiap kali ada kontraksi, akibatnya terjadi kekakuan dan pembengkakan serviks sehingga menghambat jalannya persalinan (Lowe, 2002). Sebaliknya semakin ibu merasakan cemas maka reaksi nyeri juga akan semakin meningkat.
Ledermen (1978, dalam Sherwen, Scoloveno, dan Weingarten, 1995) mengemukakan bahwa kecemasan mengakibatkan kelelahan, ketegangan dan
mengalami intensitas nyeri yang lebih. Hal ini menunjukkan hubungan antara kecemasan yang berlebihan dengan sekresi katekolamin yang dapat menghambat aktifitas uterus. Hambatan aktifitas uterus karena kecemasan meningkatkan resiko komplikasi persalinan. Keadaan ini bisa memperlambat proses persalinan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa kecemasan (jika berlebihan) mempunyai pengaruh yang negatif pada wanita yang sedang melahirkan.
5.3. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr.Pirngadi Medan
di tinjau dari Keadaan Fisik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan keadaan fisik baik (tidak ada penyulit) (91,0 %) dimana dengan tingkat kecemasan paling banyak kategori cemas berat (64,3 %).
Menurut Hardjana (1998) bahwa jika seorang ibu yang hamil atau bersalin dengan keadaan fisik yang tidak baik dimana ibu menderita suatu penyakit/penyulit, maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fsiologis namun tetap beresiko terjadi hal-hal yang patologis.
Secara umum ibu yang sedang hamil akan tampak lelah selama kehamilan akibat membawa beban bayi yang berat khususnya pada kehamilan trismester ketiga. Demikian juga secara fisiologis tubuh mengalami perubahan sebagai akibat dari perkembangan kehamilan, seperti beban jantung yang semakin meningkat, perubahan
metabolisme, ketegangan otot leher, bahu dan punggung, peningkatan respirasi, perubahan frekuensi berkemih dan lain-lain (Hardjana, 1998).
Dengan demikian jika ibu menderita/mengalami suatu penyakit/penyulit selama kehamilan atau persalinan akan semakin meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi, yang diantaranya seperti anemis, hipertensi, diabetes mellitus, panggul sempit, gangguan sirkulasi dan pernafasan. Anemis misalnya akan mengakibatkan gangguan perkembangan kehamilan seperti kelahiran prematur, perdarahan, dan growth retardate. Atau diabetes mellitus yang berisiko terjadi makrosomia (bayi besar) yang menimbulkan gangguan/ kesulitan dalam proses melahirkan.
Sebagian besar, ibu yang melahirkan di RSU. dr. Pirngadi Medan adalah ibu dengan riwayat sosial ekonomi yang kurang, dimana pembiayaan ibu bersalin menggunakan asuransi kesehatan (Jamkesmas). Dari data yang ditemukan, ada 7 orang ibu bersalin yang mengalami masalah kesehatan fisik, yakni 5 orang terdeteksi anemis dan 2 orang dengan tekanan darah tinggi. Anemis beresiko terjadinya perdarahan pada persalinan, demikian juga tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pemyulit dalam proses persalinan. Dimana sebelumnya ibu tidak menyadari keadaan gangguan kesehatan fisik yang dialami.
Dari hasil uji multivariat regresi dimana nilai β=- 0,349 dan nilai p=0.755, yang berarti bahwa kondisi fisik tidak berpengaruh terhadap meningkatkannya kecemasan. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Carpenito
(2001) dimana jika seseorang menderita suatu penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang yang tidak sedang menderita sakit.
5.4. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr.Pirngadi Medan
di tinjau dari Riwayat Pemeriksaan Kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki riwayat pemeriksaan kehamilan yang tidak baik (75,6 %). World Health Organisation (WHO) menetapkan bahwa standar minimal pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care) adalah 4 x selama kehamilan, 1 x pada trismester pertama, 1 x pada trismester kedua dan 2 x pada trismester ketiga. Salah satu tujuan dari pemeriksaan kehamilan adalah, untuk memberikan nasihat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi
Dari hasil uji multivariat regresi dimana nilai β=-7,126 dan nilai p=0.020, artinya semakin berkurangnya riwayat pemeriksaan kehamilan maka kecemasan juga akan semakin meningkat. Dengan demikian riwayat pemeriksaan kehamilan berpengaruh terhadap peningkatan kecemasan.
Hal senada dengan pendapat Mochtar (1998), yang menyatakan bahwa jika ibu rutin memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan, baik kepada dokter ahli kebidanan, dokter umum, bidan atau perawat maka diharapkan ibu akan lebih memahami tentang perkembangan kehamilan, perawatan kehamilan serta proses persalinan itu sendiri. Sehingga ibu bisa lebih siap dalam menghadapi proses
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain pemeriksaan fisik, ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan demikian ibu diharapkan dapat lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi proses persalinan. Untuk itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan. Idealnya ibu hendaknya memeriksakan kehamilannya paling tidak sekali dalam sebulan atau jika ada keluhan.
5.5. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr.Pirngadi Medan
di tinjau dari Pengetahuan.
Berdasarkan pengetahuan responden, hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan ibu tentang proses persalinan dengan kejadian kecemasan pada persalinan kala I. Hasil persamaan regresi juga menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dengan kejadian kecemasan
β=-0,482 dan nilai p=0.024), yang artinya semakin kurang pengetahuan akan
Hal ini sesuai dengan pendapat Soewandi (1997) yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan
Pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal-hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan mengakibatkan ibu akan mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan menimbulkan kecemasan. Takut biasanya dialami pada hal-hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk melahirkan (Danuadjmaja dan Meilasari, 2004).
Jika pengetahuan ibu tentang proses persalinan baik, ibu akan lebih dapat menerima (beradaptasi) terhadap respon nyeri akibat dari kontraksi uterus. Kontraksi uterus yang disebut juga dengan his, adalah normal terjadi dalam setiap persalinan. Nyeri tersebut sebagai upaya untuk mendorong janin dari dalam rahim ke dunia luar (extra uterine). Nyeri ini biasanya hanya terjadi pada kala I persalinan saja. Dengan kata lain bahwa setiap ibu yang dalam proses persalinan akan mengalami nyeri tersebut. Jika ibu merespon nyeri tersebut sebagai suatu ancaman (stressor), maka ibu akan merasa cemas, sebaliknya jika ibu paham bahwa nyeri tersebut adalah wajar akan dialami pada saat persalinan kala I, maka ibu akan lebih mudah untuk mencoba menerima/beradaptasi terhadap nyeri.
Hasil penelitian dari 78 responden didapatkan 52,6 % tidak ada dukungan sosial. Dimana mayoritas ibu dengan tidak ada dukungan mengalami cemas berat (81,4 %) dan minoritas cemas ringan (2,3 %). Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dukungan sosial dengan kejadian
kecemasan pada persalinan kala I (p=0,000). Hasil persamaan regresi juga
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap dukungan sosial dengan kejadian kecemasan (β=-0,752 dan nilai p=0,05), yang artinya semakin rendah dukungan sosial akan meningkatkan kecemasan.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan konsep dukungan sosial menurut Simons (1993) bahwa dukungan sosial dalam peristiwa kelahiran mempunyai pengaruh yang besar. Dengan adanya dukungan, baik secara fisik maupun emosional akan memberi perasaan dicintai, diperhatikan, rasa aman dan nyaman. Terlebih dukungan tersebut diberikan pada peristiwa kehamilan dan persalinan, khususnya pada ibu primipara.
Pada peristiwa persalinan terutama kala I, reaksi psikososial ibu yang akan melahirkan antara lain adalah perasaan kecemasan, ketakutan dan meningkatnya sensitivitas nyeri. Reaksi tersebut direspons sebagai stressor psikologis dan secara patofisiologis terlepaslah hormon stress dan aktivasi dari sistem simpatis, selanjutnya menimbulkan refleks otonom, akibatnya terjadilah vasokonstriksi sistemik, yang akan menimbulkan berbagai gejala klinis seperti penurunan kontraksi otot rahim, kakunya otot skelet sehingga proses persalinan berlangsung lebih lama (LeDoux, 1998; Niven, 1992).
Merujuk pada proses tersebut bila peristiwa persalinan difasilitasi dengan adanya dukungan orang-orang berarti terutama suami akan memberikan perasaan aman dan nyaman, kehadiran suami juga akan membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang memberi pengaruh pada proses kemajuan persalinan (Klaus & Kennel, 1993).
Untuk itu peranan petugas kesehatan sangat diharapkan dalam menghimbau setiap anggota keluarga dari ibu hamil untuk terlibat dalam hal pemeliharaan kesehatan ibu. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan ibu hamil bukanlah semata- mata menjadi tanggung jawab ibu sendiri. Peran serta keluarga, khususnya suami sangat diharapkan. Bahkan pemerintah telah menunjukkan keperdulian dalam hal pemberian dukungan terhadap kesehatan ibu secara umum, khususnya bagi ibu yang dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui, seperti program suami siaga atau desa siaga. Dimana suami dan masyarakat dihimbau untuk perduli dan mendukung setiap ibu yang dalam masa menjalankan siklus reproduksinya.
5.7. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr.Pirngadi Medan
di tinjau dari Pendidikan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dimana dari 78 responden mayoritas dengan tingkat pendidikan menengah (46,2 %) dan minoritas dengan tingkat pendidikan tinggi (14,1 %). Dari responden dengan tingkat pendidikan menengah mayoritas mengalami cemas sedang dan berat dan dari responden dengan tingkat pendidikan
pengaruh pendidikan terhadap kejadian kecemasan yang ditunjukkan dengan nilai p=0,014.
Berdasarkan hasil penelitian uji chi square yang menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari tingkat pendidikan dengan kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Raystone (dalam Maria, 2005), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respons terhadap sesuatu yang datang, baik dari dalam maupun dari luar. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah, atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari, dengan pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
Namun dari hasil uji regresi didapatkan nilai β=0,310 dan nilai p=0,170 , artinya setiap meningkatnya pendidikan akan meningkatkan kecemasan. Dengan demikian berdasarkan hasil uji multivariat dengan regresi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dari tingkat pendidikan dengan kejadian kecemasan pada persalinan kala I.
Perbedaan hasil uji bivariat dan multivariat variabel tingkat pendidikan terhadap kejadian kecemasan ibu bersalin primigravida kala I di RSU. dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa sekalipun tingkat pendidikan ibu rendah belum tentu akan meningkatkan kecemasan pada ibu bersalin. Sebagaimana hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini tinggi rendahnya pendidikan ibu tidak berpengaruh
terhadap kejadian kecemasan pada persalinan primi kala I. Ada faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian kecemasan ibu, seperti faktor nyeri, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan dan dukungan sosial. Meskipun pendidikan ibu tinggi, jika ibu tidak mendapatkan dukungan dari suami atau keluarga, ibu bisa mengalami cemas, demikian juga jika pengetahuan ibu kurang tentang proses persalinan ibu cenderung akan mengalami kecemasan.
Pada saat kala I persalinan. ibu masih memungkinkan untuk diberi penjelasan/pendidikan kesehatan mengenai proses persalinan. Petugas kesehatan yang akan membantu menolong ibu yang akan bersalin, berkewajiban memberikan informasi mengenai proses persalinan. Hal-hal apa saja yang akan dialami ibu, rencana tindakan yang akan dilakukan serta memperkenalkan alat atau obat-obatan yang akan digunakan, akan membantu ibu untuk lebih siap dalam bersalin sehingga dengan demikian akan mengurangi kecemasan ibu.
BAB 6