FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Oleh
RINAWATI SEMBIRING
077033029/IKM
p
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
RINAWATI SEMBIRING 077033029/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Judul Tesis : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN PADA IBU BERSALIN
PRIMIGRAVIDA KALA I DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Rinawati Sembiring
Nomor Induk Mahasiswa : 077033029
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG) (Drs. Tukiman, M.K.M)
Ketua Program Studi
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Dekan
(dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Telah diuji pada
Tanggal : 14 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
SURAT PERNYATAAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Desember 2009
Rinawati Sembiring 077033029/IKM
ABSTRAK
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas‐batas normal. Ibu yang hendak bersalin pada umumnya akan mengalami kecemasan. Kecemasan ini dapat terjadi pada semua persalinan, baik primi maupun multi.
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory untuk menganalisis kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I ditinjau dari beberapa faktor, yakni faktor nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial, dan pendidikan. Data diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada responden ibu bersalin primigravida kala I. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida yang bersalin normal di RSU. dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 sejumlah 78 orang yang keseluruhannya dijadikan sampel dalam penelitian dengan kriteri inklusi ibu yang telah melahirkan dengan waktu maksimum 3 hari. Analisa data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nyeri (p=0,005), riwayat pemeriksaan kehamilan (p=0,020), pengetahuan (p=0,024) dan dukungan lingkungan sosial (p=0,005) terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan adalah keadaan fisik (p=0,885) dan pendidikan (p=0,170). Disarankan perlu peningkatan pelayanan kesehatan dalam hal pemberian pendidikan kesehatan pada ibu yang melahirkan di RSU. dr. Pirngadi Medan, dan perlu pemberian penyuluhan bagi ibu dan keluarga dalam hal peningkatan peran serta keluarga dalam perawatan kehamilan ibu.
Kata Kunci : Kecemasan, Bersalin Kala I, Primigravida
ABSTRACT examination, knowledge, support from social environtment, and education. The population of this study were all of the 78 primigravida mothers with normal delivery participation in nursing pregnant mothers.
Key words : Anxiety, Ist stage of Delivery, Primigravida
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini dengan judul “Faktor‐faktor yang Memengaruhi Kecemasan pada Ibu Bersalin
Primigravida Kala I di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009” sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi jenjang pendidikan Strata‐2 pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga
kepada Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs.
Tukiman, M.K.M selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing
penulis dari awal sampai selesainya penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah
membantu memberikan perhatian dan dukungan, terutama kepada yang terhormat:
1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si., selaku Dekan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU.
3. Fery Novliadi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembanding tesis.
4. Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku dosen pembanding tesis
5. Pimpinan RSU dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin penelitian dan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian penulisan tesis ini.
6. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan arahan
selama pendidikan.
7. Orangtua tercinta beserta seluruh keluarga dan sahabat atas doa dan dukungan baik moril maupun materil dalam melanjutkan pendidikan.
8. Suami tercinta Mutia Maratur Sinaga, S.Th., beserta anak‐anakku yang manis Samuel Arya Muri Sinaga dan Gabriel Eisura Muri Sinaga yang senantiasa
memberi semangat belajar dan inspirasi serta Doa selama penulis mengikuti
perkuliahan hingga selesai pendidikan.
9. Seluruh rekan‐rekan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna, dan
berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Medan, Desember 2009
Penulis,
Rinawati Sembiring
RIWAYAT HIDUP
Rinawati Sembiring, lahir di Pangururan pada tanggal 6 Nopember 1976, anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda J. Sembiring dan Ibunda C. Simbolon. Menikah dengan Mutia Maratur Sinaga, pada tanggal 25 Februari 2004 dan telah dikaruniai dua orang putra yang diberi nama Samuel Arya Muri Sinaga dan Gabriel Eisura Muri Sinaga. Saat ini menetap di Jalan Jawa Gg. Buntu II No. 106‐E Seisikambing – Medan.
Memulai pendidikan di SD Negeri I no. 040455 di Berastagi Tanah Karo (1989) – SMP Negeri 2 Berastagi (1991) – SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) di UPT SPK Tebing Tinggi (Sekarang AKBID Pemko Tebing Tinggi) Tahun 1994 – Program Pendidikan Bidan Swadaya (1995) di Sari Mutiara Medan – Program Khusus D‐III Kebidanan Depkes RI di AKBID Depkes Medan (Sekarang Poltekes jurusan D‐III Bidan) Tahun 1998. Melanjutkan Pendidikan D–IV Bidan Pendidik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tahun 2001.
Pernah bekerja sebagai perawat bidan di Klinik Cempaka Sari Tanjung Morawa dari Tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, kemudian tahun 2000 – 2001 bekerja di RSU Deli Medan ruang kebidanan, dan sejak Tahun 2002 hingga sekarang mengajar sebagai dosen tetap pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia (STIKes – MI) Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Hipotesis... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Persalinan... 11
2.2. Kecemasan ... 25
2.3. Landasan Teori ... 34
2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Jenis Penelitian ... 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.3. Populasi dan Sampel ... 36
3.4. Metode Pengumpulan Data... 36
3.4.1. Uji Validitas ... 37
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38
3.5.1. Variabel Independen ... 38
3.5.2. Variabel Dependen ... 39
3.6. Metode Pengukuran ... 39
3.6.1. Variabel Independen ... 39
3.6.2. Variabel Dependen ... 42
3.7. Metode Analisis Data ... 43
3.7.1. Analisis Univariat ... 43
3.7.2. Analisis Bivariat ... 43
3.7.3. Analisis Multivariat... 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 44
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44
4.2. Analisis Univariat ... 56
4.2.1. Faktor‐Faktor yang memengaruhi kecemasan ibu bersalin ... 46
4.2.2. Kejadian Kecemasan Ibu Bersalin Kala I ... 47
4.3. Analisis Bivariat ... 48
4.4. Analisis Multivariat... 51
BAB 5 PEMBAHASAN ... 53
5.1. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan ... 53
5.2. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU. Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari nyeri ... 55
5.3. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Keadaan Fisik... 57
5.4. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Riwayat Pemeriksaan Kehamilan 58 5.5. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Pengetahuan ... 60
5.7 Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr.
Pirngadi Medan di tinjau dari Pendidikan... 63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
6.1. Kesimpulan ... 65
6.2. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Arti Penting Perubahan Fisiologis Ibu Selama Persalinan... 22
4.1. Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Faktor‐Faktor Yang
Memengaruhi Kecemasan... 47
4.2. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Cemas ... 48
4.3. Faktor‐faktor Yang Memengaruhi Tingkat Kecemasan
Ibu Bersalin... 51
4.4. Hasil Uji Linear Berganda... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 69
2. Pernyataaan Kesediaan Menjadi Responden ... 77
3. Hasil Uji Reliabilitas Dan Validitas Alat Ukur... 78
4. Hasil Pengolahan Data ... 87
5. Izin Penelitian ... 119
6. Surat Selesai Penelitian ... 120
ABSTRAK
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas‐batas normal. Ibu yang hendak bersalin pada umumnya akan mengalami kecemasan. Kecemasan ini dapat terjadi pada semua persalinan, baik primi maupun multi.
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory untuk menganalisis kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I ditinjau dari beberapa faktor, yakni faktor nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial, dan pendidikan. Data diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada responden ibu bersalin primigravida kala I. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida yang bersalin normal di RSU. dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 sejumlah 78 orang yang keseluruhannya dijadikan sampel dalam penelitian dengan kriteri inklusi ibu yang telah melahirkan dengan waktu maksimum 3 hari. Analisa data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nyeri (p=0,005), riwayat pemeriksaan kehamilan (p=0,020), pengetahuan (p=0,024) dan dukungan lingkungan sosial (p=0,005) terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan adalah keadaan fisik (p=0,885) dan pendidikan (p=0,170). Disarankan perlu peningkatan pelayanan kesehatan dalam hal pemberian pendidikan kesehatan pada ibu yang melahirkan di RSU. dr. Pirngadi Medan, dan perlu pemberian penyuluhan bagi ibu dan keluarga dalam hal peningkatan peran serta keluarga dalam perawatan kehamilan ibu.
Kata Kunci : Kecemasan, Bersalin Kala I, Primigravida
ABSTRACT examination, knowledge, support from social environtment, and education. The population of this study were all of the 78 primigravida mothers with normal delivery participation in nursing pregnant mothers.
Key words : Anxiety, Ist stage of Delivery, Primigravida
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan
atau kejadian dalam hidupnya. Lefrancois (1980, dalam Kartikasari, 1995)
menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan,
yang ditandai dengan ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan
perasaan – perasaan yang tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu : 1) tingkat
psikologis; kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan, seperti tegang,
bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya,
2) tingkat fisiologis; kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada
gejala‐gejala fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung
berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal yaitu : 1) Manifestasi kognitif, yang terwujud
buruk yang akan terjadi, 2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam
gerakan tidak menentu seperti gemetar, 3) Perubahan somatik, muncul dalam
keadaan mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan otot,
peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan
menunjukkan peningkatan detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot,
peningkatan tekanan darah dan lain‐lain, 4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan
gelisah, perasaan tegang yang berlebihan.
Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu (Hasuki, 2005).
Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi
proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang
dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi
serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin,
2001)
Proses persalinan yang normal berlangsung kira‐kira 18 jam pada ibu
primigravida (ibu dengan kelahiran anak pertama) yang melewati empat kala (kala I
– IV) dengan durasi yang berbeda pada masing‐masing kala. Kala I dimulai dari
munculnya tanda – tanda persalinan seperti perut terasa mules, pinggang nyeri
akibat adanya kontraksi rahim yang semakin lama semakin sering dan dengan durasi
yang semakin panjang, sehingga terjadi penipisan dan pembukaan serviks lengkap
sampai janin lahir yang berlangsung sekitar 2 jam, kala III dimulai dari segera setelah
bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung kira – kira 30 menit, dan kala IV
dimulai dari segera setelah plasenta lahir sampai 2 jam setelahnya (Wiknjosastro,
1999).
Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain :
1) cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, 2) keadaan fisik ibu, 3) riwayat
pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC), 4) kurangnya pengetahuan tentang proses
persalinan, 5) dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta
latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi
(Aryasatiani, 2005).
Secara epidemiologis, kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik
pada persalinan primigravida maupun multigravida. Felman et al (dalam Aryasatiani,
2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah
melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan
dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam
hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang mengakibatkan
pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan
mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi
persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam
rahim ibu (Aryasetiani, 2005).
Penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan
karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al (2000), adanya
disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga
menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen
psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya gangguan proses persalinan.
Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu
tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan
mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga
ibu menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat
atau teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga
menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi
tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk
melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan
fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi
lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine
Hardjana (1998) mengemukakan bahwa wanita secara umum tampak lelah
selama kehamilan akibat membawa beban bayi yang berat khususnya pada
kehamilan trismester III. Demikian juga secara fisiologis tubuh mengalami
perubahan sebagai akibat dari perkembangan kehamilan seperti beban jantung yang
semakin meningkat, perubahan metabolisme, ketegangan otot leher, bahu dan
punggung, peningkatan respirasi, perubahan frekuensi berkemih dan lain‐lain.
Perasaan takut dan keadaan menjelang persalinan yang menggelisahkan ibu
sehingga keadaan ini menimbulkan ketegangan. Semua ini dapat diatasi dengan
menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat
dicapai dengan perawatan yang baik selama kehamilan.
Perhatian dan perawatan yang baik yang didapatkan ibu selama kehamilan
akan memampukan ibu menghadapi persoalan – persoalan yang dialami ibu. Ibu
akan dengan cepat mendapatkan asuhan sesuai dengan kebutuhannya seperti
penanganan penyulit atau komplikasi dalam kehamilan, Sehingga pada saat masa
persalinan tiba keadaan umum ibu diharapkan sudah dalam kondisi yang optimal
baik fisik maupun psikologis (Verga, 2008).
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang
penyakit yang menyertai kehamilannya, maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi,
karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap
beresiko terjadi hal – hal yang patologis.
Baik fisik maupun psikologis ibu akan mengalami perubahan pada kala I,
seperti : TD, sistole akan naik rata‐rata 10‐20 mmHg, diastolik 5‐10 mmHg, antara
kontraksi normal, rasa sakit dan cemas akan meningkat. Metabolisme karbohidrat
akan meningkat secara berangsur‐angsur disebabkan kecemasan dan aktifitas otot
skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
kardiac output, pernapasan dan cairan yang hilang. Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5 ‐ 1°C karena peningkatan metabolisme terutama selama atau
setelah persalinan.
Soewandi (1997) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah
mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang
suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat
menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan
yang rendah tentang proses persalinan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu
sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
Menurut Pilliteri (2002) rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi
respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita menjelang persalinan.
Melahirkan merupakan titik puncak penantian selama sembilan bulan. Ibu telah
menghabiskan waktu berbulan‐bulan dengan bertanya‐tanya dan barangkali juga
dilanda kekawatiran mengenai bagaimana akan menghadapi saat‐saat proses
bersalin, terkadang sulit melihat kedepan dan membayangkan terutama pada
persalinan dengan anak pertama.
Latar belakang psikososial seorang wanita juga berpengaruh terhadap
terjadinya kecemasan pada ibu bersalin. Raystone (dalam Maria, 2005)
mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar
diri seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan
lebih rendah atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah
respon yang dapat dipelajari dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi
faktor penunjang terjadinya kecemasan.
Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa
pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel
(1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak
pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan penggunaan
oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan kelahiran
dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses
persalinan secara bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang
mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi dampak positif bagi ibu khususnya
dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga
mendukung kelancaran proses persalinan.
Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita yang sedang dalam
persalinan kala I pada primigravida bisa berlangsung selama 14 jam yang secara
klinis ditandai dengan pengeluaran lendir yang bersemu merah yang berasal dari
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan
darahnya berasal dari kapiler yang pecah yang berada disekitar servikalis karena
pergeseran‐pergeseran produk kehamilan. Keadaan ini menimbulkan nyeri yang luar
biasa bagi ibu yang dirasakan mulai dari pinggang memancar keperut bagian depan
yang disebut dengan his. Semakin lama semakin teratur, dengan jarak yang semakin
pendek dan dengan intensitas yang semakin kuat.
Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak
tercapai, semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu
selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran.
Dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur ibu akan mendapatkan
informasi/pendidikan kesehatan sehingga diharapkan ibu bisa lebih siap
menghadapi persalinan dengan penuh percaya diri.
Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatnya sekresi
adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah konstriksi pembuluh darah sehingga
suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan. Tidak
hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi sekresi ACTH (Adrenocorticotropic
hormone) juga meningkat, menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.
Sebagaimana yang diungkapkan Mc. Kinney, et al (2000) bahwa kecemasan
dapat timbul dari reaksi seseorang terhadap nyeri. Hal ini akan meningkatkan
aktifitas saraf simpatik dan meningkatkan sekresi katekolamin. Sekresi katekolamin
yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah ke plasenta sehinga
membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari kontraksi uterus yang
dapat memperlambat proses persalinan.
RSU. dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pemerintah dengan
orang ibu yang bersalin perbulannya. Dari hasil wawancara dengan petugas di ruang
bersalin yang merawat langsung ibu‐ibu yang melahirkan diruang perawatan
diketahui bahwa ibu saat persalinan khususnya pada kala I sering mengalami
kecemasan yang ditandai dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas
tentang perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah,
gampang menangis, dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian tentang faktor‐
faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I penting
dilakukan mengingat dampaknya sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses
persalinan, terhadap kesehatan ibu dan bayi, sehingga dapat menjadi masukan
dalam perencanaan pemberian asuhan kepada ibu dalam masa kehamilan dan
persalinan.
1.2.Permasalahan
Bagaimana pengaruh nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan
kehamilan, tingkat pengetahuan dan dukungan dari lingkungan sosial serta tingkat
pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor
nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan,
dukungan dari lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu
bersalin primigravida kala I.
1.4. Hipotesis
Apakah terdapat pengaruh faktor nyeri, keadan fisik ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan lingkungan sosial dan
tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan informasi/pendidikan kesehatan bagi ibu hamil
dalam mempersiapkan fisik dan psikis ibu yang optimal dalam menghadapi
persalinan
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu agar memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan
informasi/pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan
persiapan persalinan mendatang sehingga dalam menghadapi persalinan,
lebih tenang dan penuh percaya diri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya
bayi dan plasenta dari rahim ibu. Secara normal persalinan dimulai ketika janin
sudah cukup mature untuk dapat mempertahankan dirinya dari kehidupan
intrauterine kepada kehidupan ekstrauterine (Viable). Sejak itu maka kehidupan
seorang wanita hamil yang usia kehamilannya aterm (37‐42 minggu) harus mampu
melahirkan janin secara spontan dari rahim melalui jalan lahir tanpa membahayakan
ibu maupun janin. Namun demikian pada masa persalinan dan kelahiran ini
merupakan saat yang berisiko baik terhadap ibu maupun janinnya (Bobak, 2000;
Pilliteri, 2003).
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I disebut juga kala
pembukaan, dimana terjadinya pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap
10 cm, kala II disebut juga kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan
kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri
dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV dimulai setelah
Kala I persalinan berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
sampai dilatasi serviks lengkap. Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai
bila timbul his dan keluar lendir bercampur darah. Lendir bercampur darah berasal
dari pembuluh‐pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah
karena pergeseran‐pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya
serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit
terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada
pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ataupun harus dipecahkan ketika
pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap, bila ketuban pecah sebelum
mencapai pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri lengkap, yang pada primigravida berlangsung selama
kurang lebih 13 jam sedangkan pada multigravida kurang lebih 7 jam
(Prawirohardjo, 2002)
Menurut Auvenshine dan Enriquez (1990), faktor‐faktor yang terlibat
didalam mulainya persalinan adalah faktor hormonal dan faktor distensi uterus.
Faktor hormonal yaitu hormon progesteron yang dihasilkan oleh plasenta. Oksitosin
kortisol dihasilkan oleh bagian korteks adrenal janin, prostaglandin yang dihasilkan
dari desidua uteri dan selaput janin. Seperti halnya menurut Gorrie Mc Kinney, dan
Murray (1998), faktor‐faktor yang berperan di dalam mulainya persalinan adalah
meningkatnya produksi glukokortikoid dan androgen dari kelenjar adrenal janin
sehingga menurunkan sekresi progesteron dan meningkatnya produksi
prostaglandin yang menstimulasi kontraksi uterus, perubahan rasio estrogen dan
progesteron serta peregangan atau tekanan dari uterus dan serviks.
Dua sampai tiga minggu sebelum permulaan persalinan, segmen bawah dari
uterus akan merenggang dan membiarkan janin turun lebih jauh kebawah, kepala
tersebut bisa saja turun dan mengunci (engaged). Fundus tidak lagi mendesak paru‐
paru, pernafasan menjadi lebih lega. Jantung dan paru dapat berfungsi lebih baik
dan wanita tersebut mengalami kelegaan yang dikenal dengan sebutan peringanan.
Symphisis pubis akan melebar dan dasar panggul menjadi lebih rileks dan melembut,
yang memungkinkan uterus turun lebih jauh kedalam panggul. Sebelum peringanan,
fundus mendesak diafragma, segmen uterus bagian bawah tidak lembek dan belum
merenggang untuk menampung kepala janin yang oleh karenanya tetap tinggi.
Pada wanita primigravida, otot‐otot abdominal berada dalam tonus yang
baik, sehingga dapat memegang uterus dalam posisi tegak serta membantu dalam
penguncian kepala janin, Pada wanita otot‐otot abdomen cenderung lebih rileks dan
mungkin tidak akan mengunci. Berjalan menjadi sedikit sulit oleh karena symphisis
pubis lebih mobile dan relaksasi dari sendi sakro‐iliaca bisa menimbulkan rasa sakit
di punggung. Tekanan pada fundus akan berakibat pada peningkatan tekanan
didalam panggul, yang bisa dijelaskan dengan adanya kepala janin, kongesti
pembuluh vena diseluruh daerah tersebut serta relaksasi sendi‐sendi panggul.
Sekresi vagina juga paling banyak pada periode ini (Bobak, 2000; Pilliteri, 2003).
Kongesti pada panggul akan membatasi kapasitas bladder (kandung kemih)
yang akan memerlukan agar dikosongkan lebih sering. Kelemahan otot dasar
panggul bisa menimbulkan pengendalian yang buruk atas otot sphincter serta
timbulnya sedikit inkontinensia stress. Banyak wanita mengalami kontraksi sebelum
datangnya permulaan persalinan yang sesungguhnya, yang bisa terasa sakit dan bisa
terjadi secara teratur untuk sementara dan menyebabkan wanita tersebut berpikir
bahwa persalinan sudah mulai. Kedua ciri‐ciri persalinan yang sesungguhnya yang
tidak terdapat adalah retraksi dan pembukaan serviks.
Cerviks (leher rahim) akan keatas dan secara perlahan menyatu dengan
segmen bagian bawah uterus. Pada wanita primigravida hal ini bisa menimbulkan
penipisan sepenuhnya, tetapi pada wanita multigravida suatu kanal akan tetap bisa
teraba. Selama periode pra‐persalinan banyak mengalami perasaan kaku, canggung
dan letih. Perubahan mood (keadaan jiwa) merupakan peristiwa biasa dan suatu
meningkatkan produksi adrenalin yang akan menghambat kegiatan uterus dan bisa
pada gilirannya memperlama persalinan. Sikap bidan, nasihat dan bimbingan yang
diberikan selama kehamilan akan mempengaruhi bukan hanya kemajuan persalinan
tetapi juga hubungan antara kedua pasangan satu sama lain dan terhadap bayinya
setelah ia lahir kelak.
Secara fisiologis, ketika usia kehamilan sudah cukup matur, timbul
serangkaian gejala yang menandakan dimulainya persalinan. Menurut Pilliteri (2003)
ada berbagai faktor yang menyebabkan persalinan dimulai. Faktor‐faktor tersebut
saling bekerjasama menghasilkan kontraksi uterus yang sangat kuat, teratur, ritmik
yang berakhir dengan lahirnya janin dan plasenta. Faktor‐faktor yang dimaksud
adalah:
1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan, kapasitas uterus bertambah dan otot‐otot dinding uterus semakin tegang. Kondisi ini
menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi uterus.
2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan oksitosin dan menyebabkan kontraksi uterus.
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dan otot‐ otot uterus sangat peka terhadap pengaruh oksitosin. Oksitosin bekerjasama
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron berangsur‐angsur menurun pada akhir kehamilan dibandingkan dengan kadar estrogen, hal ini
merangsang kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta menjadi tua. Proses tersebut menyebabkan vili khorialis mengalami perubahan‐perubahan sehingga
kadar progesteron dan estrogen menurun. Hal ini merangsang kontraksi uterus.
6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan menurunnya pembentukan progesteron dan meningkatnya prostaglandin yang merangsang
timbulnya kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut merangsang kontraksi uterus.
Menurut Bobak (2004), kala I persalinan dibagi dalam 3 bagian yaitu :
1. Fase Persiapan / Laten
Fase persiapan/Laten, merupakan fase pertama yaitu terjadinya pembukaan
(dilatasi) dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm,
selain itu ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas, berlangsung selama 30‐50 detik
dengan jarak 5‐20 menit. Semakin bertambah pembukaan leher rahim, maka
kontraksi akan makin sering. Beberapa ibu khususnya yang sensitif mulai merasa
Gejala‐gejala pada fase persiapan yaitu sakit punggung yang dapat menetap
atau hanya saat kontraksi, kejang perut seperti haid, gangguan pencernaan, diare,
perasaan hangat diperut, pengeluaran lendir dengan bercak darah dan kemungkinan
membran (ketuban) pecah diikuti keluarnya cairan ketuban baik secara mengalir,
merembes, maupun menyemprot. Secara emosional ibu merasa cemas, tidak pasti,
takut, gembira, lega atau siap dan beberapa ibu merasa santai dan banyak bicara
namun ada juga yang tegang sehingga enggan membuka mulut.
2. Fase Aktif
Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan
rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat.
Kontraksi semakin lama (berlangsung 40‐60 detik) kuat dan sering (3‐4 menit sekali)
pembukaan leher rahim mencapai 7 cm.
Gejala‐gejala pada fase aktif adalah sebagai berikut, bertambahnya rasa tidak
nyaman bersamaan dengan kontraksi, bertambah sakit pungung, rasa tidak nyaman
pada kaki, keletihan, bertambahnya pengeluaran lendir dan darah. Jika sebelumnya
membran (ketuban) belum pecah, mungkin akan pecah saat ini. Secara emosional
ibu gelisah, makin sulit tenang maupun santai, makin tegang, tidak dapat
berkonsentrasi, makin terpengaruh dengan kondisi yang sedang terjadi, rasa percaya
diri mulai goyah sepertinya persalinan tidak akan selesai namun mungkin juga
3. Fase Transisi
Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat, dimana banyak
ibu merasa sakit hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat
kuat 2‐3 menit sekali selama 60‐90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan
lamanya hampir sama dengan kontraksi itu sendiri. Ibu merasa seolah‐olah kontraksi
tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahatnya. Pembukaan rahim mencapai
10 cm, 3 cm terakhir sangat cepat rata‐rata 15 menit hingga 1 jam.
Gejala‐gejala pada fase transisi antara lain adalah tekanan kuat dibagian
bawah pungung atau perineum, tekanan pada anus membuat ibu ingin mengejan
tanpa terasa, panas dan berkeringat atau dingin dan gemetar atau bergantian,
pengeluaran lendir dan darah bertambah karena banyak pembuluh darah kapiler
pecah, kaki kejang, dingin dan gemetar tidak terkendali, rasa mengantuk karena
oksigen berpindah dari otak kedaerah persalinan, mual, muntah, dan kehabisan
tenaga.
Menurut Varney (1997), keadaan yang dianggap fisiologis pada persalinan
kala I adalah sebagai berikut:
1. Durasi
Lamanya persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas ibu, keadaan
tersebut. Sebagian besar dari seluruh tahapan persalinan adalah merupakan
proses dari kala I, dan pada umumnya diharapkan bahwa fase aktif akan berakhir
dalam waktu 12 jam.
2. Aksi Uterus
Setiap kontraksi uterus selalu bermula dari fundus didekat salah satu
kornunya dan merembet sampai kebawah. Kontraksi tersebut berlangsung
paling lama disana dan sekaligus juga paling kuat dibagian fundus tetapi
mencapai puncaknya secara bersamaan diseluruh bagian secara bersamaan. Pola
semacam ini memungkinkan serviks membuka dan fundus yang berkontraksi
kuat tersebut mampu mengeluarkan janin.
Polaris dipakai untuk menyatakan keharmonisan neuro‐muskular yang
menonjol antara kedua kutub atau segmen uterus selama persalinan. Selama
setiap kontraksi uterus tersebut kedua kutub ini beraksi secara harmonis. Kutub
yang diatas berkontraksi dengan kuat dan ber‐retraksi untuk mendorong keluar
sijanin; sedangkan kutub yang dibawah berkontraksi sedikit dan membuka untuk
membiarkan proses pengeluaran janin berjalan, jika polarisasinya tidak teratur
maka kemajuan persalinan akan terganggu.
4. Kontraksi dan retraksi
Otot‐otot uterus memiliki satu sifat yang unik. Selama proses persalinan
kontraksi tidak sepenuhnya berlanjut tetapi serabut otot menahan sebagian dari
pemendekan kontraksi dan tidak sepenuhnya ini disebut retraksi. Aksi ini
membantu pengeluaran secara progresif dari janin, segmen atas dari uterus
berubah secara perlahan menjadi pendek dan lebih tebal dan rongganya
mengecil.
Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi setiap 15‐20 menit dan bisa
berlangsung kira‐kira 30 detik. Kontraksi‐kontraksi ini sedikit lemah dan bahkan
bisa tidak terasa oleh ibu yang bersangkutan. Kontraksi‐kontraksi ini biasanya
terjadi dengan keteraturan yang berirama dan interval (selang antar waktu)
diantara kontraksi secara berlangsung menjadi lebih pendek, sementara lamanya
kontraksi semakin panjang. Pada akhir kala I kontraksi bisa terjadi 2‐3 menit
selang waktunya dan berlangsung selama 50‐60 detik dan sangat kuat.
5. Pembentukan segmen atas dan bawah uterus
Pada akhir kehamilan badan rahim terbagi menjadi dua segmen yang secara
anatomis berbeda. Segmen uterus bagian atas terutama dikaitkan dengan
kontraksi dan tebal serta berotot sedangkan segmen bagian bawah disiapkan
untuk menggembungkan dan pembukaan serta lebih tipis. Segmen bagian
waktu persalinan dimulai, serat longitudinal yang ber‐retraksi di segmen bagian
atas akan menarik segmen bagian bawah yang menyebabkannya melebar. Hal ini
dibantu lagi oleh gaya yang dikenakan oleh kepala atau bagian sungsang yang
menurun.
6. Cincin Retraksi
Sebuah garis akan terbentuk diantara segmen bagian atas dan bagian
bawah yang dikenal dengan nama cincin retraksi atau cincin bandl. Biasanya kita
menggunakan istilah yang pertama untuk menggambarkan cincin retraksi
fisiologis dan hanya mengunakan istilah cincin bandl untuk tingkat gejala
tertentu yang berlebihan yang akan terlihat diatas symphisis pubis pada
persalinan yang lambat.
Cincin retraksi yang normal akan secara perlahan naik saat segmen uterus
bagian atas berkontraksi dan retraksi sedangkan segmen uterus bagian bawah
akan menipis untuk mengakomodasikan janin yang menurun setelah serviks
sepenuhnya membuka dan janin bisa meninggalkan uterus maka cincin retraksi
tidak akan naik lagi.
7. Penipisan serviks
Jika serviks belum terisi selama hari‐hari terakhir dari kehamilan maka
mengelilingi lobang dalam leher serviks akan tertarik keatas oleh segmen atas
yang retraksi dan serviks menyatu kedalam segmen uterus yang bawah. Saluran
serviks akan melebar dan mendatar. Pada wanita primigravida, lobang luar leher
rahim akan tetap tertutup hingga serviks menjadi rata diatas bagian janin yang
menyodor dan seluruhnya akan menipis, sedangkan pada wanita multigravida
lobang luar serviks akan mulai membuka sebelum penipisan selesai. Pada wanita
yang tinggi paritasnya, serviksnya mungkin tidak akan pernah menipis dengan
sepenuhnya.
8. Pembukaan serviks
Pembukaan serviks ialah proses pembesaran lubang luar dari serviks dari
keadaan yang tertutup rapat menjadi lobang yang cukup besar untuk
memungkinkan lewatnya kepala janin. Pembukaan diukur dalam centimeter dan
pembukaan penuh kira‐kira 10 cm. Pembukaan akan terjadi sebagai akibat dari
tekanan pada uterus oleh janin. Tekanan pada rahim akan menyebabkan fundus
uteri bereaksi dengan jalan berkontraksi.
9. Perdarahan
Sebagai akibat dari pembukaan serviks, maka operculum yang membentuk
sumbat serviks selama kehamilan, akan menjadi lenyap. Wanita tersebut akan
melihat pengeluaran lendir campur darah beberapa jam sebelum atau dalam
pembuluh‐pembuluh halus yang pecah didalam parietal decidua dimana chorion
telah terlepas dan juga dari serviks yang sedang membuka. Jumlah darah ini
seharusnya tidak boleh lebih dari hanya noda darah saja. Jika perdarahan aktif
terjadi, hal itu dianggap tidak normal.
Meninggi selama kontraksi dengan kenaikan sistolik rata‐rata sebesar 15 (10‐20) mmHg dan kenaikan diastolik rata‐rata sebesar 5‐10 mmHg.
Diantara kontraksi‐kontraksi, tekanan darah tersebut kembali ketingkat pra‐ persalinan
Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring kesamping akan menghilangkan perubahan dalam tekanan darah ini selama satu kontraksi Rasa nyeri, rasa takut dan kekawatiran bisa menaikkan tekanan darah ini lebih lanjut
Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, ukurlah dengan benar diantara dua kontraksi
Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut atau sangat khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutlah (dan bukan pre‐eklampsia) yang menyebabkan kenaikan tekanan tersebut.
Periksalah parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan pre‐eklampsia. Berilah asuhan pendukung dan pengobatan yang akan bisa membuatnya santai sebelum membuat diagnosa akhir jika pre‐eklapsia benar tidak ada.
Metabolisme
Selama pengobatan, baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan dan terus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh kecemasan serta oleh kegiatan otot kerangka tubuh.
Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut jantung, pernapasan, output kardiak, dan kehilangan cairan
Suhu
Akan sedikit naik selama persalinan; tertingi selama dan segera setelah kelahiran. Untuk bisa dianggap normal, kenaikan ini tidak boleh melampaui 1 sampai 2° F (0,5 sampai 1° C). Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan
Denyut Jantung
Angka denyut antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode segera sebelum pra‐persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan.
Kenaikan output kardiak serta kehilangan cairan akan mempengaruhi fungsi renal dan akan menimbulkan kekhawatiran dan langkah‐langkah untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Suhu yang naik sedikit ini bisa dianggap normal. Akan tetapi, bila persalinan berlangsung lama, kenaikan suhu bisa berindikasi adanya dehidrasi, dan parameter lainnya harus dicek. Juga, jika selaput ketuban pecah secara premature, suhu yang naik bisa merupakan indikasi infeksi dan tidak bisa dianggap normal dalam keadaan seperti ini
Denyut yang sedikit naik bisa dianggap normal. Periksa parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan adanya proses infeksi.
Pernafasan
Kenaikan pernafasan sedikit normal selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan metabolisme.
Hyperventilasi yang lama adalah tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
Sedikit sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernafasan oleh karena angkanya dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan tehnik‐tehnik bernafas. Observasi pernafasan ibu dan bantu dalam mengendalikan pernafasan tersebut untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu lama, yang dibuktikan dengan adanya perasaan geli pada tungkai serta perasaan pusing.
Perubahan renal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Mungkin diakibatkan oleh output kardiak yang naik selama persalinan dan kemungkinan besar kenaikan dalam angka filtrasi glomerular serta aliran plasma renal. Polyuria tidak begitu kentara dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan
Sedikit proteinuria (trace, 1+) biasanya sepertiga sampai separuh jumlah wanita dalam persalinan
Proteinuria 2+ dan diatasnya sudah jelas tidak normal
Kantung kemih harus sering‐sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk melihat apakah ada penggelembungan dan harus dikosongkan untuk mencegah trauma kandung kemih serta retensi urine selama masa segera setelah pasca bersalin
Hal ini lebih sering pada wanita primipara, atau mengalami anemia, atau persalinan lama berindikasi pre eklampsi
Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat sangat berkurang, ini dikombinasikan dengan pengurangan selanjutnya dari sekresi gastrik selama persalinan akan membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus menjadi sangat lambat .
Makanan yang masuk kedalam lambung selama atau segera sebelum persalinan atau selama fase laten dari persalinan kemungkinan besar akan berada didalam lambung selama persalinan.
Rasa mual dan muntah‐muntah bukanlah hal yang jarang selama fase transisi yang menandai berakhirnya kala satu persalinan
Lambung yang penuh bisa menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu para wanita diinstruksikan jangan makan terlalu banyak atau minum berlebihan tetapi makan dan minumlah secukupnya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
Medikasi oral dianggap kurang efektif selama persalinan. Perubahan gastro‐ intestinal mungkin adalah merupakan reaksi terhadap salah satu atau kombinasi dari faktor‐faktor berikut: kontraki uterus, rasa nyeri, rasa takut, cemas, medikasi atau komplikasi.
2.2. Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, cemas adalah respon emosi tanpa
objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal
secara langsung. Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan
psikologis (Suliswati, dkk, 2003).
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). System saraf
simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan system saraf parasimpatis akan
menimbulkan respon tubuh. Bila korteks otak menerima rangsang, akan dikirim
melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenal/epineprin
sehingga efeknya antara lain: nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat dan
tekanan darah meningkat. Darah akan tercurahkan terutama ke jantung, susunan
saraf pusat dan otak, dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan
meningkat. Secara psikologis kecemasan akan mempengaruhi aspek interpersonal
maupun kecemasan yang meningkat akan mempengaruhi koordinasi atau gerak
reflek. Kesulitan mendengar, atau mengganggu hubungan dengan orang lain.
Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan
dengan orang lain (Suliswati, dkk, 2003).
Secara umum kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip
dengan orang yang mengalami stress. Bedanya, bila stress didominasi oleh gejala
dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah ; 1). Ketegangan motorik/alat
gerak, seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak
dapat diam, kening berkerut, mudah kaget. 2). Hiperaktifitas saraf otonom (simpatis
dan parasimpatis), seperti keringat berlebihan, jantung berdebar‐debar, rasa dingin
di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil,
diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat. 3). Rasa khawatir yang
berlebihan tentang hal‐hal yang akan datang, seperti cemas, takut, khawatir,
membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya. 4). Kewaspadaan
yang berlebihan, seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur,
mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari, 2004).
2.2.1. Faktor‐Faktor Kecemasan
1. Nyeri
Hampir semua wanita mengalami/merasakan nyeri selama persalinan, tetapi
respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda‐beda. Nyeri adalah
pengalaman yang berbeda yang dirasakan seseorang (Reeder dan Martin, 1997).
Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami
ibu sejak awal mulainya persalinan sampai servik berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri
ini disebabkan oleh proses dari dilatasi serviks, hipoksia otot uterus, ischemia korpus
servikalis). Subjektif nyeri ini dipengaruhi oleh paritas, ukuran dan posisi janin,
tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya dan mekanisme koping dan
lingkungan (Reeder dan Martin, 1997). Nyeri mengakibatkan ketegangan (stress)
karena stress dapat melepaskan katekolamin yang mengakibatkan berkurangnya
aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen (Iswani, 2002).
Rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal, yaitu pada
tahap pertama persalinan, kontraksi rahim yang menyebabkan ; 1). Dilatasi dan
penipisan serviks. 2). Iskhemia rahim penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal
mengalami defisit akibat konstriksi arteri miometrium. Impuls rasa nyeri pada tahap
pertama persalinan transmisi melalui segmen saraf spinalis T11‐T12 saraf sensori
torakal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. Saraf ini berasal dari korpus uterus
dan serviks (Bobak, 2004).
Nyeri persalinan terbagi atas dua jenis yaitu : 1) Nyeri visceral, bersifat
lambat, dalam dan tidak terlokalisir. Nyeri ini mendominasi selama kala I persalinan
yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman akibat kontraksi uterus dan pembukaan
serviks. 2). Nyeri somatik, bersifat lebih cepat, tajam atau menusuk dan lokasinya
jelas. Nyeri ini pada akhir kala I dan selama kala II merupakan akibat dari penurunan
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisiologis dan psikologis. Secara
fisiologis, seorang wanita yang bereaksi terhadap nyeri disertai rasa takut dan cemas
akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis dan meningkatkan sekresi katekolamin
atau epineprin dan norepineprin yang mengakibatkan perangsangan reseptor alpa
dan beta. Kombinasi efek perangsang dari reseptor alpa dan beta akibat sekresi
katekolamin yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah dari dan ke
plasenta sehingga membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari
kontraksi uterus yang memperlambat proses persalinan, hambatan fisik lainnya yang
dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri adalah akibat dari persalinan yang
berlangsung lama, ibu mempunyai penyakit atau penyulit saat bersalin dan
pemeriksaan jalan lahir berulang‐ulang oleh tenaga medis (Kinney, 2002;
Danuatmaja, 2004).
Secara psikologis pengurangan nyeri akan menurunkan tekanan yang luar
biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan menemukan kesulitan untuk
bertinteraksi dengan bayinya setelah lahir karena ia mengalami kelelahan saat
menghadapi nyeri persalinan. Peristiwa atau kesan yang tidak menyenangkan saat
melahirkan dapat mempengaruhi responnya terhadap aktifitas seksual atau untuk
melahirkan yang akan datang (Kinney et al, 2000).
2. Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang
menderita sakit (Carpenito, 2001). Seorang ibu yang hamil dengan suatu penyakit
yang menyertai kehamilannya maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena
kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap beresiko terjadi
hal‐hal yang patologis.
3. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan.
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter ahli kebidanan,
dokter umum dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
a. Mengenali dan menangani penyulit‐penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit‐penyakit yang mungkin diderita ibu sedini mungkin.
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat‐nasehat tentang cara hidup sehari‐hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 1998).
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain
pemeriksaan fisik, ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan tentang
perawatan kehamilan yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan
demikian ibu diharapkan dapat lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi
proses persalinan. Untuk itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan
kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan.
Idealnya ibu hendaknya memeriksakan kehamilannya paling tidak sekali
dalam sebulan atau jika ada keluhan. Namun WHO menetapkan standar minimal
kunjungan ibu hamil ke petugas kesehatan adalah 4 x selama hamil, yakni 1 x pada
trismester pertama, 1 x pada trismester kedua dan 2 x pada trismester III (Saifudin,
2001).
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu hal
secara formal maupun non formal. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia