• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejahatan Perang

Dalam dokumen Pengaruh Kejahatan Perang Terhadap Valid (Halaman 31-42)

Kejahatan perang, merupakan salah satu bentuk kejahatan internasional menurut ICC (International Criminal Court), dalam statuta roma 1998, kejahatan internasional memiliki 4 (empat) jenis kejahatan, yaitu:39

1. Kejahatan Perang (war crimes)

Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum internasional, terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap pelanggaran pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara, belum tentu bisa dianggap kejahatan perang.40 Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang telah ditentukan oleh hukum perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma prosedur dan aturan pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian itu sebagai taktik perang untuk mengecoh pihak lawan sebelum menyerang. Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil juga bisa dianggap sebagai kejahatan perang. Pembunuhan massal dan genosida kadang dianggap juga sebagai suatu kejahatan

39 Alif, Perang, Hukum Humaniter dan Perkembangan Internasional, hal. 7.

40 Wikipedia, ‘Kejahatan Perang’, <http://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_perang>, diakses (02/06/09).

perang, walaupun dalam sebenarnya kejahatan ini secara luas dideskripsikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.41

Kejahatan perang merupakan bagian penting dalam Hukum Humaniter Internasional, dan biasanya pada kasus kejahatan ini dibutuhkan suatu pengadilan internasional, seperti pengadilan Nuremberg, pengadilan ini pada awal abad ke-21 adalah pengadilan kejahatan internasional untuk bekas Yugoslavia dan pengadilan kejahatan internasional untuk Rwanda, yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB berdasarkan pasal VII Piagam PBB. Dan kini pengadilan internasional tersebut dipersatukan menjadi sebuah lembaga yang bernama ICC (International Criminal Court).

Kejahatan perang ini mencakup tindakan-tindakan yang sangat luas, contohnya :

a. Perbuatan yang merupakan pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 1949. b. Pelanggaran berat terhadap hukum dalam kerangka hukum interasional.

c. Pelanggaran berat dalam Pasal 3 ketentuan bersama (common articles), dari keempat Konvensi Jenewa 1949 dalam pertikaian bersenjata non-internasional. d. Pelanggaran berat lainnya, terhadap hukum kebiasaan yang berlaku dalam

pertikaian bersenjata non-internasional dalam kerangka hukum internasional. Pada umumnya kejahatan perang yaitu kejahatan dan pelanggaran akan hukum yang mengatur, yang dilakukan pada masa pertikaian bersenjata. Namun tidak semua pelanggaran yang dilakukan dapat digolongkan menjadi kejahatan perang.

41Ibid.

33

Salah satu bentuk war crimes adalah grave breaches yaitu pelanggaran serius terhadap kemanusiaan, dimana sebenarnya Konvensi Jenewa 1949 tidak mengatur hukuman para pelaku grave breaches tersebut. Dalam Konvensi Jenewa IV tahun 1949, grave breaches dipakai untuk membedakan antara kejahatan perang yang terjadi dalam pertikaian bersenjata internasional, dalam hubungannya dengan istilah ”orang-orang yang dilindungi” (the protected persons) dengan kejahatan yang dilakukan dalam pertikaian internal atau domestik (Psl 4 Jo. Psl 147 Konvensi Jenewa IV). Sementara yang dimaksud sebagai ”the protected persons” adalah ”… mereka yang dalam waktu tertentu dan dengan cara apa pun, mendapatkan dirinya, dalam sebuah pertikaian atau pendudukan, berada pada kekuasaan salah satu pihak dalam pertikaian, di mana nasionalitas mereka tidak sama dengan pihak yang menguasainya”. Penggunaan terminologi ”the protected person” di atas, memang mengarah pada proposisi bahwa tawanan perang ataupun orang-orang sipil dalam pertikaian internal, tidak mendapat perlindungan oleh Konvensi Jenewa 1949.42

Selain kejahatan perang, kejahatan internasional lain dalam Statuta Roma, antara lain, genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan dan agresi.

2. Genosida (genoside)

Kejahatan genosida dimaksudkan untuk menghancurkan atau memusnahkan satu kelompok etnis tertentu, berikut adalah 5 (lima) jenis

42 Ihsan Basir, ‘Kejahatan Serius’, <http://www.aceh-

eye.org/data_files/bahasa_format/martial_law_bhs/mlaw_analysis/mlaw_analysis_2003_12_30.as p>, diakses (02/06/09).

perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk mengancurkan kelompok, bangsa, enis, ras juga agama tersebut :

a. Membunuh anggota kelompok.

b. Menyebabkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota kelompok.

c. Sengaja menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik, baik seluruhnya atau sebagian.

d. Memaksa tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran dalam suatu kelompok.

e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok yang lainnya.

Genosida telah diatur dalam suatu konvensi tersendiri yang dinamakan Konvensi Genosida 1948.

3. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan (crimes against humanity)

Kejahatan ini biasanya dilakukan dengan sengaja melakukan penyerangan yang sistematis dan meluas, yang langsung ditujukan terhadap penduduk sipil. Berikut adalah 11 (sebelas) jenis perbuatan kejahatan kemanusiaan :

a. Pembunuhan. b. Pembasmian. c. Perbudakan.

d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

e. Pengurungan atau pencabutan kemerdekaan fisik secara sewenang-wenang dengan melanggar aturan dasar hukum internasional.

35

f. Penyiksaan. g. Pemerkosaan.

h. Penindasan terhadap suatu kelompok atau gender atau kelompok lain yang tidak diperbolehkan oleh hukum internasional.

i. Kejahatan rasial.

j. Perbuatan tidak manusiawi yang sengaja mengakibatkan luka serius terhadap badan, mental atau kesehatan fisik seseorang.

4. Agresi (aggression)

Agresi adalah perbuatan menghancurkan, dan semua perilaku yang destruktif.43

Penulis dalam penulisan ini memfokuskan bahasan pada kejahatan perang, karena dewasa ini semakin banyak terjadi kejahatan yang dilakukan pada masa pertikaian bersenjata sedang berlangsung, dimana kejahatan itu tidak hanya berdampak pada pihak-pihak yang bertikai saja, namun para penduduk sipil, juga bangunan-bangunan bersejarah dan berharga menjadi korban kejahatan perang. Kejahatan perang kerapkali terjadi pada tawanan perang. Perihal kejahatan serupa, telah diatur dalam Protokol Tambahan I dan II, yang dengan jelas melarang:44 - Combatant menyamar sebagai prang sipil

- Penyerangan yang membabi buta, tidak pandang bulu

- Tindakan kekerasan, atau ancaman tindakan kekerasan, yang bertujuan untuk menyebarkan terror

43 Wikipedia, ‘Agresi’, <http://id.wikipedia.org/wiki/Agresi>, diakses (02/06/09). 44 Emiliano Tribaut, ICRC Brochure (Pembedaan Orang Sipil), maret 2007, hal. 2.

- Perusakan obyek-obyek yang mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup penduduk

- Penyerangan terhadap tempat ibadah dan monument

Akibat dari kejahatan perang adalah luka yang tidak perlu, untuk mencegah terjadi pada orang-orang sipil, dibentuk Protokol Tambahan 1977 pada Konvensi Jenewa 1949 yang berupaya memastikan penghormatan terhadap prinsip proporsionalitas dalam semua operasi militer, dengan mengharuskan semua pihak yang terlibat pertikaian bersenjata untuk mengambil segala langkah pencegahan yang mungkin diambil, menyangkut sarana dan cara berperang yang dipakai untuk menghindari atau memperkecil timbulnya kerugian tambahan berupa korban tewas dan korban luka di pihak orang sipil dan kerusakan obyek sipil yang melebihi keuntungan militer yang diperoleh.45 Korban dalam suatu pertikaian bersenjata akan mendapatkan pertolongan dan perawatan yang layak oleh organisasi yang bergerak dibidang kemanusiaan, dalam hal ini adalah ICRC (The International Committee of The Red Coss).

6. ICRC

ICRC (The International Committee of The Red Coss) atau yang lebih dikenal dengan Komite Palang Merah Internasional, didirikan hampir satu setengah abad yang lalu, karena menyadari kenyataan menyedikan bahwa penggunaan senjata tetap menjadi cara untuk menyelesaikan masalah peredaan antar bangsa, antar masyarakat, antar kelompok etnis, dengan kepastian

37

mengakibatkan banyaknya kematian dan penderitaan.46 Peran istimewa yang dimiliki oleh ICRC merupakan peran yang ditugaskan kepadanya oleh negara- negara melalui berbagai instrument Hukum Humaniter Internasional. Meskipun ICRC selalu menjalin dialog tetap dengan negara-negaranya, ICRC selalu menekankan statusnya sebagai suatu organisasi yang mandiri (independent), hal ini dikarenakan hanya jika ICRC bebas bertindak secara mandiri terhadap pemerintah atau penguasa manapun, ICRC akan dapat melayani kepentingan sesungguhnya yang ada pada korban pertikaian bersenjata. Karena kepentingan para korban lah yang menjadi inti misi kemanusiaan ICRC.47

ICRC berasal dari visi dan tekad satu orang, yaitu Henry Dunant, dimana pada saat itu di solferino, italia, pasukan Austria dan prancis sedang bertempur sengit, dan akibat pertempuran itu, pada sore hari terdapat sangat banyak prajurit yang bergeletakan. Mengetahui hal menyedihkan tersebut, ia kemudian mengajak para warga untuk membantunya dalam merawat mereka, dan ia menekankan bahwa prajurit dari kedua belah pihak harus diberi perawatan yang sama. Saat Henry Dunant kembali ke Swiss, ia menerbitkan buku yang berjudul A Memory of Solferino, yang berisi dua seruan yang serius, yaitu agar pada masa damai didirikan perhimpunan-perhimpunan bantuan kemanusiaan yang memiliki juru rawat yang siap menangani korban luka pada waktu terjadi perang, dan agar para relawan ini, yang akan bertugas membantu dinas medis angkatan bersenjata, diberikan pengakuan dan perlindungan melalui sebuah perjanjian internasional.

46 Carina Appel, ICRC Booklet (Kenali ICRC), September 2006, hal. 6. 47Ibid, hal. 3.

Pada tahun 1863, sebuah perkumpulan amal bernama Perhimpunan Jenewa Untuk Kesejahteraan Masyarakat membentuk sebuah komisi yang beranggotakan lima orang untuk mewujudkan gagasan Henry Dunant itu, dimana Henry Dunant juga termasuk dalam kelima orang tersebut.48 Komisi yang telah dibentuk ini kemudian mendirikan Komite Internasional Pertolongan Terhadap Korban Luka, yang kemudian menjadi Komite Internasional Palang Merah, yang dewasa ini dikenal dengan nama ICRC.49

ICRC berperan juga dalam memberikan perlindungan dalam masa peperangan, ICRC juga kerap berupaya untuk memperkecil bahaya yang mengancam orang-orang dalam situasi peperangan itu, mencegah dan menghentikan perlakuan semena-mena terhadap mereka, mengupayakan agar hak- hak mereka diperhatikan dan didengar, juga berupaya untuk memberikan mereka bantuan. ICRC melakukan hal ini dengan cara berada terus didekat para korban pertikaian bersenjata dan kekerasan, dan juga dengan menjalin dialog secara tertutup dengan pihak-pihak yang bertikai, baik negara ataupun bukan negara.50 Dalam peperangan kerap kali terjadi hilangnya orang, penyandraan orang, penyiksaan, penahanan, perekrutan paksa kedalam angkatan bersenjata, pengungsian, yang tidak hanya terjadi pada kaum laki-laki saja, namun juga kerapkali terjadi pada kaum perempuan. Dimana tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan tersebut, lebih sesifik, yaitu kekerasan seksual.

48Ibid, hal. 6.

49Ibid.

39

Sejak perang dunia pertama, bentuk kekerasan seksual seperti perkosaan, digunakan sebagai sarana berperang, dengan tujuan merendahkan martabat dan menaklukan musuh. Pelanggaran seperti perkosaan, pelacuran paksa, penghamilan paksa, merupakan kekerasan yang juga berpengaruh pada psikologis seseorang, dan bentuk pelanggaran yang demikian telah diatur dalam larangan Hukum Humaniter Internasional.51 Dalam situasi seperti ini, ICRC juga mengambil peran, ICRC membantu perempuan korban perang, sesuai dengan mandatnya yaitu untuk melindungi dan membantu semua korban pertikaian bersenjata. Dalam hal ini, ICRC menggunakan cara dengan menghimbau, menyadarkan para prajurit perang, para pembawa senjata, bahwasanya kekerasan seksual dilarang oleh Hukum Humaniter Internasional, maka perlu dicegah secara sungguh-sungguh. Hal yang sama juga berlaku pada peran ICRC dalam melindungi para tawanan perang, ketika terjadi pertikaian bersenjata internasional, Konvensi Jenewa mengakui hak dari ICRC untuk mengunjungi tawanan, memastikan bahwa tawanan diperlakukan secara manusiawi, dan mengetahui kehidupan yang para tawanan jalani disana.52 Oleh karena itu, melarang atau mencegah ICRC melakukan hal ini, adalah pelanggaran Hukum Humaniter Internasional. ICRC melakukan semua kegiatannya dengan 7 (tujuh) prinsip dasar ICRC, yaitu:53

- Kemanusiaan - Ketidakberpihakan

51 Boris Heger, ICRC Booklet (Kenali ICRC), September 2006, hal. 24. 52Ibid, hal. 26.

- Kenetralan - Kemandirian - Kesukarelaan - Kesatuan - kesemestaan

Misi ICRC adalah melindungi dan membantu korban perang dan situasi gangguan dalam negeri, sipil maupun militer, dengan netral, dan tidak berpihak pada siapapun. Dengan demikian, tugas dari ICRC adalah:54

- Mencari orang hilang

- Menyatukan anggota keluarga yang terpisah karena pertikaian bersenjata - Menyampaikan berita antara anggota keluarga yang terpisah karena pertikaian - Memberikan makanan, air, dan bantuan medis kepada penduduk sipil yang

tidak punya akses dalam kebutuhan dasar tersebut

- Menyebarluaskan dan memberikan himbauan kepada penduduk sipil dan angkatan bersenjata, akan Hukum Humaniter Internasional

- Memantau kepatuhan akan Hukum Humaniter Internasional

- Mengarahkan perhatian pada kasus-kasus pelanggaran Hukum Humaniter Internasional dan membantu pengembangan Hukum Humaniter Internasional ICRC memperkerjakan dokter, insinyur, akuntan, supir, ahli gizi, juru rawat, sekretaris, tukang kayu, ahli hukum dan juga ahli mesin. Acapkali ICRC membutuhkan orang dari semua profesi untuk bekerja bagi tujuan kemanusiaan.

41

Dengan banyaknya para pekerja di ICRC, ICRC pun memerlukan dana, sumber dana yang diperoleh ICRC berasal dari sumbangan, antara lain sumbangan dari:55 - Negara-negara peserta Konvensi Jenewa

- Perhimpunan-perhimpunan Nasional

- Organisasi-organisasi supranasional (contoh: Uni Eropa) - Sumber-sumber masyarakat dan swasta

Dana sumbangan yang diperoleh ICRC tersebut, dapat berupa:56 - Uang tunai

- In Natura, yaitu bahan makanan, mupun bahan non makanan, seperti selimut, alat dapur, kendaraan)

- Jasa atau pelayanan

55Ibid, hal. 50.

42

Dalam dokumen Pengaruh Kejahatan Perang Terhadap Valid (Halaman 31-42)

Dokumen terkait