• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR BATASAN

Dalam dokumen Buku Acuan Kegawatdaruratan Obgyn (Halaman 41-47)

 Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motoric maupun fungsi autonomic karena kelebihan pancaran listrik pada otak

PRINSIP DASAR

 Kejang merupakan keadaan emergensi atau tanda bahaya yang sering terjadi pada neonates, karena kejang yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi ke langsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Termasuk dalam kelompok gejala ini adalah spasme dan tidak sadar atau gangguan kesadaran. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf.

 Kejang merupakan satu tanda atau gejala yang dapat dijumpai pada satu atau lebih masalah pada BBL

Apapun penyebabnya, kejang sebagai salah satu Tanda Bahaya atau “Danger Sign” pada neonates harus segera dikelola dengan baik

 Sebetulnya timbulnya kejang dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan promotif atau preventif

 Secara klinis kejang pada bayi diklasifikasikan klonik, tonik, mioklonik, “subtle” TUJUAN UMUM

Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan memiliki kemampuan untuk:  Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonates

 Menjelaskan rencana terapi kejang pada Neonatus

 Melakukan praktek menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut.

 Melakukan cara memotong kejang dengan baik

 Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat MASALAH

Kejang pada bayi baru lahir apapun penyebabnya dapat menimbulkan cacat pada syaraf dan atau kemunduran mental dikemudian hari.

Langkah promotif dan preventif  Mencegah persalinan premature

 Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman  Mencegah asfiksia neonatrum

 Melakukan resusitasi dengan benar  Melakukan tindakan pencegahan infeksi

 Mengendalikan kadar glukosa darah ibu.

 Antisipasi setiap factor kondisi (factor predisposisi) dan masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalm masa nifas.

 Berikan pengobatan yang rasional dan efektuf bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.

 Lanjutan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan atau persalinan

 Jangan pulankan penderita apabila masa kritis belum terlampaui

 Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yangharus diwaspasai dan harus mendapat pertolongan dengan segera

 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu ynag mengalami infeksi pada saat persalinan

 Berikan hidrasi oral/IV secukupnya. DIAGNOSTIK

Anamnesis :

 Riwayat persalinan: bayi lahir premature, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neonatrum

 Riwayat imunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan  Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional

 Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas.

 Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut  Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan  Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum nomral

 Adanya factor resiko infeksi

 Riwayat ibu mendapat obat missal heroin, metadon, propoxypen, sekobarbital, alcohol.  Riwayat perubahan warna kulit (kuning)

 Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang Pemeriksaan fisik

Kejang:

 Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip, berputar, juling

 Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti

 Perubahan status kesadaran, apnea, icterus, ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh tidak normal

Spasme:

 Bayi tetap sadar, menangis kesakitan

 Opistotonus, kekakuan ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostic

 Infeksi tali pusat DIAGNOSIS BANDING

Untuk membuat diagnosis banding dan mengetahui Manajemen Spesifik dapat dilihat table 8.1 dibawah ini

Table 8.1 diagnosis banding kejang, spasme dan tidak sadar Temuan

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan

penunjang/

diagnosis lain yang sudah diketahui

Kemungkinan diagnosis

 Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3

 Riwayat ibu Diabetes

 Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar

 Bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu)

 Bayi sangat besar (berat lahir > 4000 g)

Kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2.6 mmol/L) Hipoglikemia  Ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid  Malas minum sesudah minum normal sebelumnya  Timbul pada hari

ke 3 sampai 14  Lahir dirumah dengan lingkungan kurang higienis  Pengolesan bahan

tidak steril pada tali pusat

 Spasme Infeksi tali pusat Tetanus neonatrum

 Timbul pada hari ke 2 atau lebih

 Kejang atau tidak sadar  Ubun-ubun besar

membonjol  letargi

Sepsis Curiga meningitis

(tangani meningitis dan obati kejang)

Temuan

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan

penunjang/diagnosis lain yang sudah diketahui

Kemungkinan diagnosis

 Riwayat resusitasi pada saat lahir atau bayi tidak bernapas minimal satu menit sesudah lahir  Timbul pada hari

ke 1 sampai ke 4  Persalinan dengan

penyulit (missal partus lama atau gawat janin)

 Kejang atau tidak sadar

 Layuh atau letargi  Gangguan napas  Suhu tidak normal  Mengantuk atau

aktifitas menurun  Iritabel atau rewel

Asfiksia neonatorum dan/atau Trauma (obati kejang, dan tangani asfiksia neonatorum)

 Timbul pada hari ke 1 sampai 7  Kondisi bayi mendadak memburuk  Mendadak pucat  Belum mendapat injeksi Vit. K 1

 Kejang atau tidak sadar

 Bayi kecil (berat lahir < 2500 g atau umur kehamilan < 37 minggu)  Gangguan napas berat Perdarahan intraventrikular (nilai dan tangani

perdarahan dan juga asfiksia neonatorum)

 Icterus hebat timbul pada hari ke 2

 Ensefalopati timbul pada hari ke 3-7  Icterus hebat yang

tidak atau

terlambat diobati

 Kejang  Opistotonus

Hasil tes Coombs positif

Ensefalopati bilirubin (Kern-ikterus) (obati kejang dan tangani Ensefalopati bilirubin)

MANAJEMEN UMUM

 Bebaskan jalan napas dan oksigenasi  Medikamentosa untuk memotong kejang  Memasang jalur infus intravena

 Pengobatan sesuai dengan penyebab Medikamentosa

1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler

2. Bial kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1mg/kg berat badan/menit

Pengobatan rumatan

1. Fenobarbital 3-5 mg/kg BB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari

2. Fenitoin 4-8 mg/kg/hari intravena atau per oral, dosis terbagi dua atau tiga. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab kejang

 Laboratorium Darah Rutin dan pengecatan Gram, kadar Glukosa darah dengan dekstrostik. Pada kecurigaan infeksi (meningitis)

Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/mm3) atau leukopenia (<5000/mm3)dan trombositopenia (<150.000/mm3)

Gangguan metabolic

Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl) Diduga/ada riwayat jelas pada kepala

Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematocrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.

Pemeriksaan kadar bilirubin total/direk dan indirek meningkat, pemeriksaan kadar bilirubin bebas (bila tersedia)

MANAJEMEN SPESIFIK atau MANAJEMEN LANJUT 1. Meningitis

Antibiotic awal diberikan Ampisislin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan (table 8.2)

Table 8.2 dosis antibiotic

Ampisislin IV 100 mg/kg setiap 12 jam 100 mg/kg setiap 8 jam Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 12 jam 50 mg/kg setiap 6 jam Gentamisin IV, IM < 2 kg

4 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari ≥ 2 kg

5 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari 2. Gangguan metabolic

Diagnosis kejang yang disebabkan oleh karena gangguan metabolism sangat sulit ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di Puskesmas, karena tidak ada gejala klinis yang khas untuk beberapa kejang metabolik, missal hiponatremia dan hipomagnesimia. Untuk itu manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolic ini, dan segera dirujuk

Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (Lihat manajemen Hipoglikemia)

Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia.

Untuk kasus ini diberi:

 Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquadest sama banyak secara intravena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis. 3. Kern icterus: (lihat hiper bilirubinemia)

4. Hipoksia: optimalisasi ventilasi dan terapi oksigen 5. Spasme/ tetanus

 Beri Diazepam 10 mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3jam, maksimum 40 mg/kg/hari

Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme.

 Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat.

 Beri bayi:

o Human Tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya, antitoksin tetanus 5.000 IU IM, toksoid tetanus IM pada tempat yang berbeda dengan tempat pemberian antioksin

o Benzyl Penicilin G 100.000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari  Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi

yang dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis kedua

 Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan bedah, dapat dirujuk.

Terapi Suportif

 Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut.

 Pasang jalur IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat

 Mengurangi rangsang suara, cahay maupun tindakan invasive untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, pasang pipa nasogastric dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan per hari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai junlah yang diperlukan

Rujukan

Bila bayi sudah dilakukan manajemen umum dan sudah dilakukan manajemen spesifik tetapi bayi masih, segera dirujuk

BAB 9

INFEKSI NEONATAL

Dalam dokumen Buku Acuan Kegawatdaruratan Obgyn (Halaman 41-47)

Dokumen terkait