PELATIHAN
PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN
OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL
DASAR
DAFTAR ISI
PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL DASAR
BUKU ACUAN KOMPONEN MATERNAL
SATU PRE EKLAMPSIA/EKLAMPSIA
Pengertian Tujuan Umum Tujuan Khusus Prinsip Dasar Penanganan Umum Penilaian klinik Gejala dan Tanda
Klasifikasi hipertensi dalam Kehamilan Diagnosis banding
Komplikasi Pencegahan Penenangan
Hipertensi dalam kehamilan tanpa Proteinura Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat dan Eklampsia Hipertensi Kronik
Ringkasan
DUA TINDAKAN OBSTETRI PADA PERTOLONGAN PERSALINAN DISTOSIA BAHU Pengertian Tujuan Umum Tujuan Khusus Masalah Pengelolaan Umum Indikasi Syarat EKSTRAKSI VAKUM Pengertian Tujuan Umum Tujuan Khusus Indikasi Kontraindikasi Ringkasan
TIGA PERDARAHAN POST PARTUM Batasan Tujuan Umum Tujuan Khusus Masalah Penanganan Umum Diagnosis Atonia Uteri
Perlukaan Jalan Lahir Retensio Plasenta Sisa Plasenta
EMPAT INFEKSI NIFAS
Prinsip Dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Masalah Penanganan Umum Penilaian Klinik Penanganan Metritis Bendungan Payudara Infeksi Payudara Abses Pelvis Peritonitis
Infeksi Luka Perineal dan Luka Abdominal Tromboflebitis
Trombofeblitis Femoralis
KOMPONEN NEONATAL
LIMA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Batasan Prinsip Dasar Masalah Tujuan Umum Tujuan khusus Diagnosik Manajemen Umum Pemantauan Manajemen Lanjut
HIPOTERMI Batasan Prinsip dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen Hipotermia Berat Hipotermia Sedang HIPOGLIKEMIA Batasan Prinsip dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen IKTERUS/HIPERBILIRUBINEMIA Batasan Prinsip Dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen
MASALAH PEMBERIAN MINUM Prinsip Dasar Masalah Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen Umum Manajemen Khusus
ENAM AFIKSIA PADA BAYI
Batasan Prinsip Dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostic
Manajemen
Tindakan Setelah Retsusitasi Pemantauan Tumbuh Kembang
TUJUH GANGGUAN NAFAS
Batasan Prinsip Dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus
Penyebab Gangguan Nafas Diagnostik
Manajemen Umum Manajemen Lanjut Gangguan Nafas Sedang Gangguan Nafas Ringan
DELAPAN KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR Batasan Prinsip Dasar Tujuan Umum Tujuan Khusus Masalah Diagnostik Diagnosis Banding Manajemen Umum Manajemen Lanjut Rujukan
SEMBILAN INFEKSI NEONATAL Batasan Prinsip Dasar Masalah Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen Umum Manajemen Lanjut Rujukan
SEPULUH RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR Prinsip Dasar
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Sistem Rujukan dan Transportasi Data yang harus disediakan
Syarat untuk melakukan transportasi
SEBELAS PERSIAPAN UMUM SEBELUM TINDAKAN PADA
KEGAWATDARURATAN OBSTETRIK DAN NEONATAL Pengertian
Tujuan Umum Tujuan Khusus
KEWASPADAAN UNIVERSAL Definisi
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Beberapa Petunjuk Dalam Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Manajemen Untuk Tenaga Kesehatan yang Terpapar Darah/Cairan Tubuh
Penanganan Alat-alat yang terkontaminasi Pembuangan Sampah secara Aman
Pemeliharaan Lingkungan yang Aman
PERSIAPAN TEMPAT PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL ESENSIAL DASAR
Pengertian
Pengorganisasian Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar dalam Pelayanan Kesehatan
Program Menjaga Mutu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
Supervise Fasilitatis Ringkasan
BAB 5
BAYI BERAT LAHIR RENDAH BATASAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 24 jam setelah lahir).
PRINSIP DASAR
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29% kematian neonatal karena BBLR
Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah Hipotermia, Hipoglikemia, Hiperbilirubenia, Infeksi atau sepsis dan gangguan minum
Penyebab BBLR
o Persalinan kurang bulan/premature
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur)
o Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (Janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterin berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatnya kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
Beberapa faktor predisposisi:
o Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tak diinginkan.
o Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, o Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi.
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu: Menjelaskan tentang penyebab dan komplikasi BBLR
Melakukan manajemen BBLR dengan berbagai penyulitnya sesuai dengan fasilitas yang tersedia
TUJUAN KHUSUS
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akanbmempunyai kemampuan untuk : Menjelaskan beberapa penyebab dan faktor predisposisi BBLR
Mengidentifikasi BBLR menurut masa gestasi Melakukan manajemen umum BBLR
Mengidentifikasi tanda, gejala dan diagnostik serta manajemen hipotermia Mengidentifikasi tanda, gejala dan diagnostik serta manajemen hipoglikemia
Mengidentifikasi tanda, gejala dan diagnostik serta manajemen icterus Kremer II keatas (hiperbilirubinemi)
Mengidentifikasi tanda, gejala dan diagnostik serta manajemen infeksi neonatal
Mengidentifikasi tanda, gejala dan diagnostik serta manajemen masalah pemberian minum Langkah Promotif/Preventif
Mencegah persalinan premature (Lihat Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal Bab Persalinan Kurang Bulan)
Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas Meningkatkan status nutrisi ibu
Melarang merokok pada ibu hamil DIAGNOSTIK
Anamnesis Umur Ibu
Riwayat persalinan sebelumnya
Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan ibu selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil Pemeriksaan fisik
Berat lahir kurang 2500 gram Untuk BBLR kurang bulan :
Tanda prematuritas :
o Tulang rawan telinga belum terbentuk
o Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit) o Refleks-refleks masih lemah
o Alat kelamin luar: pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
Untuk BBLR kecil untuk Masa Kehamilan : Tanda Janin Tumbuh Lambat :
o Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas o Kulit keriput
o Kuku lebih panjang Komplikasi BBLR
Table 5.1 dibawah ini dapat membantu memberi gambaran tentang komplikasi BBLR Table 5.1 Penilaian klinik kemungkinan komplikasi pada BBLR
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan
penunjang
Kemungkinan diagnosis Bayi terpapar dengan
suhu lingkungan yang rendah. Waktu timbulnya kurang 2hari Menangis lemah Kurang aktif Malas minum Kulit teraba dingin Kulit mengeras kemerahan
Frekuensi jantung kurang 100 kali per menit
Nafas pelan dan dalam
Suhu tubuh kurang 36,5º C
Hipotermi
Kejang timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3 Riwayat Ibu Diabetes
Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar
Kadar glucose darah kurang 45
mg/dL (2.6
mmol/L)
Hipoglikemia
Ikterik (warna kuning) timbul saat lahir sampai hari ke 3.
Berlangsung lebih dari 3 minggu.
Riwayat infeksi maternal
Riwayat ibu pengguna obat.
Riwayat ikterus pada bayi yang lahir sebelumnya
Kulit, konjungtiva berwarna kuning pucat
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
Ibu tidak dapat atau tidak berhasil menyusui Malas atau tidak mau minum
Waktu timbul sejak lahir
Bayi kelihatan bugar Kenaikan berat bayi kurang 20gram/hari selama 3 hari
Masalah
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang
Kemungkinan diagnosis Timbul asfiksia pada
saat lahir
Bayi malas minum Timbul pada saat lahir sampai 28 hari.
Bayi latergi/kurang aktip Gangguan napas Kulit ikterus Sklerema atau skleredema Kejang Gambaran darah tepi (bila tersedia fasilitas)
Bayi KMK atau lebih bulan
Air ketuban bercampur mekonium
Lahir denan riwayat asfiksia
Lahir dengan asfiksia Air ketuban bercampur mekonium
Tali pusat berwarna kuning kehijauan Pemeriksaan Radiologi dada (bila tersedia) Sindroma Aspirasi mekonium MANAJEMEN UMUM
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut : Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
Jaga patensi jalan napas
Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital : pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktifitas
Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti kolvusan
Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV. Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Pemberian minum
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun:
o Periksa apakah bayi puas setelah menyusu;
o Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari);
o Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, ASI menetes dari payudara yang lain
Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu, serta catat hasilnya;
Bayi dengan berat 1500-2500 gram tidak boleh kehilangan berat lebih 10% dari berat lahirnya pada 4-5 hari pertama;
Apabila kenaikan berat badan bayi tidak adekuat, tangani sebagai masalah kenaikan berat badan tidak adekuat
Apabila bayi telah menyusu ibu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
BERAT LAHIR 1750-2500 GRAM Bayi sehat
Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (missal setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui.
Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
Bayi sakit
Bila berat badan 1750-2500 gram atau lebih dengan gangguan napas, kejang dan gangguan minum segera lakukan rujukan
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
Apabila bayi memerlukan cairan IV :
o Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama;
o Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberi ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu; o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (misal gangguan napas,
kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung; o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, lihat table;
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum;
o Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak
Table 5.2 jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/kg)
Berat Hari ke- 1 2 3 4 5+
> 1500 gram 60 80 100 120 150
< 1500 gram 80 100 120 140 150
Table 5.3 jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750-2500 gram
Pemberian Umur (hari)
1 2 3 4 5 6 7 Kecepatan cairan IV (ml/jam atau tetes
mikro/menit)
Jumlah ASI setiap 3 jam (ml/kali)
5 4 3 2 0 0 0 0 6 14 22 30 35 38
PEMANTAUAN
I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah umur 7 hari
Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir > 1500 g dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya: o 150-200 g seminggu untuk bayi < 1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)
o 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari).
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari;
o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pamberian ASI tetap 180 ml/kg/hari;
o Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari;
o Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg BB per hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat
II. Tanda kecukupan pemberian ASI o Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
o Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap hari.
o Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, ASI menetes dari payudara yang lain
Pemulangan penderita: o Bayi suhu stabil
o Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bias diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternatip cara pemberian minum yang lain. o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
MANAJEMEN SPESIFIK/ MANAJEMEN LANJUT Sesuai dengan table temuan klinis (table 5.1)
HIPOTERMI BATASAN
Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36º C pada pengukuran suhu melalui ketiak. PRINSIP DASAR
Hipotermi sering terjadi pada neonates terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh bayi relative luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian
Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, paru dan kematian. Mekanisme kehilangan panas
1. Radiasi : dari bayi ke lingkungan terdekat
2. Konduksi : langsung dari bayi ke sesuatu yang kontak dengan bayi 3. Konveksi : kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Evaporasi : penguapan air dari kulit bayi
Pencegahan hipotermi dengan melakukan tindakan promotif atau preventif TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipotermi, penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemennya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu:
Melakukan langkah-langkah promotif/preventif hipotermi Menjelaskan klasifikasi hipotermi
Melaksanakan tata laksana hipotermi Langkah promotif/preventif
Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 25º C dan bebas dari aliran angin). Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding dingin atau jendela)
walaupun bayi dalam incubator atau dibawah pemancar panas
Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (missal alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
Pada waktu dipindah ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat.
Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Missal bila dipasang jalur infus intravena atau selama resusitasi dengan cara:
o Memakai pakaian dan mengenakan topi
o Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti o Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan
Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (mis. Menggunakan pemancar panas)
Ganti popok setiap kali basah
Bila ada sesuatu yang basah di tempelkan di kulit (missal kain kasa yang basah), usahakan agar bayi tetap hangat
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada table (lihat lampiran) Table 5.4 pengukuran suhu tubuh
Keadaan bayi Frekuensi pengukuran
Bayi sakit Tiap jam
Bayi kecil Tiap 12 jam
Bayi keadaan membaik Sekali sehari
Table 5.5 suhu incubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi Berat bayi Suhu incubator (ºC) menurut umur
35º C 34º C 33º C 32º C
< 1500 g 1-10 hari 11 hari – 3
minggu
3-5 minggu > 5 minggu
1500-2000 g 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu
2100-2500 g 1-2 hari 3 hari- 3
minggu
> 3 minggu
> 2500 g 1-2 hari > 2 hari
*Bila jenis incubator berdinding tunggal, naikkan suhu incubator 1º C setiap perbedaan suhu 7º C antara suhu ruang dan incubator.
Table 5.6 Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian Berat badan Suhu ruangan
1500-2000 g 28-30º C > 2000 g 26-28º C
Catatan: jangan digunakan untuk bayi < 1500 g
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti: kontak ke kulit, Kangoro Mother Care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. (lihat table cara menghangatkan bayi)
Table 5.7 cara menghangatkan bayi
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit Untuk semua bayi
Temepelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu, misalnya dengan merangkul, menempelkan pada payudara atau meneteki
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4º C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
Kangoro Mother Care (KMC)
Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan < 1800 g
Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat). Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya
Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi
Lampu penghangat
Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 wat dengan jarak 60 cm
Incubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat < 1500 g yang tidak dapat dilakukan KMC
Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Boks penghangat Bila tidak tersedia incubator, dapat digunakan boks penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostic atau prosedur pengobatan,
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
DIAGNOSTIK Anamnesis
Riwayat asfiksia pada waktu lahir
Riwayat bayi segera dimandikan sesaat sesudah lahir
Riwayat bayi yang tidak dikeringkan sudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya. Riwayat terpapar dengan lingkungan yang dingin
Pemeirksaan fisik
Table 5.8 klasifikasi Hipotermi
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah Waktu timbulnya kurang
dari 2 hari
Suhu tubuh 32º C – 36,4º C
Gangguan napas
Denyut jantung kurang dari 100 kali/menit
Malas minum Latergi
Hipotermia sedang
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah Waktu timbulnya kurang
dari 2 hari
Suhu tubuh < 32º C
Tanda lain hipotermia sedang
Kulit teraba keras Napas pelan dan dalam
Hipotermia berat
Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan
Suhu tubuh berflaktuasi antara 36º C - 39º C meskipun berada di suhu lingkungan yang stabil Fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil
Suhu tubuh tidak (lihat Dugaan stabil)
MANAJEMEN
HIPOTERMIA BERAT
Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan incubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lihat bab tentang gangguan napas.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
Periksa kadar glucose darah, bila kadar glucose darah kurang 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
- Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum;
- Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35º C.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5º C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam Setelah suhu tubuh bayi normal:
o Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi;
o Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah
HIPOTERMIA SEDANG
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat
Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat)
Bila ibu tidak ada”
o Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas. Gunakan incubator dan ruangan hangat, bila perlu;
o Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu
o Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum
Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (masal gangguan napas, kejang) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
Periksa kadar glucose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia
Nilai tanda bahaya, periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5º C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0.5º C/jam, cari tanda sepsis. Setelah suhu tubuh normal:
o Lakukan perawatan lanjutan
o Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
HIPOGLIKEMIA BATASAN
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glucose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
PRINSIP DASAR
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glucose rendah
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan dibetes mellitus
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipoglikemi, penyebab dan mampu melaksanakan penanganannya atau manajemennya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu:
Melakukan langkah-langkah promotif/preventif hipoglikemi Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis hipoglikemi
Melaksanakan penanganan hipoglikemi dengan jalan memasang jalur infus intravena dan atau memasang pipa nasogastric
Langkah Promotif/Preventif
Penganan/ pengendalian kadar glucose ibu diabetes Melitus (lihat pengelolaan ibu DM di Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal)
Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
Penanganan keadaan yang dapat meningkatkan penggunaan glucose bayi (missal pada asfiksia, hipotermi, hipeterm, gangguan pernapasan)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini. DIAGNOSTIK
Anamnesis
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipoterm, gangguan pernapasan Riwayat bayi premature
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK) Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu diabetes miletus Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan Pemeriksaan klinis
Hipoglikemi sering asimtomasis, pada keadaan ini terapi sudah harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih baik.
Gejala yang sering terlihat adalah: Tremor (“jitteriness”)
Bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin Sianosis
Kejang
Apne atau napas lambatt, tidak teratur Tangis melengking atau lemah merintih Hipotoni
Masalah minum
Nistagmus gerakan involunter pada mata MANAJEMEN
Berikan glucose 10% 2 ml/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit
Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan glucose melalui pipa lambung dengan dosis yang sama
Infus glucose 10% sesuai kebutuhan rumatan, kemudian lakukan rujukan
Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum
IKTERUS/HIPERBILIRUBINEMIA BATASAN
Icterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjingtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis icterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah ≥ 5 mg/dl (85 mmol/L). disebut Hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/dL
PRINSIP DASAR
Bayi sering mengalami icterus pada minggu pertama kehidupan, terutama bayi kurang bulan. Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis.
Kemungkinan icterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonates.
Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang ebrlebihan dan atau pengeluaran yang kurang sempurna
Icterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf dan merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau kematian (ensepalopati biliaris).
TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang icterus, penyebab dan mampu melaksanakan penangannya atau manajemennya
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu: Melakukan langkah-langkah promotif/preventif icterus Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis icterus
Malaksanakan penananan icterus Langkah Promotif/Preventif
Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan icterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin)
Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR
Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini (Lihat Bab Infeksi Maternal) Penanganan asfiksia, trauma persalinan
Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini dan eksklusif DIAGNOSTIK
Anamnesis
Riwayat icterus pada anak sebelumnya
Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati, limpa atau pengangkatan limpa dalam keluarga.
Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini Riwayat trauma persalinan, asfiksia
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini Pemeriksaan
Pemeriksaan klinis icterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan menggunakan pencahayaan yang memadai. Icterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan sinar lampu dan bias tidak terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan suubkutan:
- Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi; - Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
- Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
Icterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan ekstrimitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis icterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran icterus ke arah kaudal tubuh.
Tentukan tingkat keparahan icterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning pada tubuh metode Kremer. Pemeriksaan kadar bilirubin
Table 5.9 Pembagian icterus menurut metode kremer Derajat
Ikterus
Daerah Ikterus Perkiraan
kadar bilirubin
I Daerah kepala dan leher 5.0 mg%
II Sampai badan atas 9.0 mg%
II Sampai badan bawah hingga tungkai 11.4 mg% IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut. 12.4 mg% V Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16.0 mg% Table 5.10 Perkiraan Klinis derajat icterus
Usia Icterus terlihat pada Klasifikasi
Hari 1 Setiap icterus yang terlihat
Icterus berat
Hari 2 Lengan dan tungkai
Hari 3 dan seterusnya Tangan dan kaki
Bila icterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari I, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegara mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.
Bila icterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki pada hari 2, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum.
Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan minum, keadaan umum, apnea, suhu yang labil, sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit utama disamping keadaan hiperbilirubinemianya.
Tindak lanjut pada neonates yang menderita hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi dipulangkan terutama pada 7 hari pertama pasca kelahiran.
Bila icterus menetap sampai minggu ke 2 pasca kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan kadar bilirubin serum total dan direk, serta kadar bilirubin dalam urin.
Pemeriksaan penunjang
Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau penajaman klinis sangat diutamakan
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut: Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan icterus pada 24 jam pertama kelahiran.
Table 5.11 diagnosis banding icterus
Anamnesis Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang atau diagnosis lain yang sudah diketahui
Kemungkinan diagnosis Timbul saat lahir
sampai dengan hari ke 2 Riwayat icterus pada bayi sebelumnya Riwayat penyakit keluarga : icterus, anemi, pembesaran hati, pengangkatan limpa.defisiensi G6 PD Sangat icterus Sangat pucat Hb < 13 g/dl, Ht < 39% Bilirubin > 8 mg/dl pada hari ke I atau Kadar Bilirubin > 13 mg/dl pada hari ke 2 ikterus/ kadar bilirubin cepat
Bila ada fasilitas: Coombs tes positif Defisiensi G6PD Inkopatibilitas gol. Darah ABO atau Rh
Icterus hemolitik akibat
inkopatibilitas
Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 2 atau lebih Riwayat infeksi maternal Sangat icterus Tanda tersangka infeksi/sepsis (malas minum, kurang aktif, tangis lemah, suhu tubuh abnormal) Lekositosis, leukopeni, trombositopenia Icterus disuga karena infeksi berat/sepsis (tangani dugaan infeksi berat dan foto terapi bila diperlukan)
Timbul pada hari 1 Riwayat ibu hamil
pengguna obat
Icterus hebat timbul pada hari ke 2
Ensefalopati timbul pada hari ke 3-7 Icterus hebat yang
tidak atau terlambat diobati Sangat icterus Kejang Postur abnormal, letargi
Bila ada fasilitas: Hasil tes Coombs positif
Ensafalopati bilirubin
(Kernikterus) (obati kejang dan tangani Ensefalopati bilirubin)
Icterus menetap setelah usia 2 minggu
Icterus berlangsung > 2 minggu pada bayi cukup bulan dan > 3 minggu pada bayi kurang bulan
Factor pendukung: Urin gelap, feses pucat.
Peningkatan bilirubin direk
Icterus pada bayi prematur
MANAJEMEN
Icterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jikan icterus berlangsung lebih dari 2 minggu.
Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam.
Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastric atau dengan gelas dan sendok.
Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar matahari pagi selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat.
Kelola factor resiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan ensefalopati biliaris. Setiap icterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolysis.
Pada bayi dengan icterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil
Table 5.12 panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum (jika fasilitas tersedia) Saat timbul icterus Bayi cukup bulan sehat kadar
bilirubin, ng/dl; (umol/l)
Bayi dengan factor risiko (kadar bilirubin, mg/dl;umol/l)
Hari ke 1 Setiap terlihat icterus Setiap terlihat icterus
Hari ke 2 15 (260) 13 (220)
Hari ke 3 18 (310) 16 (270)
Hari ke 4 dst 20 (340) 17 (290)
Factor risiko : BBLR, penyakit hemolysis karena inkopatibilitas golongan darah, asfiksia atau asidosis, hipoksia, trauma serebral, atau infeksi sistemik.
Pemulangan dan pemantauan lanjutan.
Nasehati ibunya mengenai pemberian minum dan membawa kembali jika menjadi semakin kuning
MASALAH PEMBERIAN MINUM PRINSIP DASAR
Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau pada bayi sakit berat.
Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi.
MASALAH PALING SERING TERJADI
Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum Bayi malas minum sejak lahir
Berat bayi tidak naik
Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil, atau bayi kembar TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan masalah pemberian minum, penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemen masalah pemberian minum. TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu: Menjelaskan beberapa masalah pemberian minum
Menjelaskan penyebab, tanda, masalah pemberian minum Menjelaskan rencana penanganan masalah pemberian
Melakukan praktek cara pemberian minum ASI yang tepat pada BBLR, bayi kembar. Mampu melakukan pemasangan pipa lambung dengan baik
Langkah Promotif dan Preventif
Perawatn antenatal yang meliputi perawatan payudara Menvegah kelahiran BBLR
Penanganan infeksi maternal
Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas DIAGNOSTIK
Anamnesis
Riwayat cara pemberian minum bayi
Riwayat terjadinya masalah pemberian minum Riwayat penimbangan bayi
Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini Pemeriksaan fisik
Pada table 5.13 di bawah ini dapat dilihat dan dipikirkan Diagnosis Banding Bayi dengan Masalah Minum
Table 5.13 Diagnosis Banding Masalah minum
Anamnesis Pemeriksaan Kemungkinan diagnosis
Malas atau tidak mau minum Sebelumnya minum dengan baik
Bayi tampak sakit Tanda infeksi :
Kesulitan bernapas, suhu
Curiga Infeksi (sepsis)
Timbul 6 jam atau lebih setelah lahir
Riwayat infeksi maternal, Ketuban pecah dini
tubuh tidak stabil, iritabel, kejang, tidak sadar, muntah
Malas atau tidak mau minum, sebelumnya minum baik Timbul sejak lahir
Bayi berat lahir < 2500 gram atau kehamilan kurang dari 37 minggu
Bayi kecil
Ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui
Ibu cemas dan khawatir tidak dapat menyusui
Waktu timbul 1 hari atau lebih
Bayi kelihatan sehat Cara pemberian minum salah
Kecemasan pada ibu
Bayi regurgitasi, beberapa kali tersedak dan batuk setelah minum
Timbul pada hari ke 1 atau lebih
Celah antara palatum dan mulut atau keluar minum lewat hidung
Celah langit-langit
Bayi regurgitasi sejak pertama minum
Waktu timbul 1 hari
Air ketuban bercampur mekonium
Pipa lambung dapat masuk Bayi kelihatan sehat
Iritasi lambung
Bayi batuk, tersedak dan regurgitasi sejak pertama kali minum
Minum dimuntahkan Waktu timbul sjak lahir
Pipa lambung tidak dapat masuk.
Keluar air liur atau cairan dari mulut, walaupun tidak diberi minum
Kelainan Bedah
MANAJEMEN UMUM
Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.
Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain.
o Bila tidak berhasil maka kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda. Rujuk penderita setelah keadaan stabil o Bila pipa lambung berhasil masuk, pastikan pipa masuk ke lambung, lakukan aspirasi
cairan lambung dan biarkan mengalir sendiri. Kemudian lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain
MANAJEMEN KHUSUS
Pada ibu tidak dapat menyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagi berikut: Kecemasan pada ibu
Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat. Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari
Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama tiga hari - Yakinkan ibu bila cara ibu benar
- Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram dalam 3 hari yakinkan ibu bahwa ASI nya cukup
- Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat
Persangkaan berat bayi tidak naik dengan adekuat
Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 60 gram selama 3 hari berturut-turut.
Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya
o Apakah telah diberi minum sesuai rencana, yakinkan bayi telah mendapat minum dan cairan secukupnya
o Apakah suhu lingkungan bayi optimal o Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan o Pengobatan infeksi pada mulut jika ditemukan
Bila tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkat jumlah ASI yang diterima oleh bayi dengan cara:
o Menaikkan frekuensi minum, menambah lamanya waktu menyusui
o Berganti payudara setiap mulai menyusui dan pastikan bayi dapat mengosongkan satu payudara sebelum pindah ke payudara yang lain
o Ibu cukup minum, gizi dan tidak kelelahan. Bila kenaikan masih kurang dari 20 gram setiap hari
o Hendaknya sesudah menyusui, ibu memeras ASI nya dan berikan pada bayi dengan cara alternative sebagai tambahan setelah bayi menyusui
o Bila tidak dapat memeras ASi, beri bayi 10 ml pengganti ASI (PASI) dengan menggunakan gelas atau sendok.
o PASI tidak harus diberikan, kecuali jika yakin:
Tersedia selam, mudah diperoleh, dapat digunakan secara aman, serta dapat dipersiapkan secara steril sesuai petunjuk.
Pemberian ASI dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari selama 3 hari berturut-turut, kemudian turunkan PASI sampai 5 ml setiap kali minum selama 2 hari. o Bila kenaikan berat badan cukup (> 20 g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan PASI
seluruhnya.
o Bila berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali PASI sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan ulangi kembali proses diatas.
o Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari berikutnya. Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang sama atau lebih baik, bayi dipulangkan ke rumah.
Memberi Minum Bayi Kecil
Terangkan bahwa ASI nya adalah minuman yang paling baik.
Beri penjelaskan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum denan baik pada hari-hari pertama dan hal ini normal karena:
o Mudah capai dan menghisap masih lemah o Menghisap dengan singkat kemudian berhenti o Tertidur saat sedang minum
o Ada waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan
Yakinkan ibu bahwa menyusui dengan ASI akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI:
o Yakin bahwa bayinya disusui minimal 8 kali 24 jam (siang dan malam) sampai berat 2500 gram. bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu mau minum, hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu.
o Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya.
o Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI. Bila perlu ibu meningkat aliran ASI dengan sedikait memeras sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi ke payudaranya. o Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu jeda
yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau inngin tetap menyusu. Jangan memaksakan bila bayi belum menyusu.
o Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama.
Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI peras dengan menggunakan alternative cara pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung.
Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60 ggram selama 3 hari), ibu hendaknya memeras ASi dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya ibu memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kali ASi peras dalam cangkir bila bayi masih memerlukan.
Memberi Minum Bayi Kembar
Yakinkan ASI nya cukup untuk kedua bayinya
Bila bayinya kecil, terangkan kepada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama untuk memulai menyusui ASI dengan mantab
Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus: o Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudah siap untuk dua bayi o Yakin bahwa bayi yang lebih lemah mendapat cukup ASI
o Beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternative pemberian minum, sesudah selesai menyusu bila diperlukan
BAB 6
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
BATASAN
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
PRINSIP DASAR
Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal yang paling tinggi. Menurut SKRT 2001, 27% kematian neonatal diakibatkan oleh Asfiksia dan angka kematian sekitar 41.94% di RS pusat rujukan propinsi.
Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intrapartum maupun postpartum Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian dapat mengakibatkan kecacatan TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang Asfiksia bayi baru lahir, penyebab dan mampu melaksanakan manajemen asfiksia
TUJUAN KHUSUS
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu: Melakukan langkah-langkah resusitasi dengan benar:
o Melakukan penilaian bayi baru lahir o Melakukan langkah awal resusitasi
o Melakukan Ventilasi Tekanan positip dengan menggunakan balon dan sungkup o Melakukan kompresi dada
o Memberikan obat-obatan yang diperlukan o Memasang pipa endotracheal (bagi dokter) o Mengetahui kapan harus menghentikan resusitasi Melaksanakan tata laksana pasca resusitasi
Mengetahui dan mampu melakukan rujukan pada kasus asfiksia LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF
Sebetulnya asfiksia pada BBL, dapat dicegah, maka sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:
Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur berkualitas Meningkatkan status nutrisi ibu
Manajemen persalinan yang baik dan benar (persalinan yang bersih dan aman)
Melaksanakan pelayanan neonatal esensial terutama dengan melakukan resusitasi yang baik dan benar yang sesuai standar.
Fisiologi pernapasan bayi baru lahir
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Selama di dalam Rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrient dari ibu melalui mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada darah janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah besar.
Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi sehingga dan akan segera bergantung kepada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat setelah lahir paru harus segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Reaksi bayi pada masa transisi normal
Biasanya BBL akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru. Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru, sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteri ulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap konstriksi dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan perfusi ke organ tubuh yang penting seperti otak, jantung, ginjal dan lain-lain. Bila keadaan ini berlangsung lama maka akan menyebabkan kerusakan jaringan otak dan organ lain yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan.
Patofisiologi
Asfiksia adalah keadaan BBL tidak bernafas secara spontan dan teratur. Sering kali seorang bayi yang mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan.
Perubahan yang terjadi pada saat asfiksia
Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika BBL kekurangan oksigen. Pada periode awal bayi akan mengalami napas cepat (rapid breathing) yang disebut dengan gasping primer. Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernapas (apnu) yang disebut apnu primer. Pada saat ini frekuensi jantung mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan.
Bila keadaan ini berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan pada BBL, maka bayi akan melakukan usaha napas megap-megap yang disebut gasping sekunder dan kemudian masuk ke dalam periode apnu sekunder. Pada saat ini frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah semakin menurun dan bisa menyebabkan kematian bila bayi tidak segera ditolong. Sehingga setiap menjumpai kasus dengan apnu, harus dianggap sebagai apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi.
Penyebab Asfiksia
Asfiksia pada BBl dapat disebabkan oleh karena factor ibu, factor bayi dan factor tali pusat atau plasenta
Factor ibu:
Keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melauli plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang akibatnya akan mengakibatkan Gawat Janin dan akan berlanjut sebagai Asfiksia BBL, antara lain :
Preeklampsia dan eklampsia
Perdarahan antepartum abnormal ( plasenta previa atau solusio plasenta ) Partus lama atau partus macet
Infeksi berat ( malaria, sifilid, TBC, HIV )
Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan ) Faktor plasenta dan tali pusat
Keadaan plasenta atau tali pusat yang dapat mengakibatkan asfiksia BBL akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat bayi
Infark Plasenta Hematon Plasenta Lilitan talipusat Talipusat pendek Simpul tali pusat Prolapses talipusat Faktor bayi
Keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia walaupun kadang-kadang tanpa didahului tanda gawat janin :
Bayi kurang bulan atau premature ( kurang 37 minggu kehamilan ) Air ketuban bercampur meconium
Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi DIAGNOSTIK
Anamnesis
Gangguan atau kesulitan waktu lahir ( lilitan tali pusat, sungsang, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll )
Lahir tidak bernafas atau menangis Air ketuban bercampur meconium Pemeriksaan fisis :
Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap Denyut jantung <100X/menit
Kulit sianosis, pucat Tonus otot menurun
Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai skor apgar MANAJEMEN
1. Resusitasi ( tahapan resusitasi lihat bagan )
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkah awal yang terdiri dari o Hangatkan bayi dibawah pemancar panas atau lampu
o Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi o Isap lender dari mulut kemudian hidung
o Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering.
o Reposisi kepala bayi
Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 kali per menit
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila belum bernapas dan denyut jantung, 60 x/menit lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
o Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dengan kompresi dada
o Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
Selanjutnya luhat bagan 6.1 2. Terapi medikamentosa:
Epinefrin : Indikasi:
Denyut jantung bayi <60x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons
Asistolik
Dosis : 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0.01 mg-0.03 mg/kg BB) Cara : IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu. Cairan pengganti volume darah
Indikasi:
Bayi baru lahir yang digunakan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer Laktat)
Transfuse darah gol.O negative jika diduga kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia
Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat: Indikasi:
Asidosis metabolic secara klinis (napas cepat dan dalam, sianosis) Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektif
Dosis 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4,2%) atau 1 ml /kgbb (7.4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping: pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
TINDAKAN SETELAH RESUSITASI
Setelah melakukan resusitasi, maka harus dilakukan tindakan: Pemantauan Pasca Resusitasi
Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat Membuat Catatan Tindakan Resusitasi
Konseling pada keluarga A. Pemantauan pasca resusitasi
Sering sekali kejadian bahwa setelah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi dianggap sudah baik dan tidak perlu dipantau (dimonitor), padahal bayi masih mempunyai potensi atau resiko terjadinya hal yang fatal, missal karena kedinginan, hipoglikemia dan kejang. Untuk itu, pasca resusitasi harus tetap dilakukan pengawasan sebagai berikut:
Bayi harus dipantau secara khusus: o Bukan dirawat secara Rawat gabung
o Pantau tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan produksi urin o Jaga bayi agar senantiasa hangat (lihat cara menghangatkan) o Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
o Perhatikan khusus diberikan pada waktu malam hari
Berikan imunisasi Hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan Polio pada saat pulang. Kapan harus merujuk:
Rujukan yang paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu risiko tinggi/komplikasi. Bila puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap, maka
o Lakukan rujukan bila bayi tidak memberi respons terhadap tindakan resusitasi selama 2-3 menit
Bila puskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujukan
Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak sdapat dirujuk, maka dilakukan tindakan yang paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga Bila sampai dengan 10 menit bayi tidak dapat dirujuk, jelaskan kepada orangtua tentang
prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangan manfaat rujukan untuk bayi ini kurang bila terlalu lama tidak segera dirujuk
Kapan menghentikan resusitasi. Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit.
B. Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
1. Buanglah kateter penghisap, pipa ET dan ekstraktor lender sekali pakai (disposable) ke dalam kantong plastic atau tempat yang tidak bocor
2. Untuk kateter, pipa ET dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang:
Rendam didalam larutan khlorin 0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi Cuci dengan air dan deterjen
Gunakan semprit untuk membilas kateter/pipa
3. Lepaskan katup dan sungkup periksa apakah ada yang robek atau retak
4. Cuci katup dan sungkup dengan air dan deterjen, periksa apakah ada kerusakan, kemudian basuhlah
5. Pilih salah satu cara sterilisasi atau desinfeksi derajat tinggi:
Sterilisasi dengan autoclave 120° C, selama 30 menit bila dibungkus, selama 20 menit, bila tidak dibungkus
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT):
- Dengan direbus atau dikukus selama 20 menit dari titik didih air atau
- Direndam dalam larutan kimia (klorin 0.1% atau glutaraldehid 2% selama 20 menit kemudian dibilas dengan air yang sudah DTT)
6. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain yang bersih dan kering atau keringkan dengan udara
7. Setelah didisinfeksi dengan larutan kimia, basuh seluruh alat dengan air bersih dan biarkan kering dengan udara
8. Pasang kembali balon
9. Periksa untuk meyakinkan bahwa balon tetap berfungsi:
Tutup katup yang keluar dengan membuat lekatan dengan telapak tangan dan amati balon akan mengembang lagi bila lekatan dilepas. Ulangi percobaan tersebut dengan memakai sungkup yang sudah dipasang pada balon
C. Mencatat tindakan resusitasi
Catat hal-hal dibawah ini dengan rinci Kondisi bayi saat lahir
Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernapasan (Tahapan resusitasi yang telah dilakukan)
Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan
Pengamatan secara klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi Hasil tindakan resusitasi
Bila tindakan resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab kegagalan Nama-nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan
D. Konseling pada keluarga:
Bila resusitasi berhasil dan bayi dirawat secara rawat gabung, lakukan Konseling Pemberian ASI dini dan eksklusif dan Asuhan Bayi Normal lainnya (Perawatan Neonatal Esensial)
Bila bayi memerlukan perawatan atau pemantauan khusus, konseling keluarga tentang Pemberian ASI dini dan jelaskan tentang keadaan bayi
Bila bayi sudah tidak memerlukan perawatan lagi di puskesmas, nasehati ibu dan keluarga untuk kunjungan ulang untuk pemantauan tumbuh kembang bayi selanjutnya
Bila resusitasi tidak berhasil atau bayi meninggal dunia, berikan dukungan emosional kepada keluarga
PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG
Bila bayi mampu bertahan hidup setelah dilakukan resusitasi, perlu pemantauan setelah pulang dari perawatan sebagai berikut:
Lakukan kunjungan neonatal minimal sebelum bayi berumur 7hari. Apakah pernah timbul kejang selama dirumah
Apakah pernah timbul gangguan napas: sesak napas: retraksi, apneu
Apakah bayi minum ASI dengan baik (dapat menghisap dan menetek dengan baik)
Apakah dijumpai tanda atau gejala gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kunjungan berikutnya (Lihat Buku Panduan Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang) Pemantauan teratur sangat diperlukan dan bila dapat dideteksi secara dini kelainan atau komplikasi pasca resusitasi, maka harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan
BAB 7
GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR BATASAN
Gangguan napas pada bayi baru lahir (BBL) adalah keadaan bayi yang sebelumnya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas, biasanya mengalami masalah sebagai berikut:
Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas
Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit
Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir) Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)
PRINSIP DASAR
Gangguan Napas merupakan salah satu Kegawatan Perinatal yang dapat memberi dampak buruk bagi BBL yaitu kematian atau bila dapat bertahan hidup dengan gejala sisa atau sekuele Bila terjadi apnea, ini merupakan salah satu Tanda Bahaya atau “Danger Sign” yang harus
segera ditangani dimanapun BBL tersebut berada
Gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak factor penyebab, namun penanganan awal kegawatannya yang merupakan hal yang sangat penting
TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari bab ini dan mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta mengetahui dan mampu:
Menjelaskan tentang Gangguan napas dan factor penyebab gangguan napas
Melaksanakan manajemen gangguan napas ringan dan sedang pada bayi BBL, dengan cara: o Menjaga patensi jalan napas
o Memberikan terapi Oksigen
o Melakukan resusitasi bila diperlukan PENYEBAB GANGGUAN NAPAS Kelainan paru: Pnemonia
Kelainan jantung: Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat: Asfiksia, Perdarahan Otak Kelainan Metabolik: Hipoglikemia, Asidosis metabolic
Kelainan bedah: pneumotoraks, Fistel trakheoesofageal, hernia, diafragmatika
Kelainan lain: sindrom Aspirasi Mekonium, Transient tachypnea of the Newborn penyakit Membra Hialin,
Bila menurut masa gestasi, penyebab gangguan napas adalah sebagai berikut: Pada bayi kurang bulan :
o Penyakit Membran Hialin o Pneumonia
o Asfiksia
o Kelainan atau Malformasi Kongenital Pada bayi Cukup Bulan:
o Sindrom Aspirasi Mekonium o Pneumonia
o Transient tachypnea of the Newborn o Asidosis
o Kelainan atau malformasi Kongenital DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas: anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Waktu timbulnya Gangguan Napas Usia Kehamilan
Pengobatan steroid antenatal
Factor predisposisi: KPD (Ketuban Pecah Dini), Demam pada ibu sebelum persalinan Riwayat asfiksia dan Persalinan dengan tindakan
Pemeriksaan Fisik
Gambaran Klinis gangguan napas
Gangguan napas merupakan sindrom klinis yang terdiri dari kumpulan gejala sebagai berikut: Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit atau frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit dan
mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas sebagai berikut: o Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)
o Tarikan dinding dada o Merintih
o Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)
Secara klinis gangguan napas dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: Gangguan napas berat
Gangguan napas sedang Gangguan napas ringan
Table 7.1 Klasifikasi gangguan napas Frekuensi
napas
Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi > 60 kali/menit ATAU > 90 kali/menit ATAU < 30 kali/menit DENGAN DENGAN DENGAN atau
Sianosis sentral DAN tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
Sianosis sentral ATAU tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi. Gejala lain dari gangguan napas.
TANPA 60-90 kali/menit ATAU > 90 kali/menit DENGAN Tetapi TANPA TANPA
Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi
Sianosis sentral
Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral
Gangguan napas sedang
60-90 kali/menit
TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral
Gangguan napas ringan 60-90 kali/menit DENGAN Tetapi TANPA Sianosis sentral
Tarikan dinding dada atau merintih
Kelainan jantung kongenital
Pemeriksaan penunjang
Untuk puskesmas biasanya sangat jarang tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, maka penajaman pengamatan atau pemeriksaan klinis sangat diutamakan
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan preparat darah apus untuk mendiagnosis kemungkinan adanya infeksi atau sepsis neonatal
MANAJEMEN UMUM
Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse dekstrosa 5%
o Pantau selalu tanda vital o Jaga patensi jalan napas
o Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal) Jika bayi mengalami apnea:
o Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan o Lakukan penilaian lanjut
Bila terjadi kejang potong kejang
Segera periksa kadar glukosa darah (bila fasilitas tersedia) Pemberian nutrisi adekuat
Setelah manajemen umum, segera dilakukan manajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat Gangguan napas.
Sesuai dengan fasilitas yang ada, yang dapat dikelola di puskesmas adalah gangguan napas Ringan dan gangguan Napas Sedang (sesuai kasus), sedangkan Gangguan napas Berat, dan Kelainan jantung kongenital harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan.
MANAJEMEN SPESIFIK atau MANAJEMEN LANJUT GANGGUAN NAPAS RINGAN
Beberapa gejala-gejala lain disebut Transient Tachipnea of the Newborn (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan
Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternative pemberian minum.
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan
GANGGUAN NAPAS SEDANG
Lanjutkan pemberian O22-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O24-5 liter/menit dengan sungkup
Bayi jangan diberikan minum
Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi Kemungkinan besar sepsis:
o Suhu aksiler < 34° C atau > 39° C; o Air ketuban bercampur meconium;
o Riwayat infeksi intrauterine, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18jam) Bila suhu aksiler 34-36,5° C atau 37,5-39° C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai
ulang setelah 2 jam:
o Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar sepsis
o Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas.
Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan segera rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
Bila bayi menunjukkkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun tidak kurang dari 30 kkali/menit, tarikan dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang) disertai perbaikan tanda klinis: Kurangi terapi O2secara bertahap.
Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara alternative pemberian minum.
Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan bayi tettap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
GANGGUAN NAPAS BERAT
Gangguan napas berat harus segera dirujuk ke RS rujukan Lakukan persiapan rujukan:
o Konseling orangtua dan minta persetujuannya
o Rujukan harus mempunyai nilai prognostic yang lebih baik Penanganan awal sama dengan Gangguan Sedang kemudian dirujuk