Dalam bab ini memaparkan tentang Kekebalan dan Keistimewaan
Diplomatik yang berisi tentang : Timbulnya Kekebalan dan
Keistimewaan Diplomatik, Dasar Hukum Pemberian Kekebalan
Diplomatik, Prinsip Invioliability dan Prinsip Extraterritoriality, dan
BAB IV : JURISPRUDENSI DALAM AMAR PUTUSAN KASUS
SENGKETA TANAH KEDUTAAN BESAR MALAYSIA
Dalam bab ini memaparkan tentang Jurisprudensi dalam Amar
Putusan Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia yang berisi
tentang: Posisi Kasus, Jurisprudensi Mahkamah Agung terhadap
Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia, Jurisprudensi
Mahkamah Agung terhadap Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar
Malaysia Ditinjau dari Konvensi Wina Tahun 1961.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup, yang merupakan pokok – pokok
kesimpulan dari semua permasalahan dalam pembahasan yang
dilakukan dalam penulisan ini, serta saran – saran yang
dikemukakan, yang mudah – mudahan bermanfaat bagi kita semua,
BAB II
TINJAUAN UMUM ATAS HUBUNGAN DIPLOMATIK DAN HUKUM DIPLOMATIK
A. Pengertian Hubungan Diplomatik dan Hukum Diplomatik
Setiap negara dalam memenuhi kebutuhannya akan mengadakan
hubungan dengan negara lain. Baik dengan tujuan ekonomi, sosial, politik serta
kebudayaan. Dengan meluasnya hubungan tersebut maka tidak menutup
kemungkinan suatu negara akan mempunyai hubungan dengan tidak hanya
dengan satu negara tertentu saja namun hampir seluruh negara di dunia.
Untuk menentukan penerapan arti kata diplomatik itu sendiri belum
terdapat keseragaman yang pasti, yang dikarenakan banyaknya pendapat para ahli
hukum yang berbeda, sehingga berbeda pula pengertian yang dikemukakan.
Penggunaan kata “Diplomatik” yang berbeda didasarkan menurut
penggunaannya:
a. Ada yang menyamakan dengan “politik luar negeri” bila digunakan dalam
b. Diplomatik dapat pula diartikan sebagai “perundingan” seperti sering dinyatakan bahwa “masalah Timur Tengah hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi”. Jadi dengan perkataan lain diplomasi disini merupakan satu-satunya mekanisme, yaitu melalui perundingan.
c. Dapat pula diplomasi diartikan sebagai “dinas luar negri” seperti dalam
ungkapan “selama ini ia bekerja untuk diplomatik”.
d. Ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti “Ia pandai
berdiplomasi” yang berarti “bersilat lidah”.8
Sebagai pemahaman lebih jauh, Ian Brownlie memberikan pengertian
diplomasi yaitu:
“…. Diplomacy comprises any means by which states establish or maintain mutual relations, communicate with eachother, or carry out political or legal transactions. In each case through their authorize agents”.9
Hal senada juga dijelaskan oleh NA Maryan Green: The Chief purpose of
establishing diplomatic relations and permanent missions is to serve as means by Terjemahannya:
Hubungan Diplomatik yang dimiliki tiap-tiap negara untuk mendirikan atau memelihara komunikasi yang secara harmonis satu sama lain, atau melaksanakan politik atau transaksi-transaksi yang sah dalam tiap-tiap kasus melalui wewenang tiap-tiap negara.
Pengertian yang diberikannya lebih memfokuskan kepada obyek dari
diplomatik tersebut. Lebih berdasarkan pada alat-alat dan cara perhubungan yang
dilakukan.
8
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Alumni, Bandung, 1995, hal.2
9
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, 3rd ed, ELBS, Oxford, University Press, 1979, hal.345 dalam Syahmin Ak, SH, Hukum Internasional Publik, Binacipta, Bandung, 1992, hal.228
and through which states are able to communicate with each other, yang artinya pembukaan hubungan diplomatik dan misi yang tetap yakni untuk melayani dan
digunakan sebagai alat sehingga negara-negara tertentu dapat saling
berkomunikasi.10
“ Diplomacy is the application of intelegence and act to the conduct of official relations between the governments of independent states, extending sometimes also to their relations with vassal states or more brierly still, the conduct of business between states by peaceful means”.
Sedangkan menurut E. Satow, menjelaskan:
11
Pengertian lain dari diplomacy adalah cara-cara dan bentuk yang dilakukan
dalam pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk mengembangkan
hubungan antar negara. Terjemahannya:
Penerapan Hubungan Diplomatik secara resmi diantara negara-negara maju
dengan negara-negara yang sedang berkembang yang bertujuan membentuk
kedamaian.
Pengertian yang diberikannya lebih ditujukan kepada subjek para
perwakilan diplomatik yakni mengenai tingkah laku, perbuatan yang
diperbolehkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat diplomatik.
12
10
Ernest Satow, A Guide to Diplomatice Practice, London, Longmans & Company, 1957, hal.3 dalam Syahmin Ak, SH, ibid.
11
NA Maryan Green, International Law, 3rd ed., London, Pitman Publishing, 1987, hal.133
12
Boer Mouna, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2000, hal.465
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dilihat bahwa untuk adanya
hubungan diplomatik itu harus terdapat beberapa faktor yang mendukung, antara
lain:
1. Adanya hubungan antar negara untuk merintis kerjasama dan persahabatan
2. Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik,
termasuk para pejabatnya
3. Para pejabat diplomatik tersebut harus diakui statusnya sebagai misi
diplomatik
4. Agar para diplomat tersebut dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan
efisien, mereka perlu diberikan kekebalan dan keistimewaan diplomatik
yang didasarkan dalam hukum diplomatik, hukum kebiasaan internasional
serta perjanjian-perjanjian lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik
antar negara.13
B. Sejarah Perkembangan Hubungan Diplomatik dan Pengaturannya dalam Hukum Internasional
Hubungan Diplomatik berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini dapat terjadi bila diperhatikan kebutuhan manusia itu sendiri sehingga ia
memerlukan orang lain. Begitu juga dengan hubungan diplomatik sebagai suatu
lembaga yang mempunyai maksud untuk bernegosiasi dengan negara lain sebagai
pencapaian suatu tujuan adalah sama tuanya dengan sejarah. Perkembangan ini
dapat kita lihat melalui contoh-contoh pengiriman perwakilan diplomatik
bangsa-bangsa.
13
Bermula dari hubungan antar manusia, kemudian berkembang kepada
kebutuhan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan semakin lama meluas
menjadi hubungan yang lebih luas antara satu negara dengan negara lain sebagai
kelompok manusia yang paling besar.
Thucydides, seorang sarjana Yunani mengatakan bahwa pada dasarnya
hubungan diplomatik tersebut telah lama ada.Negara Yunanai telah mengenal
hubungan ini pada zaman Romawi, terbukti dengan upacara yang diadakan setiap
tahun dalam rangka menerima misi-misi negara tetangga.Disamping itu telah
dikenal pula beberapa perjanjian-perjanjian atau traktat yang mengatur pola
hubungan diplomatik tersebut.Missionaris yang datang tersebut selalu
diperlakukan dengan khas, dihormati serta dijamin keselamatannya sekaligus
diberikan berbagai fasilitas dan keistimewaannya.14
Hubungan antar raja diatur dengan berbagai upacara sudah dilakukan di
Tiongkok untuk mengenal kedudukan duta masing-masing negara.
Bukti bahwasanya missi diplomatik telah dikenal sejak dahulu dalam
pergaulan antar bangsa dapat kita lihat bahwa terdapat dalam beberapa traktat
seperti traktat yang dibuat oleh Raja Ennatum dari negara Lagash (Messopotamia)
dengan kota Umma yang dikalahkannya. Perjanjian tersebut diperkirakan berusia
diatas 1000 tahun dihitung sejak perjanjian selanjutnya ditemukan orang yang
bertuliskan dalam bahasa Someriah.Demikian juga halnya di Mesir, ditemukan
pula data (traktat) pada batu yang dipahat yakni mengenai raja-raja Mesir dengan
Kheta pada tahun 2000 SM.
14
Mohd. Sanwani Nst, Sulaiman, Bachtiar Hamzah, Hukum Internasional (suatu pengantar), Penerbit Kelompok Studi Hukum & Masyarakat, F.H, USU, Medan, 1992, hal.68
Pengiriman dan penerimaan oleh bangsa-bangsa kuno ditandai
bahwasanya walaupun tidak ada hukum internasional modern yang diketahui, para
duta besar dimana-mana menikmati perlindungan khusus dan kekebalan tertentu,
walaupun tidak berdasarkan hukum namun berdasarkan agama, duta besar
dianggap amat suci.15
Walaupun kedutaan tetap tidak diketahui hingga akhir abad pertengahan,
kenyataan bahwa Paus mempunyai perwakilan tetap disebut aprocrisiarri.Namun
hal ini tidak sampai pada abad ke-13 bahwa duta tetap yang pertama membuat
kemunculannya. Republik Italia dan Venesia khususnya, mengambil contoh
dengan terus menempatkan perwakilan-perwakilannya pada ibukota-ibukota yang
lain untuk menegosiasikan urusan dan permasalahan internasional mereka dengan
lebih baik.16
Dan pada abad ke-15 Republik-republik ini mulai mengirimkan
perwakilan tetap di Spanyol, Jerman, Prancis, dan Inggris, negara-negara lain
mengikuti usaha tersebut.Perjanjian-perjanjian khusus sering ditandatangani untuk
menetapkan duta-duta yang tetap, seperti pada tahun 1520, antara Raja Inggris
dan Kaisar Jerman.17
Peristiwa hukum mengenai duta diplomatik yang sangat penting dan
menggemparkan terjadi pada tahun 1584, tentang duta Spanyol yang terlihat
dalam usaha untuk menjatuhkan Ratu Elisabeth dari Inggris dan ingin
15
L. Oppenheim, International Law A Treaties, Vol 1 peace, 8th.ed, London, Longmans Green & Company, 1960, hal.769
16
Ibid, hal 770
17
membebaskan Ratu Mary yang beragama Khatolik dari Scotland.Kerajaan Inggris
yang pada masa itu sangat dipengaruhi oleh hukum Romawi meminta pendapat
sarjana terkemuka dari Romawi (Gentili) tentang penyelesaian kasus
tersebut.Gentili menyebutkan bahwa jurisdiksi Inggris tidak berwenang
menangani kasus tersebut. Hingga akhirnya duta itu diusir dari Inggris dan
selamatlah ia dari kemarahan rakyat Inggris yang ingin menghukumnya.18
Sejak akhir abad ke-15 Inggris, Prancis, Spanyol dan Jerman melanjutkan
kedutaan tetap pada pengadilan masing-masing.Namun tidak berlanjut sampai
pertengahan kedua abad ke-17 bahwa kedutaan tetap menjadi lembaga umum.19
Sampai dengan tahun 1815 ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan
hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan.Pada Kongres Wina tahun
1815 raja-raja yang ikut dalam konferensi sepakat untuk mengkodifikasikan
hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum tertulis.Namun tidak banyak yang telah
dicapai dan mereka hanya menghasilkan satu naskah saja yaitu hirarki diplomat
yang kemudian dilengkapi dengan protokol Aix-La-Chapelle tanggal 21
November 1818.Sebernanya Kongres Wina dari segi substansi praktis tidak
menambah apa-apa terhadap praktek yang sudah ada sebelumnya selain
menjadikannya sebagai hukum tertulis.20
Dengan adanya Kongres Wina ini maka dapat terwujud satu kesatuan yang
mengatur tentang hubungan diplomatik.Walaupun belum begitu sempurna, namun
18
Mohd. Sanwani Nst, Sulaiman, Bachtiar Hamzah, Op.cit, hal.69
19
L. Oppenheim, Loc.cit
20
sudah tercipta satu kodifikasi yang dapat diterima dan dipergunakan secara
internasional.
Kemudian pada tahun 1927 dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa
diupayakanlah kodifikasi yang sesungguhnya.Namun hasil-hasil yang telah
dicapai Komisi Ahli ditolak oleh dewan Liga Bangsa-Bangsa. Alasannya yaitu
belum waktunya untuk merumuskan kesepakatan global mengenai hak-hak
istimewa dan kekebalan diplomatik yang cukup kompleks dank arena itu
memutuskan untuk tidak memasukkan masalah tersebut dalam agenda Konferensi
Den Haag yang diselenggarakan pada tahun 1930 untuk kodifikasi hukum
internasional.
Pada tahun 1928, Konferensi ke-6 Organisasi Negara-negara Amerika
(OAS) di Havana menerima konvensi dengan namaConvention on Dipomatik
Officers.Mengingat sifatnya yang regional, implementasi konvensi ini tidak menyeluruh.
Dengan terjadi perkembangan dan upaya untuk mengembangkan hukum
diplomatik, maka pada akhir 1959 Majelis Umum melalui Resolusi 1950 (XIV)
memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi untuk membahas masalah
kekebalan diplomatik. Konferensi dengan nama The United Nations Conference
on Diplomatic Intercourse and Immunities yang diselenggarakan di Wina dari tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961, menghasilkan 3 instrumen: Vienna
Convention on Diplomatic Relations, Optional Protocol Concerning Acquisition of Nationality, dan Optional Protocol Concerning the Compulsory Settlement of Disputes.
Konvensi itu diterima oleh 72 negara, tiga tahun kemudian tanggal 24
April 1964, konvensi tersebut mulai berlaku, sampai sekarang hampir seluruh
negara di dunia telah meratifikasi konvensi tersebut.
C. Fungsi Perwakilan Diplomatik
Untuk menentukan fungsi perwakilan diplomatik terlebih dahulu kita
membedakan antara perwakilan tetap dan tidak tetap. Perwakilan diplomatik tidak
tetap hanya sementara diberi kuasa untuk tujuan tertentu, fungsinya terbatas pada
tugas yang diberikan kepada mereka, hanya untuk menangani masalah tertentu
sesuai dengan surat kepercayaan yang diterimanya. Seperti menangani beberapa
perundingan, mewakili kongres satu konferensi sesuai dengan penunjukannya.Jika
telah selisai mengadakan perundingan atau konferensi tersebut, maka selesai
pulalah tugas misi yang diembannya.
Sedangkan tugas dan fungsi perwakilan diplomatik tetap sangat luas.
Menurut Oppenheim, fungsi perwakilan diplomatik yang tetap yakni negosiasi,
observasi dan proteksi. Tapi disamping fungsi-fungsi tersebut, perwakilan
diplomatik dapat ditugaskan yang lainnya dan bermacam-macam fungsi lainnya.21
1. Menyalurkan kepada pemerintah negara pemerintah mengenai politik luar
negri pemerintah diplomat tersebut, serta penjelasan seperlunya tentang Disamping itu, menurut Baharuddin A. Ubani, perwakilan diplomatik
yang bertindak sebagai saluran diplomasi negara mempunyai fungsi ganda, yaitu:
21
negaranya untuk menumbuhkan pengertian yang baik dan mendalam mengenai negaranya.
2. Menyalurkan kepada pemerintah negaranya perihal politik luar negri
penerima dan melaporkan semua kejadian, peristiwa serta perkembangan setempat, lengkap dengan keterangan dan penjelasan keadaan setempat. Penjelasan dan analisis yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan politik luar negrinya.22
Negara penerima harus dapat menghormati perwakilan diplomatik negara
pengirim untuk melaksanakan fungsi-fungsinya seperti diatur dalam Konvensi
Wina Tahun 1961. Untuk lebih jelasnya, fungsi-fungsi perwakilan diplomatik
akan diuraikan satu persatu.
1. Mewakili negara pengirim didalam negara penerima
Seorang duta besar tetap ataupun perwakilan lainnya mewakili negara
pengirimnya secara keseluruhan dalam hubungan internasional negaranya
masing-masing. Tidak hanya kepada negara dimana dia diberi kuasa penuh tetapi juga
dengan negara lainnya. Dia merupakan penghubung kepala negara dari negara
pengirimnya, sebagai penghormatan terhadap komunikasi yang dibentuk dengan
negara dimana dia ditunjuk.23
Untuk beberapa tingkatan, bagaimanapun juga, dengan adanya telephone,
telegraph, telex, dan fax service, ataupun alat komunikasi lainnya yang semakin
22
Syahmin Ak, Op.cit, hal.239
23
canggih dan berkembang telah mengurangi pentingnya perwakilan diplomatik
yang tradisional dengan memperkuat proses perhubungan.24
2. Proteksi
Namun walaupun demikian, dengan banyaknya jumlah negara-negara baru
dan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang cepat tersebut
sehinnga semakin banyak juga tugas yang dijalankan oleh perwakilan
diplomatik.Disamping mewakili negaranya di negara penerima dalam hal
kerjasama masalah politik, ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, tetapi
juga dimungkinkan dalam hal berusaha menangani masalah yang bersifat regional
setempat ataupun internasional yang tentu saja apabila masalah tersebut
berhubungan dengan negara yang diwakilkannya dan menyangkut masalah
kepentingan bersama.
Dalam Konvensi Wina tahun 1961 telah ditegaskan bahwa perwakilan
diplomatik berfungsi untuk melindungi, didalam negara penerima,
kepentingan-kepentingan negara pengirim dan warganegara-warganegaranya, didalam
batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.25
24
Malcolm N. Shaw, International law, 4th.ed, Cambridge University Press, Cambridge, 1997, hal.524
25
Pasal 3 ayat 1 sub b, Konvensi Wina tahun 1961
Begitu juga negara penerima
harus memberikan perlindungan kepada para pejabat diplomatik yang
bersangkutan di negaranya.Bahkan negara ketiga juga harus memberikan
mereka berada in transit di negara ketiga tersebut, untuk menuju ke posnya atau
kembali ke posnya, atau pada saat kembali ke negaranya.26
Perwakilan diplomatik melakukan perlindungan terhadap orang-orang,
properti dan kepentingan dari beberapa subyek dari negara pengirim dan
kadang-kadang subyek dari negara lain, sampai kepada batas-batas negara dimana mereka
ditugaskan dan diberi kuasa.27 Jika orang-orang diperlakukan tidak adil tanpa
dapat menemukan ganti kerugian dengan cara hukum yang biasa dan jika mereka
meminta pertolongan perwakilan diplomatik dari negara pengirim yang sama
dengan negara asal mereka, maka perwakilan diplomatik harus diizinkan untuk
memberikan perlindungan kepada teman sebangsanya yakni hukum dari negara
asal mereka bukan hukum dari negara penerima.28
Sungguh suatu ironi bahwa perwakilan diplomatik tetap merupakan
sasaran dikarenakan mereka kurang mendapat pengamanan walaupun mereka
memiliki kekebalan dan keistimewaan berdasarkan Konvensi Wina tahun 1961,
diakui oleh hampir semua negara dan dihormati oleh semua bangsa yang beradab.
Mereka dijadikan sasaran pembunuhan untuk mendramatisasikan tuntutan suatu
kelompok masyarakat, umumnya suatu kelompok ekstrim dan/atau terorisme dari Perlindungan terhadap perwakilan diplomatik juga sangat dibutuhkan
sebab sering terjadi pelanggaran terhadap ketentuan hukum internasional
khususnya yang mengancam keselamatan perwakilan diplomatik sehingga dapat
menghambat pelaksanaan tugas mereka.
26
Pasal 40 Konvensi Wina tahun 1961
27
L. Oppenheim, Op.cit, hal.286
28
suatu negara yang mengutus diplomatik itu di negara sahabatnya, namun tidak
menutup kemungkinan dijadikan incaran kelompok teroris dari kalangan bangsa
lain.29
3. Negosiasi (perundingan)
Dengan demikian para perwakilan diplomatik disamping berfungsi untuk
melakukan perundingan tetapi juga mereka membutuhkan pengamanan dan
perlindungan dalam menunjang fungsinya sebagai penghubung persahabatan dan
kerjasama dengan negara lain.
Sebagaimana kita ketahui setiap negara akan melakukan segala macam
usaha demi mewujudkan negaranya masing-masing. Salah satu diantaranya yang
paling utama adalah dengan menjalankan hubungan dengan negara lain. Dan
sudah tentu hubungan tersebut tidak hanya menguntungkan satu negara saja,
melainkan hubungan tersebut harus berjalan secara timbal-balik, sehingga kedua
negara tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Perwujudan dari kerjasama tersebut maka dilaksanakan
perundingan-perundingan yang akan tertuang dalam perjanjian-perjanjian yang mengikat para
pihak disegala bidang, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan maupun bidang ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Dalam hukum internasional, perundingan ini (negosiasi) dapat dilaksanakan
dengan dua atau lebih negara (law making treaty).Yang dapat ikut dalam
perundingan pada umumnya adalah negara yang berdaulat, namun
29
sebagaipengecualian diizinkan juga turut serta dalam perundingan yaitu negara
yang belum merdeka dan belum berdaulat penuh.30
Menurut Konvensi Wina tahun 196131, pejabat diplomatik melakukan
perundingan dengan pemerintah negara penerima sebagai perwakilan dari
negaranya.Namum tidak jarang terjadi bahwa mengenai masalah tertentu
dilakukan oleh utusan khusus, terutama jika masalah teknis.32
4. Memberikan Laporan
Konvensi Wina tahun 196133, menyatakan didalamnya bahwa salah satu
fungsi perwakilan diplomatik adalah memberikan laporan, yakni dengan
mengetahui menurut cara-cara yang sah, keadaan dan perkembangan di dalam
negara penerima dan melaporkannya kepada pemerintah negara pengirim.Tugas
pelaporan ini merupakan suatu hal yang utama bagi perwakilan diplomatik
termasuk didalamnya tugas observasi secara seksama atas setiap peristiwa yang
terjadi di negara penerima terutama yang dapat berpengaruh terhadap kepentingan
negara pengirim dan melaporkan tiap-tiap observasi kepada pemerintah mereka.34
Tugas pelaporan ini merupakan hal yang pokok bagi kewajiban
perwakilan diplomatik, tetapi harus didasarkan kepada hukum yang berlaku, tugas
observasi yang dilakukan tidak dibenarkan apabila sudah mencapai tahap spionase
30
Ibid
31
Pasal 3 ayat 1 sub c, Konvensi Wina tahun 1961
32
Syahmin Ak, Op.cit, hal.245
33
Pasal 3 ayat 1 sub d, Konvensi Wina tahun 1961
34
terhadap segala kegiatan ataupun kejadian di negara penerima, maka tugas
pelaporan ini harus didasarkan kepada azas-azas hukum yang berlaku.
5. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara
Fungsi lain dari perwakilan diplomatik adalah untuk memajukan hubungan
bersahabat diantara negara pengirim dan negara penerima serta membangun
hubungan–hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmiah.35
Bagaimanapun juga, fungsi-fungsi perwakilan tersebut diatas adalah
merupakan fungsi umum dari perwakilan diplomatik yang diterima oleh setiap
negara.Namun sebuah negara dapat memerintahkan perwakilan diplomatik untuk
melakukan tugas-tugas lainnya, seperti pendaftaran kematian, kelahiran,
perkawinan dari negara pengirim, pengesahan tanda tangan, permasalahan paspor
dan hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas.Tetapi dalam
melaksangakan hal-hal ini, sebuah negara harus hati-hati untuk tidak
memerintahkan para diplomatnya untuk melaksanakan tugas-tugas yang mana Sehingga sudah menjadi
kewajiban perwakilan diplomatik untuk menjaga hubungan kedua negara tetap
terjalin dengan baik.Hubungan persahabatan ini tidak hanya dimaksudkan kepada
hubungan antar negara saja tetapi juga kepada hubungan antar rakyat kedua
negara.Sehingga hubungan persahabatan antar negar pengirim dan negara
penerima tidak saja dilaksanakan oleh pihak negara, tetapi rakyat dari
masing-masing negara tersebut juga dapat mengembangkan lebih luas lagihubungan
tersebut, baik di bidang sosial ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
35
oleh hukum dari negara penerima telah disediakan untuk petugas anggota misi
diplomatik.36
Jadi, dalam suatu negara yang hukumnya memaksa orang-orang yang
bermaksud untuk melaksanakan perkawinan untuk menandatangani pada saat
kehadirannya ketika mereka melakukan pendaftarannya, tidak mengizinkan
perwakilan luar untuk melakukan sebuah perkawinan teman-teman sebangsa
sampai setelah pendaftaran yang dilakukan oleh pejabat pendaftaran.Dengan
demikian sebuah negara tidak mengizinkan perwakilan luar negri untuk
melakukan suatu tindakan dimana telah disediakan oleh jurisdiksi negara tersebut,
seperti dalam hal pemeriksaan sumpah dalam kesaksian.37
Tugas-tugas yang dilaksanakan oleh perwakilan diplomatik yang
berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas apabila negara penerima telah
menyediakannya maka mereka tidak diizinkan untuk melakukannya karena
dianggap telah melangkahi jurisdiksi hukum dari negara penerima, sehinga
dianggap tidak menghormati hukum nasional dari negara penerima.Disamping itu,
secara universal kita kenal bahwa para diplomat tidak boleh ikut campur alam
kehidupan politik dalam negeri dari suatu negara dimana dia diakreditasikan.38
36 L. Oppenheim, Loc.cit 37 Ibid 38 Ibid, hal.787
Harus diperhatikan bahwa perwakilan diplomatik seperti kita ketahui juga