• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kekerasan dalam Pacaran…

Secara etimologis, kekerasan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dari kata “violence” dan kata itu mengandung arti sebagai suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994 pasal 1 mendefinisikan kekerasan sebagai setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.

Hayati (2000) mendefinisikan kekerasan sebagai suatu tindakan yang bertujuan untuk melukai seseorang, merusak barang, ancaman, cemooh, penghinaan, dan penggunaan kata-kata kotor secara terus menerus. Rini (2006) menyatakan bahwa kekerasan cenderung terjadi karena adanya perbedaan kekuatan (ada yang kuat dan lemah), kekerasan dilakukan oleh pihak yang kuat kepada pihak yang lebih lemah. Sebagai contoh tindak kekerasan pada perempuan ataupun tindak kekerasan pada anak.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan adalah sebuah tindakan yang bertujuan melukai, menyakiti/merugikan pihak lain sehingga mengakibatkan kesengsaraan, baik kesengsaraan secara fisik, seksual, maupun psikologis. Kekerasan cenderung dilakukan oleh pihak yang lebih kuat kepada pihak yang lebih lemah.

2. Kekerasan dalam Pacaran

Kekerasan dalam pacaran oleh masyarakat dipersepsikan sebagai suatu bentuk perilaku fisik yang kasar, keras dan penuh kekejaman sehingga bentuk perilaku menekan yang bentuknya tidak berupa perilaku fisik menjadi sesuatu yang tidak “dihitung” sebagai suatu tindakan kekerasan. National Center for Injury Prevention and Control mengartikan kekerasan dalam pacaran sebagai suatu kekejaman fisik, psikis, dan seksual yang terjadi dalam hubungan berpacaran (O’Keefee, 2005). Woman Crisis Center Rifka Annisa memaknai kekerasan dalam pacaran berdasarkan UU Perkawinan 1/1974 pasal 2 ayat (2) yakni sebagai segala bentuk perilaku tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangan di luar hubungan pernikahan yang sah. Pasangan di luar hubungan pernikahan yang sah dalam penelitian ini adalah hubungan pacaran yang terjalin dalam masa remaja.

Muehlenhard dan Linton (dalam Hughes, 2002) memberikan pengertian kekerasan dalam pacaran sebagai suatu perilaku menyerang, menyakiti baik secara fisik maupun psikis yang terjadi pada pasangan berpacaran. Evans dan Myres (2004) mendefinisikan kekerasan dalam pacaran sebagai suatu pola dari

tindakan-tindakan kejam baik secara fisik maupun emosional yang dilakukan individu pada orang terdekatnya yakni kekasih secara emosional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran adalah suatu bentuk perilaku menyakiti yang terjadi dan dilakukan oleh pasangan heteroseksual di luar hubungan pernikahan (belum ada ikatan pernikahan) dan perilaku menyakiti itu tidak terbatas pada perilaku menyakiti secara fisik saja.

3. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran

Kekerasan dalam pacaran sebagai suatu perilaku menyakiti pihak lain memiliki bentuk-bentuk tersendiri. Menurut Wijaya (dalam Rahmawati 2007) dalam Platfrom of action yang dikeluarkan di Beijing, membedakan kekerasan menjadi tiga bentuk yaitu kekerasan fisik, seksual, dan psikologis. Ketiga cakupan tersebut dipaparkan sebagai berikut.

1. Kekerasan berwujud eksploitasi bisa secara fisik, seksual, dan psikologis.

2. Semua bentuk kekerasan dengan maksud seksual. Cakupannya merujuk pada semua tindakan yang dilakukan dengan unsur fisik, misalnya pemerkosan dan pemaksaan pada bentuk tindakan yang berpengaruh secara psikologis tanpa ada unsur keterlibatan fisik, misalnya pelecehan seksual.

3. Diskriminasi, pelanggaran hak perempuan, marginalisasi, dan segala bentuk subordinasi yang dilakukan atau dibiarkan oleh negara.

Menurut Koentjoro (dalam Rahmawati, 2007) ada tiga bentuk kekerasan yang terjadi dalam pacaran yaitu:

1. Kekerasan oral, kekerasan merupakan bentuk kekerasan yang berupa kata-kata kasar seperti memaki.

2. Kekerasan literal. Kekerasan ini berbentuk tulisan, seperti bagi mereka pasangan muda-mudi yang sedang pacaran menulis kalimat mengumpat dan kata-kata kotor.

3. Kekerasan action, kekerasan ini sudah mengarah pada tindakan kasar yang dilakukan pada pasangan, seperti memukul, menjambak, dll.

Koentjoro (dalam Rahmawati, 2007) mengemukakan bahwa kekerasan dalam pacaran ini telah terjadi. Sebagian besar bentuknya berupa pelecehan seksual dan pengekangan pasangan atau membatasi agar tidak berkembang di ruang publik. Purwandari (2000) menyebutkan aneka bentuk kekerasan yang dapat terjadi di masyarakat, termasuk kekerasan dalam pacaran, antara lain.

1. Kekerasan fisik, seperti memukul, manampar, mecekik, dll

2. Kekerasan psikologis, seperti berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, melecehkan ,dll

3. Kekerasan seksual seperti melakukan tindakan yang mengarah ke ajakan atau desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa hubungan seks tanpa persetujuan korban, dll

4. Kekerasan finansial seperti mengambil uang korban, memeras, tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial korban dll.

5. Kekerasan spiritual seperti merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban mempraktikkan ritual keyakinan tertentu.

Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang tertulis di atas memungkinkan bahwa kekerasan dalam pacaran tidak hanya terjadi pada perempuan saja, namun juga bisa terjadi pada laki-laki. Hanya saja kebanyakan tindak kekerasan ini seringkali dialami oleh perempuan karena adanya ketimpangan gender yang berupa ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan yang telah terkonstruk di masyarakat dalam tatanan sosial (Rahmawati, 2007).

Berdasarkan paparan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang diungkapkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran meliputi (1) bentuk kekerasan dalam fisik seperti memukul,

manampar, dll, (2) kekerasan psikologis seperti memaki-maki, mengancam, merendahkan keyakinan, pemerasan. Kekeraan finansial dan spiritual di jadikan satu dalam bentuk kekerasan psikologis karena dalam kekerasan spiritual dan finansial tindakan kekerasannya lebih mengarah ke kekerasan psikologis. (3) kekerasan seksual dengan adanya tindakan-tindakan yang mengarah ke perilaku seksual dengan adanya pemaksaan, dimana kekerasan dalam pacaran bisa terjadi pada perempuan dan laki-laki.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan dalam Pacaran

Hoghughi dkk (1997) menyatakan bahwa bukan hanya masalah hasrat seksual saja yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan dalam pacaran. Hasil dari rasa kecewa, frustasi, bingung dan lain-lain bisa saja menjadi faktor yang mempengaruhi sehingga kekerasan dalam pacaran terjadi. Meadows (2004) mengungkapkan bahwa tidak hanya faktor individu saja. Faktor lingkungan sosial dan fisik tempat korban dan pelaku berada ternyata dapat mempengaruhi tindak kekerasan.

Hal senada diungkapkan Baso (2002) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak kekerasan, termasuk kekerasan dalam pacaran sebagai perilaku yang tidak hanya disebabkan faktor internal saja. Kekerasan dalam pacaran dilakukan juga karena pengaruh faktor eksternal, seperti kekuatan ideologi, nilai-nilai, maupun habit sosial, dan kebiasaan dalam habit tersebut. Baso (2002) menambahkan, kekerasan dapat dipengaruhi karena faktor korban, biasanya dihubungkan dengan kelemahan-kelemahan

yang dimilikinya, seperti kecantikan, kekayaan, dll berupa mental yang lemah sehingga menjadi daya tarik pelaku untuk menjadikannya korban kekerasan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tindak kekerasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup segala kelemahan yang ada dalam diri dan segala perasaan yang dirasakan baik korban maupun pelaku, sedangkan faktor eksternal berupa keadaan sosial. Bertolak dari pengertian tentang kekerasan dapat diketahui bahwa kekerasan dapat terjadi pada siapapun dalam situasi sosial manapun.

5. Dampak Kekerasan dalam Pacaran

Kekerasan dalam pacaran memiliki dampak buruk pada keadaan kesehatan psikologis seseorang seperti stess paska trauma, depresi, kecemasan dirasakan oleh laki-laki dan perempuan (Callahan dkk 2003). Follingstad dkk (1991) juga menyatakan bahwa kekerasan dalam pacaran memiliki dampak negatif terhadap korban dan pelaku. Dampak yang dirasakan akibat kekerasan dalam pacaran seperti merasa takut, cemas, sakit hati, depresi, putus asa, dll.

Dari beberapa paparan di atas dapat dilihat bahwa kekerasan dalam pacaran memang mengakibatkan dampak negatif bagi keadaan psikologis. Dampak kekerasan itu bisa berupa depresi, stress, mengalami kecemasan, trauma, dan merasa takut. Dampak kekerasan dalam pacaran dapat dialami oleh laki-laki dan perempuan.

Dokumen terkait