• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Aristoteles (dalam Rifai, 1984) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan “early adolescence” yang dimulai dengan terjadinya kematangan fisik dan diikuti “second adolescence”. “Second andolescence” ditandai dengan dimulainya kematangan sosial dan diakhiri dengan perkembangan intelektual. Masa remaja adalah periode perkembangan transisi dari masa anak-anak hingga masa dewasa awal, yang dimasuki pada usia 10 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2002).

Hurlock (1997) memberikan rentang usia remaja antara 13-21 tahun dan rentang usia itu dibagi menjadi dua (2) periode; yaitu periode remaja awal berkisar usia 13-17 tahun dan periode remaja akhir 17-21 tahun. Santrock (2002) memberikan rentang usia remaja pada kisaran 10-22 tahun, sedangkan Chaplin (2005) memberikan kisaran usia pada remaja 12-21 tahun untuk perempuan dan 13-22 tahun untuk laki-laki.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah orang yang ada pada rentang masa anak-anak menuju dewasa dengan kisaran usia 12 tahun sampai dengan usia 22-23 tahun, dengan adanya pembagian dua periode, yaitu periode remaja awal 12-17 tahun dan periode remaja akhir 17-23 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap periode usia remaja dengan kisaran usia 12- sampai dengan usia 22 tahun.

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik Remaja

Remaja merupakan suatu periode dimana terjadi pematangan dalam hal organ seks oleh karena mulai aktifnya hormon-hormon kelamin. Periode ini disebut sebagai pubertas karena alat-alat kelamin sekunder juga mulai tampak melalui perubahan dari segi fisik akibat mulai berfungsinya hormon-hormon seks (Dariyo, 2002).

Muss (dalam Sarwono, 1994) menyatakan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara, tumbuh bulu pada sekitaran alat kelamin dan terjadinya

menarche (menstruasi pertama kali pada perempuan). Untuk laki-laki, perubahan fisik yang terjadi ditandai dengan mulai tumbuhnya jakun, suara berubah, tumbuh kumis dan bulu-bulu halus di sekitar alat kelamin laki-laki, serta mengalami pollutio (mimpi basah pertama pada laki-laki).

Perubahan fisik yang dialami remaja dengan mulai nampaknya ciri-ciri seksual sekunder, tidak berhubungan langsung dengan fungsi reproduksi tetapi perannya lebih ke sex appeal (sebagai sebuah daya tarik seskual). Perubahan itulah yang memunculkan adanya ketertarikan antara remaja satu dengan yang lain, ketertarikan remaja laki-laki terhadap remaja perempuan.

b. Perkembangan Sosial

Masa remaja merupakan masa yang mengalami banyak perubahan dalam hal kehidupan sosial. Ketika masa anak-anak, mereka tergantung dengan orang tuanya tetapi pada masa remaja mereka berusaha melepaskan diri dari orang tuanya dan berusaha menemukan jati dirinya, mencapai otonomi diri, mendapat pengakuan, serta ingin bersikap mandiri (Dariyo, 2002). Hal itu dikarenakan pada masa itu remaja harus lebih mandiri dan lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Remaja harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan harus menguasai peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Usaha remaja untuk mencari otonomi, lepas dari orang tuanya, mendorong remaja mendapatkan rasa aman dengan melakukan gerakan ke arah pergaulan dengan teman sebaya (Hurlock, 1997).

Hall (1904) masa remaja dianggap sebagai masa strom and stress. Masa dimana peningkatan dan perubahan emosional terjadi secara cepat. Ditinjau dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, dimana remaja diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.

Perubahan yang terjadi pada remaja erat kaitannya dengan tugas perkembangan yang harus remaja lalui. Havighurst (dalam Hurlock, 1997)

mengemukakan tugas perkembangan remaja. Havighurst menyebutkan ada delapan tugas perkembangan remaja yang harus dijalani oleh remaja pada umumnya. Tugas perkembangan itu sebagai berikut.

1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik dengan laki-laki dan perempuan.

2. Mencapai peran sosialnya sebagai laki-laki atau perempuan.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif.

4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tuanya dan orang dewasa lainnya.

6. Menyiapkan karier ekonomi.

7. Menyiapkan perkawinan dan keluarga.

8. Memperoleh perangkat dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku atau menggembangkan ideologi

Pergaulan dengan teman sebaya yang dilakukan oleh remaja dimulai dengan pergaulan berdasarkan jenis kelamin masing-masing, yaitu dengan adanya kelompok remaja laki-laki dan kelompok remaja perempuan. Masing-masing kelompok terpisah dan tidak ada hubungan antara satu dengan lain. Masa selanjutnya adalah masa dimana salah satu dari suatu

kelompok mengadakan interaksi untuk mencari pasangan yang cocok dengan dirinya, sehingga terjalin hubungan lain di luar kelompok tadi (Dariyo, 2002). Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan remaja dimana remaja mengadakan hubungan baru baik dengan laki-laki ataupun dengan perempuan.

Dexter Dunphy (dalam Santrock 2002b) menyatakan ada lima fase pembentukan kelompok dalam kehidupan remaja.

1. Fase pertama dimulai dari adanya dua kelompok berdasarkan jenis kelaminnya, dimana ada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Kedua kelompok terpisah dan tidak berhubungan.

2. Fase kedua adalah fase adanya pendekatan dari kelompok yang berlainan itu, dimana mereka mulai saling mengenal satu dengan yang lain (laki-laki mengenal perempuan).

3. Fase ketiga adalah tahapan dimana kedua kelompok sudah mulai mengenal dan akan melakukan pembentukan kelompok heteroseksual (anggota kelompoknya sudah tidak lagi satu jenis kelamin). Pada fase ini mulai ada dorongan individu untuk mengadakan kontak dengan lawan jenis dalam satu kelompok heteroseksual itu.

4. Fase keempat adalah fase dimana dalam kelompok heteroseksual itu terjadi hubungan yang erat satu dengan yang

lain. Bila ternyata dalam hubungan sosial itu belum mendapatkan pasangan, maka individu akan memperluas relasi dengan individu lain di luar kelompok itu. Tujuannya adalah memperluas relasi sosialnya sebagai upaya untuk menemukan hubungan yang baru yang lebih matang dengan teman berlainan jenis.

5. Fase kelima adalah fase dimana mulai terjadi pemisahan dari yang semula remaja berada dalam hubungan heteroseksual peer groups menuju ke arah pencapaian hubungan baru yang lebih matang dengan teman berjenis kelamin berbeda.

Pembentukan kelompok pada remaja bersifat dinamis sesuai dengan tugas perkembangannya mencapai hubungan baru, mencapai peran sosial sebagai individu yang dituntut untuk mengadakan relasi dengan orang lain. Dinamika itu biasanya dimulai dengan relasi homoseksual peer group dan akhirnya menuju ke hubungan yang lebih matang dengan teman berlainan jenis kelamin, hubungan ini disebut sebagi pacaran (Dariyo, 2002).

Dokumen terkait