• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total Jenis Kekerasan dalam Keseluruhan Film Indonesia Anak Setelah dilakukan perhitungan frekuensi perfilm, berikut merupakan grafik

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-34)

frekuensi jenis kekerasan pada semua film.

Grafik 4.7. Frekuensi jenis kekerasan pada 3 film

66

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.4. Total jenis kekerasan pada 3 film Film

Jenis Kekerasan

Meraih Mimpi

Obama Anak

Menteng Lima Elang Total

Kekerasan Fisik 3.33 2.89 2 8.22

Kekerasan Psikologis 6.375 6.75 6.25 19.375

Kekerasan Seksual 0.2 0.4 0 0.6

Kekerasan Finansial 0 0.33 0 0.33

Kekerasan Relasional 0.167 0.67 1.167 2

Sumber : Olahan Peneliti

Tabel 4.4 menunjukkan jumlah jenis kekerasan pada keseluruhan film Indonesia anak. Dan dapat dilihat bahwa nilai total kekerasan yang ditunjukkan sebesar 30,531 pada 3 film dengan total 266 scene yang digunakan sebagai unit analisis. Dari tabel 4.4, diketahui bahwa jenis kekerasan yang sering muncul dalam semua film adalah kekerasan psikologis, yaitu sebanyak 155 kali. Kemudian diikuti jenis kekerasan fisik, yaitu sebanyak 74 kali, jenis kekerasan relasional sebanyak 12 kali, sedangkan jenis kekerasan yang paling jarang diungkapkan dalam 3 film adalah jenis kekerasan seksual yaitu sebanyak 3 kali dan jenis kekerasan finansial sebanyak 1 kali. Berikut persentase jenis kekerasan yang diungkapkan dalam 3 film Indonesia anak dapat dilihat dalam grafik 4.8:

67

Universitas Kristen Petra

Grafik 4.8. Persentase total jenis kekerasan dalam 3 film Indonesia anak

Sumber : Olahan Peneliti

Pada grafik 4.8, dapat dilihat bahwa jenis kekerasan psikologis mendapatkan persentase sebesar 63 persen, yang berarti mendapatkan persentase tertinggi diantara jenis kekerasan yang lain. Artinya, kekerasan psikologis ini merupakan kekerasan yang paling dominan, atau kekerasan yang paling sering ditunjukkan pada 3 film Indonesia anak Meraih Mimpi, Obama Anak Menteng, dan Lima Elang. Dalam film Meraih Mimpi dan Lima Elang, kekerasan psikologis ditampilkan memiliki kesamaan yaitu kekerasan dalam bentuk membentak. Hampir sebagian besar dialog dalam film mengeluarkan nada yang tinggi dan dapat disebut dengan membentak. Sedangkan dalam film Obama Anak Menteng, hampir sama kekerasan psikologis yang ditunjukkan adalah kekerasan membentak teapi dengan disertai dengan menyumpah. Banyak kata-kata sumpah serapah yang keluar dari perbincangan anak kecil di dalam film.

Berdasarkan data dapat dimaknai bahwa film-film Indonesia untuk anak-anak dengan cerita yang berbeda, setting yang berbeda, pemeran yang berbeda, sutradara yang berbeda lebih mengacu pada hal-hal atau masalah-masalah yang berhubungan dengan psikologis penontonnya yaitu anak-anak. Kekerasan-kekerasan psikologis melalui komunikasi verbal yang mengakibatkan penontonnya yaitu anak-anak akan langsung meniru dan mempraktekkannya di

68

Universitas Kristen Petra

kehidupan sehari-harinya. Apalagi kekerasan yang ditampilkan di dalam film dilakukan oleh anak-anak, sehingga anak-anak yang menonton dapat berpikir bahwa peran anak-anak yang di dalam film sama dengan di kehidupan nyata. Anak cenderung meniru berbagai perilaku agresif yang diobservasinya atau dilihatnya. Peniruan ini berlangsung secara spontan dan umumnya tanpa sadar, tanpa pemahaman yang lebih mendalam dan baik-buruknya perilaku yang ditiru (Gunarsa, 2002, p.182).

Dalam kekerasan psikologis dengan berbagai macam bentuk kekerasan yang digunakan untuk sub-indikator yaitu membentak, menyumpah, mengancam, menghina, memerintah, melecehkan, menguntit dan memata-matai. Jenis kekerasan paling tinggi setelah kekerasan psikologis adalah jenis kekerasan fisik, yaitu mendapatkan persentase sebesar 27 persen. Kemudian diikuti oleh jenis kekerasan relasional yang memperoleh persentase sebesar 7 persen. Dalam 3 film Indonesia anak tersebut, jenis kekerasan yang paling jarang diungkapkan adalah jenis kekerasan seksual yang mendapatkan persentase sebesar 2 persen dan jenis kekerasan finansial dengan persentase sebesar 1 persen. Berdasarkan data yang diperoleh, kekerasan finansial dan kekerasan seksual ditampilkan dalam ketiga film tersebut dengan persentase yang kecil. Peneliti menemukan masalah korupsi di dalam film Meraih Mimpi tetapi peneliti tidak memasukkan korupsi di lembar koding karena keterbatasan teori.

Jenis kekerasan psikologis merupakan jenis kekerasan yang sering ditunjukkan dalam 3 film Indonesia anak di atas. Berikut merupakan penjabaran jenis kekerasan psikologis pada tiap sub-indikator (membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan/menghina, memerintah, melecehkan, menguntit dan memata-matai).

69

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.5. Total tiap sub-indikator jenis kekerasan psikologis Film

Kekerasan Psikologis

Meraih Mimpi Obama Anak Menteng Lima Elang Total Membentak 17 17 17 51 Menyumpah 6 17 6 29 Mengancam 6 2 7 15 Merendahkan/menghina 4 10 8 22 Memerintah 10 7 5 22 Melecehkan 2 9 4 15 Menguntit 3 0 0 3 Memata-matai 3 2 3 8

Sumber : Olahan Peneliti

Tabel 4.5 menunjukkan total tiap sub-indikator yang ditunjukkan oleh 3 film Indonesia anak, yaitu Meraih Mimpi, Obama Anak Menteng dan Lima Elang. Dari hasil tabel di atas, dapat diketahui, bahwa sub-indikator membentak merupakan sub-indikator dari jenis kekerasan psikologis yang paling sering ditunjukkan oleh 3 film Indonesia anak diatas, yang mendapat total frekuensi 51 kali, kemudian diikuti oleh indikator menyumpah sebanyak 29 kali, sub-indikator merendahkan atau menghina dan memerintah masing-masing sebanyak 22 kali, sub-indikator mengancam dan melecehkan masing-masing sebanyak 15 kali, sub-indikator memata-matai sebanyak 8 kali, dan sub-indikator yang paling jarang ditunjukkan adalah sub-indikator menguntit sebanyak 3 kali. Selain dijelaskan melalui tabel 4.5, tiap sub-indikator juga dijelaskan melalui persentase pada grafik 4.9 :

70

Universitas Kristen Petra

Grafik 4.9. Persentase total tiap sub-indikator jenis kekerasan psikologis

Sumber : Olahan Peneliti

Grafik 4.9 menunjukkan persentase tiap-tiap sub-indikator pada jenis kekerasan psikologis. Sub-indikator membentak merupakan sub-indikator yang mendapat persentase terbesar, yaitu 31 persen, yang artinya sub-indikator yang sering ditunjukkan dalam 3 film Indonesia anak di atas karena setiap sub-indikator menyumpah, mengancam, merendahkan/menghina, memerintah, melecehkan selalu mengandung nada-nada tinggi yang dapat dikatakan membentak sehingga membentak mendapat persentase paling tinggi. Ketiga film yang diteliti mengandung banyak kekerasan membentak yang dapat memberikan dampak buruk pada anak-anak. Anak-anak dapat menjadi lebih kasar dalam berbicara karena meniru perkataan-perkataan di dalam film yang penuh dengan bentakan. Anak-anak dapat saja berpersepsi bahwa perkataan dengan membentak itu sudah menjadi hal yang biasa dalam berbicara baik dengan sesama anak-anak ataupun dengan orang dewasa atau orang tua.

71

Universitas Kristen Petra

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 28-34)

Dokumen terkait