• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kelayakan Usaha Tanaman Obat Kapulaga

Dalam pembahasan aspek keuangan akan diuraikan mengenai gambaran keadaan ekonomi dan keuangan sebagai pertimbangan untuk merealisasikan pembangunan proyek tanaman obat kapulaga ini. Dikemukakan pula penerimaan (inflow), dan pengeluaran (outflow), berikut pembahasan mengenai laba/rugi dan penerapan beberapa metoda evaluasi finansial.

Analisis kelayakan finansial pengusahaan tanaman kapulaga perlu dilakukan untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif diusahakan oleh petani. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan kapulaga akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NVP, BCR, IRR, dan Payback Period (PBP).

5.1.1 Arus Penerimaan (Inflow)

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Pemanenan kapulaga dilakukan 12 kali dalam satu tahun. Tanaman kapulaga dapat berbuah sekitar umur 1,5 tahun, sehingga penerimaan penjualan kapulaga terjadi pada tahun kedua. Penerimaan tahun pertama dari penjualan kapulaga masih rendah dibandingkan dengan tahun berikutnya. Usaha budidaya kapulaga di Desa Sedayu mendapat bantuan modal Rp 10.000.000 dari Dinas Pertanian.

Harga jual yang ditetapkan pada tingkat petani untuk buah kapulaga tergantung pada musim. Jika musim hujan harga kapulaga basah pada tingkat petani Rp 6.000/kg, karena pada musim hujan produksi yang dihasilkan melimpah. Pada musim kemarau harga kapulaga dapat mencapai Rp 8.000/kg, karena pada musim kemarau kapulaga yang dihasilkan berkurang karena kekurangan pasokan air. Para petani di Desa Sedayu menjual buah kapulaga tidak dalam keadaan kering tetapi dalam keadaan basah. Hal ini dikarenakan proses pengeringan membutuhkan waktu yang cukup lama dan selisih harga antara kapulaga basah dengan kapulaga kering juga tidak terlalu besar. Hasil produksi

buah kapulaga ini kemudian dijual kepada pedagang pengumpul. Dalam usaha budidaya kapulaga ini terdapat sistem bagi hasil antara petani dengan LMDH Sedyo Rahayu yaitu 60% : 40%, dari hasil pendapatan bersih yang diterima. Usaha kapulaga ini merupakan usaha bersama yang dikelola oleh LMDH Sedyo Rahayu. Perkiraan penjualan kapulaga dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Perkiraan penjualan kapulaga per tahun lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu

No. Tahun Penjualan Kapulaga Per Tahun (Rp)

1 2 33.600.000

2 3 182.000.000

3 4 343.200.000

4 5 507.200.000

Jumlah 1.066.000.000

5.1.2 Arus Biaya (Outflow) a. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal proyek. Biaya investasi berupa peralatan pertanian. Jenis-jenis peralatan yang digunakan oleh petani adalah cangkul, sabit, pisau, dan timbangan. Peralatan-peralatan tersebut digunakan untuk kegiatan persemaian, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan dan pemanenan (timbangan). Sehingga total biaya investasi pengusahaan kapulaga untuk luasan 25 ha adalah sebesar Rp 8.580.000. Perincian biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Perincian penggunaan biaya investasi peralatan per tahun lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu

No. Uraian Satuan Harga satuan

(Rp) Jumlah Total Biaya (Rp) 1 Cangkul Buah 50.000 50 2.500.000 2 Sabit Buah 45.000 98 4.410.000 3 Pisau Buah 15.000 98 1.470.000 4 Timbangan Unit 100.000 2 200.000 Total 8.580.000

b. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional pengusahaan kapulaga. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Pada lokasi Desa Sedayu dalam membudidayakan kapulaga tidak terdapat biaya tetap, sehingga dalam penelitian ini tidak menghitung biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya variabel pada pengusahaan kapulaga meliputi biaya persemaian, biaya pengolahan tanah, penanaman, pembelian pupuk, pemupukan, pembelian karung, pemanenan, dan penyiangan.

Setiap kegiatan yang dilakukan mendapatkan upah yang diasumsikan sebesar Rp 20.000 dikalikan dengan hari orang kerja (HOK). Kegiatan pemupukan setelah penanaman dilakukan sebulan sekali pada tahun pertama. Setelah 1 tahun, pemupukan dilakukan dua bulan sekali, dan kegiatan penyiangan dilakukan 2 kali dalam setahun. Dalam 1 ha pupuk kandang diperlukan 50 kg/ha dengan harga Rp 100/kg, sedangkan pada saat persemaian menggunakan pupuk kompos diperlukan 100 kg/ha dengan harga pupuk kompos adalah Rp 1.000/kg. Dalam pembelian karung yang dilakukan 3 bulan sekali dalam setahun dengan jumlah yang berbeda tergantung dari hasil output yang dihasilkan. Biaya variabel dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Biaya variabel pengusahaan kapulaga lahan seluas 25 ha di Desa Sedayu

No. Uraian Biaya Total Operasional (Rp)

1 Persemaian 1.410.000 2 Pengolahan tanah 12.500.000 3 Bibit kapulaga 41.662.500 4 Penanaman 10.000.000 5 Pupuk kandang 3.375.000 6 Pemupukan 108.000.000 7 Penyiangan 22.500.000 8 Karung 825.000 9 Pemanenan 312.000.000 10 Bagi hasil LMDH 40% 426.640.000 Jumlah 938.912.500

5.1.3 Analisis Finansial Pengusahaan Tanaman Kapulaga

Berdasarkan hasil perhitungan cashflow yang dapat dilihat pada lampiran 7 mengenai hasil kelayakan pengusahaan kapulaga, maka hasil analisis kelayakan pengusahaan kapulaga yang dilakukan dapat dikategorikan layak. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai NPV, IRR, BCR, dan PBP. Adapun kriteria kelayakan finansial pengusahaan kapulaga pada Desa Sedayu adalah sebagai berikut :

Tabel 7 Kriteria kelayakan finansial pengusahaan kapulaga pada Desa Sedayu

Kriteria Kelayakan Finansial Keadaan Normal

NPV (Rp) 31.885.009

BCR 1,30

PBP (Tahun) 4,23 (4 tahun 3 bulan)

IRR (%) 22,29

Analisis yang dilakukan menggunakan tingkat diskonto 13% per tahun (BNI, 2009). NPV diperoleh dari hasil kumulatif arus penerimaan yang telah dikonfersi dengan tingkat discount rate yang digunakan selama umur proyek. Berdasarkan hasil perhitungan cashflow diperoleh NPV sebesar Rp 31.885.009. Hal ini berarti budidaya kapulaga di lokasi penelitian layak untuk diusahakan pada tingkat suku bunga 13% karena suatu usaha dikatakan layak jika nilai NPV > 0 (perincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7).

Kriteria lain yang dianalisis adalah BCR, dalam pengusahaan kapulaga ini diperoleh BCR > 1 yaitu 1,30 yang menyatakan bahwa pengusahaan kapulaga ini layak untuk diusahakan. Nilai BCR ini menunjukkan bahwa setiap pengeluaran Rp 1 dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,30. Nilai Payback Period yang diperoleh sebesar 4,23, yang berarti pengusahaan kapulaga pada lahan seluas 25 ha memiliki waktu pengembalian modal selama 4 tahun 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kapulaga layak untuk diusahakan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 22.29%, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 13% yang menyatakan pengusahaan kapulaga ini layak untuk diusahakan. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kapulaga layak untuk diusahakan.

5.1.4 Analisis Sensitivitas

Analisis kepekaan (sensitivitas) dilakukan untuk melihat perubahan iklim ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang dapat mengubah keadaan kelayakan suatu usaha menjadi tidak layak. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi. Dalam penelitian ini dilakukan dua skenario yaitu :

1) Jika harga kapulaga turun sebesar 8,5%

2) Jika sistem bagi hasil dengan LMDH naik sebesar 5,5%

Tujuan digunakannya kedua skenario di atas adalah untuk melihat pengaruhnya terhadap kelayakan usaha kapulaga. Jika hasil perhitungan yang menyebabkan NPV negatif berarti usaha kapulaga tidak layak. Begitu pula sebaliknya jika hasil perhitungan menyebabkan nilai NPV positif maka usaha kapulaga tersebut layak untuk diusahakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Hasil sensitifitas dari kedua skenario

Kriteria Kelayakan Finansial

Penurunan Harga Sebesar 8,5%

Kenaikan Sistem Bagi Hasil LMDH Sebesar 5,5%

NPV (Rp) -685.810 -3.240.385

BCR 0,99 0,97

PBP (Tahun) 4,37 (4 tahun 4 bulan) 4,52 (4 tahun 6 bulan)

IRR (%) 12,79 11,95

Pada kedua skenario yaitu penurunan harga kapulaga sebesar 8,5% dan kenaikan sistem bagi hasil LMDH sebesar 5,5% menghasilkan nilai NPV yang negatif. Selain itu, pada kondisi kedua skenario tersebut diperoleh nilai BCR yang kurang dari 1 dan nilai IRR yang kurang dari suku bunga yang digunakan yaitu 13% per tahun. Hasil nilai perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada penurunan harga sebesar 8,5% dan kenaikan bagi hasil LMDH sebesar 5,5% terjadi perubahan secara signifikan. Berdasarkan perhitungan sensitivitas pada skenario 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa usaha kapulaga ini tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak memenuhi kriteria kelayakan investasi.

5.1.5 Aspek Teknis a. Lokasi Usaha

Lokasi usaha budidaya kapulaga lokal yang berada di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo yang merupakan dataran rendah. Berikut ini tabel 9 mengenai ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman kapulaga.

Tabel 9 Ketinggian, suhu, dan kemiringan pada lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman kapulaga

No. Uraian Satuan Lokasi Usaha Syarat Tumbuh

1 Ketinggian mdpl 504 0-700

2 Suhu 0C 20-32 23-28

3 Kemiringan %

Kemiringan 2–15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen

Tumbuh pada topografi rata sampai miring Sumber : Anonim (2009), Anonim (2010), BAPERMADES (2009), dan BAPPEDA (2010)

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi pengusahaan kapulaga memiliki syarat tumbuh berdasarkan ketinggian, suhu, dan kemiringan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman kapulaga ini cocok dibudidayakan pada lokasi Desa Sedayu.

Gambar 1 Lokasi usaha kapulaga di Desa Sedayu

b. Teknik Produksi

Teknik produksi tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Jika teknik produksi yang dilakukan tepat, maka akan menghasilkan hasil yang optimal. Teknik produksi yang dilakukan terhadap tanaman kapulaga tidak terlalu rumit. Teknik produksi tanaman kapulaga mencakup pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Dari semua tahapan kegiatan tersebut petani telah melakukan teknik produksi dengan baik. Mulai dari kegiatan persemaian, pengolahan tanah sampai kegiatan pemanenan.

1) Budidaya Tanaman Kapulaga

Dokumen terkait