• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo wilayah KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Waktu pengambilan data berlangsung selama bulan Juli sampai Agustus 2010.

3.2Alat dan Sasaran Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis, kamera, komputer, kalkulator dan Software Microsoft Excel. Sasaran penelitian adalah 40 orang petani tumbuhan kapulaga, orang pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pengurus LMDH Sedyo Rahayu dan staff KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

3.3Asumsi

Dalam penelitian ini terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut sebagai berikut :

1) Jangka waktu/umur proyek adalah 5 tahun. Berdasarkan pertimbangan bahwa tanaman kapulaga dapat tumbuh sampai umur 5-6 tahun (Subagyo 2007). 2) Panen pertama dihasilkan setelah umur kapulaga 1,5 tahun.

3) Panen berikutnya dilakukan sebulan sekali dalam setahun. 4) Harga merupakan yang terjadi pada saat dilaksanakan penelitian.

5) Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan adalah suku bunga BNI pada tahun 2009 yaitu 13% (Gustia 2009).

3.4Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan metode kuesioner kepada 40 petani kapulaga, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, para pengurus LMDH Sedyo Rahayu, dan staf PMDH KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Data sekunder diperoleh dari

berbagai informasi dan sumber melalui berbagai instansi, seperti KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, LMDH Sedyo Rahayu yang mencangkup keadaan fisik lingkungan serta keadaan sosial ekonomi Desa Sedayu, perpustakaan IPB, penelusuran internet, dan berbagai studi literatur yang berkaitan dengan topik atau bahan penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan metode nonrandom sampling atau nonprobability sampling, artinya setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Metode nonprobability sampling yang dipilih adalah Purposive Sampling.

Purposive Sampling yaitu suatu sampling dimana pemilihan elemen-elemen untuk menjadi anggota sampel didasarkan atas pertimbangan yang tidak acak, biasanya sangat subjektif sifatnya. Artinya setiap elemen tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih (Supranto 1992). Sesuai dengan namanya, sample diambil dengan maksud atau tujuan tertentu sebanyak 40 orang. Didasarkan pada acuan minimal 30 sampel untuk penelitian deskriptif (Umar 2002). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Metode untuk mengetahui prospek pasar adalah dengan survei, dimana dalam pengambilan sampel respon dilakukan dengan metode Snowball Sampling merupakan identifikasi dimulai dari seseorang yang mempunyai kriteria yang masuk dalam kesimpulan penelitian. Dari identifikasi permulaan ini selanjutnya akan ditemukan unit sampel berikutnya (Wahana Statistika 2010). Artinya menentukan sampel awal yang kemudian menetukan sampel berikutnya berdasarkan informasi yang diperoleh.

3.6Metode Analisis Proyek a) Analisis pasar dan pemasaran

Pada analisis pasar dan pemasaran, aspek yang dikaji adalah mengetahui bentuk dan potensi pasar, proyeksi permintaan dan penawaran, dan strategi

pemasaran. Semua aspek tersebut diukur dengan menggunakan teknik yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan sumber data yang diperoleh.

b)Analisis Pengembangan usaha, meliputi: aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial.

Aspek teknis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi serta proses produksi. Aspek manajemen yang dianalisis adalah aspek : Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Controlling (Pengendalian). Pada analisis sosial ekonomi ditentukan sampai sejauh mana usaha ini mampu memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyarakat sekitar. Untuk aspek lingkungan, bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Analisis aspek finansial diperlukan untuk mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan dalam mendirikan suatu usaha dan menjalankannya.

c) Kriteria Kelayakan Investasi

Pada analisis kelayakan pengembangan usaha digunakan analisis kriteria investasi. Kriteria investasi yang dibutuhkan adalah Net Present Value, Internal Rate of Return, Benefit Cost Ratio, dan Payback Period.

1) Net Present Value (NPV)

Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih. Menurut Nurmalina et al. (2009) rumus NPV adalah sebagai berikut :

Dimana : NPV = Net Present Value

Bt = Keuntungan pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis dari suatu proyek i = Suku bunga yang berlaku

Apabila NPV ≥ 0, maka proyek dinilai menguntungkan untuk dijalankan. Namun bila NPV ≤ 0, maka proyek dinilai tidak menguntungkan untuk

dijalankan.

2) Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Menurut Nurmalina et al. (2009) rumus IRR adalah sebagai berikut :

Dimana : IRR = Internal Rate of Return NPV(+) = NPV bernilai positif NPV(-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

Jika IRR dari suatu proyek sama dengan tingkat suku bunga, maka NPV

dari proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR ≥ 1, maka proyek layak untuk

dijalankan, begitu pula sebaliknya.

3) Benefit Cost Ratio (BCR)

Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung selisih antara keuntungan dan biaya untuk setiap tahun t. Menurut Nurmalina et al. (2009) rumus BCR adalah :

Dimana : Bt = Penerimaan (Benefit) bruto pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) bruto pada tahun ke-t

n = Umur proyek

i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Internal waktu

4) Pay Back Period (PBP)

Metode ini mencoba menghitung seberapa cepat investasi bisa kembali. Menurut Nugroho (2008) periode pengambilan modal merupakan jangka waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan, yaitu ukuran lamanya waktu yang diperlukan agar seluruh modal yang ditanamkan dapat dikembalikan/dibayar oleh manfaat yang dihasilkan dari investasi tersebut. Oleh karena itu, satuan hasilnya adakah satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Apabila periode yang dibutuhkan lebih cepat dari yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan. Namun bila tidak sesuai dengan periode yang disyaratkan, maka proyek dikatakan tidak menguntungkan. Menurut Nugroho (2008) rumus PBP adalah sebagai :

Dimana :

PBP = Pay Back Period

N = Periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt – Ct negatif yang terakhir (tahun)

M = Nilai kumulatif Bt– Ct negatif yang terakhir (Rp) Bn = Benefit bruto pada tahun ke-n (Rp)

Cn = Biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

f) Analisis Sensitivitas

Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan cara menghitung ulang ukuran kemanfaatan proyek dengan menggunakan perkiraan baru dari satu atau lebih komponen biaya atau hasil. Tiap analisis sensitivitas harus dilaksanakan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam mengukur kemanfaatan proyek.

Manfaat analisis sensitifitas adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan harga produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi terhadap penilaian suatu investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan dalam dua skenario yakni : jika terjadi penurunan harga produksi dan jika terjadi peningkatan sistem bagi hasil LMDH.

g) Aliran Kas Proyek (Cash Flow)

Laporan aliran kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber - sumber kas dan penggunaan-penggunaanya. Kas mempunyai tiga komponen utama, yaitu Initial Cash Flow, Operasional Cash Flow, dan Terminal Cash Flow (Umar 2003).

1) Initial Cash Flow

Identifikasi pola aliran kas yang berhubungan dengan investasi diperlukan untuk menentukan komponen Initial Cash Flow. Beberapa contoh yang terdapat pada Initial Cash Flow adalah untuk tanah, pembuatan pabrik, pembayaran mesin-mesin, pengeluaran untuk biaya pendahuluan dan sebelum operasi, serta penyedia modal kerja.

2) Operational Cash Flow dan Terminal Cash Flow

Operational Cash Flow merupakan rencana keluar masuk dana jika proyek sudah dioperasionalkan. Untuk menaksir aliran kas operasional perlu ditentukan waktu yang diperkirakan. Pada umumnya, waktu yang digunakan dalam menaksir aliran kas operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi yang akan dijalankan. Terminal Cash Flow terdiri dari nilai sisa aliran kas dan pengembalian modal.

BAB IV

Dokumen terkait