• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ARBITRASE

C. Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase

Arbitrase sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa mempunyai kelebihan-kelebihan sehingga dipilih atau digunakan oleh pihak-pihak yang sedang berada atau mengalami sengketa.

55Ibid. hlm.105

Berdasarkan penjelasan umum yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga peradilan. Kelebihan tersebut antara lain :

a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak

b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif

c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur, dan adil

d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase e. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan

dengan melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.

HMN Purwosutjipto juga mengemukakan kelebihan-kelebihan peradilan wasit (arbitrase) yaitu :

1. Penyelesaian sengketa dapat dilaksanakan dengan cepat

2. Para wasit terdiri dari orang-orang ahli dalam bidang yang dipersengketakan, yang diharapkan mampu membuat putusan yang memuaskan para pihak

3. Putusan akan lebih sesuai dengan perasaan keadilan para pihak

4. Putusan peradilan wasit dirahasiakan, sehingga umum tidak mengetahui tentang kelemahan-kelemahan perusahaan yang bersangkutan. Sifat

rahasia pada putusan perwasitan inilah yang dikehendaki oleh para pengusaha.56

Michael B. Metzger mengemukakan pendapat keuntungan penyelesaian sengketa melalui arbitrase adalah As compared with the court system, the main advantages clained for arbitration are :

1. Quicker resolution of disputes (penyelesaian sengketa secara cepat) 2. Lower costs in time and money to the parties (biaya yang rendah)

3. The availability of professional who are often expert in the subject matter of dispute” (kemampuan para pihak yang ahli dalam sengketa).57

Menurut Prof. Subekti, bahwa bagi dunia perdagangan atau bisnis, penyelesaian sengketa lewat arbitrase atau perwasitan, mempunyai beberapa keuntungan yaitu bahwa dapat dilakukan dengan cepat, oleh para ahli, dan secara rahasia.

Gary Goodpaster, Felix O. Soebagjo, Fatmah Jatim, dalam “Tinjauan terhadap Arbitrase Dagang Secara Umum dan Arbitrase Dagang Indonesia” menyebutkan keuntungan arbitrase yang menyebabkan arbitrase disebut di pilih dalam menyelesaikan sengketa, yaitu :

a. Kebebasan, kepercayaan, dan keamanan b. Keahlian

c. Cepat, dan hemat biaya

56Budhy Budiman, “Mencari Model Ideal penyelesaian Sengketa, Kajian Terhadap Praktik

Peradilan

Perdata Dan undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999”, dalam

57

d. Bersifat rahasia e. Bersifat non-preseden

f. Kepekaan arbiter pelaksanaan keputusan g. Kecenderungan yang modern

Hampir sama dengan hal tersebut, Sudargo Gautama juga menyebutkan alasan arbitrase digunakan sebagai metode penyelesaian sengketa dalam bukunya yang berjudul “Arbitrase Dagang Internasional” adalah :

a. Dihindarkannya publisitas b. Tidak banyak formalitas

c. Bantuan pengadilan hanya pada taraf eksekusi d. Baik untuk pedagang-pedagang bonafide

e. Ada jaminan dari perkumpulan-perkumpulan pengusaha f. Lebih murah dan cepat

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan ahli-ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan arbitrase adalah sebagai berikut :

Pertama, para pihak mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihan hukum, proses serta tempat penyelenggaraan arbitrase, dan tidak terikat dalam bentuk formal peradilan seperti hal nya di dalam proses litigasi. Fleksibilitas arbitrase ini menjadi daya tarik yang sangat besar karena para pihak yang besengketa dapat dengan langsung membahas hal-hal yang menjadi persengketaan mereka tanpa perlu diwakili oleh kuasa hukum seperti beracara di pengadilan.

Kedua, pada umumnya arbitrase dilakukan secara tertutup atau bersifat rahasia. Dalam hal ini pemeriksaan ataupun penyelesaian sengketa hanya dihadiri

oleh para pihak yang bersengketa saja. Artinya tidak ada pihak lain yang mengetahui permasalahan-permasalahan yang menjadi sengketa sengketa para pihak seperti hal nya penyelesaian sengketa melalui litigasi sehingga kegiatan usaha tidak menjadi terganggu. Hal ini juga menjadi dasar sehingga para pihak memilih arbitrase, karena mereka tidak menginginkan masalah yang dihadapi diketahui oleh orang lain ataupun dipublikasikan kepada media.

Ketiga, pihak yang bersengketa dapat memilih sendiri arbiter atau orang yang ahli untuk menyelesaikan sengketa mereka. Hal ini dimaksudkan agar orang yang ahli tersebut dengan ilmunya dapat memberikan putusan yang cepat dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai pengetahuan yang dimilikinya terhadap sengketa yang tengah dihadapi para pihak.

Keempat, arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa yang tidak memakan banyak waktu dan dilaksanakan dengan biaya yang murah dibandingkan dengan proses berperkara di pengadilan atau litigasi.

2. Kelemahan Arbitrase

Sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa, arbitrase tidak hanya memiliki kelebihan-kelebihan namun juga memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diketahui oleh pengguna metode arbitrase.

Kelemahannya terletak pada masih sulitnya upaya eksekusi dari suatu putusan arbitrase, padahal pengaturan untuk eksekusi putusan arbitrase nasional maupun internasional sudah cukup jelas, ini khususnya terjadi di Indonesia dari praktek arbitrase yang sudah berjalan selama ini. Selain itu, di negara-negara tertentu proses peradilan dapat lebih cepat dari pada proses arbitrase.

Beberapa kelemahan arbitrase yang lainnya adalah :

1. Arbitrase belum dikenal secara luas, baik oleh masyarakat awam, maupun masyarakat bisnis, bahkan oleh masyarakat akademis sendiri.

Sebagai contoh masyarakat masih banyak yang belum mengetahui keberadaan dan kiprah dari lembaga-lembaga seperti BANI.

2. Masyarakat belum menaruh kepercayaan yang memadai, sehingga enggan memasukkan perkaranya kepada lembaga-lembaga arbitrase. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya perkara yang diajukan dan diselesaikan melalui lembaga-lembaga arbitrase yang ada.

3. Lembaga Arbitrase tidak mempunyai daya paksa atau kewenangan melakukan eksekusi putusannya.

4. Kurangnya kepatuhan para pihak terhadap hasil-hasil penyelesaian yang dicapai dalam Arbitrase, sehingga mereka seringkali mengingkari dengan berbagai cara, baik dengan teknik mengulur-ulur waktu, perlawanan, gugatan pembatalan dan sebagainya.

5. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suatu mekanisme extra judicial, arbitrase hanya dapat bertumpu di atas etika bisnis, seperti kejujuran dan kewajaran.58

D. Faktor-Faktor yang Mendorong Para Pihak Memberdayakan Arbitrase

Dokumen terkait