• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA D

D. Kelemahan Dan Kelebihan Pelaksanaaan Pemberian Bantuan Hukum

Terdapat banyak kelemahan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum cuma-cuma terhadap pencari keadilan tidak mampu di Indonesia. Pertama, tidak berkembangnya Biro Bantuan Hukum Universitas (BBH) disebabkan karena hambatan kultural. Ada beberapa hal yang menyebabkan Biro Bantuan Hukum di Fakultas-Fakultas Hukum Perguruan Tinggi Negeri ini mengalami kemunduran, antara lain:66

1. Konsentrasi advokat (lawyers) yang terpecah

Pada BBH, para lawyers adalah Dosen-Dosen yang mempunyai tugas pokok sebagai tenaga pengajar yang harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan hukum secara komprehensif sehingga dapat melaksanakan kewajibannya untuk mengajar. Hal tersebut menyebabkan tersitanya pikiran dan tenaga mereka sehingga tidak dapat membagi waktu untuk menjadi Advokat yang menolong masyarakat yang tidak mampu. Sebab

65

Pasal 5 Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Di Lingkungan Peradilan Umum.

66

untuk menjadi seorang Advokat yang handal sangat dibutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang penuh.

2. Biro Bantuan Hukum di Perguruan Tinggi bersifat “nonprofit oriented” sedangkan tingkat penghasilan Dosen tergolong rendah Posisi Dosen-Dosen yang berpenghasilan terbatas terhadap BBH yang bersifat nonprofit oriented dipandang sangat sulit untuk dilaksanakan dibandingkan dengan para Advokat Professional dengan kemampuan yang bisa dikatakan sebanding dengan kemampuan dosen. Hal tersebut menyebabkan para Dosen tidak serius dalam melaksanakan BBH dan lebih memilih untuk membuka sebuah Biro Hukum Professional yang independen atau menjadi staf ahli law firm terkemuka dengan tingkat penghasilan yang cukup besar. Akibatnya, Biro Bantuan Hukum di Perguruan Tinggi Negeri mengandalkan para mahasiswa yang secara teknis maupun penguasaan terhadap materi hukum masih terbatas dan belum teruji dalam masyarakat sehingga masyarakat pencari keadilan sering kecewa dengan pelayanan BBH tersebut.

3. Keterbatasan Pendanaan

Adanya keterbatasan dana yang dialokasikan Perguruan Tinggi kepada BBH yang tidak mencukupi kebutuhan pokok mengambat perkembangan dari BBH.

4. Profesionalitas tenaga advokat di BBH di Perguruan Tinggi Negeri Adanya penerapan kurikulum pendidikan tinggi hukum yang kurang mendukung dan kurang mengarahkan pada Advokat di BBH semasa mereka masih kuliah, untuk mengembangkan kemampuan (competence) atau kemahiran hukum (legal skills) sebagai praktisi hukum, telah menimbulkan masalah baru bagi advokat (lawyer) di BBH dalam menghadapi permasalahan hukum yang ditanganinya.

Disisi lain, dalam kapasitas sebagai Dosen, mereka dituntut untuk mengembangkan keahlian dan kemampuannya sebagai ilmuwan (scientist). Hal inilah yang menyebabkan para Dosen atau Advokat tersebut berkembang menjadi ahli yang cenderung hanya berkompeten sebagai intelektual dan akademisi yang kurang mendalami dan memahami tentang praktik, tugas, dan tanggung jawab seorang Advokat professional. 5. Kurangnya kepercayaan masyarakat

Bertolak dari keterbatasan-keterbatasan BBH di Perguruan Tinggi Negeri sebagaimana dikemukakan dalam butir-butir sebelumnya, hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada BBH untuk menangani permasalahan mereka. Kondisi ini didukung pula oleh lahirnya LSM di bidang bantuan hukum yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh hukum yang sangat concern terhadap perlindungan hak asasi manusia dan kepentingan rakyat kecil yang sangat tertindas oleh rezim yang berkuasa.

Kedua, perolehan Surat Keterangan Tanda Tidak Mampu (SKTM) yang oleh Pejabat yang berwenang seperti Lurah, Kepala Desa, ataupun pejabat yang setingkat sesuai dengan domisili mengeluarkan surat tersebut sering menjadi permasalahan di prosedur pemberian bantuan hukum cuma-cuma. Dari sejumlah LBH yang penulis berhasil datangi, keseluruhannya menyatakan perolehan SKTM salah satu kendala terbesar dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma.Memang pada akhirnya SKTM akan diberikan oleh Pejabat yang tersebut.tetapi rentang waktu permohonan SKTM dan waktu Penerbitan SKTM menyebabkan terganggunya proses penyelesaian sengketa yang dimohonkan sebab permohonan baru dapat diproses apabila persyaratan telah lengkap.67 Dalam kasus si pemohon berasal dari luar kota tempat permohonan bantuan hukum diajukan juga menjadi kendala yang rutin dihadapi Pemberi Bantuan Hukum cuma-cuma tersebut.

“Pihak KEMENKUMHAM telah pernah kami suratin agar permasalahan penerbitan SKTM dapat diserahkan kewenangannya kepada Pihak Lembaga Bantuan Hukum agar tidak mempersulit penerbitan SKTM yang menjadi kendala paling utama dalam memperoleh bantuan hukum. Namun sampai sekarang belum mendapat respon dari KEMENKUMHAM”68

“Pada persoalan mengenai perolehan SKTM, dimana apabila seorang pemohon hendak mengajukan permohonan bantuan hukum cuma-cuma memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) di luar Kota Medan sehingga diharuskan kembali ke kota sesuai dengan yang tertera di KTP. Disini masalahnya, si pemohon yang tidak memiliki biaya untuk kembali ke Kota asalnya tidak memiliki biaya untuk ongkos, sehingga terhalang untuk

67

Hasil wawancara dengan Romi Afandi Pasaribu, Pembina LBH-PK PERSADA, pada tanggal 5 Juni 2015.

68

Hasil Wawancara dengan Jennedi T. M. Tampubolon, Advokat di LBH Trisila Pada tangal 8 Juni 2015

memgajukan permohonan bantuan hukum cuma-cuma”69 Posisi pemohon surat SKTM seharusnya tidak dipersulit oleh pemerintah sebab dianggap tidak memiliki kemanusiaan, namun itu kembali ke alasan kenapa SKTM diperlukan. Berdasarkan penelitian penulis, alasan penolakan penerbitan SKTM adalah menjadi pertanyaan kenapa harus di luar Kota tempat tinggal permohonan tersebut. Ini salah satu alasan penolakan SKTM oleh Kelurahan/Kepala desa.70 Ketidaktersediaan dana untuk kembali ke kota tempat tinggal sesuai dengan KTP seharusnya menjadi pertimbangan dalam menerbitkan SKTM tersebut.

Terakhir, pelaksanaan pemberian bantuan hukum tidak bersifat rural oriented. Padahal gerakan bantuan hukum merupakan bentuk perjuangan bagi HAM bagi masyarakat yang tidak mampu yang sudah dapat dipastikan lebih dibutuhkan di struktur masyarakat bawah. Bukan hanya alasan tersebut, Indonesia di dalam Pancasila menyatakan bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah: Keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Maka, apabila pemberian bantuan hukum cuma-cuma tersebut hanya berorientasi di Kota, apakah masyarakat miskin pedalaman dapat menyicipi keadilan yang di agung-agungkan tersebut?

“Tujuan bantuan hukum dengan demikian perlu diperluas tidak saja terbatas pada bantuan hukum individual tetapi juga struktural tidak saja „urban‟ tetapi juga „rural‟. Kesalahan gerakan bantuan hukum di Indonesia selama ini adalah karena gerakan bantuan hukum kita terlalu individual dan

urban. Padahal kalau kita mau bicara soal HAM adalah masyarakat msikin dari struktur bawah yang hidup di rural. Sudah waktunya gerakan bantuan hukum kita secara aktif datang ke pedesaan dan mengerjakan pekerjaan- pekerjaan bantuan hukum dalam arti yang seluas-luasnya. Hendaknya jangan kita terbelenggu dengan jalur-jalur formal semata, sebab banyak jalur-jalur informal yang sudah waktunya ditangani.”71

Kelebihan pelaksanaan bantuan hukum cuma-cuma di Indonesia adalah bahwa telah dibentuknya Peraturan-Peraturan mengenai praktik pemberian

69

Hasil wawancara dengan Andi Rinaldi, Direktur Biro Hukum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Marginal, pada tanggal 27 Mei 2015.

70

Hasil wawancara dengan Sahdan Damanik, Staff Kelurahan Petisah Tengah, pada tanggal 3 Juni 2015.

71

Abdul Hakim G. Nusantara dan Mulayana W. Kusumah, Beberapa pemikiran Mengenai Bantuan Hukum: Kearah Bantuan Hukum Struktural, (Bandung: Alumni, 1981) Hal.13.

bantuan hukum cuma-cuma di Indonesia antara lain dengan dikeluarkannya Undang-Undang Bantuan Hukum.

“Hal ini tentu merupakan sejarah terbesar dalam Hukum Konstitusional Bangsa Indonesia. Dikatakan sejarah karena setelah merdekanya Indonesia dari penjajahan, belum ada dibentuk peraturan hukum yang mengatur khusus mengenai bantuan hukum cuma-cuma dalam penegakan hukum di Negara Indonesia. Indonesia pada saat itu hanya mengikuti ketentuan hukum asing karena belum mampu membentuk peraturan hukum milik sendiri. Sehingga peraturan yang diikuti tersebut bukan merupakan harapan rakyat Indonesia dan menyebabkan ketidaksinkronan dengan ideologi bangsa. Belum lagi banyaknya produk undang-undang yang tidak pernah memberikan jaminan dalam praktik pelaksanaan dan penegakan bantuan hukum cuma-cuma itu sendiri. Sehingga penegakan hukum bukanlah hadiah namun berkah dari perjuangan bersama yang berkelanjutan.”72

Kehadiran Undang-Undang Bantuan Hukum memberi keyakinan kepada bangsa bahwa bantuan hukum adalah bagian dari Hak Konstitusi setiap Warga Negara tanpa terkecuali, yang mana sebelum terbentuknya undang-undang tersebut, praktik bantuan hukum hadir atas inisiatif dari masyarakat melalui pendirian LBH sebagai contoh yaitu Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) melalui Bantuan Hukum Struktural (BHS).

Selain memberi keyakinan, dibentuknya Undang-Undang Bantuan Hukum juga memberi dampak positif dalam hal pendanaan, dimana ketentuan mengenai hal tersebut terkaji dalam Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19 yang menyatakan bahwa urusan pendanaan merupakan kewenangan KEMENKUMHAM Republik Indonesia untuk mengelolanya dan sehingga proses kedepannya prosedur anggaran bantuan hukum hanya diperoleh dan dikeluarkan oleh KEMENKUMHAM.

72

Hasil wawancara dengan Juliyadi, Divisi Bantuan Hukum LBH Medan, pada tanggal 10 Juni 2015.

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENERAPAN BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA BAGI PENCARI KEADILAN TIDAK MAMPU DALAM PERKARA PERDATA MELALUI POS BANTUAN HUKUM YAYASAN

LBH-PK “PERSADA” DI PERADILAN UMUM MEDAN

A. Gambaran Umum Tentang Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

Posbakum merupakan ruangan yang disediakan oleh Lembaga Peradilan dan terdapat pada setiap Peradilan Umum di Indonesia. Ruangan yang disediakan oleh Lembaga Peradilan tersebut kemudian akan ditempati oleh LBH untuk proses penerapan bantuan hukum cuma-cuma di Lembaga Peradilan melalui kerja sama dengan Peradilan Umum dimana Posbakum tersebut berada. LBH melalui Posbakum bekerja sama dengan Pengadilan dalam memberikan layanan bantuan hukum cuma-cuma kepada pencari keadilan tidak mampu dalam bidang Perdata dan Pidana. Dengan adanya ruangan tersebut kegiatan Pemberian Bantuan Hukum cuma-cuma dapat terlaksana secara taktis dan praktis.

1. Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

a. Sejarah kedudukan Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Posbakum

Peradilan Umum Medan

Yayasan LBH-PK “PERSADA” merupakan Organisasi Bantuan Hukum yang memperoleh Akreditasi C dari KEMENKUMHAM. Yayasan

LBH-PK “PERSADA” tersebut merupakan LBH yang sangat mendukung penuh penerapan pemberian bantuan hukum cuma-cuma di Kota Medan. Yayasan LBH-PK “PERSADA” yang sangat memperhatikan dan menjunjung tinggi keadilan serta HAM masyarakat tidak mampu di Kota Medan tersebut menyambut dengan gembira pendirian dari Posbakum di Lembaga Peradilan di Indonesia dan berkeinginan untuk mengisi ruangan Posbakum di Peradilan Umum Medan, yang pendiriannya dilatarbelakangi Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 yang mengatur tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu. Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan oleh Pemerintah pada tahun 2014 tersebut mengatur tentang pendirian Posbakum pada setiap Peradilan Umum di seluruh Indonesia. Keinginan tersebut kemudian direalisasikan oleh Riswan Siregar selaku Direktur Yayasan LBH-PK “PERSADA” bersama Tim Advokatnya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Yayasan LBH-PK “PERSADA” mengajukan prosposal ke Peradilan Umum untuk bertanggung jawab sebagai Advokat Piket di Posbakum Peradilan Umum Medan;

2) Peradilan Umum Kota Medan menerima kemudian menyetujui proposal yang diajukan oleh Yayasan LBH-PK “PERSADA” tersebut; dan

3) Yayasan LBH-PK “PERSADA” kemudian menandatangani

Momerandum Of Understanding (MoU) untuk masa kepengurusan selama 1 (satu) tahun di Posbakum dengan pihak Peradilan Umum Medan.

b. Masa Kepengurusan Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

Masa kepengurusan PosbakumYayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan diatur berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Perjanjian kerjasama antara Yayasan LBH-PK “PERSADA” dengan Peradilan Umum Medan. Perjanjian kerja sama tersebut telah diperpanjang pada tahun 2015 setelah melewati satu tahun masa kepengurusannya sejak tahun 2014. Masa kepengurusan Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” sebagai Advokat Piket di Posbakum tidak dibatasi oleh Peradilan Umum Medan selama LBH tersebut tetap mempertahankan akreditasi maupun meningkatkan akreditasi dari LBH tersebut.

2. Lokasi Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

a. Lokasi Peradilan Umum Medan

Lokasi Peradilan Umum Medan dapat ditemukan di Jl. Pengadilan No.8, Medan 20112, Sumatera Utara. Posbakum berkantor di Peradilan Umum Medan sehingga para Pemohon Bantuan Hukum wajib mengetahui dimana letak Peradilan Umum Medan terlebih dahulu sebelum menemukan Kantor Posbakum.

b. Lokasi Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

Lokasi dari Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan dapat ditemukan di lantai III Peradilan Umum Medan. Para

pencari keadilan tidak mampu dapat mengenali Kantor tersebut melalui spanduk dan beberapa Poster yang memuat informasi mengenai Bantuan Hukum di Peradilan Umum Medan serta Format Surat Permohonan Bantuan Hukum yang ditempelkan di depan Kantor Posbakum tersebut.

Tujuan dari ditampilkannya Format Surat Bantuan Hukum tersebut adalah agar Pemohon Bantuan Hukum dapat mempersiapkan berkas dan data yang diperlukan terlebih dahulu sehingga permohonan bantuan hukumnya dapat segera diproses oleh pihak Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA”. Lokasi dari Posbakum yang terletak di Lantai III Peradilan Umum Medan tersebut menjadi penyebab sulit terjangkaunya Posbakum bagi Pemohon Bantuan Hukum yang telah lanjut usia maupun penyandang disabilitas.

3. Jadwal dan Struktur Organisasi Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

a. Jadwal Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” yang berkantor di Peradilan Umum Medan dapat dikunjungi pada hari Senin s.d Jumat dengan jam kerja, yaitu dari pukul 08.50 WIB s.d pukul 16.00 WIB. Posbakum Yayasan LBH- PK “PERSADA” memiliki jadwal yang disesuaikan dengan jadwal Peradilan Umum Medan dan tidak beroperasi pada hari Sabtu dan Minggu serta pada Hari Libur Nasional.

Pada Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” dapat ditemukan jadwal dari Advokat Piket yang bertugas setiap harinya. Jadwal yang ditempelkan di

dinding pintu masuk Posbakum tersebut memberitahukan bahwa setiap harinya terdapat 2 (dua) Advokat piket yang bertugas melayani Permohonan Bantuan Hukum di Posbakum. Adapun jadwal piket harian dari Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.a.1

JADWAL PIKET HARIAN POSBAKUM YAYASAN LBH-PK “PERSADA” 2015 HARI NAMA ADVOKAT WAKTU NOMOR HP SENIN CANDRA YUSTIKA TRI WULAN 08.50 WIB– 16.00 WIB 0812-6566 6547 0852-6259 5964 0818-788 530 SELASA ANGGA ABRAR 08.50 WIB– 16.00 WIB 0821-6463 892 0812-6971 4915 RABU RAVI ARMADA 08.50 WIB– 16.00 WIB 0853-6228 6301 0856-6362 556 KAMIS SOFYAN JOSHENDRO 08.50 WIB– 16.00 WIB 0821-6373 3284 0823-6752 1739 JUMAT ROMI UMAR FAOMASI 08.50 WIB– 16.00 WIB 0813-6131 4445 0823-64124449 0853-6211 1599 Sumber: Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA”

b. Struktur Organisasi Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan

Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Di rektur : Riswan H. Siregar,S.H.,M.Hum. Koordinator Posbakum : Sofian Abdi Lubis,S.H.

Bendahara : Wulandari,S.H.

Sekretaris : M. Erwin,S.H.

Kepala Divisi Pidana : Romi Afandi Pasaribu,S.H,L.M. Kepala Divisi Perdata/TUN : Armada Ash Siddique,S.H.

Advokat-Advokat yang bertugas sebagai Pemberi Bantuan Hukum di Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA”, yaitu:

1) Candra D. S. M Sitio, S.H. 2) Yustika A. S. Br. Sitepu, S.H. 3) Tri Wulan Dani, S.H.

4) Angga Munandar, S.H. 5) Abrar M. Irhamsyah, S.H. 6) Ravi R. Hasibuan, S.H. 7) Armada Ash Siddiq, S.H. 8) Sofyan Abdi Lubis, S.H. 9) Joshendro Nababan, S.H. 10)Romi Afandi Pasaribu, S.H. 11)Umar Glaksi M., S.H.

Seluruh Advokat termasuk yang telah disebutkan pada struktur organisasi tersebut merupakan Advokat Piket yang bertugas sebagai Pemberi Bantuan Hukum di Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan.

4. Bentuk Pelayanan Yang Diberikan Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” Di Peradilan Umum Medan

Bentuk pelayanan yang diberikan Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” di Peradilan Umum Medan adalah memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu yang meliputi:

a. Bantuan Jasa Advokat;

b. Pembebasan Biaya Perkara baik Pidana maupun Perdata; dan c. Pembebasan Biaya Sidang di Tempat (Zitting Plaats).

Posbakum di Peradilan Umum Medan dengan perjanjian kerjasama antara Pengadilan Negeri dan Yayasan LBH-PK “PERSADA” adalah sebagai bentuk pelayanan bantuan hukum cuma-cuma di Peradilan Umum Medan yang bertujuan untuk:

a. Meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh anggota masyarakat tidak mampu di pengadilan;

b. Memberikan kesempatan yang merata pada masyarakat tidak mampu untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum ketika berhadapan dengan proses hukum di pengadilan;

c. Meningkatkan akses terhadap keadilan; dan

d. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajibannya.73

73

Pasal 2 Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Di Lingkungan Peradilan Umum.

B. Penerapan Bantuan Hukum Cuma- Cuma di Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “PERSADA” Pada Peradilan Umum di Medan

Penerapan bantuan hukum cuma-cuma di Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” dilaksanakan berdasarkan atas Undang-Undang Bantuan Hukum sebagai dasar hukumnya dan dengan aturan pelaksanaannya yaitu 3 (tiga) Peraturan Pemerintah, antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma.

Sejak pendirian Posbakum di Peradilan Umum perkara yang pertama kalinya ditangani oleh Posbakum secara litigasi adalah perkara perceraian yang diterima pada bulan 6 (Juni) tahun 2014. Perkara tersebut merupakan perkara verstek, dan dimenangkan oleh Pemohon Bantuan Hukum cuma- cuma tersebut yang maju sebagai penggugat dalam perkara tersebut. Karena pada praktiknya perkara ini diselesaikan dalam tahun yang sama maka negara mengganti biaya dengan sistem reimbursement sebesar Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah) sesuai dengan ketentuan yang diajukan oleh pihak BPHN yang diterima dari Kuasa Pengguna Anggaran BPHN.

Kebanyakan pemohon yang mengajukan permohonan bantuan hukum cuma-cuma di Posbakum tidak memiliki SKTM sehingga hanya dapat

memperoleh bantuan hukum cuma-cuma yang bersifat non litigasi seperti konsultasi hukum dan pembuatan surat gugatan, jawaban, duplik dan replik. Ada juga beberapa pemohon yang maju sendiri sebagai diri sendiri dalam persidangan dan posbakum membantu memberikan nasihat-nasihat hukum kepada pihak tersebut.

pelaksanaan bantuan hukum pada Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” dapat dikatakan kurang berhasil dilaksanakan pada bidang Perdata. Hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya jumlah bantuan hukum yang dimohonkan di Posbakum dalam bidang Perdata. Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” lebih banyak menangani permohonan bantuan hukum cuma- cuma dalam bidang Pidana. Banyaknya jumlah kasus pidana yang Posbakum tangani tidak dapat dipaparkan dengan pasti disebabkan belum adanya akumulasi yang pasti karena masih banyak kasus yang belum selesai proses litigasinya dan banyak yang belum tercatat dalam data base Posbakum.

C. Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Bantuan Hukum Cuma- Cuma di Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” pada Peradilan Umum Medan

Persyaratan yang diberikan oleh Posbakum kepada Pemohon Bantuan Hukum dalam mengajukan permohonan bantuan hukum adalah dengan memberikan formulir permohonan bantuan hukum yang berisi:

1. Identitas Pemohon

Identitas pemohon harus sesuai dengan kebenaran. Adapun poin-poin dari identitas pemohon ini terdiri dari:

a. Nama Pemohon Bantuan Hukum; b. Tempat/Tanggal Lahir; c. Jenis Kelamin; d. Agama; e. Golongan Darah; f. Alamat/Telepon/HP; g. Pekerjaan; dan

h. Keterangan Miskin, yang dapat terdiri dari SKTM, JAMKESMAS, GAKIN (terlampir). Lurah, Kepala Desa, atau Pejabat yang setingkat sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum wajib mengeluarkan surat keterangan miskin dan/atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan miskin.74

2. Uraian Singkat Pokok Persoalan

Pemohon Bantuan Hukum harus menjelaskan duduk perkara yang akan dimohonkan bantuan hukumnya secara jelas dan terperinci dalam formulir permohonan. Kepada Pemohon Bantuan Hukum yang tidak dapat menulis dipersilahkan untuk menjelaskan duduk perkaranya kepada pihak Posbakum secara lisan. Dalam melengkapi berkas permohonan, Pemohon

74

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 42 Tahun 2013, Loc.Cit, Pasal 9 Ayat (2).

Bantuan Hukum apabila memilik dokumen atau surat-surat yang berkaitan dengan perkara yang dimohonkan bantuan hukumnya dapat melampirkannya bersamaan dengan formulir permohonan bantuan hukum. 3. Bagian penutup

Pada bagian ini Pemohon Bantuan Hukum menyatakan bahwa permohonan yang diajukan oleh Pemohon tersebut dibuat dengan sesungguhnya untuk keperluan mendapatkan Bantuan Hukum. Berikutnya disertai dengan keterangan tempat dan tanggal dimana permohonan tersebut diperbuat dan di tutup dengan tanda tangan dari Pemohon Bantuan Hukum.

Setelah formulir diterima oleh Posbakum, kemudian Posbakum wajib memeriksa kelengkapan yang tertera dalam formulir dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum. Pihak Posbakum kemudian akan melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan, pernyataan, dan dokumen yang diserahkan oleh Pemohon Bantuan Hukum. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan, Advokat Piket di Posbakum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara tertulis atas permohonan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap. Dalam hal Posbakum selaku Pemberi Bantuan Hukum menerima dan setuju untuk memberikan Bantuan Hukum, dilaksanakan berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum. apabila permohonan Bantuan Hukum ditolak, Posbakum akan memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu

paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap.

D. Hambatan-Hambatan Dalam Pemberian Bantuan Hukum Cuma- Cuma Pada Posbakum Yayasan LBH-PK “PERSADA” Di Peradilan Umum Medan

Penerapan bantuan hukum cuma-cuma pada Posbakum Yayasan LBH-PK