Tujuan pribadi pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan kepentingan organisasi.
Kepribadian yang tegas dan keras oleh Project Manager sebagai selaku pemimpin proyek RUSUNAWA T-24, sering kali menyebabkan tujuan pribadi project manager menjadi berbanding lurus dengan tujuan yang lebih mementingkan kepentingan organisasi.
Hal ini dapat dilihat ketika project manager meminta adanya pengecekan ulang terus menerus pada saat pemasangan kolom pada blok satu RUSUNAWA, padahal hal itu tidak perlu dilakukan karena
Gambar 4.5 Perbedaan Antara Blok Dua Dengan Blok Satu Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012
Gambar 4.4 Penimbunan Yang Dilakukan Hanya Sebatas Pondasi Saja
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012
Gambar 4.3 Blok Dua Yang Dilakukan Penimbunan Oleh PT.RPA Sendiri
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012 Gambar 4.2 Blok Satu Yang Sudah Dilakukan Penimbunan
oleh Kementrian Pekerjaan Umum pusat Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012
pengecekan sendiri hanya perlu dilakukan sekali saja dan tidak perlu diulangi. Hal ini menyebabkan adanya perdebatan antara pekerja lapangan dengan project manager yang mengakibatkan terulurnya waktu untuk pengerjaan yang berikutnya.
Ada kecenderungan pimpinan untuk bertindak otoriter dan diktator
Seperti yang ditulis sebelumnya, sifat project manager yang keras dan tegas mengakibatkan adanya tindakan otoriter dan diktator dalam pengerjaan proyek RUSUNAWA T-24. Sifat project manager yang sulit menerima masukan dari bawahan dan tidak mau dibantah, juga menambah kecenderungan tindakan otoriter di dalam proyek.
Hal ini bisa terlihat dari sering terjadinya perdebatan antara pekerja lapangan, kantor, dengan project manager . Selain itu, sifat otoriter yang diterapkan oleh project manager dalam memimpin proyek membuat banyaknya pekerja yang ingin mengundurkan diri dari proyek RUSUNAWA T-24 Palembang.
Organisasi secara keseluruhan bergantung pada satu orang
Bentuk organisasi line yang hanya mengacu pada satu pimpinan, mengakibatkan para pekerja bergantung penuh pada satu pimpinan yaitu project manager . Hal ini membuat sulit pekerja untuk melakukan
tahap-tahap pengerjaan apabila terjadi kendala di atas.
Ini bisa dilihat ketika banyaknya dokumen-dokumen gambar yang telat ditanda tangani oleh project manager sehingga gambar tersebut menjadi telat diturunkan ke lapangan dan menjadi terlambat untuk di kerjakan oleh pekerja lapangan.
Adanya rangkap jabatan dalam pekerjaan sehingga tidak efesien
Salah satu ciri-ciri bentuk organisasi line yaitu memiliki jumlah karyawan yang sedikit, mengakibatkan adanya rangkap jabatan dalam
Palembang. Site manager yang terkadang juga merangkap jabatan menjadi engineering manager untuk membantu dalam mengerjakan gambar shop drawing untuk mempercepat pengerjaan, engineering manager yang merangkap kerja sebagai surveyor lapangan, quantity surveyor yang juga merangkap kerja sebagai bagian dari FA, HRD, dan GA head untuk membantu dalam mengurus surat-surat yang masuk dan keluar, juga mengurus surat untuk project manager .
Banyaknya rangkap jabatan pada proyek RUSUNAWA T-24 Palembang mengakibatkan banyaknya waktu dan energi yang terbuang. Hal ini terjadi karena kurang percayanya project manager terhadap orang luar sehingga proyek juga menjadi susah dalam hal menambah karyawan.
Kurang tersedianya staf ahli
Kurang tersedianya staf ahli mengakibatkan banyaknya human error dalam pengerjaan proyek RUSUNAWA T-24.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya komponen-komponen struktur bangunan yang kurang sempurna dan rusak akibat tidak rapihnya pengerjaan dan salah mengantisipasi pada saat pengangkatan komponen bangunan (proyek RUSUNAWA ini menggunakan sistem precast dalam pengerjaan proyeknya).
Gambar 4.7 Komponen Sloof Dan Pile Cap Yang Saling Bertumpuk Besinya
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012 Gambar 4.6 Komponen Kolom Join Yang Rusak Akibat Salah
Pengangkatan
Kemungkinan pekerjaan dilaksanakan kurang sempurna.
Dengan sedikitnya staf ahli yang berada di proyek, itu berdampak pula dengan kurang sempurnanya pengerjaan yang dilaksanakan. Dengan tidak sempurnanya pelaksanaan mengakibatkan banyaknya komponen-komponen struktur yang melenceng pengerjaannya atau tidak sesuai dengan gambar yang telah dibuat oleh engineering manager . Di tambah pula jarangnya pengecekan yang di lakukan oleh konsultan MK, membuat kacau balaunya pengerjaan yang berada di lapangan. Pekerja lapangan dan kantor yang tidak sejalan menyebabkan pengerjaan yang seperti hanya menerapkan pengerjaan yang penting selesai.
Bakat para bawahan sulit untuk berkembang karena sukar untuk mengambil inisiatif sendiri.
Sifat project manager yang tidak bisa menerima masukan dari bawahan mengakibatkan para bawahan sulit untuk menyampaikan inisiatif-inisiatif yang mungkin akan mempermudah pengerjaan atau mempercepat pengerjaan proyek RUSUNAWA T-24. Hal ini mengakibatkan sulitnya para bawahan untuk berkembang karena hanya menerima perintah dari atasan saja tanpa ada kontribusi dari dirinya sendiri. Sulitnya para bawahan berkembang membuat para pekerja banyak yang ingin mengundurkan diri dalam waktu dekat.
Gambar 4.7 Pemasangan Sloof Yang Tumpang Tindih Dengan Pile Cap
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012 Gambar 4.6 Pengerjaan Pile Cap Yang Tidak Menggunakan
Pasir Urug Dulu,Namun Langsung Lantai Kerja Sumber : Dokumentasi Pribadi 2012
Timbulnya birokrasi, yaitu lambatnya jalan pekerjaan dan tanggung jawab karena banyaknya tangga-tangga organisasi yang harus dilewati.
Banyaknya tangga-tangga organisasi membuat pekerja sulit untuk menyampaikan masalah yang terjadi di lapangan. Tidak banyak juga yang akhirnya masalah-masalah itu akhirnya terhenti ditengah birokrasi, dan tidak sampai pada atasan. Tidak sampainya masalah-masalah yang ada di lapangan hingga ke atasan membuat pekerja lapangan bingung untuk melanjutkan pekerjaan. Atasan pun berfikir tidak ada masalah yang serius yang terjadi di lapangan. Sehinga apabila ada inspeksi yang diadakan oleh dinas Kementrian Pekerjaan Umum, akan terjadi saling tuduh menuduh antara atasan dan bawahan. Ini mengakibatkan kurang baiknya hubungan komunikasi antara atasan hingga bawahan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan terhadap kerja praktek lapangan pada proyek RUSUNAWA T-24 Palembang pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Organisasi proyek merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu proyek pembangunan. Organisasi proyek berfungsi sebagai alur kerja yang digunakan dalam proyek untuk mengetahui batasan-batasan pekerjaan yang harus dikerjakan. Tanpa adanya organisasi proyek maka pekerja tidak dapat melakukan tugasnya dengan maksimal.
2. Bentuk organisasi proyek yang digunakan dalam suatu proyek menggambarkan garis besar alur kerja proyek tersebut. Maka pengambilan dalam bentuk organisasi proyek harus disesuaikan dengan visi dan misi, jumlah pekerja, dan kemampuan dari proyek tersebut.
3. Sikap otoriter yang diterapkan oleh project manager dalam proyek pembangunan RUSUNAWA T-24 mengakibatkan terhambatnya pengerjaan proyek.
4. Buruknya komunikasi antara atasan dan bawahan dalam proyek RUSUNAWA T-24 Palembang mengakibatkan tidak harmonisnya hubungan antara atasan dan bawahan menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman, sehingga pekerjaan tidak berjalan lancar.
V.2 Saran
Setelah penulis mengambil kesimpulan dari hasil pengamatan dilapangan, penulis dapat memberi saran antara lain :
1. Bentuk struktur organisasi garis (line) / satuan tugas berbanding lurus dengan sifat dan sikap seorang pemimpin dalam suatu proyek. sehingga bagus atau tidaknya bentuk organisasi garis (line) dalam suatu proyek dapat dilihat dari bentuk kepemimipinan dari proyek tersebut.