• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan dan Peraturan

Dalam dokumen BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI (Halaman 37-47)

Institusi yang berwenang dalam pengelolaan persampahan adalah Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemeliharaan Lampu Jalan (DKPPLJ), Sedangkan peraturan terkait pengelolaan persampahan Kabupaten Musi Banyuasin sudah mempunyai Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2009 tentang Retribusi Jasa Umum.

c. Drainase Perkotaan

Sistem drainase yang buruk masih dijumpai di beberapa kawasan permukiman, baik di perkotaan maupun di perdesaan, akibatnya masih terjadi kerawanan genangan di beberapa lokasi permukiman perkotaan dan di kawasan perdesaan uang secara topografi kurang menguntungkan bagi sistem drainase alamiah. Diperlukan pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan prioritas penanganan genangan dan banjir.

Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Jaringan drainase meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang bermuara di sungai..

Arahan penanganan drainase suatu wilayah dapat merujuk pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/KPTS/M/2010 tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum.

Kondisi eksisting sistem drainase di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar masih memiliki fungsi ganda (multi fungsi), yaitu selain fungsi pembuangan air hujan, pada umumnya juga dimanfaatkan untuk saluran pembuangan limbah cair rumah tangga, bahkan juga menjadi satu dengan saluran irigasi. Memperhatikan hal ini maka diperlukan koordinasi yang intensif dan keterpaduan dalam penanganan sistem drainase.

Rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Musi Banyuasin meliputi pengelolaan saluran drainase primer, sekunder dan tersier, dan arahan pengembangan sistem drainase sebagai berikut:

Rencana pengelolaan sistem drainase yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin , meliputi arahan:

1. Mengutamakan system gravitasi atau pola aliran alamiah

2. Saluran primer, yaitu anak sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin , khususnya anak Sungai Musi dan Batang Hari Leko.

3. Saluran sekunder, yaitu saluran yang berfungsi mengumpulkan dan meneruskan air luapan dari saluran tersier (dari permukiman penduduk) ke saluran primer (sungai alami).

4. Saluran tersier merupakan jaringan drainase yang terdapat pada kawasan permukiman penduduk serta fasilitas pendukungnya (fasilitas umum,sosial dan komersial).

a. Adapun arahan pengembangan sistem drainase di Kabupaten Musi Banyuasin , adalah sebagai berikut:

1. Drainase Primer, meliputi:

a) Penyusunan rencana induk system drainase wilayah Kabupaten, dan rencana penanganan system drainase pada kawasan tertentu yang rawan banjir;

b) Memantapkan saluran drainase primer dengan pembangunan saluran drainase yang memperhatikan kontur wilayah, dengan arah buangan mengikuti pola aliran Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko dan sungai lainnya

2. Drainase Sekunder berupa pembuatan saluran drainase sekunder tersendiri pada kawasan industri, perdagangan, perkantoran, dan pariwisata, yang terhubung ke saluran primer, sehingga tidak menganggu saluran drainase permukiman;

3. DrainaseTersier,meliputi:

a) Pembuatan saluran drainase tersier yang layak pada kawasan permukiman dan sepanjang sisi jalan;

b) Mengoptimalkan daya resap air ke dalam tanah untuk mengurangi beban saluran drainase dengan penghijauan dan kewajiban pembuatan sumur resapan pada kawasan-kawasan tertentu; dan

c) Koordinasi pengelolaan saluran drainase khususnya pada saluran drainase permanen di kawasan perkotaan, baik yang terbuka maupun tertutup.

Keberhasilan sistem drainase wilayah diindikasikan dengan tidak adanya peluang terjadinya genangan dan banjir sebagaimana disyaratkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

II- 39 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

pekerjaan umum khusus drainase, yaitu : tidak ada genangan banjir di kawasan perkotaan/permukiman yang lebih dari 10 Ha, atau tidak terjadi lagi genangan banjir, dan bila terjadi genangan, tinggi genangan rata rata kurang dari 30 cm dengan lama genangan kurang dari 2 jam, serta frekuensi kejadian banjir kurang dari 2 kali setahun

1) Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan (sesuai definisi SPM) pada area terbangun seperti tabel 2.17. di bawah ini:

Tabel 2.17 Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur*

Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab**

* Jenis Keterang an** (Ha) (M) (jam /hari) /tahun) (kali

1 Desa Toman 21,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 Curah Hjan Tinggi (Sungai Meluap) dan Air Hujan Pasang an Batu Bata Per-tahun banjir saat musim hujan 2 Kel. Babat 12,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

3 Desa Air Balui 13,5 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 4 Desa Nganti 4,1 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 5 Desa Jud II 4,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 6 Desa Jud I 1,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 7 Desa Ngulak III 4,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 8 Desa Ngunang 12,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 9 Kel. Ngulak I 11,8 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 10 Desa Ngulak II 6,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 11 Desa Terusan 2,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 12 Kel. Ngulak 1,8 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 13 Kel. Soak Baru 6,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 14 Kel. Balai Agung 13,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 15 Kel. Serasan Jaya 8,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 16 Kel. Kayuara 9,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 17 Desa Lumpatan 16,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 18 Desa Bailangu 21,2 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 19 Desa Bandar Jaya 26,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 20 Desa Lumpatan II 18,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 21 Desa Bailangu Timur 4,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 22 Desa Danau Cala 33,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 23 Desa Tanjung Agung

Utara 2,5 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

22 Desa Lais 20,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

25 Desa Teluk 22,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

26 Desa Epil 78,2 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

27 Desa Tanjung Agung

Selatan 7,0 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

389,4 Sumber : PUCK PR 2016

Keterangan :

*) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan.

**) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan

***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase.

2) Sistem dan Infrastruktur

Guna optimalisasi pengelolaan drainase perkotaan di Kabupaten Musi Banyuasin, hal ini perlu di dukung dengan prasarana dan sarana pengelolaan drainase perkotaan yang bisa dilihat di Tabel 2.18 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana drainase perkotaan seperti di bawah ini :

Tabel 2.18 Tabel Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten/Kota

No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Penam-pang Bentuk Saluran*

Dimensi Kondisi Frekuensi Pemeli-haraan

(kali/ tahun) B** H*** fungsi Ber- berfungTdk

si

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

Saluran

1 - S. Primer m Segi empat 1,2 1.50 - 1

- Saluran Sekunder A1

- Saluran Sekunder A2 m Segi empat 0.40 0.80 - 1

- Saluran Tersier A1 m Trapesium 0.40; 0,8 0.80 - 1

Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa - - - - - -

- Pintu Air unit - - - - - -

- Kolam retensi unit - - - - - -

- Trash rack/ saringan sampah unit - - - - -

- Bak kontrol unit Segi empat 0.80 0.80 - 1 2 - S. Primer B m - - - - - -

- Saluran Sekunder B1 m - - - - - -

. Bangunan Pelengkap - - - - - -

- Rumah Pompa unit - - - - - -

- Pintu Air unit - - - - - -

- Kolam retensi unit - - - - - -

- Trash rack/ saringan sampah unit - - - - - - Sumber :PU PR 2016

Keterangan:

*Bentuk penampang saluran: segi empat atau Trapesium **B:: lebar dasar saluran

II- 41 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Peta 2.7 Peta Lokasi genangan Kabupaten Musi Banyuasin

3) Kelembagaan dan Peraturan

Organisasi pengelola sektor Drainase di Kabupaten Musi Banyuasin adalah Dinas Cipta karya dan Pengairan. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas PUCK PR Kabupaten Musi Banyuasin mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin nomor ... tahun ... tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Musi Banyuasin . Fungsi Dinas PUCK PR yaitu:

1. Perumusan Kebijakan Teknis di bidang Bidang Cipta Karya dan Pengairan

2. Penyelenggaraan Urusan Bidang Keciptakaryaan serta Pelayanan Umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang kecipta Karyaan;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam pembangunan dan pengolahan drainase melaksanakan fungsi sebagai perencana, penyedia sarana, pengelola, pengatur dan pembina, serta pengawas kegiatan. Swasta mendapatkan peran dalam membersihkan dan memperbaiki saluran drainase lingkungan sedangkan masyarakat memiliki peran tidak hanya dalam membersihkan dan memperbaiki saluran drainase lingkungan, lebih dari itu masayarakat juga menyediakan atau membangun sarana drainase. Keterangan selengkapnya tercantum pada tabel 2.18 sebagai berikut.

Tabel 2.18

Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

PERENCANAAN

Menyusun target pengelolaan drainase

lingkungan skala kab/kota - -

Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target

- -

Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target

- -

PENGADAAN SARANA

Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan

-

PENGELOLAAN

II- 43 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

lingkungan

Memperbaiki saluran drainase

lingkungan yang rusak

Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB

- -

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun

- -

Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer

- -

Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan

- -

Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan

- -

MONITORING DAN EVALUASI

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota

- -

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan

- -

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan

- -

Tabel 2.19 Tabel Peta Peraturan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan Sumber : PUCK PR Peraturan Ketersediaan Pelaksanaan Keterang an Ada

(Sebutkan) Tidak Ada

Efektif Dilaksana kan Belum Efektif Dilaksana kan Tidak Efektif Dilaksana kan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini (RPJMD, RPIJM dan RTRW) - - - -

Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan drainase lingkungan

- - - - -

Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan - - - - -

Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder

- - - - -

Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan

II- 45 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

1.1. Area Berisiko Dan Permasalahan Mendesak Sanitasi

Area Berisiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi

Area beresiko sanitasi adalah daerah yang terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan, dan atau lingkungan, akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tujuan penetapan area beresiko adalah:

 Memetakan area-area yang memiliki resiko sanitasi.

 Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan dengan cakupan area desa per kecamatan.

Penetapan proporsi area beresiko sanitasi didasarkan pada 3 aspek yaitu, data sekunder, hasil dari Studi EHRA, dan Persepsi SKPD yang tertuang dalam intrumen profil sanitasi dengan rincian sebagai sebagai berikut:

a. Data Sekunder : 30%

Pengumpulan data sekunder yang dilakukan di Kabupaten Musi Banyuasin antara lain; Kepadatan penduduk (populasi, luas area) ; Cakupan pelayanan air minum, jumlah KK miskin ; Jumlah jamban ; Jumlah sampah terangkut ; Luas genangan ; % wilayah terbangun dll. b. Study EHRA : 40%

Data hasil studi EHRA dalam pengumpulan data penetapan area berisiko, yang meliputi:  Sumber Air yakni : Sumber air tercemar, Penggunaan sumber air tidak terlindungi,

Kelangkaan air

 Air Limbah Domestik yakni : Tangki septic suspek aman, Pencemaran karena pembuangan isi tanki septic, Pencemaran karena SPAL

 Persampahan yakni : Pengelolaan sampah, Frekuensi pengangkutan sampah, Ketepatan waktu pengangkutan sampah, Pengelolaan setempat

 Genangan Air yakni : Adanya genangan air

 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yakni : CTPS di 5 waktu penting, apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja, apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat, keberfungsian penggelontor, apakah ada sabun di dalam/dekat jamban, pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air, perilaku BABs

Persepsi SKPD terkait yang mengetahui kondisi eksisting di wilayah studi dan juga memberikan pertimbangan terkait dengan fungsi tata ruang (urban function) dimasa mendatang. SKPD ini memberikan skor yang telah disepakati bersama terhadap desa-desa di Kabupaten Musi Banyuasin.

Penentuan Area Beresiko

Penentuan area beresiko dilakukan dengan cara:

 Membandingkan seluruh hasil pemberian skor (data sekunder, EHRA, persepsi SKPD)

 Melakukan diskusi dan sepakati cara menetapkan skor akhir.

 Lakukan observasi lapangan untuk mengechek hasil kesepakatan

 Sepakati hasil akhir dengan cara tiap desa sampling yang mewakili kluster akan mempengaruhi terhadap area beresiko pada desa di kluster yang sama.

 Melakukan pemberian agreed score (skor kesepakatan bersama) terhadap desa-desa di Kabupaten Musi Banyuasin.

2.4.1 Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik

Hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air limbah domestic dengan menggabungkan hasil data sekunder, Indeks Resiko Sanitasi (EHRA), dan persepsi SKPD. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin untuk menentukan area beresiko air limbah domestic sebagai berikut :

Data Sekunder 30% Study EHRA 40% Persepsi SKPD 30%

Dari peta 2.7 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi dan tinggi sebagian besar berada di kecamatan Sekayu, Sanga Desa, Babat Toman dan Lais karena merupakan kawasan dengan kepadatan tinggi dan CBD.

II- 47 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Dalam dokumen BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI (Halaman 37-47)

Dokumen terkait