• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

II- 1 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah

Kondisi Geografis, Topografis Dan Geohidrologi Kabupaten Musi Banyuasin 2.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 14.265,96 km2 atau sekitar 15 persen dari luas Propinsi Sumatera Selatan, Secara geografis terletak pada posisi antara 1,3° sampai dengan 4° Lintang Selatan dan 103° sampai dengan 104° 45’ Bujur Timur.

Batas daerah ini adalah

 Sebelah Utara : Provinsi Jambi

 Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim

 Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin

 Sebelah Barat : Kabupaten Musi Rawas

Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah 14.265,96 km² atau sekitar 15 persen dari luas Provinsi Sumatera Selatan, terbagi atas 14 wilayah kecamatan dan 236 desa / kelurahan. Dari 14 kecamatan, Kecamatan Bayung Lencir memiliki luas terbesar yaitu 4.925 Km², sedang Kecamatan Lawang Wetan merupakan kecamatan yang terkecil dengan luas 232 Km² Secara geografis terletak pada posisi antara 1,3° sampai dengan 4° Lintang Selatan dan 103° sampai dengan 104° 45’ Bujur Timur.

2.1.2 Iklim

Kabupaten Musi Banyuasin mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curahhujan antara 87,83 – 391,6 mm sepanjang tahun 2010. Curah hujan paling banyak pada bulanJanuari. Hari hujan pada tahun 2010 menunjukkan variasi antara9,00 – 17,60 hari, dengan hari hujan paling banyak pada bulan Januari 2010.

2.1.3 Kondisi Hidrologi

Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah rawa dan sungai besar serta kecil seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Batanghari Leko dan lain-lain. Untuk aliran Sungai Musi

(2)

yang berada di bagian Timur dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Disamping itu daerah ini juga terdiri dari lebak dan danau-danau kecil.

kelestarian fungsi sumber daya air. Berdasarkan pada letak atau posisinya sumber daya air dibedakan menjadi air tanah dan air permukaan. Air permukaan terdiri dari sungai, danau, rawa-rawa dan perairan laut, sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kab. Musi Banyuasin beserta debit rata-rata hariannya adalah sebagai berikut :

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin

Nama DAS Sungai (KM) Panjang Luas DAS (Ha) (M3/dtk) Debit

Sungai Ibul ( Anak Sungai Musi ) 35 14.500 3,3

Sungai A. Calik ( Anak Sungai A.Banyuasin ) 57 96.400 28

Sungai Dawas ( Anak Sungai A. Calik ) 50 6.500 1,6

Sungai Supat ( Anak Sungai A. Calik ) 32 22.600 5,1

Sungai Keluang ( Anak Sungai A. Calik ) 19 9.400 2,1

Sungai Tungkal ( Anak Sungai A. Calik ) 82 149.500 33,6

Sungai Lalan ( Anak Sungai A.Banyuasin ) 243 830.300 196,8

Sungai Merang ( Anak Sungai Lalan ) 66 83.900 24,4

Sungai Bohar ( Anak Sungai Lalan ) 20 10.000 2,2

Sungai Medak ( Anak Sungai Lalan ) 72 108.300 25,7

Sungai Tungkal ( Anak Sungai Lalan ) 25 5.900 1,9

Sungai Serdang ( Anak Sungai Lalan ) 34 8.300 2,4

Sungai Meranti ( Anak Sungai Lalan ) 28 15.100 4,4

Sungai Kepahiang ( Anak Sungai Lalan ) 16 13.300 3,9

Sungai Mangsang ( Anak Sungai Lalan ) 18 7.400 1,8

Sungai Mendis ( Anak Sungai Lalan ) 19 3.900 0,9

Sungai Batang Hari Leko (Anak Sungai Musi) 176 374.600 103,9

Sungai Kapas (Anak S. Batang Hari Leko) 63 71.300 16,9

Sungai Meranti (Anak S. Batang Hari Leko) 38 26.400 8,8

Sungai Putat (Anak S. Batang Hari Leko) 38 20.100 8,6

Sungai A. Aur (Anak S. Batang Hari Leko) 19 12.700 5,4

Sungai Rampasan (Anak S. Batang Hari Leko) 19 11.600 4,9

Sungai Angit (Anak S. Batang Hari Leko) 13 5.300 2,3

Sungai Kukui (Anak S. Batang Hari Leko) 15 10.200 4,3

Sungai Lalang (Anak S. Batang Hari Leko) 25 21.900 5,2

Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Pengairan Kab. Musi Banyuasin

2.1.4 Kondisi Topografi

Pola topografi ini sedikit banyak mempengaruhi bentuk tata guna lahan yang ada, kondisi pola topografi di Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebagai berikut : di sebelah Timur Kecamatan Sungai Lilin, sebelah Barat Kecamatan Bayung Lencir kemudian di daerah pinggiran aliran Sungai

(3)

II- 3 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Musi sampai ke Kecamatan Babat Toman, tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Daerah lainnya merupakan dataran tinggi dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 20 sampai dengan 140 m di atas permukaan laut.

2.1.5 Jenis Tanah

Keadaan tanah di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari 4 jenis, yaitu :  Organosol : didataran rendah atau rawa-rawa.

 Klei Humus : penyebarannya lihat Organosol  Alluvial : di sepanjang sungai Musi.  Padzolik : di daerah berbukit-bukit.

2.1.6 Administrasi

Secara Administrasi Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari 14 Kecamatan dan 240 desa/kelurahan. Untuk melihat jumlah Desa/Kelurahan dan Luas wilayah di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin dapat di lihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

Nama Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) terhadap total

Administrasi (Ha) (%) terhadap Luas Administrasi Plakat Tinggi 15 24.700 1,73 598,50 2,42 Babat Toman 13 129.100 9,05 584,83 0,45

Batang Hari Leko 16 210.779 14,77 449,41 0,21

Sanga Desa 19 31.700 2,22 517,81 1,63 Sekayu 14 70.160 4,92 897,50 1,28 Lais 15 75.553 5,30 1.989,32 2,63 Sungai Keruh 22 62.900 4,41 953,75 1,52 Sungai Lilin 15 37.426 2,62 1.168,55 3,12 Keluang 14 40.057 2,81 728,43 1,82 Lalan 27 103.100 7,23 1.246,00 1,21 Bayung Lencir 23 484.700 33,98 1.779,18 0,37 Tungkal Jaya 16 82.119 5,76 987,26 1,20 awang Wetan 15 23.200 1,63 545,76 2,35 Babat Supat 16 51.102 3,58 677,75 1,33 TOTAL 240 1.426.596 100,0 13.124,05 21,55

(4)
(5)

II- 5 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

penduduk total Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2016 sebesar 629.320 jiwa dengan 91.462 jiwa di perkotaan dan 537.858 jiwa di pedesaan. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Sekayu dengan jumlah 83.358 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah di Kecamatan Batanghari Leko yaitu 23.239 jiwa. Kecamatan Bayung Lencir merupakan kecamatan terbesar kedua setelah Kecamatan Sekayu, ditinjau dari pertumbuhan ekonomi (perdagangan dan jasa) selain itu lokasi Kecamatan Sekayu yang strategis karena dilewati oleh jalan Arteri Primer Palembang – Lubuk Linggau yang mengakibatkan Kecamatan tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar. Sedangkan, Kecamatan Bayung Lencir yang berada di jalan Arteri Primer Palembang – Jambi, Sedangkan Kecamatan Batanghari Leko didominasi dengan guna lahan pertanian yang luas dengan luas lahan terbangun yang sedikit sehingga pertumbuhan penduduknya lebih sedikit.

Untuk memperkirakan jumlah penduduk hingga 5 tahun kedepan dibuat perhitungan Proyeksi Penduduk 5 Tahun berdasarkan trend penduduk 5 Tahun terakhir. Metode yang digunakan dalam Proyeksi ini adalah metode eksponensial dikarenakan memiliki simpangan kuadrat terkecil jika dibandingkan metode perhitungan lainnya.

Secara jelas mengenai jumlah penduduk dan proyeksi 5 tahun di Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat pada tabel 2.2

(6)

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksi 5 tahun

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang)

Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total

Tahun Tahun Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Babat Toman 9.078 9.241 9.406 9.575 9.920 10.281 22.862 23.270 23.690 24.114 24.982 25.891 31.940 32.511 33.096 33.689 34.902 36.171 Babat Supat - - - 36.656 37.314 37.984 38.666 40.067 41.518 36.656 37.314 37.984 38.666 40.067 41.518 Batanghari Leko - - - 23.434 23.782 24.184 24.593 25.430 26.349 23.434 23.782 24.184 24.593 25.430 26.349 Bayung Lencir 9.566 9.839 10.119 10.407 11.009 11.645 75.288 77.432 79.637 81.905 86.637 91.642 84.854 87.271 89.757 92.313 97.646 103.287 Keluang 4.115 4.165 4.216 4.268 4.373 4.481 26.359 26.682 27.009 27.340 28.014 28.704 30.474 30.847 31.225 31.608 32.387 33.185 Lais - - - 56.629 57.420 58.222 59.035 60.696 62.404 56.629 57.420 58.222 59.035 60.696 62.404 Lalan - - - 40.909 41.483 42.065 42.655 43.861 45.100 40.909 41.483 42.065 42.655 43.861 45.100 Lawang Wetan - - - 25.432 25.696 25.963 26.232 26.779 27.337 25.432 25.696 25.963 26.232 26.779 27.337 Plakat Tinggi - - - 28.573 29.927 31.347 32.833 36.021 39.518 28.573 29.927 31.347 32.833 36.021 39.518 Sanga Desa 5.546 5.638 5.731 5.826 6.021 6.222 27.529 27.984 28.448 28.919 29.885 30.883 33.075 33.623 34.179 34.745 35.906 37.105 Sekayu 47.572 48.069 48.570 49.078 50.108 51.159 36.052 36.429 36.809 37.193 37.974 38.771 83.624 84.497 85.379 86.271 88.081 89.930 Sungai Keruh - - - 44.264 44.909 45.563 46.226 47.582 48.978 44.264 44.909 45.563 46.226 47.582 48.978 Sungai Lilin 15.171 15.504 15.845 16.193 16.912 17.662 44.926 45.913 46.921 47.951 50.080 52.304 60.097 61.417 62.765 64.144 66.992 69.966 Tungkal Jaya - - - 44.331 45.027 45.733 46.451 47.920 49.435 44.331 45.027 45.733 46.451 47.920 49.435 JUMLAH 91.049 92.456 93.889 95.347 98.342 101.450 533.245 543.269 553.574 564.114 585.927 608.833 624.293 635.725 647.462 659.461 684.269 710.283

(7)

II- 7 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Tabel 2.3. Jumlah Kepala Keluarga saat ini dan proyeksi 5 tahun

Nama Kecamatan

Jumlah KK

Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total

Tahun Tahun Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Babat Toman 2.269 2.310 2.352 2.394 2.480 2.570 5.716 5.818 5.922 6.029 6.246 6.473 7.985 8.128 8.274 8.422 8.726 9.043 Babat Supat - - - 9.164 9.329 9.496 9.666 10.017 10.379 9.164 9.329 9.496 9.666 10.017 10.379 Batanghari Leko - - - 5.858 5.946 6.046 6.148 6.358 6.587 5.858 5.946 6.046 6.148 6.358 6.587 Bayung Lencir 2.392 2.460 2.530 2.602 2.752 2.911 18.822 19.358 19.909 20.476 21.659 22.911 21.214 21.818 22.439 23.078 24.411 25.822 Keluang 1.029 1.041 1.054 1.067 1.093 1.120 6.590 6.671 6.752 6.835 7.003 7.176 7.619 7.712 7.806 7.902 8.097 8.296 Lais - - - 14.157 14.355 14.555 14.759 15.174 15.601 14.157 14.355 14.555 14.759 15.174 15.601 Lalan - - - 10.227 10.371 10.516 10.664 10.965 11.275 10.227 10.371 10.516 10.664 10.965 11.275 Lawang Wetan - - - 6.358 6.424 6.491 6.558 6.695 6.834 6.358 6.424 6.491 6.558 6.695 6.834 Plakat Tinggi - - - 7.143 7.482 7.837 8.208 9.005 9.880 7.143 7.482 7.837 8.208 9.005 9.880 Sanga Desa 1.387 1.410 1.433 1.457 1.505 1.555 6.882 6.996 7.112 7.230 7.471 7.721 8.269 8.406 8.545 8.686 8.976 9.276 Sekayu 11.893 12.017 12.143 12.269 12.527 12.790 9.013 9.107 9.202 9.298 9.493 9.693 20.906 21.124 21.345 21.568 22.020 22.483 Sungai Keruh - - - 11.066 11.227 11.391 11.557 11.896 12.244 11.066 11.227 11.391 11.557 11.896 12.244 Sungai Lilin 3.793 3.876 3.961 4.048 4.228 4.416 11.232 11.478 11.730 11.988 12.520 13.076 15.024 15.354 15.691 16.036 16.748 17.492 Tungkal Jaya - - - 11.083 11.257 11.433 11.613 11.980 12.359 11.083 11.257 11.433 11.613 11.980 12.359 Jumlah 22.762 23.114 23.472 23.837 24.585 25.362 133.311 135.817 138.393 141.028 146.482 152.208 156.073 158.931 161.866 164.865 171.067 177.571 Sumber : Instrumen Profil Sanitasi dan diolah oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

(8)

Kepadatan penduduk Kabupaten Musi Banyuasin rata-rata adalah 107 jiwa/ha dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten 1,764 % per tahun. Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Sungai Lilin, dengan kepadatan populasi 172 jiwa/ha. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Batanghari Leko yaitu sekitar 12 jiwa/ha.. Untuk lebih lengkapnya mengenai tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat dalam table 2.5 berikut :

Tabel 2.4. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan saat ini dan proyeksi 5 tahun

Nama Kecamatan

Tingkat Pertumbuhan Penduduk (%) Kepadatan Penduduk (orang/Ha)

Tahun Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021 BABAT TOMAN 1,79 1,79 1,79 1,79 1,79 1,79 24 24 25 25 26 26

BABAT SUPAT 1,79 1,79 1,79 1,79 1,79 1,79 69 70 72 73 74 76

BATANG HARI LEKO 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 1,69 11 11 11 11 11 12

BAYUNG LENCIR 2,85 2,85 2,85 2,85 2,85 2,85 17 17 18 18 19 19 KELUANG 1,22 1,22 1,22 1,22 1,22 1,22 75 76 77 78 79 80 LAIS 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 73 74 75 76 77 78 LALAN 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 1,40 42 42 43 44 44 45 LAWANG WETAN 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 107 108 109 111 112 113 PLAKAT TINGGI 4,74 4,74 4,74 4,74 4,74 4,74 109 114 120 125 131 137 SANGADESA 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66 1,66 101 102 104 106 108 109 SEKAYU 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 1,04 116 118 119 120 121 123 SUNGAI KERUH 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46 68 69 70 71 72 74 SUNGAI LILIN 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 2,20 155 158 161 165 169 172 TUNGKAL JAYA 1,57 1,57 1,57 1,57 1,57 1,57 52 53 54 55 56 57 Sumber : Muba Dalam Angka 2015 dan Analisa Pokja Sanitasi Kab. Muba

Keluarga miskin yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2015 sebanyak 54.766 KK yang tersebar di tiap kecamatan. Parameter keluarga miskin ini ditinjau dari faktor ekonomi yaitu mata pencaharian keluarga, pendapatan keluarga, dan tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga yang tercantum dalam pra keluarga sejahtera dan sejahtera 1 (satu) serta 2 (dua). Kecamatan dengan keluarga miskin terbanyak adalah Kecamatan Lais yaitu sebanyak 8.249 KK, sedangkan kecamatan dengan keluarga miskin terkecil adalah Kecamatan Batanghari Leko yaitu sebanyak 1.493 KK. Adapun jumlah keluarga miskin tiap kecamatan Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut :

(9)

II- 9 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan

NO NAMA KECAMATAN JUMLAH KK MISKIN JUMLAH PENDUDUK MISKIN

1 PLAKAT TINGGI 2.394 8.208

2 BABAT TOMAN 2.638 9.853

3 BATANG HARI LEKO 1.493 5.364

4 SANGADESA 3.349 13.215 5 SEKAYU 6.701 26.183 6 LAIS 8.249 29.652 7 SUNGAI KERUH 3.815 13.881 8 SUNGAI LILIN 5.293 17.574 9 KELUANG 2.586 8.337 10 LALAN 4.984 17.367 11 BAYUNG LENCIR 5.240 18.200 12 TUNGKAL JAYA 3.335 12.140 13 LAWANG WETAN 1.976 7.581 14 BABAT SUPAT 2.713 9.809 JUMLAH 54.766 197.364

Sumber : Data BPS Tahun 2015

2.4. Tata Ruang Wilayah

2.4.1.Rencana Pusat Layanan Kabupaten/Kota

Dasar pertimbangan penetapan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin Seperti yang telah dilakukan pada analisis, meliputi : Berdasarkan rencana struktur tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan, Kebijakansanaan Spasial (Perwilayahan) Kabupaten Musi Banyuasin, dan hasil analisis mengenai analisis sistem kota-kota, aksessibilitas, dan analisis hubungan antar wilayah.

Rencana pengembangan sistem Perkotaan di Kabupaten Musi Banyuasin disusun Dengan mempertimbangkan kepada:

1. Kebijakan sistem perkotaan dalam RTRW Nasional;

2. Hasil-hasil analisis yang menggambarkan sistem kota-kota saat ini dan evaluasi persoalan yang diakibatkannya;

3. Rumusan sistem perkotaan yang dikemukakan dalam RTRW masing-masing kabupaten/kota; 4. Optimasi sistem kota-kota untuk mewujudkan sistem perkotaan yang hirarkis dan seimbang.

(10)

1 Sekayu PKW Pusat pemerintahan kabupaten Musi banyuasin Pusat Perdagangan dan jasa Pusat pendidikan

Pusat pelayanan Kesehatan Pusat pelayanan transportasi darat Pusat pengembagan pariwisata Permukiman Perkotaan

Kawasan hutan produksi konversi

2 Sungai Lilin PKL Pemerintahan dan pelayanan sosial skala kecamatan dan sub wilayah Pelayanan pendidikan dasar, menegah dan tinggi

Pusat perdagangan dan jasa sub wilayah Zona industri

Pertanian lahan basah Permukiman perkotaan Transportasi skala wilayah

Kawasan suaka alam dan hutan wisata

3 Bayung Lencir PKL Pemerintahan dan pelayanan sosial skala kecamatan dan sub wilayah Pelayanan pendidikan dasar, menegah dan tinggi

Pusat perdagangan dan jasa sub wilayah Pertanian lahan basah

Perikanan darat Peternakan perkebunan

Permukiman perkotaanl Kawasan lindung bawahannya

Kawasan suaka alam dan hutan wisata

4 Babat Toman PKLp Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan dan sub wilayah Pelayanan pendidikan dasar sampai atas

Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

Perkebunan

Permukiman perkotaan

5 Plakat Tinggi PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan Pelayanan pendidikan dasar sampai atas Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

Perkebunan

6 Lalan PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan Pelayanan pendidikan dasar sampai atas Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

Perkebunan

7 Lais PPK Pemerintah dan pelayanan sosial sekala lokal Perkebunan

Tanaman pangan lahan basah,lahan kering dan hortikultura

Peternakan

Kawsan hutan produksi tetap Permukiman perdesaan Pusat distribusi energy listrik

(11)

II- 11 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

8 Sanga Desa PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala kecamatan Perkebunan Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

kawasan hutan produksi konversi permukiman perdesaan

9 Sungai Keruh PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala kecamatan Pendidikan dasar sampai menegah Tanaman pangan lahan kering

Peternakan

Kawasan hutan produksi tetap

10 Batanghari Leko PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala kecamatan Perkebunan Pertanian lahan basah dan lahan kering

Kawasan lindung daerah bawahannya Permukiman perdesaan

Kawasan suaka alam dan hutan wisata

Kawasan hutan produksi tetap,terbatas dan konversi 11 Keluang PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala lokal Pusat pertanian lahan basah dan lahan kering

Diistribusi barang dan jasa skala lokal Perdagangan skala lokal

Transportasi skala sub wilayah Pengembangan pertambangan Migas Kawasan suaka alam dan hutan wisata

12 Lawang Wetan PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan Pelayanan pendidikan dasar sampai atas Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

Perkebunan

13 Tungkal Jaya PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan Pelayanan pendidikan dasar sampai atas Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

Perkebunan

14 Babat Supat PPK Pemerintahan dan pelayanan sosial skala Kecamatan Pelayanan pendidikan dasar sampai atas Perdagangan dan jasa skala lokal

Pertanian lahan basah,lahan kering dan hortikultura Peternakan

(12)

Berdasarkan RTRW Musi Banyuasin Tahun 2011-2031 kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dirumuskan sebagai berikut :

Kebijakan 1 : Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Kawasan pertambangan

yang berwawasan lingkungan Strategi :

a. Terwujudnya pemanfaatan dan pengelolaan Kawasan pertambangan yang berkelanjutan dan pemanfaatan energi non migas sebagai alternatif energi di masa yang akan datang. b. Meningkatkan peranan perusahaan pertambangan dalam pengelola sumber daya alam

untuk lebih berperan terhadap lingkungan disekitarnya terutama lingkungan masyarakat.

Kebijakan 2 : pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai

keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna dan terpadu. Adapun strategi pencapaian kebijakan I, meliputi :

Strategi :

a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis);

b. Mengembangkan sentra - sentra kegiatan, perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan; dan

c. Mengembangkan pusat perdagangan yang didukung kegiatan jasa dalam rangka meningkatkan nilai tambah ekonomi, daya saing dan memperkuat basis perekonomian wilayah.

Kebijakan 3 : peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi

pertanian. Adapun strategi pencapaian kebijakan II, meliputi : Strategi :

a. Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan ;

b. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat ; dan

c. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat.

(13)

II- 13 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Kebijakan 4 : pengembangan sistem perkotaan yang efisien, efektif, rasional serta terintegrasi.

Strategi :

a. Merevitalisasi dan meningkatkan fungsi pusat-pusat perkotaan untuk pelayanan kedalam dan keluar wilayah kabupaten; dan

b. Meningkatkan keterkaitan fungsi pusat-pusat kegiatan dengan kawasan belakangnya.

Kebijakan 5 : pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan

hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang. Strategi :

a. Membangun sistem jaringan prasarana dan sarana transportasi secara terpadu dengan tetap memperhatikan daya dukung wilayah ;

b. Mengembangkan dan membangun jaringan jalan untuk mendorong perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir Kabupaten Musi Banyuasin ; c. Mengembangkan dan membangun prasarana energi dan sistem jaringan distribusi untuk

meningkatkan kapasitas, jangkauan dan kualitas layanan energi listrik secara berkelanjutan ; d. Membangun sistem prasarana pengolahan air bersih dan sistem jaringan distribusi untuk

meningkatkan kapasitas sediaan, jangkauan, dan kualitas layanan air bersih secara berkelanjutan di kawasan perkotaan dan perdesaan;

e. membangun dan meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi (terestrial dan satelit) dikawasan perkotaan dan perdesaan untuk meningkatkan akses informasi bagi masyarakat

Kebijakan 6 : penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung,

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana, dan kawasan lindung lainya

Strategi :

a. Memantapkan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi ;

b. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan ;

c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati ; dan

d. penyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti longsor, banjir, dan kebakaran hutan.

(14)

A. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Musi Banyuasin disusun dengan mempertimbangkan kepada :

1. Kebijakan sistem perkotaan dalam RTRW Nasional;

2. Hasil-hasil analisis yang menggambarkan sistem kota-kota saat ini dan evaluasi persoalan yang diakibatkannya;

3. Rumusan sistem perkotaan yang dikemukakan dalam RTRW masing-masing kabupaten/kota;

4. Optimasi sistem kota-kota untuk mewujudkan sistem perkotaan yang hirarkis dan seimbang.

B. Sistem Kota-Kota Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin

Sistem kota-kota kabupaten merupakan gambaran kawasan perkotaan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan keadaan (linkage) pada saat ini dan rencana antar kota yang embentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan ominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

Dalam menetapkan hirarki pusat pelayanan di abupaten Musi Banyuasin selain telahdiuji dengan menggunakan metodaskalogram, dan juga melihat fungsi dan peran kota terhadapkawasan disekitarnya. Berdasarkan hasil analisismenggunakan metode alogram dan konseppengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, makarencana pengembangansistem pusat-pusat permukiman di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang merupakan kawasan kabupaten yang fungsinya melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Salah satu kawasan perkotaan di Kabupaten Musi Banyuasin yang termasuk kedalam PKW yaitu Kecamatan Sekayu.

2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kabupaten yang Fungsinya melayanikegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Terdapatnya dua Kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin yang ditetapkan sebagai PKL antara lain : Kecamatan Sungai Lilin, Kecamatan Bayung Lencir,

3. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang merupakan kawasan kabupaten yang berfungis melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, lokasi yang dijadikan PKLp

adalah Kecamatan Babat Toman

(15)

II- 15 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Terdapat 11 kecamatan di Kabupaten Musi banyuasin yang ditetapkan sebagai PKL antara lain Plakat Tinggi, Sungai Keruh, Lais, Sanga Desa, Lalan, Batanghari Leko, Lawang Wetan, Babat Supat, Tungkai Jaya, Bayung Lencir, Keluang.

(16)

Peta 2.2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Musi Banyuasin

(17)

II- 17 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Rencana pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan RTRW Kab. Musi Banyuasin tahun 2011-2031 adalah:

Pola ruang wilayah Kabupaten Musi Banyuasin dikembangkan dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Musi Banyuasin sebelumnya serta rencana-rencana lainnya yang terkait dengan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Pola Ruang di Kabupaten Musi Banyuasin secara garis besar diwujudkan dalam arahan pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup.

RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN A. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya. Untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan, penetapan kawasan lindung berpedoman kepada Keppres No. 32/1990 yang pengidentifikasiannya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain ketinggian, kemiringan/sudut lereng, keadaan hidrologi serta kawasan-kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan bahaya alamiah maupun kawasan-kawasan berupa cagar alam dan taman nasional.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi dan tinggi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya pertanian maupun perkotaan. Kriteria penetapan kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Kawasan lindung yang akan dimantapkan diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng

(18)

curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi. Selain itu juga dimaksudkan untuk melindungi kelestarian wilayah bawahannya berupa kawasan budidaya yang keberadaannya sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Kawasan tersebut adalah perkebunan rakyat dan lahan pertanian lahan basah/sawahirigasi. Di Kabupaten Musi Banyuasin yang terdapat 3 (tiga) jenis kawasan lindung, yaitu: (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, (2) Kawasan perlindungan setempat, dan (3) Kawasan rawan bencana alam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana pola ruang Kabupaten Musi Banyuasin.

KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASANBAWAHANNYA KAWASAN RESAPAN AIR

Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Dengan Indicator sebagai berikut :

Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai, yakni disebagian kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi dan sebagian lainnya merupakan ladang/tegalan, dan permukiman. Secara fisik kawasan ini memiliki karakteristik bentuk wilayah agak bergunung dan bergunung (lereng>40%), jenis tanah umumnya podsolik litik, dengan kemampuan meresapkan air cukup baik, dan curah hujan cukup tinggi>2000 mm/tahun. Fungsi ekologis kawasan ini perlu dilestarikan agar kemampuan untuk meresapkan air hujan dapat dijaga dan ditingkatkan. Untuk itu pemanfaatan lahan di kawasan ini perlu dilaksanakan dengan pengendalian ketat dengan mempertahankan tutupan lahan secara optimal.

(19)

II- 19 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Peta 2. 1 Rencana Pola Ruang Kabupaten Musi Banyuasin

(20)

2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK a. Air Limbah Domestik

Kondisi limbah cair rumah tangga/limbah domestik di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian sudah melalui proses pengolahan ada pula yang langsung di salurkan menuju sungai atau diresapkan ke dalam tanah. Pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar masih memanfaatkan sistim pengolahan konvensional yaitu menggunakan septic tank di masing-masing rumah tangga, namun demikian kondisi septic tank ini belum menjamin bahwa hasil pengolahan sudah memenuhi persyaratan.

Tabel 2.6. Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air Limbah Domestik

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012 – 2014 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini

(1) (2) (3) (4) 1. Pembuatan Dokumen Acuan pembangunan sarana/prasarana /pengawasan /perizinan dan pengelolaan air limbah

1. Tersusunnya 1 dokumen Masterplen tentang pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala permukiman pada akhir tahun 2017

Belum adanya

dokumen Masterplen tentang pengelolaan air limbah domestik

Belum adanya

dokumen Masterplen tentang pengelolaan air limbah domestik

2. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan Air Limbah 2. Tersedianya Regulasi - Regulasi Pengelolaan Air

Limbah Kab. Muba

Belum adanya - Regulasi

Pengelolaan Air Limbah Kab. Muba

Belum adanya - Regulasi

Pengelolaan dan Retribusi Air Limbah Kab. Muba

3. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat

Meningkatnya akses prasarana dan sarana air limbah sistem on site di perkotaan dan perdesaan dari 49,1 % menjadi 70% pada tahun 2017

Cakupan Layanan 49,1 % (data EHRA)

Cakupan Layanan 43,37% (Hasil

Perhitungan Instrumen Profil Sanitasi Kabupaten)

Sumber : Data dari SSK Muba 2012 dan dikaji olah pokja sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2016 Dari tabel 2.6 tersebut di atas terlihat bahwa banyak rencana kegiatan yang belum terlaksana terutama mengenai peraturan pengelolaan air limbah dan dokumen Masterplan

(21)

II- 21 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Pengelolaan air limbah, jumlah desa yang sudah ODF yang semula 3 Desa/kelurahan pada tahun 2012 menjadi 8 desa/kelurahan

b. Pengelolaan Persampahan

Komposisi sampah di Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan sumbernya terdiri dari sampah domestik dan sampah non domestik. Sampah domestik berasal dari perumahan sedangkan sampah non domestik yaitu berasal dari pasar, pertokoan/ perdagangan/jasa, industri, dan fasilitas kesehatan. Sistem pengumpulan sampah baik domestik maupun non domestik dilakukan dengan pola individual yaitu sistem pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut gerobak yang kemudian dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Implementasi SSK pada subsektor persampahan dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.8.

Tabel 2.7. Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Persampahan

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012 – 2016 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini

(1) (2) (3) (4) Pembuatan Dokumen Acuan pembangunan sarana/prasarana pengelolaan persampahan Tersusunnya 1 dokumen Masterplen tentang pengelolaan Persampahan kabupaten yang

terintegrasi di akhir tahun 2014

Belum adanya Masterplen tentang pengelolaan Persampahan

Belum adanya Masterplen tentang pengelolaan Persampahan Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan persampahan Tersusunnya Regulasi tentang pengelolaan persampahan pada tahun 2017

- Sudah ada Perda Retribusi

Persampahan

- Belum adanya Regulas tentang pengelolaan persampahan

Belum adanya Regulasi tentang pengelolaan persampahan

Meningkatkan sistem pelayanan persampahan yang berkelanjutan

Meningkatnya Sistem dan cakupan layanan pengelolaan persampahan di 4 Kota Kecamatan (CBD) : Sekayu, Babat Toman, Sungai Lilin dan Bayung Lencir dari 65 % (59.181 Jiwa) menjadi 85%

- Belum ada TPA

Sanutary Landfill - TPA Controll Landfil di Sudah dibangun : Sungai Medak

- Belum ada TPST-3R - Sudah dibangun 1 Unit TPST-3R di kelurahan Serasan Jaya, Kecamatan Sekayu

(22)

(77.390 Jiwa) - cakupan layanan persampahan di 4 Kota Kecamatan (CBD) : Sekayu, Babat Toman, Sungai Lilin dan Bayung Lencir dari 65% (studi EHRA 2012)

- cakupan layanan persampahan di 4 Kota Kecamatan (CBD) : Sekayu, Babat Toman, Sungai Lilin dan Bayung Lencir dari 75% (68.286 Jiwa) (data hasil perhitungan DKPPLJ)

Sumber : Data dari SSK Muba 2012 dan dikaji olah pokja sanitasi Kab. Musi Banyuasin Tahun 2016

Dari tabel 2.8 tersebut diatas dapat diketahui bahwa pelayanan persampahan diperkotaan pada tahun 2012 baru tertangani 65% dan pada tahun 2016 terlayani sampai dengan 75% terjadi peningkatan terhadap layanan persampahan mencapai 10% target pelayanan persampahan sebesar 85% pada tahun 2019

c. Drainase Perkotaan

Sistim drainase makro Kabupaten Musi Banyuasin pada umumnya memanfaatkan sungai sebagai saluran pembuang akhir. Di Kabupaten Musi Banyuasin dilalui oleh satu sungai besar yaitu Sungai Musi, Cakupan pelayanan sistem drainase di Kabupaten Musi Banyuasin meliputi saluran drainase primer, saluran sekunder dan saluran tersier.

Saluran sekunder berfungsi untuk menampung beberapa saluran pembuang tersier serta daerah sekitarnya dimana air hujan dialirkan ke saluran Primer /sungai.

Tabel 2.8. Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Drainase Perkotaan

SSK (periode sebelumnya) Tahun 2012 – 2014 SSK (saat ini)

Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini

(1) (2) (3) (4) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peraturan perundang-undangan mengenai drainase. Tersedianya Regulasi tentang pengelolaan drainase pada tahun 2017

Regulasi tentang pengelolaan drainase belum ada

Regulasi tentang

pengelolaan drainase belum ada

Tersedianyan sarana dan prasarana drainase lingkungan

Meningkatnya cakupan

layanan sarana

penanganan sistim jaringan drainase dari 50 Titik genangan menjadi 25

(23)

II- 23 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun 2015

1. Belum mempunyai dokumen perencanaan drainase (master-plan, Outline plan dan DED Drainase)

1. Sudah ada Outline plan drainase perkotaan 2. Sedang dilakukan

penyusunan DED Drainase Kota Sekayu Pengembangan dan

peningkatan Sistem informasi Drainase

Tersedianya database/ sistem informasi drainase skala kabupaten

Belum tersedia data base

sistem informasi drainase Belum tersedia data base sistem informasi drainase

Sumber : Data dari SSK Muba 2012 dan dikaji olah pokja sanitasi Kab. Musi Banyuasin Tahun 2016

Dari tabel 2.9. tersebut diatas dapat terlihat bahwa belum tercapainya Target pembuatan peraturan daerah (PERDA) tentang pengelolaan drainase dan penyusunan dokumen perencanaan drainase belum sepenuhnya terpenuhi yaitu belum disusunnya Masterplan drainase perkotaan pada tahun hingga akhir tahun 2016.

2.3 Profil Sanitasi Saat Ini a. Air Limbah Domestik

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas yang pertama black water yaitu air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari tinja manusia, urine, air pembersih, air pengelontor dan kertas pembersih dan yang kedua grey water yaitu air limbah domestik yang berasal dari air cucian dapur dan cucian pakaian. Pengolahan air limbah domestik dengan On-site System banyak dijumpai di Perkotaan Kabupaten Musi Banyuasin Adapun teknologi atau pengolahan yang dipakai pada On-site system ini adalah jamban yang biasanya dibangun di masing-masing rumah atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara bersama atau kolektif untuk beberapa rumah tangga. Penyediaan jamban ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi dan ketersediaan lahan.

Tingkat ekonomi penduduk sedang dan tinggi mampu untuk membuat toilet yang memenuhi syarat di rumah masing-masing, sedangkan untuk masyarakat dengan penghasilan sedikit/rendah biasanya tidak bisa membuat jamban sendiri tetapi mereka mendapatkan fasilitas berupa jamban secara kolektif. Pada kenyataannya sampai saat ini masih sering dijumpai masyarakat ekonomi lemah yang memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi dan buang air besar atau pekarangan belakang rumah. Hal ini yang masih dijumpai pada masyarakat di pedesaan Kabupaten Musi Banyuasin

(24)

Oleh karena itu Pemerintah Daerah melalui dinas terkait telah membangun sarana sanitasi umum MCK sejak tahun 2009 dan melaksanakan program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) sejak tahun 2012. Pembangunan sanitasi MCK ++ dari program SLBM pada tahun 2012 terdapat di Desa Ulak Paceh Kec. Lawang Wetan, Desa Trimulya Agung Kec. Lalan, Desa Karang Sari Kec. Lalan, Desa Banjar Jaya Kec. Tungkal Jaya, Desa Sinar Harapan Kec. Tungkal Jaya, Desa Pangkalan Bulian, Kec. Batang Hari Leko dan Kec Tungkal Jaya dan Desa Bukit Sejahtera Kec. Batang Hari Leko Cakupan pelayanan 70 KK sampai dengan 85 KK.

(1) Sistem dan Infrastruktur

Sistem sanitasi pada sektor Air Limbah Domestik dijabarkan dalam bentuk diagram sistem sanitasi (DSS) yang memuat informasi mengenai infrastruktur pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Musi Banyuasin. Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah dapat dilihat pada tabel 2.9.

Tabel 2. 9 Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sarana pembuangan air limbah domestik di Kabupaten Musi Banyuasin meliputi cubluk/ jamban tidak aman, cubluk dengan septiktank, jamban bersama dan MCK komunal, MCK Komunal

(25)

II- 25 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin melalui Dinas PU Cipta Karya yang tersebar di beberapa desa.

Secara jelas mengenai, cakupan layanan air limbah di Kabupaten Musi Banyuasin , dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9. Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Musi Banyuasin

Sumber : Instrumen Profil Sanitasi Tahun 2016

* Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb.

** Belum Aman: jamban tidak dilengkapi tangki septik sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali. Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/Ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m. *** MCK : termasuk jamban bersama layak & MCK Komunal.

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar telah berfungsi dengan baik dan digunakan secara maksimal oleh warga. Untuk pemeliharaan sarana prasarana air limbah domestic seperti MCK Komunal, biasanya dilakukan sendiri oleh warga dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Di Kabupaten Musi Banyuasin sudah dibangun IPLT yang lokasinya berdampingan dengan TPA Sungai Medak di Kecamatan Sekayu, untuk Lebih jelasnya mengenai kondisi prasarana dan sarana air limbah domestic di Kabupaten Musi Banyuasin dapat dilihat pada tabel 2.11.

(26)

Tabel 2.11. Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

No Jenis Satuan

Jumlah/ Kondisi

Keterangan Kapasitas Berfungsi berfungsi Tdk

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite)

1 Tangki septik komunal < 10 KK unit 12 12 0

2 MCK unit 10 10 0

3 Truk Tinja unit 1 1 0

4 IPLT : Kapasitas M³/hari 6 √

SPAL Terpusat (Sistem Offsite)

1 Tangki septik komunal > 10 KK unit 0 Belum ada

2 IPAL Komunal unit 0 Belum ada

3 IPAL Kawasan unit 0 Belum ada

4 IPAL Kota unit 0 Belum ada

Keterangan :

IPLT : Intalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL : Intalasi Pengolahan Air Limbah

(27)

II- 27 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

(28)

(2) Kelembagaan dan Peraturan

Di Kabupaten Musi Banyuasin pengelolaan dan pengembangan bidang-bidang prasarana dan sarana permukiman dilakukan oleh tiap-tiap dinas dalam bertindak sebagai pengelola, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola. Sebagai pengatur, Dinas-dinas tersebut bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan dalam tata pengelolaan dan pembangunan prasarana dan sarana permukiman. Sebagai pengawas, fungsi instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sanksi bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Fungsi sebagai pembina pengelolaan pada instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah melakukan peningkatan kemampuan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan pelayanan pengelolaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin.

Dalam manajamen pegelolaan dan pengembangan prasarana dan sarana wilayah yang dioperasionalkan, tiap-tiap instansi pemeritahanan tersebut juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam penyediaan pembiayaan pengelolaan prasarana dan sarana wilayah yang didapatkan dari sumber-sumber pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan.

Instansi yang terkait dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten Musi Banyuasin adalah Seksi Drainase, Bidang Cipta Karya pada Dinas Pekerjaan Umum; Seksi Penyehatan Lingkungan dan makanan minuman pada Dinas Kesehatan. Seksi Penampungan Sampah Pengolahan Tinja dan Lumpur pada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemeliharaan Lampu Jalan Sedangkan peraturan terkait air limbah di Kabupaten Musi Banyuasin belum mempunyai peraturan air limbah.

Gambar 2.2. Gambar Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemeliharaan Lampu Jalan

(29)

II- 29 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Pemerintah Kabupaten memegang fungsi perencanaan untuk seluruh wilayah kabupaten. Sedangkan Masayarakat memiliki peran dalam fungsi pengadaaan sarana, yakni menyediakan sarana pembuangan air limbah domestik dan membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (tangki septik). Sedangkan sarana pengangkutan dari tangki septik atau penyediaan truk tinja, dilaksanakan pihak Pemkab dan swasta. Untuk pembangunan SPAL dan pembangunan sarana IPLT atau IPAL merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Pada tahap berikutnya yakni fungsi Pengelolaan, Pengaturan dan Pembinaan, serta Monitoring dan Evaluasi merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Untuk lebih detilnya, data tersaji pada tabel 2.12 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Tabel 2.12 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

PERENCANAAN -

 Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota  - -  Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka

pencapaian target  - -

 Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam

rangka pencapaian target  - -

PENGADAAN SARANA

 Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic -   Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki

Septik) - - 

 Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT

(truk tinja)   -

 Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber

ke IPAL (pipa kolektor)  - -

 Membangun sarana IPLT dan atau IPAL  - -

PENGELOLAAN

 Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja  - -

 Mengelola IPLT dan atau IPAL  - -

 Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja  - -  Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan

atau penyedotan air limbah domestic  - -

 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam

pengurusan IMB 

- -

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

(30)

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat

(pengangkutan, personil, peralatan, dll)

 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal

pengelolaan air limbah domestic  - -

 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air

limbah domestik  - -

MONITORING DAN EVALUASI

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target

pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota  - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas

infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik  - -  Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas

layanan air limbah domestic, dan atau menampung serta

mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik 

- -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air

limbah domestik  - -

Tabel 2.13

Tabel Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Musi Banyuasin

Peraturan Ketersediaan Pelaksanaan Ket Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan AIR LIMBAH DOMESTIK

 Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kab/Kota ini

-

 - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik

-

 - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan

masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik

-

 - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah

-

 - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi industry rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha

-

(31)

II- 31 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

 Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha

-

 - - - -

 Kewajiban penyedotan air limbah domestic untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik

-

 - - - -

 Retribusi penyedotan air

limbah domestik -  - - -

 Tatacara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestic bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran

- - - - -

Keterangan : di Kabupaten Musi Banyuasin belum ada Perda tentang air limbah.

b. Persampahan

Pelayanan pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemeliharaan Lampu Jalan (DKPPLJ) Kabupaten Musi Banyuasin meliputi pengumpulan sampah dari fasilitas umum, pengangkutan sampah dari TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), dan pengelolaan TPA. Pengumpulan sampah dari sumber sampah ke TPS dilakukan oleh perorangan atau petugas kebersihan RT/ RW. Pola operasional penanganan sampah di Kabupaten Musi Banyuasin masih bertumpu pada penanganan sampah dari sumber sampai di TPA. Penerapan pengurangan sampah masih belum berjalan optimal. Sampah yang masuk ke TPA setiap harinya sebanyak 86 m3 pada tahun 2015.

Tahapan operasional penanganan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir di TPA. Secara umum kondisi eksisting penanganan persampahan di Kabupaten Musi Banyuasin diuraikan di bawah ini.

Penanganan dan Pengurangan Sampah di Sumber

Penanganan sampah di sumber meliputi kegiatan pemilahan, pewadahan, dan pengolahan. Saat ini kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dari sumbernya masih rendah. Sebagian besar pewadahan sampah yang dilakukan masyarakat saat ini masih dijadikan satu.

(32)

Pengurangan sampah di sumber belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Beberapa daerah di Musi Banyuasin telah melakukan kegiatan pengurangan sampah melalui adanya bank sampah dan Tempat Penampungan Sementara Reduce, Reuse, Recycle (TPS-3R).

Wadah sampah yang ada di sumber sampah, terutama di rumah tangga disediakan oleh setiap penghasil sampah sendiri, sedangkan wadah komunal dan wadah sampah untuk pejalan kaki disediakan oleh BLH Musi Banyuasin .

Pengumpulan Sampah dan Penyapuan

Teknik pengumpulan sampah dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengumpulan secara langsung dilakukan oleh penghasil sampah dibawa ke TPS. Pengumpulan secara tidak langsung dilakukan oleh masing-masing penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal. Petugas kebersihan/pengumpul kemudian mengambil sampah dari tempat-tempat pengumpulan komunal tersebut dan dibawa ke TPS atau depo yang selanjutnya dipindahkan ke kontainer/dump truck dan diangkut ke TPA.

Kegiatan pengumpulan sampah dari kegiatan pembersihan/penyapuan jalan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota, saluran dan lain-lain dilakukan oleh regu penyapuan jalan.

Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah dilakukan untuk mengangkut sampah dari TPS atau depo menuju TPA. Kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA berupa dump truck dan armroll truck. Kedua tipe truk ini memiliki kemampuan membongkar muatan secara hidrolis, sehingga lebih efisien dan lebih cepat. Cara pengangkutan menggunakan sistem kontainer yang diganti yaitu dimulai dari pool; armroll truck membawa kontainer kosong (C0) menuju kontainer pertama (C1), menurunkan kontainer kosong dan mengambil kontainer penuh (C1) secara hidrolis untuk selanjutnya diangkut menuju TPA. Kontainer kosong (C1) yang dari TPA dibawa menuju landasan kontainer (TPS) ke dua, menurunkan kontainer (C1) kemudian mengambil kontainer penuh (C2) untuk dibawa ke TPA, selanjutnya menuju ke kontainer berikutnya demikian seterusnya. Setelah rit yang terakhir, kontainer terakhir (Cn) yang kosong dibawa kembali menuju ke garasi.

(33)

II- 33 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Pengelolaan TPA

Pada saat ini Kabupaten Musi Banyuasin memiliki satu TPA yang masih beroperasi yaitu TPA Sungai Medak yang beroperasi sejak tahun 2014 Metode penimbunan sampah di TPA Sungai Medak dilakukan dengan sistem Controlled Landfill dan memiliki 3 TPS yang lokasinya sangat jauh sehingga tidak memungkinkan untuk diangkut ke TPA Sungai Medak, untuk daerah pelayanan II (Kec. Babat Toman, Kec Sanga Desa, Lawang Wetan) pembuangan sampah dibawa ke TPS Babat Toman, untuk wilayah pelayanan III (Kec. Babat Supat, Kec. Sungai Lilin, Kec Tungkal Jaya dan Kec. Bayung Lencir) pembuangan sampah dibawa ke TPS Sungai, jarak ketiga TPA ini sangat berjauhan sehingga akan memerlukan biaya operasional yang sangat tinggi untuk dibawa ke TPA Sungai Medak. Luas TPA Sungai Medak tersebut 10 Ha sedangkan tiga TPA yang lain masing-masing memiliki lahan 1 ha.

Belum ada prosedur yang berlaku untuk mengatur tata cara pembuangan dan penimbunan sampah di TPA sehingga pembuangan dan penimbunan sampah belum tertata dengan baik.

Untuk pengelolaan persampahan, terdapat beberapa jenis aliran persampahan, dengan jumlah aliran persampahan yang teridentifikasi seperti yang tersaji pada Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan persampahan di gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4. Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan Persampahan domestik Diagram Sistem Sanitasi Persampahan

Produk Input (A)

User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir SUNGAI TEMPAT SAMPAH BANK SAMPAH TPS

(34)

Sumber : Hasil analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin 2016

Tabel 2.14 Timbulan sampah per kecamatan tahun 2015

Sumber : Musi Banyuasin Dalam Angka 2015 dan Analisa Pokja Sanitasi Musi Banyuasin

Dari Tabel 2.14 dapat diketahui bahwa pada user interface terdapat berbagai jenis, ada tempat sampah terpilah berupa tong bin, keranjang sampah yang berada di rumah tangga dan tempat sampah dari kegiatan penyapuan jalan serta taman ataupun fasilitas umum. Pengumpulan setempat yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin terdiri atas TPS (Tempat Penampungan Sementara), TPS-3R (Tempat Pemrosesan Sementara Reduce, Reuse, dan Recycle), Pengumpulan sampah dari sumber sampah ke TPS menggunakan gerobak ataupun kendaraan motor sampah roda tiga. Tidak semua desa/kecamatan mempunyai jumlah sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai sehingga masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti ke sungai, dibakar, ke tanah kosong dan ke pinggir jalan, hal ini dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara.

Untuk cakupan akses dan system persampahan kecamatan dijelaskan pada tabel 2.15. Dari tabel 2.15 dapat diketahui bahwa baru 5 kecamatan yang mendapat pelayanan yaitu Kecamatan Sekayu, Kecamatan Lais, kecamatan Sungai Lilin, kecamatan Bayung Lencir dan kecamatan Babat Toman.

(35)

II- 35 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Tabel 2.15. Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan

No Jenis Prasarana/ Sarana Sat u an Jumlah Kapas itas Ritasi /hari Kondisi Keterangan M3 Baik Rusak Ring

an

Rusak Berat

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

1 Pengumpulan setempat

- Gerobag Sampah Unit 121 1 3 121 - - DKPPLJ

- Motor Sampah Unit 33 1 3 33 - - DKPPLJ

- Pick up Sampah Unit 6 1 4 6 - - Operasional

DKPPLJ 2 Tempat Penampungan Sementara

(TPS)

- Bak Sampah (Beton/kayu/fiber) Unit 27 1 3 27 - - DKPPLJ

- Container Unit 18 4 1 18 - - DKPPLJ

- Transfer Stasiun Unit - - - DKPPLJ

- SPA (Stasiun Peralihan Antara) Unit - - - DKPPLJ

3 Pengangkutan

- Dump Truck Unit 29 4 2 29 - - DKPPLJ

- Arm Roll Truck Unit 3 3 4 3 - - DKPPLJ

- Compactor Truck Unit - - - DKPPLJ

4 Pengolahan Sampah

- TPS 3R Unit 1 8 1 √ - - DKPPLJ

- Bank Sampah Unit 2 - - √ - - DKPPLJ

5 TPA/TPA Regional Kontruksi : lahan urug terkendali

- Luas total TPA yang terpakai Ha 8 - - DKPPLJ

- Luas sel landfill Ha 6 - -

- Daya tampung TPA (M3/

hari) 124 - -

6 Alat Berat - -

- Bulldozer Unit 1 - - √ - DKPPLJ

- Excavator/backhoe Unit 1 - - √ - DKPPLJ

- Truck tanah Unit 1 4 1 - - DKPPLJ

7 IPL : Sistem Kolom /aerasi - - - - -

Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD) : - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet Mg/l - - - Hasil Pemerik saan Lab Tulis dibawah ini: ...

(36)

Gambar 2.8. Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan

(37)

II- 37 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

1) Kelembagaan dan Peraturan

Institusi yang berwenang dalam pengelolaan persampahan adalah Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemeliharaan Lampu Jalan (DKPPLJ), Sedangkan peraturan terkait pengelolaan persampahan Kabupaten Musi Banyuasin sudah mempunyai Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2009 tentang Retribusi Jasa Umum.

c. Drainase Perkotaan

Sistem drainase yang buruk masih dijumpai di beberapa kawasan permukiman, baik di perkotaan maupun di perdesaan, akibatnya masih terjadi kerawanan genangan di beberapa lokasi permukiman perkotaan dan di kawasan perdesaan uang secara topografi kurang menguntungkan bagi sistem drainase alamiah. Diperlukan pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan prioritas penanganan genangan dan banjir.

Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Jaringan drainase meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang bermuara di sungai..

Arahan penanganan drainase suatu wilayah dapat merujuk pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/KPTS/M/2010 tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum.

Kondisi eksisting sistem drainase di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar masih memiliki fungsi ganda (multi fungsi), yaitu selain fungsi pembuangan air hujan, pada umumnya juga dimanfaatkan untuk saluran pembuangan limbah cair rumah tangga, bahkan juga menjadi satu dengan saluran irigasi. Memperhatikan hal ini maka diperlukan koordinasi yang intensif dan keterpaduan dalam penanganan sistem drainase.

Rencana sistem jaringan drainase di Kabupaten Musi Banyuasin meliputi pengelolaan saluran drainase primer, sekunder dan tersier, dan arahan pengembangan sistem drainase sebagai berikut:

(38)

Rencana pengelolaan sistem drainase yang terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin , meliputi arahan:

1. Mengutamakan system gravitasi atau pola aliran alamiah

2. Saluran primer, yaitu anak sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin , khususnya anak Sungai Musi dan Batang Hari Leko.

3. Saluran sekunder, yaitu saluran yang berfungsi mengumpulkan dan meneruskan air luapan dari saluran tersier (dari permukiman penduduk) ke saluran primer (sungai alami).

4. Saluran tersier merupakan jaringan drainase yang terdapat pada kawasan permukiman penduduk serta fasilitas pendukungnya (fasilitas umum,sosial dan komersial).

a. Adapun arahan pengembangan sistem drainase di Kabupaten Musi Banyuasin , adalah sebagai berikut:

1. Drainase Primer, meliputi:

a) Penyusunan rencana induk system drainase wilayah Kabupaten, dan rencana penanganan system drainase pada kawasan tertentu yang rawan banjir;

b) Memantapkan saluran drainase primer dengan pembangunan saluran drainase yang memperhatikan kontur wilayah, dengan arah buangan mengikuti pola aliran Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko dan sungai lainnya

2. Drainase Sekunder berupa pembuatan saluran drainase sekunder tersendiri pada kawasan industri, perdagangan, perkantoran, dan pariwisata, yang terhubung ke saluran primer, sehingga tidak menganggu saluran drainase permukiman;

3. DrainaseTersier,meliputi:

a) Pembuatan saluran drainase tersier yang layak pada kawasan permukiman dan sepanjang sisi jalan;

b) Mengoptimalkan daya resap air ke dalam tanah untuk mengurangi beban saluran drainase dengan penghijauan dan kewajiban pembuatan sumur resapan pada kawasan-kawasan tertentu; dan

c) Koordinasi pengelolaan saluran drainase khususnya pada saluran drainase permanen di kawasan perkotaan, baik yang terbuka maupun tertutup.

Keberhasilan sistem drainase wilayah diindikasikan dengan tidak adanya peluang terjadinya genangan dan banjir sebagaimana disyaratkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang

(39)

II- 39 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

pekerjaan umum khusus drainase, yaitu : tidak ada genangan banjir di kawasan perkotaan/permukiman yang lebih dari 10 Ha, atau tidak terjadi lagi genangan banjir, dan bila terjadi genangan, tinggi genangan rata rata kurang dari 30 cm dengan lama genangan kurang dari 2 jam, serta frekuensi kejadian banjir kurang dari 2 kali setahun

1) Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan (sesuai definisi SPM) pada area terbangun seperti tabel 2.17. di bawah ini:

Tabel 2.17 Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan No Lokasi Genangan

Wilayah Genangan Infrastruktur*

Luas Ketinggian Lama Frekuensi Penyebab**

* Jenis Keterang an** (Ha) (M) (jam /hari) /tahun) (kali

1 Desa Toman 21,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 Curah Hjan Tinggi (Sungai Meluap) dan Air Hujan Pasang an Batu Bata Per-tahun banjir saat musim hujan 2 Kel. Babat 12,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

3 Desa Air Balui 13,5 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 4 Desa Nganti 4,1 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 5 Desa Jud II 4,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 6 Desa Jud I 1,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 7 Desa Ngulak III 4,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 8 Desa Ngunang 12,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 9 Kel. Ngulak I 11,8 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 10 Desa Ngulak II 6,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 11 Desa Terusan 2,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 12 Kel. Ngulak 1,8 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 13 Kel. Soak Baru 6,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 14 Kel. Balai Agung 13,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 15 Kel. Serasan Jaya 8,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 16 Kel. Kayuara 9,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 17 Desa Lumpatan 16,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 18 Desa Bailangu 21,2 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 19 Desa Bandar Jaya 26,7 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 20 Desa Lumpatan II 18,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 21 Desa Bailangu Timur 4,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 22 Desa Danau Cala 33,6 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4 23 Desa Tanjung Agung

Utara 2,5 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

22 Desa Lais 20,9 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

25 Desa Teluk 22,3 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

26 Desa Epil 78,2 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

27 Desa Tanjung Agung

Selatan 7,0 0,3 – 0,8 2 s.d 8 2 s.d 4

389,4 Sumber : PUCK PR 2016

(40)

Keterangan :

*) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan.

**) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan

***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase.

2) Sistem dan Infrastruktur

Guna optimalisasi pengelolaan drainase perkotaan di Kabupaten Musi Banyuasin, hal ini perlu di dukung dengan prasarana dan sarana pengelolaan drainase perkotaan yang bisa dilihat di Tabel 2.18 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana drainase perkotaan seperti di bawah ini :

Tabel 2.18 Tabel Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten/Kota

No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Penam-pang Bentuk Saluran*

Dimensi Kondisi Frekuensi Pemeli-haraan

(kali/ tahun) B** H*** fungsi Ber- berfungTdk

si

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

Saluran

1 - S. Primer m Segi empat 1,2 1.50 √ - 1

- Saluran Sekunder A1

- Saluran Sekunder A2 m Segi empat 0.40 0.80 √ - 1

- Saluran Tersier A1 m Trapesium 0.40; 0,8 0.80 √ - 1

Bangunan Pelengkap

- Rumah Pompa - - - -

- Pintu Air unit - - - -

- Kolam retensi unit - - - -

- Trash rack/ saringan

sampah unit - - - - -

- Bak kontrol unit Segi empat 0.80 0.80 √ - 1

2 - S. Primer B m - - - -

- Saluran Sekunder B1 m - - - -

. Bangunan Pelengkap - - - -

- Rumah Pompa unit - - - -

- Pintu Air unit - - - -

- Kolam retensi unit - - - -

- Trash rack/ saringan

sampah unit - - - -

Sumber :PU PR 2016 Keterangan:

*Bentuk penampang saluran: segi empat atau Trapesium **B:: lebar dasar saluran

(41)

II- 41 Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin

Peta 2.7 Peta Lokasi genangan Kabupaten Musi Banyuasin

Gambar

Tabel 2.1  Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Kelurahan
Tabel   2.2. Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksi 5 tahun
Tabel 2.3. Jumlah Kepala Keluarga saat ini dan proyeksi 5 tahun
Tabel 2.4. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan saat ini dan proyeksi 5 tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Director General of Insolvency’s GISELA ANAK MATHEW MATTIUS, Office, Malaysia Department of Assistant Director of Insolvency,.. Insolvency (MdI), 4th Floor, Malaysia

Pengembangan kompetensi inti industri daerah akan meningkatkan daya saing daerah akan meningkatkan daya saing industri daerah melalui implementasi peta panduan (roadmap) KIID

- Sebelum menyelesaikan masalah pada LKPD , peserta didik diminta untuk membaca buku paket atau sumber lainnya yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari

Alkaloid semu yaitu basa tumbuhan yang mengandung nitrogen heterosiklik, memiliki aktifitas dan tidak mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.. Alkaloid semu diturunkan

Distribusi nilai tingkat resiko waktu antar kelompok variabel memiliki kecenderungan yang sama seperti pada tingkat resiko biaya, yaitu secant pile memiliki resiko

Implikasi kedua pada penelitian ini yaitu mengenai alokasi sumber sampah menuju TPS dengan waktu tempuh maksimal yaitu 16 menit, dengan menggunakan waktu tempuh

Analisis dan Pembahasan 12 Total gas Gas yang diproduksi sampah terdegradasi cepat Gas yang diproduksi sampah terdegradasi lambat Produksi gas (ft 3 /tahun) Tahun. Sumber

Para ilmuwan tersebut memutuskan bahwa kriteria virus Influenza yang bersifat highly pathogenic terhadap unggas adalah virus yang menyebabkan mortalitas minimal