• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan penjabaran permasalahan yang dikaji, terdapat beberapa teori dan konsep yang terkandung didalamnya sebagai landasan atau acuan dalam proses pembahasan sebagai hasil penelitian. Selain itu, pada bab ini akan didahului pembahasan terkait dengan penelitian terdahulu atau literature review yang diperoleh dari jurnal, buku maupun hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai tata kelola pemerintah dalam pengelolaan sampah rumah tangga di kota Balikpapan.

A. Literature Review

Literature Review atau penelitian terdahulu nantinya akan menjadi salah satu acuan dalam penelitian dan penulisan didalam pembahasan. Manfaat dari adanya literatur review akan memperkaya teori yang digunakan serta memberikan pandangan terhadap permasalahan yang sama di daerah yang berbeda, dan juga memberikan gambaran penyempurna dari penelitian yang sudah ada dengan sentuhan atau konsep yang berbeda di dalam melakukan penelitian. Berikut merupakan penelitian terdahulu dari beberapa jurnal terkait dengan permasalahan yang diangkat yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.

(Hayat, H., & Zayadi, 2018) penelitian ini mendeskripsikan hasil penelitian terkait dengan masalah sampah yang tidak ada habisnya dalam kehidupan masyarakat.

Pengolahan sampah tangga dapat dilakukan dengan baik dan merupakan solusi alternatif yang membantu pemerintah dalam mengolah sampah.

(Setiawan & Warsa, 2018) Penelitian ini mendeskripsikan hasil penelitian terkait dengan penyediaan infrastruktur publik yang dilakukan melalui mekanisme Public Social Private Partnership (PSPP). PSPP secara prinsiptual menawarkan kesempatan kepada organisasi masyarakat untuk bertindak antara pemerintah dan swasta dalam penyediaan layanan publik.

(2)

21

(Marlina, 2020) penelitian ini mendeskripsikan sampah rumah tangga telah menjadi permasalahan nasional yang belum ada solusinya secara komprehensif.

Sampah plastik . Pemberdayaan masyarakat adalah solusi paling efektif dalam tata kelola sampah rumah tangga karena dengan masyarakat yang berdaya setiap rumah tangga dapat berpartisipasi menyelesaikan masalah sejak dini. Pemberdayaan terkait dengan etika, moral, kesadaran kebudayaan, motivasi dan visi lingkungan. Dengan adanya pemberdayaan secara kelembagaan dan teknis tatalaksana yang dapat mengerakan masyarakat melalui berbagai kebijakan di tingkat desa.

(Azaria Eda Pradana, 2020b) Penelitian ini mendeskripsikan dalam mekanisme kerjasama publik-swasta yang melibatkan pengelolaan limbah menjadi energy listrik di TPA Jatibarang, Semarang, dan untuk mengidentifikasi faktor penghambat menggunakan teori implementasi "5 kanan". Pada skema Public-Private Partnership (PPP) yang didasarkan pada prinsip-prinsip Public-Private Partnership, para pemangku kepentingan dapat memberikan dan mendapatkan manfaat pada saat yang sama jika mereka dapat saling menyelaraskan visi mereka dan menerapkan skema sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

(Puspha, Clara Taly, 2021) Penelitian ini mendeskripsikan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 mengamanatkan bahwa setiap daerah wajib melaksanakan inovasi daerah dalam bentuk tata kelola pemerintahan, pelayanan public dan urusan kewenangan lainnya. Dalam upaya pembangunan daerah adalah salah satu cara percepatannya ditunjukkan dengan inovasi daerah. Inovasi tata kelola pemerintahan digunakan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan, profesionalisme aparatur serta perluasan partisipasi publik.

(Herawaty Riogilang, 2021) Penelitian ini mendeskripsikan sampah adalah masalah global yang perlu penanganan semua pihak. Penanganan samoah di Kota Manado yang menjadi perhatian utama pemerintah dengan melakukan berbagai usaha penanggulangan dan pengelolaan sampah yang dihasilkan. Dimana pemerintah telah

(3)

22

berusaha namun masih banyak sampah yang ditemukan diberbagai tempat dan destinasi wisata di kota Manado. Saat ini sampah di kota Manado mencapai 400 ton per hari yang diangkut dan dibuang ke TPA Sumompo. Pengelolaan TPA Sumompo yang belum memadai dilihat dari banyaknya kendala yang terjadi di TPA Sumompo.

Perencanaan teknis yang diperlukan untuk pengelolaan sampah seperti peningkatan kinerja alat dan SDM-nya, dengan pemberdayaan masyarakat dan stakeholder yang menjadi fasilitator untuk memonitoring pelaksanaan pemilahan sampah metode 3R dengan pengoptimalisasi pelaksanaan bank sampah dan pembuatan kompos untuk meningkatkan profit masyarakat.

(Dwiyanto Munas, 2011) Penelitian ini mendeskripsikan model peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah perkotaan, khususnya sampah rumah-tangga. Dalam model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat ini adalah pendekatan pemberdayaan masyarakat (community empowering) melalui peningkatan partisipasi stakeholdersnya. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dengan prinsip 3R melalui kegiatan pemilahan sampah merupakan solusi praradigmatik, yaitu solusi dari paradigm cara mengelola sampah. Dari paradigma “membuang sampah” yang dalam prakteknya hanya memindahkan sampah, menjadi “mengelola sampah” dalam arti memilah untuk dimanfaatkan yang pada prakteknya dapat mereduksi secara signifikan timbulan sampah yang dibuang. Peran pengurus RT/RW sangat besar dalam membantu mewujudkan terlaksananya program dan menjembatani komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat.

(Sahra Abdul Masitho, 2021) Penelitian ini mendiskripsikan perananan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung pada tahun 2019 terdapat faktor penghambat. Peranan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung pada tahun 2019 yang diukur melalui keempat indikator, tiga indikator dapat dilaksanakam dengan baik meliputi equality (kesetaraan), consensus orientation (kesepakatan bersama), responsiveness (responsif)

(4)

23

dan participation (partisipasi) dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang dinyatakan masih kurang optimal.

B. Konsep Public Private Patnership 1. Pengertian Public Private Patnership

Public Private Partnership (PPP) merupakan konsep yang bertujuan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan perlunya kemitraan ini karena pemerintah memiliki keterbatasan baik dari segi sumber daya manusia dan keuangan serta aspek pendukung lainnya (Mulyani, 2017). Public-Private Partnership merupakan hasil perjalanan panjang dari paradigma dalam administrasi publik dengan fungsi melayani masyarakat. Pemerintah menerapkan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan aspek manajemen, untuk melaksanakan kegiatan administrasi publik (Setiawan & Warsa, 2018).

Konsep kemitraan antara pemerintah dan swasta tidak dapat dihindari sebagai bagian dari pemecahan masalah. Dengan demikian, kerjasama dalam bentuk kemitraan dianggap sebagai langkah yang signifikan bagi para pemangku kepentingan. Perubahan pemerintahan menjadi lebih terbuka, menghasilkan konsep kemitraan yang melibatkan sektor swasta dalam program pembangunan (Murtadho & Rozqin, 2018). Dalam definisi Public Private Patnership adalah suatu bentuk perjanjian atau kontrak antara sektor publik dan sektor privat yang terdiri dari beberapa ketentuan, yaitu: sektor privat yang menjalankan fungsi pemerintah dalam menentukan waktu atau masa tertentu, sektor privat bertanggung jawab terhadap resiko yang ditimbulkan dari penyelanggaraan fungsi, dan sektor privat juga menerima kompensasi atas penyelenggaraan fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara teori Public Private Patnership adalah keterkaitan suatu energi yang berkelanjutan (kontak kerjasama jangka panjang) dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan public, antara lain:

(5)

24

a. Pemerintah atau pemerintah daerah selaku regulator b. Perbankan atau konsorsium selaku penyandang dana

c. Pihak swasta / BUMN/BUMD selaku Special Purpose Company (SPC) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu proyek mulai dari Desain, Konstruksi, Pemeliharaan dan Operasional.

2. Landasan Hukum Pelaksanaan PPP Di Indonesia

Public Private Patnership unit atau badan yang bertugas secara aktif untuk memfasilitasi kerjasama pemerintah dan swasta saat ini adalah BAPPENAS, direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PKPS). Adapun peraturan-peraturan yang mendasari KPS dapat dilihat di Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha, yang memiliki definisi proyek kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam menyediakan infrastruktur adalah pemberian izin penguasaha antara menteri/kepala lembaga/kepala daerah dengan Badan Usaha.

3. Tujuan Public Private Partnership Tujuan pelaksanaan PPP adalah untuk :

a. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat.

b. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan melalui pengarahan dana swasta.

c. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan infrastruktur, serta.

d. Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima atau dalam hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna.

4. Bentuk-bentuk kontrak kerja sama, yaitu:

a. Service Contracts b. Management Contracts c. Affermage or Lease Contracts

(6)

25 d. Concessions

e. Buid-Operate-Transfer (BOT) and Similar

C. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 1. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu proses pengawasan kepada semua hal yang terkait dalam mengimplementasikan kebijakan untuk mencapai tujuan. Secara umum pengelolaan adalah aktivitas yang mengubah sesuatu hal untuk menjadi lebih baik yang bisa menghasilkan nilai tinggi dari sebelumnya. Pengelolaan merupakan proses merumuskan kebijakan dan tujuannyauntuk mengawasi segala sesuatu yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan (Salim & Salim, 2002: 534).

Pengelolaan menjadi salah satu bentuk kerjasama dengan individu-individu pribadi dan kelompok untuk mencapai sebuah tujuan organisasi institusi. Satu hal yang harus diingat bahwa pengelolaan berbeda dari kepimimpinan. Pengelolaan terjadi jika ada sebuah kolaborasi antara individu ataupun kelompok, oleh karena itu, seorang pemimpin dapat mencapai tujuan yang diinginkan tanpa perlu menjadi seorang manager yang efektif (Manullang,1990: 54). Pengelolaan pada umumnya sering dikaitkan dengan kegiatan dalam suatu organisasi yang ditunjukkan oleh seorang manager atau pemimpin dalam bentuk perencanaan, pengorganisasian, kepimpinan, dan pengawasan (Fattah, 2004: 1). Dari beberapa definisi yang dijabarkan sebelumnyaa, pengelolaan dapat diatikan sebagai merencanakan, mengatur, memimpin dan mengendalikan proses kerja organisasi di semua aspek untuk mencapai tujuan organisasi dengan tepat.

2. Pengertian Sampah

Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari, nyaris sebagaian atau bahkan seluruh aktivitas publik akan memproduksi barang atau bahan sisa yang

(7)

26

kita kenal dengan sampah. Meski demikian, eksistensi sampah pada kenyataannya masih dianggap remeh. Bahkan, jika dijelaskan dengan benar, sampah pada dasarnya lebih dari sekedar barang yang tidak terpakai.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengartikan sampah sebagai hal yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disukai atau dibuang dan berasal dari aktivitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Sedangkan, UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 1 menyebut bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau alam yang berbentuk padat (Law no. 18 on waste management, 2008). Kedua definisi sebelunya yang cenderung menggambarkan bahwa sampah merupakan barang yang tidak memiliki nilai maupun kegunaan dan juga hanya berbentuk padat dan bukan barang cair.

3. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pengelolaan merupakan sebuah aktivitas-aktivitas yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian penempatan, serta mengambil keputusan untuk menghasilkan suatu barang dan jasa yang lebih efektif dan efisien. (Sikula, 2011). Pengelolaan sampah dapat dikembangkan dengan prinsip 5R = 5M, yaitu Rethink atau merubah pola 26ndus tentang sampah bahwa jika sampah dikelola dengan secara baik maka akan menjadi sebuah sebuah sumberdaya, Reduce atau mengurangi pemakaian produk yang berpotensi menimbulkan sampah, Reuse atau menggunakan kembali barangbarang yang masih bisa digunakan, Recycle atau mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bernilai kereatif dan Replant atau menanam kembali/penghijauan.

Paradigma pengelolaan sampah menurut peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, yang dikenal dengan 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.

Paradigma pengelolaan sampah 3R merupakan paradigm baru yang menggantikan paradigma lama, paradigma pengelolaan sampah yang lama sebatas kumpulkan sampah, angkut, kemudian akan dibuang ke TPA.

(8)

27

Paradigma pengelolaan sampah 3R yang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduce (mengurangi), yaitu suatu upaya untuk mengurangi atau membatasi sampah melalui berbagai cara, seperti tidak menggunakan kantong plastic.

Dimana hal ini dapat dilakukan juga dengan mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai dengan tas jinjing yang dapat diginakan secara berulang kali.

b. Reuse (menggunakan kembali), yang dimana sampah dengan fungsi yang sama atau menggunakannya untuk fungsi yang lainnya.

c. Recycle (daur ulang), yaitu mendaur ulang kembali sampah agar sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali.

Penerapan sistem 3R dalam pengelolaan sampah yang menjadi solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan cara yang mudah dan murah. Setiap orang dapat menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah khususnya sampah rumah tangga.

Pengelolaan sampah bersasis masyarakat dengan pelaksanaan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang dapat digunakan kembali dengan fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti meminimalisir atau mengurangi barang atau material serta dapat menimbulkan sampah. Recycle berarti mendaur ulang barang atau benda yang sudah tidak terpakai menjadi sesuatu yang berguna atau barang baru yang bermanfaat. Serta EPR (Extended Production Responsibility) yang berarti konsep yang didesain untuk mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan kedalam proses produksi suatu barang sampai produk ini tidak dapat dipakai lagi, sehingga biaya lingkungan menjadi komponen harga pasar produk tersebut. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bukan lagi tempat pembuangan tetapi Tempat Pemprosesan Akhir Sampah.Pembagian kewenangan pemerintah, provinsi dan pemkab/kota, termasuk kerjasama antar daerah (regional) (Dwiyanto, 2011).

(9)

28

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkannya sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan sampah yang meliputi : pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir.

Pengelolaan sampah adalah usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengelolaan hingga pembuangan akhir (Suryani, 2014). Dalam penanganan sampah tidaklah mudah melainkan sangat kompleks, karena mencangkup aspek teknis, ekonomi dan sosiopolitis.

Menurut (Damanhuri, 2010), Sumber timbulan sampah dapat dibagi sebagai berikut:

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (residential)

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil kegiatan rumah tangga, baik keluarga kecil atau besar, dari kelas bawah sampai kelas atas. Sampah ini terdiri dari sampah makanan, kertas, tekstil, sampah pekarangan, kayu, kaca, kaleng, alumunium, debu atau abu, sampah di jalanan, sampah elektronik seperti baterai oli dan ban.

b. Sampah daerah pusat perdagangan

Sampah seperti ini terdiri dari sampah-sampah dari aktivitas di pusat kota dengan tipe fasilitas seperti took, restoran, pasar, bangunan kantor, hotel, motel, bengkel dan sebagainya yang menghasilkan sampah seperti kertas, plastic, kayu, sisa makanan, unsur logam dan limbah seperti limbah pemukiman.

c. Sampah institusional

Sampah seperti ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas institusi seperti sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan dan sebagainya yang umumnya menghasilkan sampah seperti pada sampah pemukiman. Khususnya untuk sampah rumah sakit ditangani dan diproses secara terpisah dengan sampah lain.

d. Sampah Konstruksi

(10)

29

Sampah yang terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas konstruksi seperti sampah dari lokasi pembangunan konstruksi, perbaikan jalan, perbaikan bangunan dan sebagainya yang menhasilkan kayu, beton dan puing-puing.

(11)

30 e. Sampah Pelayanan Umum

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pelayanan umum seperti daerah rekreasi, tempat olahraga, tempat ibadah, pembersihan jalan, parker, pantai dan sebagainya yang umumnya menghasilkan sampah organic.

f. Sampah instalasi Pengolahan

Sampah yang terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pengolahan seperti instalasi pengelolahan air bersih, air kotor dan limbah industry yang biasanya berupa lumpur sisa ataupun limbah buangan yang telah diolah.

g. Sampah Industri

Sampah ini terdiri dari limbah-limbah hasil aktivitas pabrik, konstruksi, industry yang berat dan ringan, instalasi kimia, pusat pembangkit tenaga dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan

Biasanya berupa jerami, sisa sayuran, batang pohon, yang bisa di daur ulang menjadi pupuk.

Klarifikasi sampah menurut istilah teknis terbagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

a. Sampah Organik ialah sampah yang mudah busuk (garbage), yang berbentuk padat semi basah berupa bahan-bahan 30ndustr yang mudah busuk.

b.Sampah Anorganik tidak membusuk (rubbish) yaitu sampah padat kering yang sulit terurai oleh mikro organisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, 30ndustr, kaca dan logam.

c. Sampah abu (ashes), yaitu sampah padat yang berupa abu, biasanya dari hasil pembakaran.

d.Sampah bangkai binatang (bead animal), yaitu semua sampah yang berupa bangkai binatang.

e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu sampah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan.

(12)

31

f. Sampah industry (industry waste), yaitu sampah yang dihasilkan dari buangan industri.

4. PP Kota Balikpapan dalam Pengelolaan Sampah

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 13 Tahun 2015 tentang “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga”

, Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dapat digunakan kembali adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengelolaan antara lain seperti kertas kardus, botol minuman dan kaleng. Sedangkan, sampah yang dapat di daur ulang adalah sampah yang dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengelolaan antara lain sisa kain, kertas, plastic dan kaca.

Sampah Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organic, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sedangkan, Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah Sampah yang tidak berasal dari Rumah Tangga dan berasal dari kawasan komersial, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya.

Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recyle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Tempat Pemerosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilihan, penggunaan ulang, pengelolaan dan pemrosesan akhir.

Sedangkan, Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

(13)

32

Pada Pasal 2, yang berisi tentang Ruang lingkup Pengelolaan Sampah terdiri atas :

a. Sampah Rumah Tangga.

b. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pada Pasal 4, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga bertujuan untuk:

a. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih

b. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

c. Menjadikan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebagai sumber daya yang memiliki nilai tambah.

d. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di Daerah.

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dilakukan dengan cara :

a. Pengurangan Sampah, yang dimaksud adalah:

1) Dilakukan melalui kegiatan 2) Pembatasan timbulan sampah 3) Pendauran ulang sampah, dan 4) Pemanfaatan kembali sampah.

b. Penanganan Sampah

Setiap orang dan Pelaku usaha harus melakukan kegiatan mengurangi sampah, yaitu :

1) Menggunakan bahan yang dapat digunakan ulang, bahan yang dapat didaur ulang dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam.

(14)

33

2) Mengumpulkan dan menyerahkan kembali Sampah dari produk dan/atau kemasan yang sudah digunakan.

Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu:

1) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.

2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan Sampah dari sumber Sampah ke:

a) TPS

b) Halte Sampah c) TPS 3R

3) Pengangkutan dalam bentuk membawa Sampah dari TPS atau dari TPS 3R menuju ke TPST atau TPA.

4) Pengelolaan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah.

5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengelolaan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Berdasarkan Peraturan Walikota (Perwali) No. 38 Tahun 2018 yang berisi tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Dalam Penggelolaan Sampah Rumah Tangga Menjadi Sampah Sejenis. Sampah Rumah Tangga adalah Smapah Rumah Tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a meliputi peningkatan kinerja di bidang:

a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Rumah Tangga.

(15)

34

Stategi Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu:

a. Melaksanakan norma, standar, prosedur da kriteria dalam pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.

b. Penguatan koordinasi dan kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

c. Penguatan komitmen lembaga eksekutif dan Legislatif di Daerah dalam penyediaan anggaran pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

d. Peningkatan kapasitas kepemimpinan, kelembagaan dan sumber daya manusia dalam upaya pengurangan sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

e. Pembentukan sistem informasi

f. Penguatan keterlibatan masyarakat melalui komunikasi, informasi dan edukasi.

g. Penerapan dan pengembangan sistem instensif dan disinsentif dalam pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

h. Penguatan Komitmen dunia usaha melalui penerapan kewajiban produsen dalam pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Tangga.

Target pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu:

a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebesar 30% dari angka timbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga sebelum adanya kebijakan dan startegi

(16)

35

nasional pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di Tahun 2025.

b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebesar 70% dari angka timbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi nasional penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga di tahun 2025.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, dalam pengembangan RPP, guru mata pelajaran Fiqih dilakukan sendiri dengan prinsip berpusat pada peserta didik, berpusat pada anak, adanya kemandirian

Pengelolaan sampah dengan 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur

Distribusi nilai tingkat resiko waktu antar kelompok variabel memiliki kecenderungan yang sama seperti pada tingkat resiko biaya, yaitu secant pile memiliki resiko

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R atau

dimension array, dalam program ini menggabungkan 3 buah data Fungsi ini memiliki 3 buah input wire dan satu buah output, berfungsi untuk memilih data yang akan di keluarkan ke

topik penelitiannya dilihat dari lembar konsultasi yang dipegang oleh masing- masing mahasiswa, kemudian dari ketiga data tersebut yang penulis analisis mengenai

Data timbulan, komposisi, dan karakteristik fisika sampah rumah tangga diperoleh dari penelitian yang dilakukan Ria Annisa Dalimunthe (2018) tentang Studi Karakteristik Sampah

Sampah kering (refuse) sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini