BAB III
STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
Strategi didefinisikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang terdiri dari berbagai cara atau pendekatan, sebagai langkah awal perlu ditetapkan tujuan yang jelas yang hendak dicapai dalam pengelolaan sanitasi. Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu, mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisa srategis. Tujuan ini dirumuskan salah satunya berdasarkan hasil dari penetapan Tahapan Pengembangan Sanitasi.
Selanjutnya, perlu disusun sasaran atas tujuan yang hendak dicapai untuk dapat memberikan arahan yang lebih operasional. Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh suatu organisasi dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Berdasarkan Sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi untuk mencapainya dapat disusun dengan memperhatikan hasil identifikasi isu-isu strategis di dalam Buku Putih Sanitasi.
3.1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Kabupaten Musi Banyuasin
Berdasarkan hasil pembobotan dan skoring analisis SWOT Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor Air Limbah pada kuadran RASIONAL pada posisi BERPUTAR. Posisi berputar pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.Secara rinci dapat dilihat pada matrik di bawah ini.
Sub Sektor : Air Limbah
NO ELEMEN BOBOT
TINGKAT PENGA
RUH
PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Adanya Dukungan /Perhatian serius dari pemda Kab Muba 10,0% 3 0,3 2 Adanya Struktur Organisasi pengelola limbah domestik 5,0% 2 0,1
3 Sudah Adanya PERBUP tentang Izin limbah cair 20,0% 3 0,6
4 Sudah Adanya PERBUP tentang Izin Tempat Penyimpanan Sementara
B3 dan Izin 20,0% 3 0,6
5 Adanya Misi Dinas BLHPP yang No. 2 yaitu : Meningkatkan Upaya
Pengawasan Terhadap Fungsi dan kualitas lingkungan hidup 10,0% 4 0,4 6 Adanya Media lokal yang dapat digunakan untuk Media Sosialisasi 5,0% 2 0,1 7 Adanya Sumber Pendanaan dari APBD untuk menangani sektor air
limbah. 25,0% 4 1
8 Sudah adanya IPLT ( Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ) 5,0% 2 0,1
Total 100% 3,20
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Kurangnya SDM dalam pengelolaan Limbah 15,0% 4 0,6
2 Minimnya dana yang dialokasikan untuk sektor Limbah 15,0% 4 0,6 3 Sering terjadi Mutasi Pegawai sehingga hilangnya SDM yang ada 10,0% 3 0,3
4 Minimnya Peralatan dan laboratorium guna menguji kualitas air limbah 10,0% 4 0,4
5 Lembaga yang ada belum bersinergi 15,0% 2 0,3
6 Belum adanya PERDA tentang Air Limbah 15,0% 4 0,6
7 Belum adanya Master plan pengelolaan Air Limbah Secara Terpadu 10,0% 4 0,4
8 Sanitasi belum dipandang sebagai sektor prioritas 5,0% 2 0,1
9 Belum Epektifnya Penerapan PERBUP tentang Izin limbah cair 5,0% 3 0,15
Total 100% 3,450
Selisih Kekuatan dan Kelemahan -0,250
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY)
1 Di Kabupaten Musi BanyuasinTelah terbentuknya forum CSR 25,0% 4 1
2 Telah adanya Komisi Penilaian AMDAL 20,0% 3 0,6
3 Adanya Masyarakat yang bisa dilibatkan dalam penanganan Air Limbah
Domistik 15,0% 3 0,45
4 Sumber Air Bersih Cukup memadai 10,0% 3 0,3
5 Adanya Program Peningkatan SDM 15,0% 2 0,3
6 Potensi Peran Masyarakat 15,0% 2 0,3
Total 100% 2,95
ANCAMAN (THREATH)
1 belum seluruhnya Masyarakat menyadari pentingnya Penanganan Air
Limbah 15,0% 4 0,6
2 Media komunikasi Swasta belum dilibatkan 5,0% 2 0,1
3 Limbah rumah tangga dan limbah tinja masuk kedalam saluran
Drainase dan sungai 15,0% 4 0,6
4 Perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan 15,0% 4 0,6
5 Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi 5,0% 3 0,15
6 Sebagian besar daerah rawan tergenang bila musim hujan 10,0% 2 0,2 7 Kebiasaan dan Kesadaran Masyarakat yang masih rendah 15,0% 2 0,3 8 Limbah pada Daerah Padat Penduduk belum dikelola secara Khusus 10,0% 3 0,3
9 Belum adanya IPAL 10,0% 3 0,3
Total 100,0% 3,15
Selisih Peluang dan Ancaman -0,200
Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam
berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor air
limbah seperti tercantum dalam tabel di bawah :
Tabel 3.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahap Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik di Kabupaten Musi Banyuasin
Tujuan Sasaran
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Pembuatan Dokumen Acuan pembangunan sarana/prasarana /pengawasan /perizinan dan pengelolaan air limbah
Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestic dan industry rumah tangga skala permukiman pada akhir tahun 2017
Tersusunnya 1 dokumen Masterplen tentang pengelolaan air limbah domestik dan industri rumah tangga skala permukiman pada akhir tahun 2017
- Kajian kelayakan pengelolaan air limbah domestic sesuai dengan ketentuan peraturan lingkungan hidup
- melakukan advokasi kepada pemerintah terkait perlunya penyusunan Perda dan Masterplan tentang air limbah
- Mengoptimalkan perangkat, saluran dan sarana komunikasi setiap SKPD, serta keberadaan aliansi dan kemitraan dengan berbagai pihak guna menunjang percepatan pembangunan sanitasi berskala kabupaten.
- Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan air limbah domestic dan industry rumah tangga sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site) pada wilayah CBD dan wilayah padat penduduk.
Pengembangan perangkat peraturan perundangan
penyelenggaraan pengelolaan Air Limbah
Tersedianya Perda yang mengatur tentang sistem pengelolaan air limbah permukiman
- Perda Pengelolaan Air Limbah Kab. Muba - Perda Penyelenggaraan
Sistem Air Limbah Rumah Tangga
- Review Perda Izin Pembuangan Limbah Cair.
Meningkatkan
lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Musi Banyuasin melalui pengelolaan air limbah domestic dan industry rumah tangga yang berwawasan lingkungan
Meningkatnya akses prasarana dan sarana air limbah sistem on site di perkotaan dan perdesaan dari 49,1 % menjadi 70% pada tahun 2017
Jangka Pendek = 55 % (306.126 Jiwa), Jangka Menengah = 70 % (389.614 Jiwa), Jangka Panjang = 82 % (456.405 Jiwa) ditahun 2017
- Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem setempat (onsite) di perkotaan dan perdesaan melalui sistem komunal - Mendorong pembentukan dan perkuatan
institusi pengelola air limbah permukiman Meningkatkan
persentase rumah tangga yang memiliki pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi syarat
Berkurannya BABS dengan pembangunan pengelolaan air limbah secara komunal : - Saptic tank komunal
- Membangun Sarana Pengelolaan Tinja secara terpusat
- mengajak sektor swasta untuk ikut serta dalam promosi pengelolaan limbah rumah tangga melalui media
- Pemanfaatan media lokal untuk promosi pengelolaan limbah rumah tangga - Menyediakan sarana & prasarana
pengolahan air limbah domestic skala permukiman
Tersedianya dan berfungsinaya IPAL Komunal di perumahan PNS dan MBR Kota Sekayu, Perumahan Randik Sekayu, Perumahan Villa Bukit Sejahtera, Perumahan GMP Sekayu, Rehab/
Pengembangan IPAL RSUD Sekayu
Terbangun dan terkelolanya air limbah domestic skala permukiman pada tahun 2017
Menyediakan sistem pengelolaan tinja terpusat
Tersedianya sistem pengolahan tinja terpusat (IPLT)di Kecamatan Sekayu pada tahun 2017
3.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan
Pada subsektor persampahan, pengelolaan sanitasi Kabupaten Musi Banyuasin berada pada Kuadran Bertahan pada posisi Pemeliharaan Selektif, Strategi Kabupaten Musi Banyuasin ke depan yaitu : Pemanfaatan, Pemeliharaan dan melakukan perbaikan-perbaikan pada Sarana dan Prasarana dan Armada yang sudah ada serta berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin
Dengan memperhatikan berbagai permasalahan, berbagai kendala, tantangan dan peluang yang ada, maka beberapa sasaran utama yang hendak dicapai pembanguan sektor persampahan kedepan, dimana posisinya masih berada pada kuadran III. Saat ini di Kabupaten Musi Banyuasin sedang melakukan Pembangunan terhadap TPA yang terletak di Sungai Medak melalui bantuan pemerintah Pusat. disamping itu, sarana dan prasarana yang tersedia masih berfungsi dengan baik walaupun belum sepenuhnya dapat melayani kebutuhan Kabupaten Musi Banyuasin terhadap sarana dan prasarana tersebut.
Sub Sektor : Persampahan
NO ELEMEN BOBOT TINGKAT
PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT
PENGARUH INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
I Peraturan perundang-undangan 30,0%
1 Millenium Development Goals (MDG's) 10,0% 4 0,40
2 UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Persampahan 8,0% 4 0,32
3 UU No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air 7,0% 3 0,21
4 UU No. 17/2007 tentang RPJP Nasional 2,0% 3 0,06
5 UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang 2,0% 4 0,08
6 Perda No. 9/1999 tentang Retribusi Persampahan 1,0% 4 0,04
II Kelembagaan 10,0%
1 Perda No. 5/2008 ttg Pembentukan Organisasi & Tata Kerja
Dinas Daerah Kab. Musi Banyuasin 5,0% 4 0,20
2 Perbup No. 60/2008 ttg Penjabaran Tugas Pokok & Fungsi Dinas Kebersihan, Pertamanan & Pemeliharaan Lampu Jalan
5,0% 4 0,20
III Strategi 15,0%
1 Kebijakan & Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan 5,0% 4 0,20 Penguatan
Kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah
- Meningkatkan sumber daya pegawai BLHPP dibidang pengelolaan limbah
- Menyediakan peralatan laboratorium yang memadai
100% Uji lab / analisa lab
dilakukan di BLHPP Kab. Muba - mengikutkan pegawai dinas kebersihan dan Badan Lingkungan Hidup dalam kursus jangka pendek dan jangka panjang tentang limbah
- Perlu menyediakan peralatan Lab/Uji yang multi dan portable supaya mudah dibawa ke lapangan.
Persampahan
2 Penghargaan dalam Pengelolaan Persampahan 2,0% 2 0,04
3 Rencana Strategis Pengelolaan Persampahan 4,0% 4 0,16
4 Pengelolaan prasarana & sarana pengelolaan persampahan 2,0% 2 0,04
5 Pemanfaatan teknologi pengolahan persampahan 2,0% 2 0,04
IV Pembiayaan 15,0%
1 Sumber APBD yg besar 10,0% 2 0,20
2 Adanya retribusi khusus persampahan 5,0% 4 0,20
V Sumberdaya manusia 10,0%
1 Jumlah petugas yang cukup banyak 10,0% 4 0,40
VI Masyarakat 20,0%
1 Jumlah penduduk yang cukup besar 10,0% 4 0,40
2 Pendapatan penduduk yang cukup tinggi 10,0% 4 0,40
Total 100,00% 3,59
KELEMAHAN (WEAKNESS)
I Peraturan perundang-undangan 30,0%
1 Belum tersusun/terbit/disosialisasikannya peraturan pelaksanaan (implementasi) pengelolaan persampahan di daerah
10,0% 4 0,40
2 Belum jelasnya dasar pengenaan retribusi persampahan dan nominal jumlah, serta mekanisme pemungutan retribusi
10,0% 4 0,40
3 Belum adanya Peraturan Daerah mengenai
pengelolaan/manajemen persampahan 10,0% 4 0,40
II Kelembagaan 20,0%
1 Belum detail dan tajamnya tugas pokok lembaga pengelolan persampahan
10,0% 4 0,40
2 Belum semua wilayah kecamatan memiliki lembaga
pengelola persampahan (UPTD) 10,0% 4 0,40
III Strategi 15,0%
1 Sosialisasi Kebijakan & Strategi Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan 3,0% 4 0,12
2 Penghargaan dan dalam Pengelolaan Persampahan berupa
pemberian insentif dan disinseftif kepada pemerintah daerah 7,0% 2 0,14 3 Belum diterapkannya teknologi yang berkelanjutan dalam
pengelolaan TPA 5,0% 2 0,10
IV Pembiayaan 15,0%
1 Belum optimalnya pemungutan retribusi persampahan 10,0% 2 0,20 2 Belum dilibatkannya pihak swasta dalam investasi
pengelolaan persampahan 5,0% 4 0,20
V Sumberdaya manusia 5,0%
1 Petugas belum terampil dalam menjalankan tugasnya 5,0% 4 0,20 2 Aparatur yang memahami teknis pengelolaan sampah belum
banyak 5,0% 4 0,20
VI Masyarakat 15,0%
1 Belum dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan
persampahan 15,0% 4 0,60
Total 100% 3,76
Selisih Kekuatan dan Kelemahan -0,17
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY)
I Peraturan perundang-undangan 5,0%
1 Adanya peraturan mengenai CSR 5,0% 2 0,10
II Kelembagaan 35,0%
1 Adanya organisasi masyarakat yang bergerak di bidang
pengelolaan persampahan 10,0% 4 0,40
2 Adanya organisasi non profit yang bergerak di bidang
pengelolaan persampahan 10,0% 4 0,40
3 Masuknya pendidikan lingkungan dalam kurikulum beberapa
sekolah 10,0% 4 0,40
4 Adanya penghargaan bagi sekolah yang berwawasan
lingkungan 5,0% 4 0,20
III Pembiayaan 15,0%
1 Adanya dana CSR 5,0% 2 0,10
2 Adanya dana APBN 5,0% 4 0,20
3 Adanya dana lembaga donor 5,0% 2 0,10
IV Masyarakat 45,0%
1 Adanya kelompok pemulung 10,0% 4 0,40
2 Berkembangnya isu kesetaraan gender 10,0% 4 0,40
3 Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
sampah (3R) 10,0% 4 0,40
4 Masih luasnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat
pengolahan sampah 5,0% 4 0,20
5 Tumbuhnya industri kreatif berbasis sampah 10,0% 4 0,40
Total 100% 3,70
ANCAMAN (THREATH)
I Peraturan perundang-undangan 10,0%
1 Belum adanya keterbukaan dari perusahaan mengenai
besaran dana CSR 10,0% 2 0,20
II Kelembagaan 40,0%
1 Belum dilibatkannya organisasi masyarakat di bidang
pengelolaan persampahan oleh pemerintah daerah 10,0% 4 0,40
2 Belum dilibatkannya organisasi non profit di bidang
pengelolaan persampahan oleh pemerintah daerah 10,0% 4 0,40
3 Sebagian besar sekolah belum memasukkan pendidikan
lingkungan dalam kurikulum 10,0% 4 0,40
4 Belum adanya penghargaan berupa insentif bagi sekolah
yang berwawasan lingkungan 10,0% 4 0,40
III Pembiayaan 15,0%
1 Sulitnya mendapatkan dana CSR 5,0% 2 0,10
2 Sulitnya mendapatkan dana APBN 5,0% 4 0,20
3 Sulitnya mendapatkan dana lembaga donor 5,0% 2 0,10
IV Masyarakat 35,0%
1 Tidak terorganisasinya kelompok pemulung 10,0% 4 0,40
2 Belum termanfaatkannya isu kesetaraan gender dalam
pengelolaan persampahan 10,0% 4 0,40
3 Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan
sampah (3R) 10,0% 4 0,40
4 Masyarakat tidak bersedia lahannya dijadikan sebagai tempat untuk tempat pengolahan sampah
5,0% 4 0,20
Total 100% 3,60
Selisih Peluang dan Ancaman 0,10
Tabel 3.2 : Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan di Kabupaten Musi Banyuasin
Tujuan Sasaran
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Pembuatan Dokumen Acuan pembangunan sarana/prasarana pengelolaan persampahan
Tersedianya dokumen perencanaan sistem Persampahan kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun 2014
Tersusunnya 1 dokumen Masterplen tentang pengelolaan Persampahan kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun 2014
- Melakukan studi perencanaan terhadap pengelolaan dan pengembangan persampahan
- Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan persampahan
- melakukan advokasi kepada pemerintah terkait perlunya menerbitkan perda tentang sampah - Mendorong pendanaan untuk pengelolaan
persampahan Pengembangan
perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan persampahan
dibuatnya peraturan daerah mengenai pengelolaan persampahan sesuai dengan UU pengelolaan sampah No. 18 tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012
Tersusunnya Peraturan Daerah (PERDA) tentang pengelolaan persampahan pada tahun 2017
Menyediakan sistem pelayanan persampahan yang berkelanjutan melalui TPA Sanitary Landfill yang baru di Sungai Medak
Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan di 4 Kota Kecamatan (CBD) : Sekayu, Babat Toman, Sungai Lilin dan Bayung Lencir dari 65% menjadi 85%
Jangka Pendek = 65 % (147.639 Jiwa), Jangka Menengah = 70 % (158.996 Jiwa), Jangka Panjang = 85 % (193.066 Jiwa) terlayani
- Pembangunan TPA Sanitari Landfil di Sungai Medak dan TPST di tiap- tiap kecamatan
- Mendorong koordinasi lintas sektor
- Mengembangkan dan menerapkan system insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R
- Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R - Membina masyarakat khususnya kaum perempuan
dalam pengelolaan persampahan
Mengurangi timbulan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya
Meningkatkan upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada tatanan rumah tangga hingga 30 % dengan pola 3R
Volume sampah yang masuk ke TPA berkurang.
- membuat sistem percontohan pengelolaan sampah 3R bagi masyarakat
- Pembangunan TPS Sampah Terpilah di setiap kecamatan
- Melakukan kampanye, sosialisasi dan bimtek teknis persampahan kepada masyarakat
- Mendorong Sektor swasta untuk menjadi penyedia layanan persampahan
- Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan komposting
Tabel 3.2. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan pengembangan persampahan di Kabupaten Musi Banyuasin dengan target sasaran dalam pernyataan sasaran dan indikator sasaran untuk mencapai strategi penanganan permasalahan persampahan di Kabupaten Musi Banyuasin
3.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase
Posisi pengelolaan sanitasi sub sektor Drainase berada di Kuadran 4 (Rasionalisasi pada posisi Berputar), Posisi pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru. Untuk mengatasi berbagai permasalahan subsektor drainase kedepan pelayananan yang akan dikembangkan dalam pembangunan drainase adalah pelayanan drainase yang berkualitas, terjangkau, efisien, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta berwawasan lingkungan yang akan dilaksanakan dengan kebijakan sebagai berikut :
Sub Sektor : Drainase
NO ELEMEN BOBOT
TINGKAT PENGA
RUH
PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Adanya kelembagaan yang menangani Sektor Sanitasi 20,0% 4 0,80
2 Sudah terbentuknya Pokja AMPL Kab. Muba 15,0% 3 0,45
3 Adanya Koordinasi antar dinas PU CK dan DKP sebagai Pengelola. 10,0% 2 0,20 4 Kerjasama dengan Pemerintah Pusat Pembuatan Kolam Retensi 10,0% 2 0,20 5 Adanya Program dari Pusat yang mendukung Pembangunan drainase 10,0% 3 0,30 6 Adanya dana dari APBD Kabupaten untuk pembangunan saluran
drainase 10,0% 2 0,20
7 Sudah adanya Dokumen perencanaan untuk kawasan tertentu, Master
Plan dan DED 10,0% 3 0,30
8 Perhatian Pemerintah daerah yang cukup besar terhadap
Pembangunan drainase 5,0% 1 0,05
9
sudah ada media Penyiaran (Muba TV, Radio Gema Randik, Koran : Muba Pos, Majalah : Buletin Randik) yang bisa dimanfaatkan untuk
Sosialisasi 5,0% 1 0,05
10 Penilaian ADIPURA 5,0% 1 0,05
Total 100% 2,60
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Belum ada perda terkait drainase 10,0% 4 0,40
2 Kurangnya Koordinasi Program antar SKPD 5,0% 4 0,20
3 Belum adanya sistem informasi (SIM) saluran drainase, sehingga
pengelolaan, perawatan drainase belum terkoordinasi 5,0% 2 0,10
4 Keterbatasan Anggaran di bidang Drainase 10,0% 3 0,30
5 dana pemeliharaan relatif sedikit 10,0% 3 0,30
6 Kurangnya dana operasional dan perbaikan pintu air dan pompa 5,0% 3 0,15 7 Topografi yang relatif datar, sebagian besar rawa menjadi kendala
teknis dan biaya 5,0% 2 0,10
8 Kurang memadainya kemampuan teknis perencanaan dan
pengelolaan drainase 5,0% 2 0,10
9 Belum berfungsinya sistem drainase yang ada karena Leveling yang
tidak baik ataupun ditimbun warga 5,0% 2 0,10
10 Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat untuk pemeliharaan drainse 5,0% 3 0,15
11 Kurangnya bimtek bagi perencana dan pengelola 2,5% 2 0,05
12 kurangnya kesadaran dalam pemanfaatan dan pemeliharaan drainase
oleh Masyarakat 5,0% 2 0,10
13 Belum adanya tenaga khusus pembersih saluran drainase 5,0% 3 0,15 14 Masih Kurangnya Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar (air
limbah, drainase ) 5,0% 2 0,10
15 Masih Kurangnya Penyediaan perumahan dan sanitasi yang layak dan
sehat 5,0% 4 0,20
16 Masih lemahnya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup 5,0% 2 0,10
17 Lemahnya pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat dan
perusahaan yang berpotensi merusak lingkungan 2,5% 2 0,05
18 Masih kurangnya rehabilitasi dan pemulihan SDA 5,0% 2 0,10
Total 100,0% 2,750
Selisih Kekuatan dan Kelemahan -0,150
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY)
1 Dukungan dari DPRD Kabupaten Muba dalam mengusulkan kegiatan
sektor drainase lingkungan 15,0% 4 0,60
2 Adanya bantuan dari anggaran pusat lewat program pemberdayaan
(Program PPIP, PNPM-MPD dan RIS PNPM ) 20,0% 4 0,80
3 Adanya program dari APBN dan APBD I yang dapat diakses dalam
pengelolaan sektor drainase lingkungan 15,0% 3 0,45
4 Adanya mass media lokal yang dapat diajak bekerjasama dalam mengkampanyekan dan mensosialisasikan program pengelolaan
drainase lingkungan. 10,0% 2 0,20
5 Adanya sungai sebagai potensi saluran drainase primer 10,0% 2 0,20 6 Pembangunan dan pengelolaan drainase yang melibatkan masyarakat 10,0% 2 0,20
7 kebutuhan akan lingkungan bersih dan sehat 5,0% 1 0,05
8 kebutuhan masyarakat menumbuhkan kesadaran 5,0% 1 0,05
9 Budaya Gotong-royong terutama untuk menjaga dan membersihkan
saluran drainase 5,0% 1 0,05
10 Pembuatan kolam retensi dan saluran drainase dapat menjadi objek
taman kota dan wisata air 5,0% 1 0,05
Total 100% 2,65
ANCAMAN (THREATH)
1 Tingginya biaya pembangunan dan pemeliharaan sistem drainase 10,0% 4 0,40 2 Realisasi pembangunan yang terkendala lahan yang semakin mahal 10,0% 3 0,30
3 Tingkat sendimentasi saluran cukup tinggi 10,0% 4 0,40
4 berkurangnya daerah resapan air 5,0% 2 0,10
5 Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan drainase 10,0% 3 0,30 6 Proses pembangunan yang menimbun secara masif mengakibatkan
pola tata air drainase tidak sesuai dengan rencana awal 10,0% 3 0,30
7 Pembangunan kota yang tidak memperhatikan alur air 10,0% 2 0,20
8 Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran drainase 10,0% 3 0,30 9 Pandangan bahwa investasi dibidang sanitasi kurang menguntungkan
atau tidak strategis 5,0% 1 0,05
10 Saluran drainase yang ada ditutup dan dimanfaatkan/dibangun 10,0% 2 0,20 11 Pendangkalan sungai utama menyebabkan daya tampung limpasan air
semakin berkurang 10,0% 2 0,20
Total 100% 2,75
Selisih Peluang dan Ancaman -0,10
Dengan uraian kondisi diatas, maka pokja AMPL Kabupaten Musi Banyuasin telah merumuskan beberapa strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti terlihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3: Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase di Kabupaten Musi Banyuasin
Tujuan
Sasaran
Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peraturan perundang- undangan mengenai drainase.
Terlaksananya pembangunan system drainase yang efisien efektif dan terpadu
Tersedianya peraturan daerah (PERDA) tentang pengelolaan drainase pada tahun 2017
- Melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam menyusun regulasi daerah yang mengatur pengelolaan drainase - Mengembangkan perencanaan system
drainase kabupaten yang terintegrasi dan komprehensif serta dilakukan review terhadap dokumen masterplan drainase yang ada.
Tersedianyan sarana dan prasarana drainase lingkungan
Meningkatnya cakupan layanan sarana penanganan sistim jaringan drainase dari 33,72 % menjadi 50 % pada tahun 2017
1. Jangka pendek: 33,72 % penduduk terlayani (187.683 Jiwa) ; 2. Jangka Menengah: 50 % penduduk terlayani (278.296 jiwa);
3. Jangka Panjang: 85%
penduduk terlayani (473.103 jiwa)
- Mengoptimalkan sumber pendanaan drainase yang berasal dari luar APBD Kabupaten (APBD Provinsi, APBN, DAK , Hibah dan CSR)
- Optimalisasi kinerja SKPD terkait dan pembentukan kelompok masyarakat dalam melakukan monitoring dan pemeliharaan saluran drainase lingkungan
- Peningkatan peran serta sektor swasta (diplover) dalam pengelolaan drainase yang baik pada perumahan.
Pengembangan dan peningkatan Sistem informasi Drainase
Tersedianya database/
sistem informasi drainase skala kabupaten
Berkurangnya limpasan air karena meningkatnya kawasan resapan pada tahun 2017
- Perlu dilakukan review terhadap dokumen masterplan drainase yang ada.
- Meningkatkan peran aktif SKPD terkait dan kelompok masyarakat dalam memonitoring dan evaluasi pengelolaan drainase - Mengurangi limpasan air dengan
meningkatkan resapan dan retensi air
3.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Higiene
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) suatu kondisi dimana individu-individu dalam rumah tangga/keluarga telah melaksanakan PHBS dalam rangka (i) mencegah timbulnya penyakit dan masalah- masalah kesehatan lainnya, (ii) menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lainnya, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, (iii) memanfaatkan pelayanan kesehatan (iv) mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Kondisi PHBS Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan hasil survey EHRA dapat diuraikan sebagai berikut : Berdasarkan data Study EHRA dapat dilihat bahwa terdapat organisme di sekitar tumpukan sampah yakni adanya tikus yang berkeliaran dan nyamuk sebesar 26,3% dan 48,7%. Selain itu 33,7% sampah berserakan dan yang menyatakan banyak terdapat lalat disekitar tumpukan sampah ada 19,1%. disamping adanya kucing dan anjing yang mengakibatkan sampah berserakan, juga terdapat anak-anak yang bermain disekitar timbunan sampah. Di samping itu juga Responden menjawab ada sampah yang menyumbat saluran drainase 7,1%. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap masyarakat sekitarnya. Dampak dari penyumbatan ini akan menimbulkan genangan pada saluran dan lingkungan sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat.
Dari hasil study EHRA juga terlihat gambaran bahwa pengelolaan sampah di kabupaten Musi Banyuasin yang memadai hanya 2,8 % dan sisanya 97, 2 % belum memadai
Survai EHRA menemukan tempat BAB orang dewasa di Kabupaten Musi Banyuasin yang paling
umum dilaporkan oleh rumah tangga adalah jamban pribadi. Proporsinya adalah sekitar 72,2 %. Kedua
adalah ke sungai yang proporsinya sekitar 20,1 %. Responden yang tidak tahu sekitar 0,7 %, dan yang
menjawab lainnya sekitar 1,3 %. Sementara, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 35,7 %, yang terdiri dari 1) ke WC helikopter (6 %), 2) ke sungai/pantai/laut (20,1
%), 3) ke selokan/parit/got (0,8 %), 4) ke kebun/pekarangan (4,1 %) dan 5) ke lubang galian (4,7 %).
Dari hasil survey tersebut diatas terlihat bahwa masih ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat seperti sungai, pantai kebun dan lain-lain selain itu penggunaan tangki septik secara kualitas belum semuanya aman. Artinya bahwa lingkungan di Kabupaten Musi banyuasin masih rawan tercemar terutama air dan tanahnya .
Bila dilihat berdasarkan kluster dari hasil Study EHRA terlihat bahwa pada kluster 2 (menggunakan jamban dengan suspect tidak aman tertinggi yaitu: 27,3 % sedangkan terendah berada di kluster 3 yaitu: 0,83 %.
Selanjutnya untuk kondisi keluarga yang menggunakan jamban dengan suspec aman tertinggi berada di kluster 3 yaitu: 99,2 % dan terendah di kluster 2 yaitu: 72,8 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Saluran akhir pembuangan isi tinja yang paling banyak digunakan adalah tangki septik sebesar 48,2
%, diikuti yang terbanyak ke dua yaitu cubluk/lubang tanah sebesar 21,8%. Cara yang sangat tidak aman dalam pembuangan isi tinja adalah membuangnya ke sungai/ danau/ pantai/ laut sebesar 15,6 %, lalu membuangnya ke kolam/sawah sebesar 0,8 %, kemudian yang membuang langsung ke saluran drainase sebesar 2,1 %, selanjutnya ada yang membuang isi tinja ke kebun/ tanah lapang serta 4 % responden menjawab tidak tahu dan 5,4 % menjawab lainnya sebanyak 1,1 %. Saluran akhir pembuangan isi tinja dengan tangki septik sering digunakan di kluster 0 dan jarang digunakan di kluster 3, sedangkan cubluk/
lubang tanah sering digunakan di kluster 4 dan pembuangan ke sungai/danau dilakukan pada kluster 3.
Tindakan yang benar dalam membuang tinja anak yang ada di “pampers” adalah ke WC/ jamban sebesar 42
%, sedangkan sekitar 25,3 % masih membuang tinja anak dari “pampers” di ruang terbuka yaitu sebesar 2,4
% membuang tinja anak yang ada di “pampers” ke tempat sampah, kemudian sebesar 16,4 % membuang tinja anak yang ada di “pampers” ke sungai/ selokan/ got/ pantai/ laut, dan sebesar 6,5 % membuang tinja anak yang ada di “pampers” ke kebun/ pekarangan/ jalan. Sebanyak 30,4 % responden menjawab tidak tahu dan sejumlah 2,3 % menjawab lainnya yang tidak dapat diidentifikasikan.
Untuk SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), kader EHRA menjumpai bahwa hampir 50 % rumah responden di Kabupaten Musi Banyuasin tidak memiliki SPAL yaitu sebesar 48,8 % dari total rumah yang dilakukan survey. Yang terbanyak adalah rumah tangga yang mempunyai SPAL yaitu pada kluster 4 persentase rumah yang memiliki SPAL hanya 22,5 % dan yang kedua adalah kluster 3 persentase kepemilikan SPAL yang aman hanya 30,8 % ada sebagian rumah tangga yang memiliki saluran pembuang air limbah tetapi tidak aman yaitu berupa parit dan tidak punya sumur resapan/lubang galian untuk menampung air limbah rumah tangga.
Dari survei, responden menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang aman dan higienis, prosentase terbesar adalah menggunakan air sumur gali yang terlindungi sekitar 45,4 %, lalu yang kedua yaitu Air Ledeng berfungsi/mengalir 27,5 %, kemudian yang ketiga yaitu Sumur bor pompa tangan sekitar 11,2 %. Adapula, sumber air bersih rumah tangga dari air kran umum-PDAM/Proyek/PAMSIMAS sekitar 1,9%, dari air hidran umum - PDAM sekitar 2,0 %, dan juga yang berasal dari penjual air keliling sebesar 2,7 %. Beberapa sumber tersebut merupakan sumber air bersih yang aman dikonsumsi.
Sedangkan, sumber air yang tidak aman dikonsumsi adalah air sumur gali yang tidak terlindungi sekitar 21,4
%, dan yang berasal dari sumber-sumber lainnya sebanyak 8,7 % perlu diadakan pengecekan lagi kelayakannya untuk di
Dari survei, Kasus diare yang tertinggi terjadi pada anak-anak balita yaitu sebesar 51,5 % dan pada urutan kedua kasusu diare terjadi pada orang dewasa perempuan yakni sebesar 18,3 % dan yang paling jarang terjangkit diare adalah anak-anak non balita yaitu sebesar 7,8 %.
Sub Sektor : Higiene
NO ELEMEN BOBOT Tingkat
Penga ruh
Perkalian Bobot Dan Tingkat
Pengaruh INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Sudah terbentuk Pokja AMPL dan Sanitasi sebagai wadah/forum
koordinasi lintas dinas/sektor 14,0% 4 0,56
2 Adanya program upaya kesehatan berbasis masyarakat/UKBM
(Desa siaga, Posyandu) yang didukung oleh kader PHBS aktif 8,0% 3 0,24
3 sekolah memiliki jaminan kesehatan dari dana BOS 8,0% 3 0,24
4 Adanya dana program PHBS dari APBD Kabupaten yang
Memadai 9,0% 3 0,27
5 Adanya dana BOK di tingkat Puskesmas untuk Program Promosi
Kesehatan 8,0% 3 0,24
6 Sekolah memiliki tempat sampah disetiap ruangan 4,0% 2 0,08
7 Pada umumnya sekolah telah memilki Jamban Sehat 12,0% 4 0,48
8 Sebagian Besar sekolah telah memiliki sarana CTPS 8,0% 3 0,24
9 Pelaksanaan posyandu rutin di semua wilayah 8,0% 3 0,24
10 Program PHBS telah tersosialisasi melalui PKK desa maupun
Kader Kesehatan lingkungan 6,0% 3 0,18
11 Sanitarian yang rutin mensosialisasikan PHBS langsung ke
rumah tangga 6,0% 3 0,18
12 Bidan Desa terlibat aktif dalam Program kesehatan lingkungan 9,0% 4 0,36
Total 100% 3,31
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Belum adanya Perda atau Perbup khusus yang mengatur PHBS 12,0% 4 0,48 2 Belum adanya perdes yang menunjang program Konseling 7,0% 3 0,21
3 masih ada sekolah yang belum memiliki Program UKS 7,0% 3 0,21
4 Belum terkoordinasinya dan tergalinya sumber dana dari program
CSR untuk penanganan masalah lingkungan 6,0% 2 0,12
5 Cakupan WC disekolah masih kurang 6,0% 2 0,12
6 Minimnya pemeliharaan sarana sanitasi di Sekolah 10,0% 3 0,3
7 Upaya pengawasan Makanan jajanan di sekolah belum Maksimal 14,0% 2 0,28 8 Cakupan sarana air bersih di masyarakat masih kurang 4,0% 2 0,08
9 Belum semua sekolah memiliki sumber air bersih 6,0% 2 0,12
10 Media pengembangan promosi kesehatan untuk PHBS masih
kurang. 8,0% 3 0,24
11 Media Pemda belum bisa menjangkau seluruhnya lapisan
masyarakat 7,0% 3 0,21
12 Sasaran promosi kesehatan/PHBS belum menjangkau seluruh
lapisan masyarakat 8,0% 3 0,24
13 Belum adanya tenaga kesehatan lingkungan ditingkat desa 5,0% 2 0,1
Total 100% 2,710
Selisih Kekuatan dan Kelemahan 0,600
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY)
1 adanya Permenkes RI tentang pedoman penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di lingkungan sekolah 11,0% 4 0,44
2 Perhatian Pemerintah Pusat yang tinggi dalam upaya mengejar target MDG's diantaranya dengan banyaknya program Air Bersih
dan sanitasi. 12,0% 4 0,48
3 Meningkatnya minat masyarakat tentang pemberdayaan dibidang
lingkungan. 9,0% 3 0,27
4 Adanya Program CSR dan CD di wilayah Kabupaten Musi
Banyuasin. 7,0% 3 0,21
5 sudah ada sosialisasi PHBS dari PKK kepada masyarakat 6,0% 3 0,18 6 Sudah adanya media (Muba TV dan Media cetak Lokal ) 10,0% 3 0,3 7 Masyarakat sudah terbiasa dengan Program kegiatan yang
berbasis Masyarakat 6,0% 3 0,18
8 Sudah ada edukasi untuk PHBS pada anak sejak usia dini 13,0% 4 0,52 9 Adanya lomba PHBS yang diadakan oleh tingkat kabupaten dan
tingkat Provinsi setiap tahun 10,0% 4 0,4
10 Adanya partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung program
PHBS 16,0% 3 0,48
Total 100% 3,46
ANCAMAN (THREATH)
1 Mahalnya biaya sosialisasi lewat media 10,0% 3 0,3
2 belum ada kerjasama dengan pihak swasta tentang PHBS 6,0% 2 0,12 3 Belum adanya kesetaraan jender dalam promosi kesehatan
masyarakat 6,0% 2 0,12
4 Kesadaran masyarakat untuk indikator tertentu PHBS sangat sulit dicapai (seperti asi eksklusif, merokok, aktifitas fisik/olahraga
secara teratur, membuang sampah sembarangan,BABS, CTPS,dll) 20,0% 4 0,8 5 Susahnya menghilangkan Kebiasaan masyarakat untuk tidak
Merokok di ruang publik 25,0% 3 0,75
6 Kesadaran masyarakat cuci tangan pakai sabun masih rendah 12,0% 3 0,36 7 Susahnya merubah Prilaku Masyarakat untuk tidak BAB di sungai 16,0% 3 0,48 8 Masih banyak daerah yang masih sulit dijangkau oleh Petugas
Kesehatan 5,0% 1 0,05
Total 100% 2,98
Selisih Peluang dan Ancaman 0,480
Tabel 3.4: Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan PHBS di Kabupaten Musi Banyuasin
Tujuan Sasaran
Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran
Tercapainya standar pelayanan minimum (SPM) untuk layanan air limbah domistik tahun 2017
Berkurangnya praktek BABS di masyarakat dari 76,17 % ( 423.956 Jiwa ) menjadi 30 % (166.978 Jiwa) pada tahun 2017
Berkurangnya jumlah masyarakat yang melakukan BABS pada tahun 2017
- Meningkatkan sosialisai dan promosi PHBS dan Higiene melalui program pemerintah daerah atau Provinsi - Peningkatan alokasi APBD
dengan menjadikan PHBS menjadi salah satu program prioritas dalam KUA dan PPAS, dan selanjutnya dalam RKA.
- Melibatkan pihak media dan swasta untuk mewujudkan Kabupaten Musi Banyuasin sehat Tahun 2017.
Meningkatkan kehidupan masyarakat yang bersih, sehat melalui perubahan perilaku dan pembangunan sarana sanitasi dan air bersih
Meningkatnya kualitas
kesehatan lingkungan Meningkatkan cakupan Desa ODF dari 10 desa menajdi 35 desa di tahun 2017
- Meningkatkan sosialisai dan promosi PHBS dan Higiene melalui program pemerintah daerah atau Provinsi
- Meningkatkan pemicuan di desa yang masih beresiko tinggi - Melibatkan pihak media dan
swasta untuk mewujudkan Kabupaten Musi Banyuasin sehat Tahun 2017.
- Meningkatkan kapasitas tenaga SDM yang kompetensi dengan dukungan pemerintah daerah - Mengoptimalkan sumber
pendanaan untuk kampaye PHBS yang berasal dari APBD
Kabupaten maupun yang lainaupun sumber pendanaan lainnya
Meningkatkan cakupan PHBS Tersedianya sarana CTPS:
Tahun 75 % dari jumlah sekolah dan Puskesdes pada tahun 2017
Jumlah Pasilitas CTPS bertambah
Meningkatkan peran media
dalam promosi PHBS Meningkatnya peran media
dalam promosi PHBS Pembuatan Media Promosi dan Informasi sadar hidup sehat berupa film, iklan radio, banner, stiker, spanduk, dll.