• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Sekitar Perkebunan Secara historis, Cigudeg merupakan daerah perkebunan yang

INDUSTRI PERKEBUNAN

PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM

II. Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Sekitar Perkebunan Secara historis, Cigudeg merupakan daerah perkebunan yang

mayoritas masyarakatnya juga bekerja di sektor perkebunan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Namun, tidak semua posisi di perkebunan dapat ditempati oleh masyarakat sekitar perkebunan. Masyarakat lebih banyak ditempatkan di bagian kasar atau sebagai buruh perkebunan, baik itu buruh lapangan maupun buruh pabrik. Sedangkan posisi menengah ke atas dari perkebunan banyak ditempati oleh masyarakat pendatang.

Sumber mata pencaharian masyarakat sekitar perkebunan dapat dikatakan sangat beragam. Mereka terdiri dari beragam pekerjaan termasuk menjadi pekerja di perkebunan. Pekerjaan lainnya yang dilakukan masyarakat adalah sebagai pedagang, bertani, Pegawai Negeri, pengusaha, jasa pelayanan dan lainnya. Saat perkebunan masih ditanami tanaman karet, masyarakat yang bekerja sebagai buruh di perkebunan lebih banyak dibandingkan dengan sekarang saat perkebunan ditanami oleh sawit. Selain itu juga atas pengaruh dari perkembangan Kecamatan Cigudeg yang semakin maju, maka masyarakat lebih memilih keluar dari perkebunan dan melakukan usaha sendiri seperti berdagang. Berdasarkan perkemangan tersebut, kelembagaan ekonomi yang terdapat pada masyarakat sekitar perkebunan juga sangat beragam. Kelembagaan ekonomi masyarakat tersebut ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan atau sumber mata pencaharaian mereka.

Masyarakat yang memiliki sektor pekerjaan di perkebunan memiliki kelembagaan ekonomi yang lebih banyak ditentukan oleh perkebunan. Segala

109 bentuk kegiatan ekonomi masyarakat akan tergantung dari peraturan yang diterapkan oleh perkebunan. Kelembagaan ekonomi perkebunan memiliki ciri khusus tersendiri dibandingkan dengan sektor lainnya. Perkebunan merupakan sektor yang berasal dari sistem ekonomi yang bercorak kolonial. Sistem upah yang dilakukan juga memakai standar pengupahan yang paling kecil dan diterapkan di semua daerah perkebunan. Selain itu, di dalam perkebunan jarang terdapat sistem kenaikan maupun penurunan upah buruh secara signifikan saat dinamika ekonomi komoditi perkebunan mengalami ketidakstabilan pasar. Oleh karena itu, dalam perkebunan tidak pernah ada sistem PHK (Pemutusan Hak Kerja) kepada pekerja atau keryawannya, kecuali memang orang tersebut mengundurkan diri dari perkebunan. Sampai saat ini, mayoritas masyarakat yang bekerja sebagai buruh di perkebunan adalah masyarakat lokal sekitar perkebunan dan bahkan secara turun temurun. Sistem kelembagaan ekonomi yang ada pada perkebunan cenderung kaku, tertutup dan sulit untuk dirubah.

Pada perkebunan, terdapat suatu kelembagaan yang mewadahi aspirasi dari pekerja perkebunan yang disebut dengan SP-Bun (Serikat Pekerja Perkebunan). Salah satu kegiatan yang dilakukan pada SP-Bun adalah pengaturan sistem pemberian upah yang dilakukan sakali dalam sebulan pada pekerja perkebunan termasuk juga hal yang berkaitan dengan pemberian bonus dan cuti kerja. SP-Bun ini berfungsi untuk menjembatani kebijakan perusahaan sehingga perusahaan tidak sewenang-wenang dalam membuat suatu kebijakan. Kelembagaan SP-Bun merupakan suatu kelembagaan yang terdiri dari perkumpulan pekerja atau dapat juga disebut sebagai paguyuban pekerja. Selain itu, perkebunan juga memiliki kelembagaan ekonomi Koperasi Harapan Mulya yang dikhususkan bagi karyawan perkebunan. Kelembagaan koperasi karyawan lebih aktif dibandingkan dengan koperasi desa. Saat ini, koperasi desa tidak lagi berkembang, masyarakat hanya memanfaatkan untuk melakukan pembayaran listrik. Sementara koperasi karyawan, beberapa masyarakat yang bukan karyawan perkebunan pun mengetahui keberadaan dari kopeasi ini. Koperasi Harapan Mulya memiliki lima jenis usaha, yaitu simpan pinjam, sewa kenaraan produksi, sewa kendaraan penumpang, sembako dan perdagangan.

Dalam bidang pemberdayaan masayarakat, perkebunan juga memiliki suatu program kemitraan dengan masyarakat sekitar. Program tersebut merupakan bagian dari program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Kegiatan dalam program kemitraan sendiri adalah berupa pemberian pinjaman lunak bagi pengusaha kecil di sekitar perkebunan. Hal ini sesuai dengan tujuan dari program kemitraan yaitu menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar perkebunan. Saat ini, perkebunan memiliki 18 mitra. Sementara mitra yang aktif mulai tahun 2013 adalah 4 mitra.

Kelembagaan ekonomi masyararakat lainnya adalah masyarakat yang bekerja sebagai pedagang. Kelembagaan ini dapat dikatakan sebagai paguyuban pagadang. Mereka merupakan pemanfaat kondisi Kecamatan Cigudeg yang sudah mulai berkembang. Sebagian besar dari mereka merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah dan membawa serta keluarganya untuk hidup di Kecamatan Cigudeg. Pada masyarakat pedagang, terdapat suatu pembagian kerja dalam rumahtannganya. Secara umum, setiap

110

anggota rumahtangga akan dilibatkan dalam kegiatan bekerja. Baik membantu dalam kegiatan berdagang maupun bekerja di sektor lainnya. Dahulu, terdapat suatu kelembagaan ekonomi dari kelompok/paguyuban pedagang atau yang biasa disebut sebagai kelompok pedagang kali lima (PKL). Kelompok PKL ini diketuai oleh Madropik yang sekarang dikenal sebagai sesepuh desa pada bagian sistem perdagangan. Akan tetapi saat ini kelompok tersebut sudah tidak berkembang. Bahkan, banyak dari pedagang saat ini tidak mengetahui akan keberadaan kelompok tersebut.

Daerah Cigudeg merupakan pusat kota bagi masyarakat Kecamatan Cigudeg. Hal itu karena letak kantor Kecamatan Cigudeg, Desa Cigudeg, puskesmas, sekolah dan pasar terletak di Desa Cigudeg. Oleh karena itu masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri lebih banyak dibandingkan dengan desa lainnya. Kelembagaan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri juga tidak ingin kalah dengan masyarakat lainnya yang menggerakan semua anggota keluarganya untuk memanfaatkan kesempatan ekonomi yang dapat diambil dari Cigudeg. Sebagian besar dari mereka selain bekerja sebagai pegawai negeri juga melakukan usaha seperti berdagang dengan membuka warung. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh naggota rumahtangga yang lainnya seperti pasangan, adik maupun orangtua.

Masyarakat sekitar perkebunan memang tidak selalu seluruh masyarakatnya bekerja di sektor perkebunan. Hal itu karena keberadaan perkebunan juga tidak selalu dapat menjanjikan kondisi ekonomi yang sesuai dengan harapan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat sekitar perkebunan banyak yang merambah ke sektor lain selain perkebunan. Hal ini yang menyebabkan kelembagaan ekonomi masyarakat sekitar perkebunan menjadi sangat beragam.