• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Penataan Ruang Daerah

Dalam dokumen Buku Rencana RTRW Kab. Labuhanbatu.pdf (Halaman 175-200)

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

8.6 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah

1. Kelembagaan

Sehubungan dengan berlakunya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka hak, wewenang dan kewajiban kabupaten/kota untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. Dengan demikian susunan personil dan struktur organisasi pembangunan di setiap

Unsur-unsur organisasional beserta instansi yang tercakup dalam pelaksanaan pembangunan wilayah Kabupaten Labuhanbatu adalah :

1. Unsur Teknis, instansi yang terkait adalah :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) b. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarat c. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu d. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa/Keluarahan f. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang

g. Dinas Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi h. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

i. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan j. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

k. Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah l. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

m. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi n. Dinas Pendidikan

o. Dinas Kesehatan

p. Dinas Pasar dan Kebersihan

q. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata r. Kantor Ketahanan Pangan

s. Kantor Informasi Penyuluh Pertanian t. Rumah Sakit Umum Daerah

2. Unsur administrasi, instansi yang terkait adalah : a. Sekretariat Daerah

b. Sekretariat DPRD

c. Badan Kepegawaian Daerah

d. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil e. Kantor Camat

f. Kantor Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi g. Kantor Lurah/Desa

3. Unsur Pendanaan, instansi yang terkait adalah :

a. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah b. Perbankan dan Swasta

4. Unsur Pengawasan dan Pengendalian, instansi yang terkait adalah : a. Badan Lingkungan Hidup

b. Inspektorat

c. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

2. Pembiayaan

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu di bayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan anggaran timbul karena jumlah pengeluaran daerah lebih besar dari jumlah penerimaan sehingga menimbulkan defisit.

Sumber-sumber penerimaan pembiayaan terdiri dari sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya, penerimaan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang. Sedangkan pengeluaran pembiayaan terdiri dari pembentukan dana cadangan, penyertaan modal Pemerintah Daerah, pembayaran pokok hutang yang jatuh tempo dan pemberian pinjaman daerah.

Tanggal : No

Muatan Rancangan Perda RTRW Kabupaten Penelaahan Materi Muatan Teknis Rancangan Perda terhadap: 1. UUPR 2.RTRWN 3.Kebijakan Nasional Bidang Penataan Ruang

4.RTRWP 5.NSPK 6.Konsistensi Muatan Raperda RTRW dengan Materi Teknis

Catatan Penyempurnaan

A B C D

1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 1.1 Tujuan Penataan Ruang

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI Bagian Kesatu

Tujuan Pasal 2

Tujuan penataan ruang kabupaten mewujudkan wilayah kabupaten sebagai pusat jasa dan agroindustri yang berdaya saing dengan mengoptimalkan posisi strategis dan potensi perkebunan dan industri yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Sudah selaras dengan tujuan penataan ruang nasional dan propinsi. Sudah sesuai

1.2 Kebijakan Penataan Ruang

Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi

Pasal 3

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten terdiri atas: a. penguatan peran sentra–sentra perkotaan;

b. peningkatan aksesibilitas internal dan eksternal kabupaten; c. peningkatan pelayanan infrastruktur;

d. pemantapan pola pemanfaatan kawasan budidaya dan kawasan lindung;

Kebijakan penataan ruang yang telah ditetapkan mencerminkan arah dan tindakan dalam mencapai tujuan.

Pasal 4

(1) Strategi penguatan peran sentra–sentra perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. mengembangkan pusat perdagangan dan jasa;

b. mengembangkan pusat agroindustri dan transportasi laut; c. mengembangkan pusat perdagangan dan transportasi udara; d. mengembangkan ibu kota kecamatan lainnya sebagai PPL; dan e. mengembangkan kawasan strategis perkotaan.

(2) Strategi peningkatan aksesibilitas internal dan eksternal kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas:

a. mengembangkan jaringan transportasi darat, laut dan udara; b. meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat pelayanan dengan

desa-desa sekitarnya;

c. membangun bandara udara dan pelabuhan laut; dan d. mengembangkan jaringan rel kereta api.

(3) Strategi untuk peningkatan pelayanan infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, terdiri atas:

a. menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, perniagaan dengan orientasi pelayanan skala regional;

b. memfasilitasi perkembangan kegiatan perbankan dan jasa lainnya; c. membangun jaringan listrik ke desa-desa yang belum terlayani; d. membangun jaringan telekomunikasi ke desa-desa yang belum

terlayani;

e. mengembangkan sistem pengelolaan persampahan secara terpadu dan berwawasan lingkungan;

f. mengembangkan sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan berwawasan lingkungan;

g. mengembangkan sistem jaringan air minum di PKW, PKL dan PPL, serta pada desa-desa rawan air minum;

h. mengembangkan sistem jaringan drainase di perkotaan dan wilayah rawan banjir; dan

i. mengoptimalkan pelayanan jaringan sumber daya air.

(4) Strategi pemantapan pola pemanfaatan kawasan budidaya dan kawasan

Strategi penataan ruang sudah menjabarkan secara detail kebijakan penataan ruang yang telah ditetapkan.

a. memantapkan batas kawasan lindung;

b. melakukan pengelolaan terhadap kawasan lindung demi menjaga kelestariannya;

c. menyediakan lahan bagi pengembangan kegiatan industri serta penyediaan fasilitas pendukung;

d. meningkatkan produktifitas kegiatan perikanan tangkap di wilayah pesisir;

e. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan perkebunan kelapa sawit, karet dan tanaman keras lainnya;

f. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering; g. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan basah; h. mengoptimalkan kegiatan peternakan; dan

i. mengembangkan kawasan perkotaan.

(5) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, terdiri atas:

a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan

d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

2 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN LABUHANBATU

Bagian Kesatu Umum

Muatan rencana struktur ruang, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

a. rencana sistem pusat kegiatan dan b. rencana sistem jaringan prasarana wilayah.

(2) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten digambarkan pada peta rancana struktur ruang kabupaten dengan skala minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

2.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat Kegiatan Pasal 6

Rencana sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. sistem perkotaan; dan b. sistem perdesaan.

Pasal 7

(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas:

a. PKW; b. PKL; c. PKLp; dan d. PPK.

(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Kawasan Perkotaan Rantauprapat;

(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. Aek Nabara; dan

b. Labuhan Bilik;

(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi Kawasan Perkotaan Sungai Berombang; dan

(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi: a. Negeri Lama;

b. Tanjung Sarang Elang; c. Pangkatan; dan

Muatan rencana struktur ruang, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Hirarki sistem perkotaan sudah sesuai dengan RTRW Provinsi Sumatera Utara

Pasal 8

(1) Sistem perdesaaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, berupa PPL.

(2) PPL sebagaimana dimksud pada ayat (1) meliputi a. Kecamatan Bilah Barat;

b. Kecamatan Bilah Hulu; c. Kecamatan Pangkatan; d. Kecamatan Bilah Hilir; e. Kecamatan Panai Hulu; f. Kecamatan Panai Tengah; dan g. Kecamatan Panai Hilir. 2.2 Rencana Sistem Prasarana Wilayah

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 9

(1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b, meliputi:

a. sistem jaringan prasarana utama; dan b. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan pada peta rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

Muatan rencana sistem jaringan prasarana wilayah, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Sudah sesuai

2.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama Paragraf 1

Sistem Jaringan Prasarana Utama Pasal 10

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, terdiri atas:

Muatan Sistem jaringan prasarana utama, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW

d. sistem jaringan transportasi udara. 1 .Sistem jaringan transportasi darat

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, terdiri atas:

a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan

b. jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan.

(2) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. jaringan jalan dan jembatan; b. jaringan prasarana LLAJ; dan c. jaringan pelayanan LLAJ.

(3) Jaringan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan ?????????????????

Pasal 12

(1) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, terdiri atas:

a. jaringan jalan tol;

b. jaringan jalan arteri primer; c. jaringan jalan kolektor primer;

d. rencana pengembangan jaringan jalan; e. rencana peningkatan kondisi jaringan jalan; dan f. rencana pembangunan jembatan.

(2) Jaringan jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa rencana pembangunan jalan tol ruas jalan Medan – Batas Provinsi Sumatera.

(3) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :

a. Batas Kabupaten Asahan – Batas Kota Rantauprapat; b. Jalan Lingkar Rantauprapat;

c. Batas Kota Rantauprapat – Aek Nabara; d. Jalan H.M Said Rantauprapat; dan

Nomenklatur sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Muatan sesuai dengan RTRWP SU 2011-2031, nomenklatur sesuai Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Pembagian ruas jalan telah sesuai dengan Kepmen PU No.630 dan 631 tahun 2009 tentang status dan fungsi jalan.

(4) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf c yang merupakan jalan Provinsi, meliputi :

a. Aek Nabara – Tanjung Sarang Elang;

b. Simpang Ajamu – Labuhan Bilik – Sei Berombang; c. Sigambal – Batas Kabupaten Padang Lawas Utara; d. Batas Tapanuli Utara – Aek Kota Batu (K-2); dan e. Kota Rantauprapat Utara – Panai Hilir

(5) Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa pengembangan Jalan Susur Pantai Timur Sumatera Utara dari Kabupaten Langkat yang melintasi Kabupaten Labuhanbatu di Tanjung Sarang Elang.

(6) Rencana peningkatan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas:

a. peningkatan kondisi jaringan jalan di wilayah pesisir; dan

b. peningkatan kondisi jaringan jalan lokal primer dan lingkungan primer.

(7) Rencana pembangunan jembatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi:

a. pembangunan jembatan yang menghubungkan Desa Pulau Intan Kecamatan Bilah Hilir dengan Kecamatan Pangkatan; dan

b. pembangunan / rehabilitasi jembatan di semua kecamatan. Pasal 13

(1) Jaringan prasarana LLAJ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b, terdiri atas:

a. terminal penumpang; dan

b. rencana pengembangan terminal penumpang

(2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa terminal tipe B Rantauprapat.

(3) Rencana pengembangan terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. peningkatan terminal tipe B rantauprapat menjadi terminal tipe A; b. pembangunan terminal baru tipe B di Labuhan Bilik; dan

Muatan jaringan prasarana LLAJ, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Pasal 14

(1) Jaringan pelayanan LLAJ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c, terdiri atas:

a. jaringan trayek angkutan penumpang; dan b. jaringan lintas angkutan barang.

(2) Jaringan trayek angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. rencana pengembangan jalur angkutan umum Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), melintasi ruas jalan :

1) Rantauprapat – Pekanbaru; dan 2) Rantauprapat – Dumai.

b. rencana pengembangan jalur angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), melintasi ruas jalan :

1) Rantauprapat – Medan;

2) Rantauprapat – Sigura-gura – Doloksanggul; 3) Rantauprapat – Gunungtua – Sipirok;

4) Rantauprapat – Aeknabara - Negeri Lama; dan 5) Rantauprapat – Aeknabara – Pangakatan.

c. rencana pengembangan jalur angkutan umum perdesaaan (Angkudes), meliputi:

1) ruas jalan kolektor; 2) jalan kota;

3) jalan lingkungan; dan 4) jalan desa.

d. pengadaan angkutan umum perintis.

(3) Jaringan lintas angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. Rantauprapat – Aeknabara – Negeri Lama; dan b. Rantauprapat – Aeknabar – Pangkatan.

Pasal 15

Muatan jaringan pelayanan LLAJ, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten

dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b, merupakan pelayanan angkutan sungai yang meliputi Tanjung Sarang Elang – Labuhan Bilik – Sungai Berombang – Sungai Pegantungan.

2. Rencana sistem perkeretaapian Pasal 16

(1) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, meliputi:

a. rencana jaringan kereta api; dan

b. rencana pengembangan stasiun kereta api (2) Rencana jaringan kereta api, meliputi:

a. jaringan rel kereta api dari Kota Rantauprapat ke Kota Pinang; dan b. jaringan rel kereta api dari Aeknabara ke Tanjung Sarang Elang. (3) Rencana pengembangan stasiun kereta api, meliputi:

a. peningkatan pelayanan Stasiun Rantauprapat di Kota Rantauprapat; dan

b. pembangunan stasiun kereta api baru di Aek Nabara dan Tanjung Sarang Elang sebagai bagian pembangunan jalur rel kereta api baru ke arah Kota Pinang.

Muatan Sistem perkeretaapian, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Sudah sesuai dengan RTRWP SU

Sudah sesuai

3. Sistem transportasi laut

Pasal 17

(1) Sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, meliputi:

a. pelabuhan laut; dan b. alur pelayaran.

(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. rencana pengembangan Pelabuhan Pengumpul Nasional Tanjung

Sarang Elang; dan

b. rencana pengembangan Pelabuhan Pengumpul Nasional Sei Berombang.

(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi rencana pengembangan pada jalur Pelabuhan Tanjung Sarang Elang ke Pelabuhan Labuhanbilik.

Sesuai Dengan Program Pengembangan Coastal Marine, kebijakan Nasional.

Sistem transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf d, berupa rencana pembangunan bandar udara di Kecamatan Bilah Hulu (Aeknabara).

16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten dan RTRWP SU 2011-2031 dan RTRWP SU.

2.2.2 Sistem Jaringan Prasarana lainnya Pasal 19

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b, meliputi:

a. sistem jaringan energi; b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. gistem jaringan prasarana lingkungan.

Muatan Sistem jaringan prasarana lainnya, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten.

Sudah sesuai

1. Sistem Jaringan Energi

Paragraf 3 Sistem Jaringan Energi

Pasal 20

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, terdiri atas:

a. gardu induk;

b. pembangkit listrik; dan c. jaringan listrik.

(2) Gardu induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. gardu induk di Rantauprapat Kecamatan Rantau Utara; b. gardu induk di Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah; dan

c. rencana pembangunan gardu induk di Tanjung haloban di Kecamatan Bilah Hilir.

(3) Pembangkit listrik sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan tenaga diesel

berlokasi jauh dari pusat permukiman; dan

b. pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan tenaga gelombang laut pada kawasan pantai di Kecamatan Panai Hilir. (4) Jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. rencana pemasangan jaringan listrik; b. rencana penambahan daya listrik; dan

Muatan Sistem jaringan prasarana lainnya, sudah sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten dan Sudah sesuai dengan RTRW Prov. Sumut 2011-2031.

(5) Rencana pemasangan jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, meliputi:

a. Kecamatan Panai Tengah; dan b. Kecamatan Panai Hilir.

(6) Rencana penambahan daya listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, meliputi:

a. Kecamatan Bilahhulu; dan b. Kecamatan Rantauselatan.

(7) Rencana penambahan jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, meliputi:

a. Kecamatan Bilahhulu, meliputi; 1) Dusun Pondok Indomi; dan

2) Pondok Papan (Desa Bandar Tinggi); b. Kecamatan Pangkatan, meliputi:

1) Dusun Setia (Desa Sennah); dan

2) Dusun Siborong-Borong (Desa Kp. Padang); c. Kecamatan Bilahhilir, meliputi:

1) Lingkungan Pintasan (Kel. Negeri Baru); dan 2) Dusun Sei Kasih Dalam (Desa Sei Kasih)

d. Kecamatan Panaihulu, meliputi beberapa dusun yang belum terdapat jaringan listrik.

2. Sistem Jaringan Telekomunikasi Paragraf 4

Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 21

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, terdiri atas:

a. jaringan kabel telepon; dan b. telepon nirkabel.

(2) Jaringan kabel telepon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa pengembangan jaringan telekomunikasi berbasis kabel di pusat

a. penerapan sistem menara bersama; dan b. pengembangan jaringan telekomunikasi nirkabel.

(4) Pengembangan jaringan telekomunikasi nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi:

a. Kecamatan Bilah Hulu; b. Kecamatan Pangkatan; c. Kecamatan Bilah Hilir; d. Kecamatan Panai Tengah dan; e. Kecamatan Panai Hilir.

(5) Pembangunan jaringan telekomunikasi di Kecamatan Bilah Hulu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, meliputi semua desa. (6) Pembangunan Jaringan Telekomunikasi di Kecamatan Pangkatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, meliputi: a. Desa TT Pangkatan;

b. Desa Tanjung Harapan; c. Desa Pangkatan; dan d. Desa Sennah

(7) Pembangunan Jaringan Telekomunikasi di Kecamatan Bilah Hilir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c, meliputi:

a. Desa Selat Besar; b. Desa Tg Haloban; c. Desa Sei Kasih; d. Desa Sei Tarolat; e. Desa Sei Tampang; f. Perkebunan - Negeri Lama; g. Desa Sidomulyo;

h. Desa Negeri Lama Sebrang; i. Perkebunan Sannah; j. Desa KP. Bilah; dan k. Perkebunan Bilah.

(8) Pembangunan Jaringan Telekomunikasi di Kecamatan Panai Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d, meliputi:

a. Desa Sei Siarti; b. Desa Selat Beting;

d. Desa bagan Bilah; e. Desa Sei Rakyat; dan f. Desa Sei Nahodaris

(9) Pembangunan Jaringan Telekomunikasi di Kecamatan Panai Hilir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e, meliputi:

a. Desa Sei tawar; b. Desa Wonosari; c. Desa Sei Lumut; dan d. Desa Sei baru.

3. Sistem Jaringan Sumber Daya Air Paragraf 5

Sistem Jaringan Sumberdaya Air Pasal 22

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas:

a. wilayah sungai (WS); b. jaringan irigasi;

c. jaringan air baku untuk air minum; dan d. sistem pengendali banjir

(2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yang melintasi Kabupaten Labuhanbatu meliputi wilayah sungai Barumun-Kualuh dan secara khusus merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bilah dan DAS Panai;

(3) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah;

b. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Provinsi; dan c. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pemerintah Kabupaten.

(4) DI kewenangan Pemerintah, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi DI Bulung Ihit dengan luas kurang lebih 3.300 (tiga ribu tiga ratus) hektar.

(5) DI kewenangan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Nomenklatur sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, sudah sesuai dengan Kebijakan Nasional tentang jaringan Irigasi.

(3) huruf c, meliputi:

a. DI Aek Palia dengan luas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar; b. DI Aek Tobing dengan luas kurang lebih 210 (dua ratus sepuluh)

hektar;

c. DI Bandar Lama dengan luas kurang lebih 215 (dua ratus lima belas) hektar;

d. DI Bangun Sari dengan luas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar;

e. DI Kapung Lalang dengan luas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar; dan

f. DI Parmerahan dengan luas kurang lebih 250 (dua ratus lima puluh) hektar.

(7) Rencana pengembangan jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. meningkatkan sistem irigasi pada lahan sawah yang sudah beririgasi teknis; dan

b. meningkatkan sistem irigasi pada lahan sawah setengah teknis menjadi teknis;

c. lahan sawah yang dimaksud pada huruf a dan b meliputi: 1) Kecamatan Rantau Selatan;

2) Kecamatan Rantau Utara; dan 3) Kecamatan Bilah Barat.

(8) Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi;

a. Kecamatan Panai Hulu;

b. Kecamatan Panai Tengah;

c. Kecamatan Panai Hilir;

d. Kecamatan Bilah Barat;

e. Kecamatan Pangkatan; dan

f. Kecamatan Bilah Hulu.

(9) Sistem pengendalian banjir di Wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

b. pembangunan kanal pengendalian debit air di Kecamatan Panai Hilir dan Bilah Hilir; dan

c. pembangunan benteng/tanggul sungai Barumun di Kecamatan Panai Hulu untuk melindungi limpahan air sungai ke daratan.

4. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Paragraf 6

Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan Pasal 23

(1) Sistem jaringan prasana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, terdiri atas:

a. sistem jaringan persampahan; b. sistem jaringan air minum; dan c. utilitas umum.

(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. Tempat Penampungan Sementara (TPS); dan b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

(3) Penyedian TPS pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten;

(4) Peningkatan sistem pengolahan sampah dari open dumping menjadi sistem Sanitary landfill di TPA Parlayuan; dan

(5) Pembangunan TPA baru, meliputi:

a. Desa Janji, Kecamatan Bilah Barat seluas kurang lebih 5 (lima) hektar; b. Desa Sei Tampang, Kecamatan Bilah Hilir;

c. Desa Sei Lumut, Kecamatan panai Hilir; dan d. Desa Sidorukun, Kecamatan Pangkatan.

(6) Sosialisasi penanganan sampah mulai dari rumah tanga dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle).

(7) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf b terdiri atas:

a. optimalisasi sistem pelayanan air minum di kota-kota utamadi

Nomenklatur sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten

Hulu;

c. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Pangkatan;

d. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Bilah Barat;

e. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Bilah Hilir;

f. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Panai Hulu;

g. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Panai Tengah; dan

h. penyediaan sarana air minum skala perdesaan di Kecamatan Panai Hilir.

(8) Utilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf c terdiri atas: a. pasar;

b. pendidikan; dan c. kesehatan.

3 RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN LABUHANBATU

Bagian Kesatu Umum Pasal 24

(1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:

a. kawasan lindung;

b. kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digambarkan pada peta Pola Ruang Kabupaten dengan tingkat ketelitian minimal 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Nomenklatur sesuai dengan Permen PU No 16/PTRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten

Sudah sesuai

Kawasan Lindung Pasal 25

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan e. kawasan rawan bencana.

Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten

1. Kawasan Hutan Lindung

Pasal 26

(1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a seluas kurang lebih 18.046 (delapan belas ribu empat puluh enam) hektar meliputi:

a. Kecamatan Panai Hilir seluas kurang lebih 1.916 (seribu sembilan ratus enam belas) hektar;

b. Kecamatan Panai Hulu seluas kurang lebih 669 (enam ratus enam puluh sembilan) hektar;

c. Kecamatan Bilah Barat seluas kurang lebih 8.820 (delapan ribu delapan ratus dua puluh) hektar;

d. Kecamatan Bilah Hulu seluas kurang lebih 1.037 (seribu tiga puluh tujuh) hektar;

e. Kecamatan Panai Tengah seluas kurang lebih 2.345 (dua ribu tiga ratus empat puluh lima) hektar;

f. Kecamatan Rantau Utara seluas kurang lebih 888 (delapan ratus delapan puluh delapan) hektar; dan

g. Kecamatan Rantau Selatan seluas kurang lebih 2.371 (dua ribu tiga ratus tujuh puluh satu) hektar.

Substansi sudah sesuai dengan sistematika dalam Permen PU No. 16 Th. 2009.

Sudah sesuai

2. Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhada Kawasan Bawahannya

Dalam dokumen Buku Rencana RTRW Kab. Labuhanbatu.pdf (Halaman 175-200)