• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Rencana RTRW Kab. Labuhanbatu.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Rencana RTRW Kab. Labuhanbatu.pdf"

Copied!
323
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terselesaikannya Buku Rencana dari Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011.

Penyusunan RTRW Kabupaten Labuhanbatu ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai gambaran umum dengan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kemudian di jelaskan mengenai rencana struktur dan pola ruang serta penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di Kabupaten Labuhanbatu.

Selain produk Buku Rencana, juga dihasilkan album peta serta Rancangan Peraturan Daerah yang kemudian akan disahkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu. Kami berharap Buku Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu ini dapat menjadi acuan dalam pembangunan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kami berterima kasih kepada pihak – pihak terkait serta masyarakat Kabupaten Labuhanbatu yang telah memberikan masukan baik berupa data dan informasi yang berkaitan dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu ini.

Demikianlah Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ini disampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait diucapkan terima kasih.

Labuhanbatu, Desember 2011

DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN LABUHAN BATU

(3)

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR PETA... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii BAB 1 PENDAHULUAN... I - 1 1.1 Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Labuhanbatu ... I - 1 1.2 Profil Wilayah Kabupaten Labuhanbatu... I - 10

1.2.1 Gambaran Umum Wilayah ... I - 10 1.2.2 Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia... I - 21 1.2.3 Potensi Bencana Alam ... I - 31 1.2.4 Potensi Sumber Daya Alam ... I - 34 1.2.5 Potensi Ekonomi Wilayah... I - 41 1.3 Isu - Isu Strategis ... I - 54 BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG... II - 1 2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah ... II - 1 2.2 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah ... II - 2 2.3 Strategi Penataan Ruang Wilayah... II - 2 BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG ... III - 1 3.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan ... III - 1 3.1.1 Sistem Perkotaan... III - 1 3.1.2 Sistem Perdesaan... III - 3 3.1.3 Hierarki Kawasan Perkotaan... III - 3 3.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah ... III - 6 3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama ... III - 6 3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya ... III - 13

BAB 4 RENCANA POLA RUANG...

IV - 1 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ... IV - 3 4.1.1 Kawasan Hutan Lindung ... IV - 4 4.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan

Bawahannya... IV - 5 4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat ... IV - 6 4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya... IV - 8 4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam... IV - 10 4.1.6 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan... .. IV - 10 4.2 Kawasan Budidaya... IV - 10 4.2.1 Kawasan Hutan Produksi ... IV - 11 4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian... IV - 11 4.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan ... IV - 14 4.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan ... IV - 15 4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri ... IV - 15 4.2.6 Kawasan Peruntukan Permukiman ... IV - 16

(4)

5.2 Ketentuan Umum Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Provinsi

Sumatera Utara ... V - 1 5.3 Ketentuan Umum Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten

Labuhanbatu... V - 2 5.3.1 Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi... V - 4 5.3.2 Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya

Dukung Lingkungan... V - 6 BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... VI - 1 BAB 7 KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG ... VII – 1 7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi... VII - 2 7.2 Ketentuan Umum Perizinan ... VII - 17 7.3 Ketentuan Insentif Dan Disinsentif... VII - 18 7.4 Arahan Sanksi... VII - 20 BAB 8 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT SERTA

KELEMBAGAAN DALAM PENATAAN RUANG... VIII - 1 8.1 Hak Masyarakat ... VIII - 2 8.2 Kewajiban Masyarakat ... VIII - 3 8.3 Tujuan Pengaturan Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam

Penataan Ruang ... VIII - 4 8.4 Bentuk Peran Masyarakat ... VIII - 4 8.5 Tata Cara Peran Masyarakat... VIII - 5 8.6 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah... VIII - 6

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Kecamatan, dan Rasio Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu.... I - 13 Tabel 1.2 Tutupan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 ... I - 19 Tabel 1.3 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata

Dan Kepadatan Penduduk Per Km2 Tiap Kecamatan Di Kabupaten

Labuhanbatu Tahun 2009 ... I - 22 Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Di

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009... I - 24 Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Per Kecamatan Di

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009... I - 25 Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tiap Kecamatan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009... I - 26 Tabel 1.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tiap Kecamatan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 ... ... I - 27 Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 ... ... I - 28 Tabel 1.9 Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Data dan Hasil Proyeksi

Menurut Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu ... I - 30 Tabel 1.10 Perkembangan Gerakan Tanah Yang Terjadi Di Kabupaten Labuhanbatu ... I - 31 Tabel 1.11 Desa / Kelurahan Yang Rawan Terjadi Bencana Alam Banjir di

Kabupaten Labuhanbatu... I - 32 Tabel 1.12 Produksi Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 ... I - 35 Tabel 1.13 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Berlaku 2007-2009 ... I - 41 Tabel 1.14 Persentase Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB)

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar harga Berlaku 2007-2009 ... I - 42 Tabel 1.15 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2007-2009 ... I - 43 Tabel 1.16 Persentase Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB)

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2007-2009... I - 43 Tabel 1.17 Pola Aliran Komoditas Pertanian Di Kabupaten Labuhanbatu ... I - 45 Tabel 1.18 Sektor / Komoditas Basis Kabupaten Labuhanbatu... I - 49 Tabel 1.19 Proyeksi Ekonomi Menurut Skenario 1... I - 52 Tabel 1.20 Proyeksi Ekonomi Menurut Skenario 2... ... I - 53 Tabel 3.1 Rencana Fungsi Utama Sistem Perkotaan Kabupaten Labuhanbatu ... III - 4 Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Jaringan Listrik di Kabupaten Labuhanbatu ... III - 15 Tabel 3.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi di Kabupaten Labuhanbatu ... III - 17 Tabel 3.4 Jaringan Irigasi Menurut Kewenangan Di Kabupaten Labuhanbatu ... III - 19 Tabel 3.5 Rencana Pengendalian Wilayah Rawan Terjadi Bencana Alam Banjir... III - 20 Tabel 3.6 Rencana Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Labuhanbatu ... III - 22

(6)

Tabel 3.7 Rencana Arahan Wilayah Pengembangan Pelayanan Air Minum di

Kabupaten Labuhanbatu... III - 24 Tabel 4.1 Kawasan Hutan Menurut Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor : SK.44/Menhut-II/2005... IV - 2 Tabel 4.2 Kawasan Hutan Kabupaten Labuhanbatu Berdasarkan Rekomendasi

Tim Terpadu Terhadap Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

SK.44/Menhut-II/2005 ... IV - 3 Tabel 4.3 Luasan Hutan Lindung Di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 5 Tabel 4.4 Luasan Resapan Air Di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 6 Tabel 4.5 Luasan Sempadan Sungai Di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 7 Tabel 4.6 Kriteria Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya ... IV - 8 Tabel 4.7 Rencana Luasan Pertanian Lahan Basah di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 12 Tabel 4.8 Rencana Luasan Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 13 Tabel 4.9 Rencana Luasan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 13 Tabel 4.10 Rencana Luasan Perkebunan Karet di Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 14 Tabel 4.11 Pembagian Luas Satuan Penggunaan Lahan Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 18 Tabel 5.1 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Labuhanbatu ... V - 8 Tabel 6.1 Indikasi Program Utama Perwujudan Rencana Tata Ruang WilayaH

Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011 – 2031... VI - 2 Tabel 7.1 Arahan Aturan Zonasi Dalam RTRW Kabupaten Labuhanbatu ... VII - 7 Tabel 7.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Labuhanbatu ... VII - 10

(7)

DAFTAR PETA

Peta 1.1 Orientasi Wilayah ... I - 12 Peta 1.2 Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu ... I - 14 Peta 1.6 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Labuhanbatu ... I - 20 Peta 1.7 Peta Kepadatan Penduduk ... I - 23 Peta 3.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Labuhanbatu ... III - 5 Peta 3.2 Rencana Jaringan Prasarana Kabupaten Labuhanbatu... III - 26 Peta 4.1 Rencana Pola Ruang Kabupaten Labuhanbatu ... IV - 17 Peta 5.1 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Labuhanbatu ... V - 9

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 1998 - 2009 ... I - 21 Gambar 1.2 Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu

Tahun 2009 ... I - 22 Gambar 1.3 Persentase Penduduk menurut suku bangsa

di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2009 ... I - 26 Gambar 1.5 Persentase Penduduk menurut Agama

di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009... I - 27 Gambar 1.6 Persentase Penduduk Menurut Status Pendidikan ... I - 28 Gambar 1.6 Proyeksi Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu sampai

dengan Tahun 2031 ... I - 30 Gambar 1.7 Pola Pertumbuhan PDRB Kabupaten Labuhanbatu Atas Dasar Harga

Konstan ... I - 44 Gambar 1.8 Pola Aliran Komoditas CPO di Kabupaten Labuhanbatu... I - 46 Gambar 1.9 Pola Aliran Komoditas Karet di Kabupaten Labuhanbatu... I - 47 Gambar 1.10 Pola Aliran Komoditas Perikanan Laut di Kabupaten Labuhanbatu ... I - 48 Gambar 1.11 Skenario 1 : Laju Pertumbuhan Pesimis ... I - 50 Gambar 1.12 Skenario 2 : Laju Pertumbuhan Optimis ... I - 51 Gambar 1.13 Pola Pertumbuhan Ekonomi sesuai Skenario 1... I - 52 Gambar 1.14 Pola Pertumbuhan Ekonomi sesuai Skenario 2... I - 53 Gambar 3.1 Bagan Hirarki Sistem Perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu... III - 2

(9)

1.1

Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Labuhanbatu

1. Pasal 18 ayat (6) Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 7/Drt/Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

BAB

1

(10)

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

12. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

13. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327);

14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

15. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380);

(11)

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

17. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

19. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4441);

20. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

22. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

(12)

23. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

24. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

25. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

26. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

27. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

28. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);

29. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

30. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

31. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

32. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4974);

33. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,

(13)

34. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)

35. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 149 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);

36. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 154,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5073);

37. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

38. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

(14)

43. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3934); 44. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145);

45. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

47. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

48. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4254); 49. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); 50. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

51. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489);

52. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

(15)

53. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

54. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);

55. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4638);

56. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);

57. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

58. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 59. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

60. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

61. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

62. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(16)

Nomor 5004);

63. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5070);

64. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);

65. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);

66. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 67. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah

Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

68. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5111);

69. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5112);

70. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5116);

71. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5151);

(17)

Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5154);

73. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

74. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743);

75. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

76. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

77. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

78. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2009 tentang Pengembangan Infrastruktur Istana Kepresidenan, Kebun Raya dan Benda Cagar Budaya Tertentu;

79. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;

80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi;

82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor;

83. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;

(18)

84. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

85. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

86. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

87. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

88. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

89. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

90. Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Nomor 42 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2011-2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Labuhanbatu Nomor 42 Tahun 2011 Seri D Nomor 42).

1.2

Profil Wilayah Kabupaten Labuhanbatu

1.2.1 Gambaran Umum Wilayah

A. Letak Geografis

Kabupaten Labuhanbatu secara geografis terletak pada 1º00’ - 2º13’ Lintang Utara, 99º40’ - 100º21’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 215 m diatas permukaan laut. Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian timur Provinsi Sumatera Utara. Karena luas wilayah yang begitu besar (922.318 ha) maka Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2008 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten menjadi :  Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten induk);

 Kabupaten Labuhanbatu Utara (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten

(19)

 Kabupaten Labuhanbatu Selatan (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara).

Dari pemekaran tersebut, posisi Kabupaten Labuhanbatu berada diantara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meskipun telah mekar, Kabupaten Labuhanbatu tetap memiliki wilayah yang bervariasi dari laut hingga bukit.

Jika diperhatikan posisi geografis Kabupaten Labuhanbatu, Kota Rantau Prapat khususnya merupakan pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Utara dari arah pantai timur Pulau Sumatera khususnya dari Provinsi Riau dan sekaligus pusat pertumbuhan di bagian Timur Sumatera Utara. Sebagai daerah lintasan dan pusat pertumbuhan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki peranan yang sangat penting dalam melayani wilayah hinterlandnya.

Dalam konteks Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu yang dalam hal ini direpresentasikan dengan Kota Rantau Prapat memiliki jarak yang bervariasi ke kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota utama yang paling jauh untuk ditempuh dari Kota Rantau Prapat adalah Kota Sidikalang (Kabupaten Dairi), sedangkan Kota terdekat utama adalah Kota Kisaran (Kabupaten Asahan). Hal ini menunjukan tingkat hubungan interaksi atau antar kota baik dalam bentuk orang maupun barang. Dengan mengadopsi rumus fisika, bahwa kekuatan tarik menarik antar kota merupakan fungsi jarak, semakin dekat jarak kota maka semakin besar pula interaksi orang dan barangnya dan sebaliknya semakin jauh jarak antar kota tersebut maka semakin kecil pula tingkat interaksi orang dan barangnya.

(20)
(21)

B. Wilayah Administrasi

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara, maka wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu menjadi berkurang. Saat ini secara administrasi, wilayah Kabupaten Labuhanbatu memiliki batas wilayah yaitu :

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka (Malaysia) ,

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan,

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Padang Lawas Utara,

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Propinsi Riau.

Tabel 1.1

Luas Kecamatan dan Rasio Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Rasio terhadap

luas total (%) 1 Bilah Barat 202.98 7.92 2 Rantau Utara 112.47 4.39 3 Rantau Selatan 64.32 2.51 4 Bilah Hulu 293.23 11.45 5 Pangkatan 355.47 13.88 6 Bilah Hilir 430.83 16.82 7 Panai Hulu 276.31 10.79 8 Panai Tengah 483.74 18.89 9 Panai Hilir 342.03 13.35 Kab. Labuhanbatu 2,561.38 100.00

Sumber : Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Setelah mengalami pemekaran menjadi 3 kabupaten, Kabupaten Labuhanbatu (induk) memiliki luas 2.561,38 Km2 dari 9.223,18 Km2 luas sebelumnya atau 27,7 % dari luas sebelumnya. Kabupaten Labuhanbatu yang dulunya memiliki 22 kecamatan, dengan pemekaran menjadi 9 kecamatan.

(22)
(23)

C. Kondisi Topografi

Kondisi topografi dan kelerengan merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan rencana pemanfaatan ruang dan bersifat “given” sehingga dalam pemanfaatannya untuk dapat berfungsi sebagai kawasan budidaya khususnya pada kondisi topografi dan kelerengan yang curam / sangat curam membutuhkan teknologi yang tinggi. Dengan demikian kondisi topografi dan kelerengan merupakan potensi sekaligus batasan dalam pengembangan lahan. Sedangkan morfologi adalah pengelompokan bentuk bentang alam berdasarkan rona, kemiringan lereng secara umum dan ketinggiannya pada beberapa satuan morfologi. Secara umum morfologi dapat dibagi menjadi :  Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi

oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang dengan kisaran kemiringan lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua subsatuan, yakni: subsatuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan subsatuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kemiringan lereng >2% - 5%.

 Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih rinci satuan morfologi perbukitan dapat dibagi atas tiga subsatuan, yakni: subsatuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5% - 15%; subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng antara 15% - 40%; subsatuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40%.

 Satuan morfologi tubuh gunung berapi merupakan subsatuan perbukitan sedang hingga terjal , namun membentuk kerucut tubuh gunung berapi.

(24)

Berdasarkan kondisi eksisting topografi, morfologi dan kelerengan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu berada pada ketinggian 0 – 215 m di atas permukaan laut dan dengan morfologi datar pada bagian pantai serta berbukit hingga pegunungan di bagian selatan.

Kondisi topografi Kabupaten Labuhanbatu pada umumnya memiliki ketinggian yang rendah dengan kelerengan yang relatif datar dari Kecamatan Panai Hilir hingga Kecamatan Pangkatan dan sebagian kecil merupakan wilayah dengan kelerengan yang besar di bagian paling selatan (Kecamatan Bilah Hilir dan Bilah Hulu). Kondisi topografi dan kelerengan Kabupaten Labuhanbatu menguntungkan berdasarkan data yang ada karena luasnya wilayah dengan kelerengan yang relatif datar ( > 50 %). Hal ini memberikan peluang bagi Kabupaten Labuhanbatu untuk mengembangkan wilayahnya untuk kawasan budidaya lebih luas.

D. Kondisi Geologi

Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisiknya khususnya kondisi geologi atau batuan. Karena hal ini memberikan daya dukung terhadap jenis penggunaan lahan yang dapat berkembang diatasnya.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pematang Siantar Sumatera, yang disusun pada tahun 1982 dengan skala 1 : 250.000, bahwa kondisi geologi di Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari :

 Batuan Sedimen dan Metasedimen, antara lain :

- Qh : Aluvium Muda (pasir, kerikil, rawa bakau, fluviatil, asallaut dan lakustrin),

Jenis batuan ini membentang luas dari bagian utara hingga ke arah selatan Kabupaten Labuhanbatu khususnya dari Kecamatan Panai Hilir hingga Kecamatan Pangkatan.

- Qp : Aluvium Tua (kerikil, pasir, lempung),

Jenis batuan ini banyak terdapat di sekitar sungai yang mengalir ke arah laut khususnya dari Kecamatan Pangkatan hingga Panai Hilir yang dilingkupi oleh aluvium muda.

(25)

Jenis batuan ini terdapat di Kecamatan Bilah Hilir dan Kecamatan Bilah Hulu. Jika dilihat lapisannya membentang dengan arah dari tenggara ke arah barat laut.

- Tmt : Formasi Telisa (serpih berfosil laut dengan lapisan tipis glaukonit batu pasir dan batu gamping),

- Tms : Formasi Sihapas (konglomerat breksi, batu pasir, batu lanau, dan serpih tipis-tipis),

- Tmsk : Anggota Kanan (batu pasir berlapis, kadang-kadang glaukonitan dan batu lanau),

- Put : kelompok Tapanuli Tak Terpisahkan (sama dengan formasi Bahorok, tetapi lebih dominan wake/batu pasir dengan klastika-klastika, berukuran lebih kecil 2 mm. Greensekis malihan. Setempat karena intensitas temperatur. Dekat sentuhan intrusif),

Batuan Gunungapi, antara lain :

- Qvt : Tufa Toba (batuan polimik bersusunan riolit-dasit, aliran tufa kristal, gelas, debu dengan sedikit tufa eksposif pada bagian atas); - Mpih : Granit hatapang (granit biotit dan muskovit, pegmatit, greisen

dan urat kuarsa, mineralisasi timah dan tungsten).

Sebaran batuan / geologi yang ada di Kabupaten Labuhanbatu bervariasi di bagian utara atau bagian pantai terdapat aluvial, regosol dan organosol. Jenis batuan ini berada persis di pinggiran laut dan sungai. Setelah itu diikuti oleh padsolik merah kekuningan sebagian yang paling besar dan berada di bagian tengah Kabupaten Labuhanbatu. Dan pada wilayah selatan didominasi oleh batuan padsolik kuning.

E. Klimatologi

Seperti umumnya daerah-daerah di Propinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu termasuk daerah yang beriklim tropis. Daerah ini memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kedua musim ini biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya curah hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Selama tahun 2006, rata-rata hari hujan di Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 12 hari per bulan dengan rata-rata curah hujan 301,67 mm per bulan. Sedangkan untuk tahun 2007 (data sebelum pemekaran)

(26)

terdapat rata-rata hari hujan 12,75 hari per bulannya. Artinya hampir 50% tiap bulannya terjadi hujan dengan curah hujan 329 mm per bulan. Terjadi peningkatan curah hujan. Jika hal ini terus terjadi maka semakin tinggi potensi terjadi genangan di Kabupaten Labuhanbatu.

F. Tutupan Lahan

Analisis penggunaan lahan Kabupaten Labuhanbatu dilakukan melalui interpretasi foto satelit hingga menghasilkan peta tutupan lahan. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, sementara foto satelit yang digunakan bersumber dari ALOS Tahun 2008 dengan ukuran pixel 15 meter. Berikut sumber data Citra Tutupan Lahan Kabupaten Labuhanbatu yang digunakan dalam menginterpretasikan penggunaan lahan yang terdiri dari 3 scene.

Berdasarkan hasil interpretasi tutupan lahan Kabupaten Labuhanbatu dari data citra Kabupaten Labuhanbatu tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat 14 satuan penggunaan lahan yang mencakup baik fungsi lindung maupun budidaya. Penggunaan lahan yang berfungsi lindung meliputi hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, hutan rawa sekunder, rawa, semak belukar rawa dan semak/belukar, dimana keseluruhannya mencakup 16,62% dari luas kabupaten. Sementara penggunaan lahan yang berfungsi budidaya meliputi industri, permukiman, perkebunan sawit dsb, dimana keseluruhannya mencakup 83,38% dari luas kabupaten. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Labuhanbatu sangat intensif. Pemanfaatan lahan terbesar terjadi pada perkebunan sawit, pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran dengan proporsi masing-masing sebesar 37.53%, 18.07% dan 15.29% dari luas kabupaten. Secara keseluruhan luas masing-masing satuan penggunaan lahan Kabupaten Labuhanbatu ditunjukkan pada Tabel 1.2 dan Peta 1.6.

Analisis penggunaan lahan tersebut dapat dibandingkan dengan penetapan kawasan hutan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 44 Tahun 2005 (Peta 1.8). Bila keduanya dibandingkan (overlay), terlihat bahwa beberapa bagian dari kawasan hutan sudah dimanfaatkan menjadi kegiatan budidaya. Kondisi ini

(27)

umumnya berlangsung di area pesisir yang saat ini mengalami ekspansi kegiatan pertanian lahan kering.

Tabel 1.2

Tutupan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008

No. Land Cover Luas (Ha) Persentase (%)

1 Hutan Mangrove Primer 998.94 0.38

2 Hutan Mangrove Sekunder 2,740.68 1.07

3 Hutan Rawa Sekunder 8,350.10 3.26

4 Industri/Pabrik 153.68 0.06

5 Pemukiman 5,378.90 2.10

6 Perkebunan Sawit 96,128.59 37.53

7 Perkebunan Karet 6,941.34 2.71

8 Pertanian Lahan Kering 46,284.14 18.07

9 Pertanian Lahan Kering Campuran 39,163.50 15.29

10 Rawa 2,433.31 0.95

11 Sawah 19,210.35 7.50

12 Semak Belukar Rawa 18,672.46 7.29

13 Semak/Belukar 9,374.65 3.66

14 Tambak 307.37 0.12

Luas 256,138.00 100.00

Sumber : hasil perhitungan dari interpretasi tutupan lahan Kabupaten Labuhanbatu, data ALOS DATA GEOTIFF, 2008.

(28)
(29)

1.2.2 Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia

A. Laju Pertumbuhan Penduduk

Secara umum, laju pertumbuhan penduduk Labuhanbatu per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 - 2009 sebesar 2,20 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Rantau Selatan adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Labuhanbatu yakni sebesar 4,03 persen, sedangkan yang terendah di Kecamatan Panai Hilir yakni sebesar 0,96 persen. Kecamatan Bilah Hilir walaupun menempati urutan keempat dari jumlah penduduk namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah terendah kedua setelah Kecamatan Panai Hilir yakni hanya sebesar 0,98 persen. Kecamatan Rantau Utara jumlah penduduknya yang paling banyak dan laju pertumbuhannya masih di atas laju pertumbuhan penduduk Labuhanbatu yakni sebesar 2,45 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1

Gambar 1.1

Perkembangan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 1998 - 2009

Sumber: Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

B. Penyebaran Dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu (setelah pemekaran) yaitu 414.417 Jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Rantau Utara yaitu sebanyak 82.785 jiwa dengan kepadatan penduduk 736 jiwa per km2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pangkatan sebanyak 31.867 jiwa dengan kepadatan penduduk 90 jiwa per km2. Kecamatan Rantau

(30)

Selatan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 896 jiwa per km2 dan Kecamatan Panai Tengah merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu sebesar 69 jiwa per km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 1.3

Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Banyaknya Kepadatan

Rumah

tangga Penduduk Rata-rata

Penduduk Jiwa/ Km² 1 Bilah Hulu 293.23 13,236 56,099 4 191 2 Pangkatan 355.47 7,392 31,867 4 90 3 Bilah Barat 202.98 7,669 33,738 4 166 4 Bilah Hilir 430.83 11,480 49,831 4 116 5 Panai Hulu 276.31 7,565 33,259 4 120 6 Panai Tengah 483.74 7,480 33,340 4 69 7 Panai Hilir 342.03 7,609 35,888 5 105 8 Rantau Selatan 64.32 12,958 57,610 4 896 9 Rantau Utara 112.47 18,554 82,785 4 736 Jumlah 2561.38 93,943 414,417 4 162

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analis 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Gambar 1.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Selatan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 896 jiwa per km2 dan Kecamatan Panai Tengah merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu sebesar 69 jiwa per km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 1.3

Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Banyaknya Kepadatan

Rumah

tangga Penduduk Rata-rata

Penduduk Jiwa/ Km² 1 Bilah Hulu 293.23 13,236 56,099 4 191 2 Pangkatan 355.47 7,392 31,867 4 90 3 Bilah Barat 202.98 7,669 33,738 4 166 4 Bilah Hilir 430.83 11,480 49,831 4 116 5 Panai Hulu 276.31 7,565 33,259 4 120 6 Panai Tengah 483.74 7,480 33,340 4 69 7 Panai Hilir 342.03 7,609 35,888 5 105 8 Rantau Selatan 64.32 12,958 57,610 4 896 9 Rantau Utara 112.47 18,554 82,785 4 736 Jumlah 2561.38 93,943 414,417 4 162

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analis

Gambar 1.2

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Kepadatan Penduduk

Selatan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 896 jiwa per km2 dan Kecamatan Panai Tengah merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah yaitu sebesar 69 jiwa per km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel 1.3

Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Rata-Rata dan Kepadatan Penduduk per Km² Tiap Kecamatan

Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009 No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Banyaknya Kepadatan

Rumah

tangga Penduduk Rata-rata

Penduduk Jiwa/ Km² 1 Bilah Hulu 293.23 13,236 56,099 4 191 2 Pangkatan 355.47 7,392 31,867 4 90 3 Bilah Barat 202.98 7,669 33,738 4 166 4 Bilah Hilir 430.83 11,480 49,831 4 116 5 Panai Hulu 276.31 7,565 33,259 4 120 6 Panai Tengah 483.74 7,480 33,340 4 69 7 Panai Hilir 342.03 7,609 35,888 5 105 8 Rantau Selatan 64.32 12,958 57,610 4 896 9 Rantau Utara 112.47 18,554 82,785 4 736 Jumlah 2561.38 93,943 414,417 4 162

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analis

Gambar 1.2

(31)
(32)

C. Struktur Dan Karakteristik Penduduk

1. Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Penduduk merupakan salah satu pendukung maju dan berkembangnya suatu wilayah. Jika ditinjau komposisi struktur penduduk menurut golongan umur di Kabupaten Labuhanbatu menunjukkan bahwa penduduk didominasi oleh golongan usia produktif (15-64 tahun) yaitu 224.606 jiwa sebesar 56,03 % dari total jumlah penduduk. Sedangkan jumlah penduduk usia 0-14 tahun sebesar 168.290 jiwa 41,98% (≥ 40%) dan jumlah penduduk usia 65+ tahun sebesar 7.954 atau 1,98% (≤ 5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5.

2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu dengan jenis kelamin perempuan lebih sedikit dibandingkan penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 jumlah penduduk laki-laki sebesar 209.320 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 205.097 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 102 persen. Data mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.4.

Tabel 1.4

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1 Bilah Hulu 28,165 27,934 56,099 2 Pangkatan 16,082 15,785 31,867 3 Bilah Barat 17,131 16,607 33,738 4 Bilah Hilir 25,566 24,265 49,831 5 Panai Hulu 16,867 16,392 33,259 6 Panai Tengah 17,034 16,306 33,340 7 Panai Hilir 18,312 17,576 35,888 8 Rantau Selatan 29,030 28,580 57,610 9 Rantau Utara 41,133 41,652 82,785 Jumlah 209,320 205,097 414,417

(33)

Tabel 1.5

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur per Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ 1 Bilah Hulu 7195 8534 7847 6305 5663 5412 4995 2708 1776 1537 1320 794 906 1,107 2 Pangkatan 4088 4838 4455 3583 3216 3070 2840 154 2 1012 884 759 451 512 2,159 3 Bilah Barat 4320 5123 4706 3785 3402 3247 3005 1636 1082 940 808 477 545 662 4 Bilah Hilir 6395 7576 6973 5594 5028 4801 4439 2408 1583 1368 1177 702 806 981 5 Panai Hulu 4271 5058 4653 3731 3356 3206 2963 1608 1061 912 782 469 537 652 6 Panai Tengah 4271 5068 4663 3746 3363 3209 2966 1613 1058 924 791 472 543 653 7 Panai Hilir 4597 5451 5019 4026 3620 3454 3196 1741 1149 990 855 507 583 700 8 Rantau Selatan 7381 8738 8038 6468 5805 5553 5126 2791 1846 1608 1380 814 928 1,134 9 Rantau Utara 10598 12567 11562 9305 8343 7994 7373 4014 2624 2300 1978 1178 1336 1,613 Jumlah 53116 62953 57916 46543 41796 39946 36903 18519 13191 11463 9850 5864 6696 9,661

(34)

3. Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Komposisi penduduk menurut suku bangsa di Kabupaten Labuhanbatu didominasi oleh suku Batak, yaitu 187.349 jiwa. Sedangkan suku Jawa merupakan suku kedua yang memiliki penduduk terbanyak, yaitu 158.514 jiwa. Suku Melayu menempati urutan ketiga, yaitu 28.073 jiwa. Jika kita kaitkan dengan sejarah, Kabupaten Labuhanbatu pernah dikuasai oleh Kerajaan Bilah yang merupakan salah satu Kerajaan Melayu terbesar di Sumatera Utara. Namun suku bangsa melayu tidak merupakan suku terbesar jumlah penduduknya.

Tabel 1.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan

Suku Bangsa

Jumlah Batak Minang Melayu Jawa Aceh Lainnya

1 Bilah Hulu 18,277 415 230 34,602 107 2,468 56,099 2 Pangkatan 14,503 185 300 15,726 48 1,106 31,867 3 Bilah Barat 19,133 67 51 14,065 17 405 33,738 4 Bilah Hilir 19,040 463 4,056 23,406 120 2,746 49,831 5 Panai Hulu 9,974 200 3,602 18,249 53 1,181 33,259 6 Panai Tengah 13,156 207 9,942 8,758 53 1,224 33,340 7 Panai Hilir 16,907 757 6,890 6,639 197 4,497 35,888 8 Rantau Selatan 34,370 346 1,049 19,691 92 2,062 57,610 9 Rantau Utara 41,989 1,838 1,954 17,377 472 19,156 82,785 Jumlah 187,349 4,478 28,073 158,514 1,159 34,845 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

44.44% 0.95% 8.18% 39.38% 0.25% 6.78% Gambar 1.3

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Batak Minang Melayu Jawa Aceh Lainnya

(35)

4. Penduduk Berdasarkan Agama

Mayoritas penduduk di Kabupaten Labuhanbatu memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kabupaten Labuhanbatu untuk pemeluk agama Islam terdapat sekitar 345.958 jiwa. Sedangkan pemeluk agama lainnya seperti Kristen Protestan hanya terdapat sebanyak 49.800 jiwa dan pemeluk agama Kristen Katolik sebanyak 9.860 jiwa. Sedangkan untuk pemeluk agama Budha 8.095 jiwa dan Hindu 382 jiwa.

Tabel 1.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan

Agama

Jumlah Islam Protestan Katolik Budha Hindu Lainnya

1 Bilah Hulu 46,669 6,939 1,756 550 146 39 56,099 2 Pangkatan 22,581 7,549 1,577 57 6 96 31,867 3 Bilah Barat 32,203 1,029 466 27 10 3 33,738 4 Bilah Hilir 37,617 9,996 2,043 30 15 130 49,831 5 Panai Hulu 31,689 1,127 382 57 3 0 33,259 6 Panai Tengah 27,749 4,568 870 150 0 3 33,340 7 Panai Hilir 29,191 3,984 1,034 1,626 54 0 35,888 8 Rantau Selatan 52,039 4,822 374 317 40 17 57,610 9 Rantau Utara 66,220 9,785 1,358 5,282 108 33 82,785 Jumlah 345,958 49,800 9,860 8,095 382 322 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

12%

Gambar 1.5

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Sumber : Hasil Analisa

4. Penduduk Berdasarkan Agama

Mayoritas penduduk di Kabupaten Labuhanbatu memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kabupaten Labuhanbatu untuk pemeluk agama Islam terdapat sekitar 345.958 jiwa. Sedangkan pemeluk agama lainnya seperti Kristen Protestan hanya terdapat sebanyak 49.800 jiwa dan pemeluk agama Kristen Katolik sebanyak 9.860 jiwa. Sedangkan untuk pemeluk agama Budha 8.095 jiwa dan Hindu 382 jiwa.

Tabel 1.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan

Agama

Jumlah Islam Protestan Katolik Budha Hindu Lainnya

1 Bilah Hulu 46,669 6,939 1,756 550 146 39 56,099 2 Pangkatan 22,581 7,549 1,577 57 6 96 31,867 3 Bilah Barat 32,203 1,029 466 27 10 3 33,738 4 Bilah Hilir 37,617 9,996 2,043 30 15 130 49,831 5 Panai Hulu 31,689 1,127 382 57 3 0 33,259 6 Panai Tengah 27,749 4,568 870 150 0 3 33,340 7 Panai Hilir 29,191 3,984 1,034 1,626 54 0 35,888 8 Rantau Selatan 52,039 4,822 374 317 40 17 57,610 9 Rantau Utara 66,220 9,785 1,358 5,282 108 33 82,785 Jumlah 345,958 49,800 9,860 8,095 382 322 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

84% 12%

3%1% 0%0%

Gambar 1.5

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Sumber : Hasil Analisa

4. Penduduk Berdasarkan Agama

Mayoritas penduduk di Kabupaten Labuhanbatu memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kabupaten Labuhanbatu untuk pemeluk agama Islam terdapat sekitar 345.958 jiwa. Sedangkan pemeluk agama lainnya seperti Kristen Protestan hanya terdapat sebanyak 49.800 jiwa dan pemeluk agama Kristen Katolik sebanyak 9.860 jiwa. Sedangkan untuk pemeluk agama Budha 8.095 jiwa dan Hindu 382 jiwa.

Tabel 1.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tiap Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Kecamatan

Agama

Jumlah Islam Protestan Katolik Budha Hindu Lainnya

1 Bilah Hulu 46,669 6,939 1,756 550 146 39 56,099 2 Pangkatan 22,581 7,549 1,577 57 6 96 31,867 3 Bilah Barat 32,203 1,029 466 27 10 3 33,738 4 Bilah Hilir 37,617 9,996 2,043 30 15 130 49,831 5 Panai Hulu 31,689 1,127 382 57 3 0 33,259 6 Panai Tengah 27,749 4,568 870 150 0 3 33,340 7 Panai Hilir 29,191 3,984 1,034 1,626 54 0 35,888 8 Rantau Selatan 52,039 4,822 374 317 40 17 57,610 9 Rantau Utara 66,220 9,785 1,358 5,282 108 33 82,785 Jumlah 345,958 49,800 9,860 8,095 382 322 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Gambar 1.5

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

Islam Protestan Katolik Budha Hindu Lainnya

(36)

5. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penentu masa depan masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi. Pada Tahun 2009 di Kabupaten Labuhanbatu tercatat bahwa 314.730 jiwa atau 76 % tidak sekolah lagi, untuk penduduk yang tidak/belum pernah sekolah terdapat 2% atau 9.328 jiwa, untuk jumlah murid setingkat Sekolah Dasar sebanyak 32.939 jiwa. Jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 34.479 jiwa. Sedangkan jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah 20.134 jiwa dan untuk status pendidikannya yaitu Diploma/ Akademi/Universitas sebesar 2.807 jiwa atau kurang lebih 1% dari jumlah keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini.

.

Tabel 1.8

Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 2,847 6,481 9,328

2 SD/MI/Sederajat 16,306 16,633 32,939

3 SMP/MTs/Sederajat 17,374 17,105 34,479

4 SMU/MAN/SMK/Sederajat 9,859 10,275 20,134

5 Diploma I/II/III/ Akademi/Universitas 879 1,928 2,807

6 Tidak Sekolah Lagi 162,056 152,674 314,730

Jumlah 209,320 205,097 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa

76%

Gambar 1.6

Persentase Penduduk Menurut Status Pendidikan 5. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penentu masa depan masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi. Pada Tahun 2009 di Kabupaten Labuhanbatu tercatat bahwa 314.730 jiwa atau 76 % tidak sekolah lagi, untuk penduduk yang tidak/belum pernah sekolah terdapat 2% atau 9.328 jiwa, untuk jumlah murid setingkat Sekolah Dasar sebanyak 32.939 jiwa. Jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 34.479 jiwa. Sedangkan jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah 20.134 jiwa dan untuk status pendidikannya yaitu Diploma/ Akademi/Universitas sebesar 2.807 jiwa atau kurang lebih 1% dari jumlah keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini.

.

Tabel 1.8

Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 2,847 6,481 9,328

2 SD/MI/Sederajat 16,306 16,633 32,939

3 SMP/MTs/Sederajat 17,374 17,105 34,479

4 SMU/MAN/SMK/Sederajat 9,859 10,275 20,134

5 Diploma I/II/III/ Akademi/Universitas 879 1,928 2,807

6 Tidak Sekolah Lagi 162,056 152,674 314,730

Jumlah 209,320 205,097 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa

2% 8% 8% 5% 1% 76% Gambar 1.6

Persentase Penduduk Menurut Status Pendidikan

Tidak/Belum Pernah Sekolah SD/MI/Sederajat

SMP/MTs/Sederajat SMU/MAN/SMK/Sederajat Diploma I/II/III/ Akademi/Universitas Tidak Sekolah Lagi

5. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penentu masa depan masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi. Pada Tahun 2009 di Kabupaten Labuhanbatu tercatat bahwa 314.730 jiwa atau 76 % tidak sekolah lagi, untuk penduduk yang tidak/belum pernah sekolah terdapat 2% atau 9.328 jiwa, untuk jumlah murid setingkat Sekolah Dasar sebanyak 32.939 jiwa. Jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 34.479 jiwa. Sedangkan jumlah murid setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah 20.134 jiwa dan untuk status pendidikannya yaitu Diploma/ Akademi/Universitas sebesar 2.807 jiwa atau kurang lebih 1% dari jumlah keseluruhan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini.

.

Tabel 1.8

Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan Di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah 2,847 6,481 9,328

2 SD/MI/Sederajat 16,306 16,633 32,939

3 SMP/MTs/Sederajat 17,374 17,105 34,479

4 SMU/MAN/SMK/Sederajat 9,859 10,275 20,134

5 Diploma I/II/III/ Akademi/Universitas 879 1,928 2,807

6 Tidak Sekolah Lagi 162,056 152,674 314,730

Jumlah 209,320 205,097 414,417

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisa

Gambar 1.6

Persentase Penduduk Menurut Status Pendidikan

Tidak/Belum Pernah Sekolah SD/MI/Sederajat

SMP/MTs/Sederajat SMU/MAN/SMK/Sederajat Diploma I/II/III/ Akademi/Universitas Tidak Sekolah Lagi

(37)

D. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi penduduk dilakukan dengan tujuan untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang berdasarkan kecenderungan di masa kini. Perkiraan jumlah penduduk ini selanjutnya bermanfaat dalam mengestimasi kebutuhan penduduk atas berbagai sektor kehidupan dalam jangka waktu tertentu di masa mendatang. Proyeksi penduduk menurut Mulitingual Demographic Dictionary adalah perhitungan (kalkulasi) yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi di masa yang akan datang. Jadi proyeksi penduduk menggunakan beberapa asumsi-asumsi sehingga jumlah penduduk yang akan datang adalah x jika fertilitas, mortalitas dan migrasi berada pada tingkat tertentu.

Mengingat semua rencana pembangunan, baik sosial maupun ekonomi, menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karakteristik penduduk di masa mendatang, proyeksi penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum dalam proses perencanaan pembangunan, untuk perencanaan yang tujuannya untuk menyediakan jasa sebagai respon terhadap penduduk yang sudah diproyeksikan dan perencanaan yang tujuannya untuk mengubah tren penduduk menuju ke perkembangan demografi sosial dan ekonomi.

Dalam melakukan Proyeksi penduduk, data yang diolah berdasarkan kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. Namun pada kenyataannya hasil proyeksi penduduk terlalu besar. Oleh sebab itu data yang digunakan adalah data berdasarkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Berdasarkan hasil dari data BPS (data menurut jumlah Kecamatan setelah pemekaran) dalam kurun waktu 5 ( lima ) tahun, jumlah penduduk di Kabupaten Labuhanbatu cenderung meningkat cukup pesat, dengan rata – rata laju pertumbuhan 2,61 % per tahun. Jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk tetap, maka pada tahun 2030 (Tahun Akhir perencanaan) jumlah penduduk di Kabupaten Labuhanbatu adalah 727.363 jiwa. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

(38)

Tabel 1.9

Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Data dan Hasil Proyeksi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Labuhanbatu

No Kecamatan

Penduduk Berdasarkan Data

Terakhir

Penduduk Berdasarkan Proyeksi

2002 2010 2012 2017 2022 2027 2030 2031 1 Bilah Hulu 45,915 56,099 62,378 70,416 79,491 89,735 96,505 98,873 2 Pangkatan 27,260 31,867 35,435 39,351 43,700 48,530 51,681 52,776 3 Bilah Barat 26,315 33,378 37,665 43,606 50,483 58,445 63,813 65,710 4 Bilah Hilir 39,060 49,831 59,955 67,611 76,246 85,983 92,413 94,661 5 Panai Hulu 27,941 33,259 38,800 45,443 53,225 62,339 68,540 70,741 6 Panai Tengah 27,071 33,340 34,057 38,374 43,237 48,718 52,334 53,598 7 Panai Hilir 33,992 35,888 40,219 44,430 49,081 54,219 57,556 58,713 8 Rantau Selatan 60,638 51,610 59,435 69,754 81,865 96,079 105,766 109,207 9 Rantau Utara 34,296 82,785 87,795 99,698 113,215 128,564 138,755 142,328 Jumlah 322,488 414,417 455,738 518,683 590,543 672,612 727,363 746,609

Sumber : Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka Tahun 2010 dan Hasil analisa

Sumber : Hasil Analisa

0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 2002 2010 2012 2017 2022 2027 2030 2031 Gambar 1.6

Proyeksi Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Sampai dengan Tahun 2031

Proyeksi 322,488 414.417 455.738 518.683 590.543 672.612 727.363 746.609

(39)

1.2.3 Potensi Bencana Alam

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dapat dibagi dua, yaitu bencana alam dan bencana non alam. Yang termasuk dalam bencana alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor penyebab/pengaruhnya berasal dari alam. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung api, kekeringan, angin ribut dan tsunami adalah contoh – contoh bencana alam. Dalam konteks ini lebih fokus pada bencana alam.

Berikut ini kondisi potensi gerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu.

Tabel 1.10

Perkembangan Gerakan Tanah Yang Terjadi Di Kabupaten Labuhanbatu

No KECAMATAN Potensi Gerakan Tanah

Okt 2007 Des 2008 Mei 2009

1 Bilah Hulu Rendah Menengah Menengah

2 Pangkatan Rendah Menengah Rendah

3 Bilah Barat Menengah – Tinggi Menengah Menengah – Tinggi

4 Bilah Hilir Rendah Menengah Rendah

5 Panai Hulu Rendah Rendah Rendah

6 Panai Tengah Rendah Menengah Rendah

7 Panai Hilir Rendah Rendah Rendah

8 Rantau Selatan Rendah Menengah Menengah

9 Rantau Utara Menengah Menengah – Tinggi Menengah – Tinggi

Sumber: Homepage : http:/www.vsi.esdm.go.id – Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi – Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

Keterangan :

 Rendah : Daerah aman

 Menengah : Daerah yang mempunyai potensi Menengah untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

(40)

 Tinggi : Daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali

Berdasarkan potensi gerakan tanah, ternyata gerakan tanah di Kabupaten Labuhanbatu secara umum 3 (tiga) tahun terakhir relatif rendah kecuali untuk Kecamatan Bilah Barat dan Rantau Utara. Hal ini menunjukan bahwa potensi bencana longsor di Kabupaten Labuhanbatu sangat kecil.

Berdasarkan karateristik fisik wilayah Kabupaten Labuhanbatu, potensi bencana alam yang banyak terjadi adalah banjir. Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dipicu oleh beberapa faktor penyebab, antara lain :

 Fenomena alam, seperti tingginya curah hujan, iklim, dan kondisi geomorfologi wilayah;

 Aktivitas manusia (Proses Man-Made) yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.

Berikut banjir / genangan air yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan hasil survey primer ke kecamatan tahun 2009.

Tabel 1.11

Desa / Kelurahan Yang Rawan Terjadi Bencana Alam Banjir di Kabupaten Labuhanbatu

No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket

1. Bilah Hulu - Desa Perbangunan - Desa Pondok Batu - Desa Emplasten - Desa Pematang Seleng 2. Pangkatan - Desa Tanjung harapan

- Desa Kampung Padang - Desa Pangkatan - Desa Sennah

3. Bilah Barat - Desa Tanjung Medan - Desa Tebing Lingga Hara - Desa Tebing Lingga Hara Baru 4. Bilah Hilir - Desa Perkebunan Sennah

- Kampung Bilah,

(41)

No Kecamatan Desa / Kelurahan Ket - Perkebunan Bilah

- Desa Negeri Lama - Desa Negeri Baru

- Perkebunan Negeri Lama - Desa Negeri Lama Sebrang - Desa Sei Tampang

- Desa Sidomulyo 5. Panai Hulu - Desa Jawi – Jawi

- Desa Tanjung Sarang Elang - Desa Cinta Makmur

- Desa Sei Sentosa - Desa Ajamu

- Desa Teluk Sentosa - Desa Meranti

6. Panai Tengah - Pinggiran Sei Barumun - Desa Pasar Tiga - Desa Telaga Suka - Desa Sei Nahodaris - Desa Sei Rakyat 7. Panai Hilir - Desa Sei Lumut

- Desa Sei Sanggul - Desa Sei Berombang - Desa Sei Sakat - Desa Sei Baru - Desa Wonosari - Desa Sei Tawar

- Desa Sei Penggantungan

8. Rantau Selatan - Tidak ada

9. Rantau Utara - Kel. Padang Bulan (Lk. Balai Desa dan Gg. Musholla - Kel. Bina Raga (Lk. Sei Tawar)

Musiman Musiman

Sumber : Hasil Koesioner per Kecamatan, 2009

Dari tabel di atas diperoleh bahwa secara umum, bencana banjir beberapa kali terjadi hampir di seluruh kecamatan di Labuhanbatu, kecuali Kecamatan Rantau Selatan. Berdasarkan faktor pemicunya, hal ini terjadi karena :

(42)

 Kabupaten Labuhanbatu dilintasi oleh sungai besar dan memiliki topografi yang rendah.

 Kondisi hulu sungai yang tidak mampu mengendalikan air karena penggunaan lahan yang kurang tepat, dan

 Tingginya perkembangan permukiman di sisi sungai.

Dengan demikian diperlukan upaya strategis untuk mengatasi hal tersebut mulai dari hulu (penggunaan lahannya) hingga hilir (penataan permukiman sisi sungai).

1.2.4 Potensi Sumber Daya Alam

A. Sektor Pertanian dan Perkebunan

Sektor pertanian dan perkebunan memberikan kontribusi 23,4% dalam pembentukan PDRB Kabupaten Labuhanbatu, sehingga menjadi sektor kedua terbesar dalam struktur perekonomian kabupaten. Sektor ini digerakkan oleh sub sektor perkebunan rakyat, dimana kelapa sawit dan karet menjadi komoditas utama. Pada Tahun 2009, produksi kelapa sawit sebesar 413.864 Ton dengan luas panen 32.463 Ha, sementara produksi getah karet sebesar 17.642 Ton dengan luas panen 18.777 Ha. Di samping kedua komoditas, komoditas yang cukup menonjol adalah kelapa yang menghasilkan produksi sebesar 3.163 Ton dengan luas panen 3.389 Ha. Secara keseluruhan, perkebunan rakyat memiliki luas panen terbesar dan mengambil porsi terbesar dalam struktur mata pencaharian penduduk.

Di samping perkebunan rakyat, sub sektor pertanian tanaman pangan juga memiliki peran penting, dimana padi sawah merupakan komoditas utama. Pada Tahun 2009, produksi padi adalah sebesar 88.532 Ton dengan luas panen 24.257 Ha. Sentra tanaman padi sawah berada di Kecamatan Panai Hilir dan Panai Tengah. Di samping padi, komoditas yang cukup menonjol adalah jagung yang menghasilkan produksi sebesar 1.380 Ton dengan luas panen 527 Ha. Selanjutnya, sub sektor perikanan juga memiliki peran menonjol terutama perikanan laut, dimana sentra perikanan berada di Kecamatan Panai Hilir dan lokasi pemasaran ke Kota Tanjung Balai. Salah satu isu dalam pengembangan sektor pertanian Kabupaten Labuhanbatu adalah peningkatan peran penduduk lokal dalam pengembangan

Gambar

Tabel 1.1 Luas Kecamatan, dan Rasio Kecamatan Terhadap Luas Kabupaten Labuhanbatu.... I - 13 Tabel 1.2 Tutupan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2008 .............................................
Tabel 3.7 Rencana Arahan Wilayah Pengembangan Pelayanan Air Minum di
Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu
Tabel 1.19 Proyeksi Ekonomi Menurut Skenario 1 Tahun PDRB 2007 4,709,589.63 2010 4,984,636.25 2011 5,079,842.80 2012 5,176,867.80 2013 5,275,745.97 2014 5,376,512.72 2015 5,479,204.11 2016 5,583,856.91 2017 5,690,508.58 2018 5,799,197.29 2019 5,909,961.96
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kualitas produk ”Honda” Supra X 125 R untuk dapat meningkatkan volume penjualan misalnya dengan penyesuaian ukuran yang lebih ergonomis membuat lebar motor

Dalam pengamatan langsung di lapangan, ketersediaan rambu sudah cukup membantu pengunjung untuk menggunakan ruang parkir. Perletakan rambu di area parkir cukup

Secara kumulatif ( c to c ) dari bulan Januari sampai dengan Juni 2017, pergerakan penumpang juga masih mengalami penurunan sebesar 5,63 persen dibandingkan

Ini kerana latar belakang keadaan mereka yang mengalami keadaan susah dan memerlukan bantuan untuk meneruskan kehidupan dilihat mempunyai beberapa persamaan dengan tafsiran

Berdasarkan Evaluasi Dokumen Penawaran yang dilakukan oleh Pejabat pengadaan Barangflasa Satuan Polisi Pamong Pr{a Kota Madiun Tahun Anggaran 20t7,

BPR Nusamba Ngunut menunjukan bahwa tingkat kecukupan modal tidak ber- pengaruh signifikan terhadap ROA dengan demikian pihak manajemen harus lebih meningkatkan fungsi

Kaedah ini tertumpu kepada kajian dengan menggunakan pendekatan kualitatif iaitu mengkaji bagaimana konsep ijtihad imam al-Sh É fi’ Ê dalam melakukan pembaharuan hukum