• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.5 Kelembagaan Penyuluhan Perikanan

Kelembagaan penyuluhan perikanan untuk tingkat kabupaten biasanya dinamakan sebagai Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Pada wilayah Kabupaten OKI telah dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati OKI No.15 Tahun 2007 tertanggal 2 Juli 2007. BP4K ini adalah lembaga non struktural yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati dan dipimpin oleh seorang kepala yang setingkat dengan eselon IIb.

Secara umum, beberapa tugas pokok dan fungsi BP4K, ada yang telah dilaksanakan, tetapi ada pula yang belum dapat dilaksanakan dengan alasan tertentu sesuai dengan kondisi pendanaan yang tersedia (Nasution et al., 2009). Sebagai contoh, telah dilakukan penyusunan kebijakan dan program penyuluhan kabupaten/kota yang sejalan dengan kebijakan dan program penyuluhan provinsi dan nasional. Hal ini dilakukan dengan cara masing-masing penyuluh di BP4K mengidentifikasi program pada masing-masing sektor di tingkat Kabupaten OKI (Nasution et al., 2009).

Selanjutnya dikemukakan pula bahwa aktivitas lainnnya yang telah dilakukan adalah melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan, yang dilakukan melalui pengembangan tata kerja hingga tingkat BP3K dan Penyuluh Programa. Kemudian, juga telah melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran materi, penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Telah melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. Hal ini dilakukan dengan cara kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten OKI, Pusat Pengembangan Penyuluhan Perikanan (dalam hal ini mendapat penempatan 3 (tiga) fasilitas sepeda motor dari departemen Kelautan dan Perikanan), Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Dinas Kehutanan.

Aktivitas lainnya adalah menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Juga, melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Namun demikian, untuk proses

penetapan kebijakan dan strategi penyuluhan kabupaten/kota, bupati dibantu oleh Komisi Penyuluhan Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, telah terbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan kabupaten/kota diatur dengan peraturan Bupati/Walikota.

Sejalan dengan adanya peraturan Bupati tentang pembentukan BP4K tersebut, maka diadakan pula Pengangkatan Pejabat Fungsional pada BP4K tersebut di lingkup wilayah Kabupaten OKI, yang didasarkan atas Keputusan Bupati OKI No. 821.2/375/KEP-BKD/2008 tertanggal 16 April 2008. Kemudian, sebagai tindak lanjut urutan tugas yang lebih operasional terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, ditetapkan pula wilayah binaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan dalam wilayah Kabupaten OKI. Surat Keputusan tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati OKI Nomor: 520/401/KEP/BP4K/2008 tertanggal 26 Agustus 2008.

Pada Lampiran Surat Keputusan ini terlihat bahwa setiap satu penyuluh ditetapkan fungsinya sebagai penyuluh dan atau kedudukan tertentu dan juga ditetapkan wilayah binaan (WIBI) yang menjadi wilayah tugasnya. Adapun wilayah binaan yang ditetapkan dalam keputusan bupati tersebut adalah bersamaan dengan batasan administratif kecamatan. Secara umum, sebagian besar wilayah tugas penyuluh tersebut melingkupi 2 (dua) desa dalam satu wilayah kecamatan yang sama. Dalam hal ini untuk seluruh wilayah Kabupaten OKI telah ditempatkan 205 tenaga penyuluh dengan berbagai tingkatan jabatan fungsional

pada XIV wilayah kecamatan dalam wilayah Kabupaten OKI (Nasution et al.,

2009).

Terkait dengan desa Berkat, hingga saat dilaksanakannya penelitian ini pada bulan Juli hingga Desember 2009, belum ada petugas penyuluh yang melapor kepada Kepala Desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang (SP Padang). Lebih lanjut, terkait dengan bidang tugas yang harus dilakukan oleh setiap penyuluh sifatnya tidak hanya menangani satu sektor saja, tetapi bersifat polivalen atau menangani seluruh sektor yang ada pada wilayah binaannya masing-masing. Sementara, kelembagaan penyuluhan tingkat kecamatan yang dimaksudkan adalah keberadaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Kabupaten OKI berbarengan dengan penempatan para petugas penyuluh di wilayah Kabupaten OKI. Pada keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI. Nomor SK Bupati Kabupaten OKI No. 821.2/375/KEP-BKD/2008 tertanggal 16 April 2008. Pada keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)

dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI (Nasution et al., 2009).

Sebagai contoh, salah satu BP3K yang ada di wilayah Kabupaten OKI adalah BP3K yang berada di Desa Air Itam, yang membawahi 2 (dua) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan SP Padang dan Kecamatan Jejawi (dalam hal ini, kantornya masih menempati kantor Balai Benih Tanaman Pangan). Pada BP3K tersebut telah dilakukan tugas pokok yang berkaitan dengan penyusunan program penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan program penyuluhan kabupaten/kota. Namun demikian, terlihat bahwa kegiatan penyuluhan berdasarkan program penyuluhan tersebut belum berjalan, sebagai akibat belum selesainya programa yang dibuat. Meskipun demikian, telah dilakukan penyediaan dan penyebarluasan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar.

Aktivitas memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha juga telah dilakukan oleh BP3K, yang dalam hal ini bekerjasama dengan Kepala Cabang Dinas yang berada di tingkat kecamatan. Namun demikian, belum banyak dilakukan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Demikian pula, telah dilaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Kemudian, telah tersedia balai penyuluhan sebagai tempat pertemuan penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha, yang bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/kota sesuai dengan peraturan bupati/walikota.

Kelembagaan penyuluhan tingkat desa yang dimaksudkan adalah berupa Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan yang bersifat non struktural yang dikelola secara

partisipatif oleh pelaku utama sektor pembangunan. Dalam hal ini, belum tersedia lembaga pada level desa/kelurahan ini yang dapat difungsikan menyusun programa penyuluhan. Namun demikian, pada tingkat desa (desa Berkat), terkait dengan perikanan tangkap perairan umum daratan telah dilakukan pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang anggotanya berjumlah

13 orang (Nasution et al., 2009). POKMASWAS ini mendapatkan laporan tentang

hal-hal yang terkait dengan keamanan perairan juga dari masyarakat nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di perairan umum.

Terkait dengan pelaksanaan penyuluhan di desa/kelurahan, maka telah dilakukan penjelasan terhadap masyarakat, terutama masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di wilayah desa Berkat. Artinya, kegiatan ini sekaligus pula berfungsi sebagai wadah untuk melaksanakan inventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya. Sebagai contoh, adanya kasus pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan luar desa Berkat, telah ditindaklanjuti dengan adanya perampasan terhadap alat tangkap.

Proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha belum pernah dilakukan di tingkat desa. Berkaitan dengan hal ini, maka akan berpengaruh terhadap proses menumbuh- kembangkan kepemimpinan, kewirausahaan serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. Sementara, kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha ditindaklanjuti melalui kegiatan musyawarah desa yang berisikan tentang kesepakatan dan pengaturan-pengaturan yang perlu diikuti oleh masyarakat nelayan. Kegiatan musyawarah tersebut dapat pula merupakan media yang memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha, yang sekaligus dapat merupakan proses memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan.

Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan ini berada pada sentra-sentra kegiatan pelaku usaha perikanan, khususnya nelayan pembudidaya, pengolah ikan, atau pusat teknologi perikanan yang berada di daerah yang bersangkutan. Kemudian, penetapan lokasi Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan dilakukan oleh Bupati/Walikota atas persetujuan dan kerjasama dengan unit yang ditempati.

Fungsinya antara lain adalah tempat untuk saling berkomunikasi para penyuluh fungsional perikanan atau penyuluh lainnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan perikanan.

Terkait dengan desa Berkat yang menjadi wilayah penelitian belum memiliki Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan baik pada tingkat desa maupun pada tingkat kecamatannya. Yang ada saat ini dan ditetapkan dengan peraturan dan atau surat keputusan Bupati Kabupaten OKI adalah BP3K yang berada di Desa Air Itam, namun melingkupi wilayah Kecamatan Jejawi dan Kecamatan SP Padang, dimana Desa Berkat berada. Dengan demikian, tugas yang terkait dengan fungsi Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan ini belum dapat dilaksanakan (Nasution et al., 2009).

Adapun tugas pos pelayanan penyuluhan perikanan adalah menyusun program kerja, rencana kegiatan penyuluhan perikanan dan melaksanakan penyuluhan perikanan di lapangan. Disamping itu, melakukan kegiatan administrasi penyuluhan perikanan, melakukan kerjasama dan memperluas jaringan kerja, serta melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan perikanan yang dilaksanakan. Kesemua tugas-tugas ini pada prinsipnya saat ini menjadi bagian dari tugas BP3K yang berada di Desa Air Itam.

Dokumen terkait